Anda di halaman 1dari 17

Tugas kelompok Dosen pengampu

Hadis Tarbawi Ahmad Zakki Mubarak, M.Ag

PENDIDIK

Dibuat oleh:
Jahratul Puadah : 19.01.11.1454

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendekatan
Sistem Dalam Pembelajaran Pai” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang Hadis Tarbawy selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Zakki Mubarak, M.Ag
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. Kompetensi Pendidik................................................................................................2

B. Keutamaan Pendidik.................................................................................................2

a) Terbebas dari Kutukan Allah.......................................................................................2

b) Didoakan oleh Penduduk Bumi...................................................................................3

c) Mendapat Pahala yang Berkelanjutan.........................................................................3

C. Sifat Kepribadian Pendidik......................................................................................4

a) Pendidik Bersikap Adil................................................................................................4

b) Pengasih.......................................................................................................................6

c) Penyampai ilmu...........................................................................................................8

d) Tawaddu......................................................................................................................9

D. Kedudukan Pendidik...............................................................................................10

a) Sebagai Orang Tua....................................................................................................10

b) Sebagai pewaris nabi.................................................................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................................12

Simpulan.............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang pendidik harus memiliki sifat kepribadian yang positif. Bagaimanapun
alasannya seorang pendidik harus memiliki sifat kelebihan dari anak didiknya. Karena ia
bertugas mendidik dan mengajar anak-anak didik, serta mengantarkannya menuju
keberhasilan tujuan yang dicita-citakan yakni memiliki kepribadian yang takwa kepada
Allah. Sulit rasanya seorang pendidik mampu membawa anak didiknya menuju
keberhasilan tujuan pendidikan tersebut, jika seorang guru atau seorang pendidik tidak
terlebih dahulu memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut. Seorang guru disamping
keberadaannya sebagai figur contoh di hadapan anak didik, dia juga harus mampu mewarnai
dan mengubah kondisi anak didik dari kondisi yang negatif menjadi positif dari keadaan
kurang menjadi lebih.
Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon pendidik adalah sikap
dan karakter anak didik. Anak didik di sekolah yang dihadapi seorang guru sudah membawa
karakter yang telah terbentuk dari lingkungan rumah tangga atau lingkungan masyarakat
yang berbeda. Ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang patuh dan ada juga yang tidak
patuh, ada yang sukanya melanggar tata tertib sekolah dan ada juga yang tertib peraturan.
Sikap dan karakter peserta didik dapat diubah dan dibentuk sesuai keinginan dan tujuan
pendidikan. Disinilah peran guru, orang tua dan masyarakat yang amat penting dalam
membentuk lingkungan anak didik yang baik dan saling mendukung.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kompetensi pendidik ?
2.      Bagaimana keutamaan pendidik
3.      Bagaimana sifat kepribadian pendidik ?
4.      Bagaimana kedudukan pendidik ?
C. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui kompetensi pendidik.
2.      Mengetahui keutamaan pendidik
3.      Mengetahui sifat kepribadian pendidik.
4.      Mengetahui kedudukan pendidik.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kompetensi Pendidik
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti (kewenangan)
kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Menurut Kamus Umum
Bahasa Indonesia kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal.
Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28
ditegaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis
kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.
   Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang
meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
  Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
   Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP.
  Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
B.  Keutamaan Pendidik
a) Terbebas dari Kutukan Allah
ُ‫ُون ما َ فِيها َ إِآلَّ ِذ ْك ُر هَّللا َوما َ َواآلَه‬
ٌ ‫إن ال ّد ْنيا َ َم ْلعُونَةٌ َم ْلع‬
َّ َ‫صلَّي هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل أآل‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ِ َ‫ع َْن أ‬
ُ ‫بي هُ َر ْي َرةَ يَقُو ُل َس ِمع‬
َ ‫ْت َرس‬
‫َوعاَلِ ٌم أَوْ ُمتَ َعلِّ ٌم‬
Abu hurairah meriwayatkan bahwa ia mendengar Rasullah bersabda, “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya dunia dan segala isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan apa yang
terlibat didialamnya, orang yang tahu (guru) atau orang yang belaja.” (HR. At-Tirmidzi)
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yag tahu (guru atau pendidik) adalah orang
yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan yang sangat berharga. Dari
hadis ini dapat dipahami bahwa tidak semua yang berpredikat guru, dijamin Rasulullah

2
3

selamat dari kutukan. Guru yang beliau maksudkan adalah guru yang berilmu,
mengamalkan ilmunya, dan mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapat keridhaan
Allah.
b) Didoakan oleh Penduduk Bumi
Berkaitan dengan hal ini, terdapat hadis berikut.
َ َ‫فَق‬ ‫عَالِ ٌم‬ ‫ َواالَ َخ ُر‬ ‫عَابِ ٌد‬ ‫أَ َح ُدهُ َما‬ ‫ َر ُجالَ ِن‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
 ِ ‫هَّللا‬ ‫ َرسُو ُل‬ ‫ال‬ ِ ‫لِ َرس‬ ‫ ُذ ِك َر‬ ‫قَا َل‬ ‫ ْالبَا ِهلِ ِّي‬ َ‫أُ َما َمة‬ ‫أَبِي‬ ‫ع َْن‬
َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ُول‬
َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ َرسُو ُل‬ ‫قَا َل‬ ‫ثُ َّم‬ ‫أَ ْدنَا ُك ْم‬ ‫ َعلَى‬ ‫ َكفَضْ لِي‬ ‫ ْال َعابِ ِد‬ ‫ َعلَى‬ ‫ ْال َعالِ ِم‬ ‫فَضْ ُل‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
‫ َو َم‬ َ ‫هَّللا‬ ‫إِ َّن‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬ َ
‫الت‬ ‫رواه‬ .‫ ْالخَ ْي َر‬ ‫اس‬ ِ َّ‫الن‬ ‫ ُم َعلِّ ِم‬ ‫ َعلَى‬  َ‫صلُّون‬ َ ُ‫لَي‬  َ‫ ْالحُوت‬ ‫ َو َحتَّى‬ ‫جُحْ ِرهَا‬ ‫فِي‬ َ‫النَّ ْملَة‬ ‫ َحتَّى‬  َ‫ضين‬ ِ ‫ َواأْل َ َر‬ ‫ت‬
ِ ‫ال َّس َم َوا‬ ‫ َوأَ ْه َل‬ ُ‫الَئِ َكتَه‬
‫رمذى‬
Artinya: 
“Abu  Umamah alBahiliy berkata:diceritakan kepada Rasulullah saw. dua orang la
kilaki, yang satu 'abid (orang yang banyak beribadah) dan yang satu lagi 'alim (or
ang  yang  banyak ilmu). Maka  Rasulullah saw. bersabda: kelebihan seorang alim d
aripada  orang yang beribadah  adalahbagaikan kelebihanku daripada seorang kam
u  yang  paling rendah. Kemudian Rasulullah saw. berkata (lagi): Sesungguhnya All
ah,  malaikatNya, penduduk langit dan bumi sampai semut yang berada  dalam sara
ngnya serta  ikan berselawat  (memohon rahmat) untuk orang  yang  mengajarkan ke
baikan kepada manusia (pendidik, guru).”(HR. At-Tirmidzi)
Informasi dalam hadis diatas mencakup bahwa Allah memberikan rahmat dan
berkah kepada guru. Selain itu, malaikat juga penduduk langit dan bumi termasuk
semut yang berada dalam sarang ikan yang berada dalam laut mendoakan kebaikan
untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah keutamaan yang diberikan
oleh-Nya kepada guru.
c)   Mendapat Pahala yang Berkelanjutan
Sehubungan dengan keutamaan ini ditemukan hadis sebagai  berikut:
ِ ‫ َج‬ ‫ص َدقَ ٍة‬
َ‫اري‬ َ  ِ ‫هَّللا‬ ‫ َرسُو َل‬ ‫أَ َّن‬ َ‫هُ َر ْي َرة‬ ‫أَبِي‬ ‫ع َْن‬
َ  ‫ ِم ْن‬ ‫ثَالَثَ ٍة‬ ‫ ِم ْن‬ َّ‫إِال‬ ُ‫ َع َملُه‬ ‫ا ْنقَطَ َع‬  ُ‫ا ِال ْن َسان‬  َ‫ َمات‬ ‫إِ َذا‬ ‫قَا َل‬ ‫ َو َسلَّ َم‬ ‫ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫هَّللا‬ ‫صلَّى‬
‫والبيهقى‬ ‫والترمذى‬ ‫النسائي‬ ‫وأحمد‬ ‫مسلم‬ ‫رواه‬ .ُ‫لَه‬ ‫يَ ْدعُو‬ ‫ح‬ ٍ ِ‫صال‬ َ  ‫ َو َولَ ٍد‬ ‫بِ ِه‬ ‫يُ ْنتَفَ ُع‬ ‫ َو ِع ْل ٍم‬ ‫ٍة‬
Artinya: 
“Abu  Hurairah  meriwatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia tel
ah  meninggal dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah
,  ilmu  yang  bermanfaat  dan anak saleh yang mendoakannya”. (HR.Muslim, Ahmad,
An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi)
4

Dalam hadis diatas terdapat informasi bahwa ada tiga hal yang selalu diberi
pahala oleh Allah pada seseorang, kendatipun ia sudah meninggal dunia.  Tiga hal
tersebut, yaitu
1. sedekah jariah (wakaf yang lma kegunaanya),
2. Ilmu yang bermanfaat,
3. Doa yang dimohonkan oleh anak yang sholeh untuk orang tuanya.
Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat. Artinya
ilmu yang diajarkan oleh seseorang (alim atau guru) kepada orang lain dan
tulisan (karangan) yang dimanfaatkan orang lain.1 Pahala yang berkelanjutan
merupakan salah satu keutamaan yang akan diperoleh oleh pendidik (guru).
Keutamaan ini diberikan kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang
sangat vital dalam kehidupan manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Hasan Al-
Bashri berkata, “Kalau sekiranya orang-orang berilmu tidak ada, niscaya manusia
akan bodoh seperti hewan. Karena hanya dengan mengajar, para ulama dapat
menaikkan orang banyak dari tingkat kehewanan ke tingkat kemanusiaan.2
C. Sifat Kepribadian Pendidik
a) Pendidik Bersikap Adil
ُ ‫ع َْن النُّ ْع َما ِن بْنُ بَ ِشيِر اَ ْن اَ بَا هُ اَتَى بِ ِه اِلَى َرسو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم فَقَا َل اِنِّي نَ َح ْل‬
َ‫ت ا ْبنِي هَ َذا غُاَل ًما فَقَا َل ا ُكلْ َولَ ِدك‬
)‫ن ََح ْلتَ ِم ْثلَهُ قَا َل اَل قا َل فارْ ِج ْعهُ (متفق عليه‬
Artinya : Dari Nu’man bin Basyir r.a bahwa ayahnya datang membawanya kepada
Rasulullah SAW dan berkata: “Sesungguhnya saya telah memberikan seorang
budak (pembantu) kepada anakku ini”. Maka Rasulullah SAW bertanya: “Apakah
semua anakmu kamu beri budak seperti ini?” Ayah menjawab: “Tidak”.
Rasulullah SAW lantas bersabda: “Tariklah kembali pemberianmu itu.”HR.
Muttafaq Alayh).
Penjelasan hadisnya Asbab wurud al-Hadis ini sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Nu’man bin al-Basyir berkata: “Ayahku
bersedekah dengan sebagian hartanya kepadaku”. Lantas ibuku Amrah binti
Rawahah berkata: “Aku tidak rela sehingga engkau persaksikan sedekah ini
kepada Rasulullah SAW”. Maka berangkatlah ayahku menghadap Rasulullah
SAW untuk mempersaksikannya tentang sedekah kepadaku. Kemudian Rasul
1
Abdurrahman bin Abi Bakr Abu Al-Fadhl As-Suyuthi, Syarh As-Suyuthi ‘ala Muslim, juz IV, hlm. 228
dalam Al-Maktabah Asy-Syamilah.
2
Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum Ad-Din, jilid I, diterjemahkan Maisir Thahib, dkk., (Bukittinggi: Syamza Offset,
1980), cet. Ke-3, hlm. 40.
5

bertanya: “Apakah kamu lakukan seperti ini terhadap semua anakmu?” dan
seterusnya sebagaimana hadist diatas.
Hadis diatas menjelaskan pengajaran Nabi terhadap seorang bapak agar bertindak
seadil – adilnya terhadap anak – anaknya. Seorang bapak didalam rumah
tangganya sebagai pendidik keluarga yang harus bersikap adil baik dalam sikap,
ucapan, dan segala tindakan. Karena sikap adil ini mempunyai pengaruh besar
terhadap pembinaan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Tindakan adil dari orang tua atau dari seorang pendidik merupakan pendidikan
terhadap anak – anaknya. Apabila salah satu anak mendapatkan sesuatu, yang lain
pun harus diberi pula dan jika tidak diberi satu tidak diberi semua. Keadilan
terhadap anak dimaksudkan agar anak mempunyai hak yang sama baik dalam
hibah, nafkah, pendidikan maupun dalam menerima harta warisan.adil disini
adalah pelayanan anak sesuai dengan kebutuhan, bahkan kalau disamakan
pelayanannya yang kecil dan yang besar, yang sehat, dan yang sakit malah tidak
adil namanya karena diluar kebutuhan. Demikian juga, dalam pembagian harta
waris disesuaikan dengan beban anak – laki yang lebih berat dibandingkan dengan
anak perempuan. Anak laki-laki memiliki tanggungjawab terhadap kehidupan
keluarganya sedang anak perempuan ditanggung hidupnya oleh kepala keluarga.
Perbuatan baik dari anak – anak akan tumbuh dari keadilan orang tua terhadap
terhadap mereka. Oleh karena itu, keadilan orang tua sebenarnya merupakan
pendidikan terhadap mereka.
Demikian juga keadilan seorang guru terhadap murid – muridnya selalu
dituntut sebagaimana keadilan orang tua terhadap anaknya. Guru harus adil
terhadap anak didiknya dalam pelayanan kependidikan dan kepengajaran, tidak
boleh membeda – bedakan antara satu murid dengan murid lainnya. Semua harus
dilayani dengan sikap dan pelayanan yang sama. Tidak ada bedanya antara
anaknya orang kaya dan yang tidak kaya, tidak ada bedanya antara anak pejabat
dengan anak rakyat biasa dan tidak ada bedanya antara yang cantik ganteng
dengan yang tidak cantik ataupun ganteng. Keadilan seorang guru dalam kelas
akan menumbuhan suasana kondusif dan merupakan pendidikan terhadap mereka.
Seorang guru tentu merasa senang jika murid – muridnya sama – sama berbat baik
dengan sesamanya.
Pelajaran yang dapat Dipetik dari Hadis :
6

1)  Seorang pendidik baik guru maupun orang tua harus bersikap adil terhadap
anak – anaknya dalam segala hal
2) Dalam masalah hibah terhadap anak harus dilakukan secara merata dan sama
atau tidak semua.
3) Anak berhak menerima keadilan, tetapi makna keadilan yang sesungguhnya
tidak selalu diartikan sama
4) Kesungguhan para sahabat pada ilmu atau hukum Islam ketika menghadapi
suatu persoalan selalu bertanya kepada Nabi atau dipersaksikan kepadanya.
b) Pengasih
‫طت ُك َل وا ِحد ٍة ِم ْنهُما‬
ْ ‫ت فا ْع‬ ْ َ ‫لت جا َء ْتنَي ِم ْس ِكينَةٌ تَحْ ِم ُل ا ْبنَتَي ِن لَها فَا‬
َ ‫ط ّع ْمتُها ثَاَل‬
ٍ ‫ث تَ َم َرا‬ ْ ‫ ِء َشةَ اَ ْنها قا‬ ‫عا‬ ‫عن‬
ْ ‫ت التَّ ْم َر ةَ الَّتِي كا ن‬
َ ‫َت تُر ي ُد اَ ْن تا ُكلَها بَ ْينَهُ َما فَا‬ ْ ‫ت اِلَّى فِيها تَ ْم َرةً لِتَاْ ُكلَها فا ْست‬
ْ َّ‫َط َع َم ْتها ا ْبنَتاها فَ َشق‬ ْ ‫تَ ْم َرةً َو َرفَ َع‬
ْ‫ب لَهَا بِهَا ا ْل َج ْنةَ اَو‬
َ ‫هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقَا َل اِ َّن ا هلل قَ ْد اَوْ َج‬  ‫صلَّى‬ ُ ْ‫ْع َجبَنِي َشاْ نُهَا فَ َد كَر‬
َ ‫ت الَّ ِدي‬
ْ ‫صنَ َع‬
َ ‫ت لِ َرسُو ِل هللا‬
ٍ َّ‫اَ ْعتَقَهَا بِهَا ِم ْن الن‬
)‫ار (ا خر جه مسلم‬
Artinya : Dari ‘Aisyah r.a. berkata: “Ada seorang perempuan miskin datang
kepadaku dengan dengan membawa kedua anak perempuannya, maka saya
berikan kepadanya tiga butir biji kurma. Ia memberikan kepada masing – masing
anaknya sebutir biji kurma dan yang sebutir lagi sudah ia angkat ke mulutnya
untuk dimakan tetapi (tiba – tiba) diminta oleh kedua anaknya juga, ia lalu
membelah biji kurma yang akan dimakannya itu dan dibagi kepada kedua anaknya
itu. Saya sangat kagum melihat perilaku orang perempuan itu. Kemudian saya
ceritakan kepada Rasulullah SAW, peristiwa yang dilakukan wanita itu, Beliau
lantas bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menentukan surga baginya atau ia
dibebaskan dari api neraka lantaran perbuatannya itu.” (HR. Muslim)
Penjelasan Hadis diatas menjelaskan adanya seorang wanita miskin bersama
dua orang anak wanitanya datang kepada Aisyah minta sedekah makanan. Wanita
itu dikasih tiga butir kamu. Tentunya sesuai dengan kondisi Aisyah pada saat itu
adanya kurma yang terbatas di sampingsesuai dengan jumlah jiwa yang hadir
yakni seorang ibu dan dua orang anak wanita. Memang kondisi Aisyah istri Nabi
SAW di rumah biasa – biasa saja tidak termasuk orang kaya, terkadang ada yang
dimakan dan terkadang tidak ada sesuatu. Sebagian riwayat menyatakan kalau
pagi hari tidak ada makanan apa – apa di rumah Nabi berpuasa. Tiga butir kurma
itu diserahkan langsung ke tangan seorang ibu.
7

Kemudian tiga butir kurma itu dibagikan secara adil oleh ibundanya masing –
masing anak satu butir kurma dan yang satu butir lagi untuk ibunya. Begitu kedua
anak mendapat makanan langsung dimakan dengan lahapnya. Adapun ibundanya
makan belakangan, baru mengangkat tangan kanannya ke arah mulut untuk
memakannya, belum sampai dimakan kedua anak tersebut minta makan lagi
kepada ibunya, karena sebutir kurma belum dirasa mengenyangkan dari
kelaparan. Hati seorang ibu yang penuh kasih sayang itu tidak akan tega makan
makan sebutir kurma yang ada ditangannya sekalipun sebenarnya ia juga sangat
lapar.
Ibu yang bijak, adil, dan penuh kasih sayang tentu membaginya secara sama,
satu butir kurma itu dibelah menjadi dua dan dibagi untuk berdua, dirinya rekla
tidak kebagian. Begitu jiwa kasih sayang seorang ibu yang rela mengorbankan
dirinya demi kesenangan dan kesejahteraan anak – anaknya, padahal masih ada
kesempatan untuk dirinya andai kata sebutir kurma itu dibelah menjadi tiga.
Tetapi seorang ibu ini memang benar – benar tulus dan sayang. Pahala orang yang
bersikap sayang dan adil terhadap anak – anaknya adalah masuk surga dan
selamat atau merdeka dari ancaman api neraka. Kasih sayang seorang guru dalam
pembelajaran sama dengan kasih sayang orang tua terhadap anaknya dalam rumah
tangga, sebab guru di sekolah bagaikan orang tua terhadap anaknya sendiri.
Bedanya, orang tua mempunyai tanggung jawab dalam kehidupan, sedangkan
guru mempunyai tanggung jawab dalam pendidikan.
Pelajaran yang Dipetik dari Hadis :
1.  Hadis menunjukkan sifat kasih sayang dan keadilan seorang pendidik yakni
seorang ibu terhadap anak – anaknya.
2. Diantara kasih sayang ibu adalah kerelaan seorang ibu yang membagikan
sebutir kurma untuk anaknya berdua sekalipun dirinya tidak kebagian kurma
3.  Sifat keadilan pendidik seorang ibu terhadap anaknya berdua adalah
membagikan kurma yang sama atau ditambah setengah kepada masing –
masing anak.
4. Diantara kasih sayang seorang guru terhadap murid – muridnya adalah
mengajarkan etika dan hal – hal yang penting dalam tatanan hidup dunia
akhirat.
5.   Islam perhatian terhadap anak – anak wanita dan tidak membedakan dengan
anak pria, bahkan Islam memberi motivasi bagi siapa yang diuji mempunyai
8

anak - anak wanita, ia senang dan memerhatikan pendidikannya, maka mereka


sebagai penghalang masuk neraka.
c) Penyampai ilmu

‫صلَى ا هلل َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن ُسىِ َل ع َْن ِع ْل ٍم َعلِ َمهُ ثُ َّم َكتَ َمهُ اُ ْل ِج َم يَ ُو َم ْالقِيَا‬
َ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َر سُوْ ُل ا هلل‬
ٌ ‫ير ةَ َح ِد‬
‫يث‬ َ ‫يث ا بي هُ َر‬ ُ ‫َم ِة بِلِ َجا ٍم ِم ْن نَا ٍر َوفِي ْالبَا ب ع َْن َجا بِ ٍر َو َع ْب ِد ا هلل ْبنَ َع ْم ٍر وقَا َل اَ بٌو ِعي َسى َح ِد‬
)‫َح َس ٌن (ا خر جه ا بو د ا وا لتر مذ ي‬
Artinya Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang
siapa yang ditanya sesuatu ilmu kemudian ia menyembunyikannya, maka ia nanti
pada hari kiamat dikendalikan dengan tali kendali dari api neraka.” (HR. Abu Daud
dan al-Tirmidzi)
Penjelasan Diantara sifat guru yang baik adalah menyebarluaskan ilmu baik
melalui pengajaran, pembelajaran, menulis buku, internet, dan lain – lain. Ilmu
hendaknya dikonsumsi oleh semua umat manusia secara luas, agar manfaatnya lebih
luas dan masyarakat mendapat pancaran sinarnya ilmu. Kewajiban seorang alim
adalah menyampaikan ilmu kepada orang lain di samping mengamalkannya untuk diri
sendiri. Tugas guru adalah penyampai ilmu, penyampai ayat, dan penyampai Hadis,
tidak boleh menyimpannya. Maksud menyimpan ilmu tidak mau menjawab
pertanyaan yang dihadapi oleh seseorang atau malah melarang buku yang dibaca.
Api neraka diletakkan pada mulut penyimpan ilmu sebagaimana tali kendali
diletakkan pada mulut binatang sebagai siksaannya. Al – Thibiy berkata, bahwa api
yang diletakkan pada mulutnya diserupakan dengan tali kendali di mulut binatang
karena sama – sama diam, orang alim diam dengan ilmunya sedangkan binatang diam
terkendali tidak dapat melakukan kehendaknya secara bebas. Menurut al-Sayyid,
bahwa maksud ilmu disini adalah ilmu yang wajib diajarkan seperti mengajarkan
keislaman terhadap orang kafir, mengajarkan sholat pada waktunya, minta fatwa
tentang halal haram bukan ilmu sunah yang tidak merupakan keharusan (Tuhfat al-
Ahwadziy).
Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan dan pemurah tidak pelit dalam
ilmu agama bagi siapa saja yang memerlukannya. Ilmu yang diajarkan dan dan
diberikan kepada orang lain justru manfaatnya akan lebih banyak, ilmu itu malah
bertambah dan tidak akan habis. Berbeda dengan harta kekayaan jika dibagi-bagikan
kepada orang lain justru habis. Konsep keberhasilan dalam pendidikan ada
9

dua: pertama, ketekunan belajar dengan siapa saja walaupun dengan orang yang lebih
muda dan tidak ada rasa gengsi atau malu. Kedua, pemurah dalam memberi pelajaran
atau mengajar kepada orang lain. Keduanya merupakan kewajiban, yakni kewajiban
belajar bagi yang belum tahu suatu ilmu dan kewajiban mengajar bagi orang yang
telah memiliki ilmu.
Pelajaran yang Dipetik dari Hadis :
1. Kewajiban guru atau orang alim menyampaikan ilmu kepada orang lain yang
membutuhkan penjelasannya terutama anak didiknya.
2.  Larangan menyembunyikan ilmu syara’yang dibutuhkan orang lain.
3. Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan, dan pemurah dalam ilmu yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
4. Ancaman penyimpan ilmu sejenis dengan perbuatannya, yakni diikat
mulutnya dengan api neraka, karena mulutnya bungkam tidak menjawab
kebenaran.
d) Tawaddu

ً‫بِ ِه َو َم ْن لَ ْم يَ ْعلَ ْم فَ ْليَقُلْ هللا اَ ْعلَ ُم فَا ِ ن‬ ْ‫ق قَا َل َد َخ ْلنَا َعلَى َع ْب ِد هللا ب ِْن َم ْسعُوْ ٍد قَا َل يَا اَ يُّهَا الَّنا سُ َم ْن َعلِ َم َش ْيئًا فَ ْليَقُل‬
ٍ ْ‫ع َْن َم ْسرُو‬
‫َما اَ ْسا َ لُ ُك ْم َعلَ ْي ِه ِم ْن اَجْ ٍر َو َما اَنَا ِم ْن‬ ْ‫ِم ْن ْا ِلع ْل ِم اَ ْن يَقُو َل لِ َما اَل يَ ْعلَ ُم هللا اَ ْعلَ ُم قَا َل هللا َع َّز َو َج َّل لِنَبِيِّ ِه صلى هللا عليه وسلم (قُل‬
)‫ْال ُمتَ َكلِّفِ ْينَا) (ا خر جه البخاري‬
Artinya Dari Masruq berkata: Kami masuk ke rumah Abdullah bin Mas’ud r.a.
kemudian ia berkata: ”Wahai sekalian manusia, barang siapa yang mengetahui sesuatu
maka hendaklah ia mengatakan apa yang diketahuinya, dan barang siapa yang tidak
mengetahuinya maka hendaklah ia mengatakan:”Allah lebih mengetahui”, karena
sesungguhnya termasuk ilmu bila seseorang mengatakan: “Allah lebih mengetahui”,
terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya.(HR. Bukhari) Allah berfirman kepada Nabi-
Nya: Katakanlah (hai Muhammad):”Aku tidak meminta upah sedikitpun kepadamu atas
dakwahku, dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan (QS. Shaad
(38):86).
Penjelasan Hadis ini diperintahkan kepada manusia siapa saja diantara umat
Muhammad SAW terutama para calon guru atau yang sudah menjadi guru agar bersikap
tawadu’ atau rendah hati dalam ilmu, terutama ketika tidak mengetahui suatu ilmu. Sifat
tawadu’ adalah posisi pertengahan antara kesombongan (takabbur) dan rendah hati
(mudzillah). Seseorang berilmu tidak boleh sombong dengan ilmunya karena ilmu
10

pemberian Tuhan dan tidak boleh merendahkan dirinya sehingga merendahkan ilmu dan
pemilik ilmu. Hadis melarang mereka untuk tidak sombong atau takabur sok tahu
padahal ia tidakmengetahui apa-apa. Artinya memperlihatkan kepada orang lain bahwa ia
seolah – olah tahu, seolah – olah alim padahal tidak mengetahui dan tidak alim
Orang yang mengatakan Wallah A’lamm ketika tidak tahu tandanya orang alim,
karena ia mengetahui posisi dirinya dan derajat dirinya bahwa ia tidak mengetahui.
Orang yang memiliki sifat terpuji ini dipercaya oleh masyarakat dan dinilai sebagai orang
alim. Berbeda dengan orang yang mengatakan tahu sekalipun ia tahu apalagi ia tidak
mengetahui, pada umumnya dinilai sebagaiorang yang tidak tahu, karena
kesombongannya. Perintah tawadu’ ditujukan kepada semua orang bukan hanya pada
seorang guru, murid pun harus tawadu’ terhadap guru atau terhadap sesama. Alangkah
indahnya jika guru dan murid sama – sama tawadu’ saling menghargai. Hubungan antara
guru murid bukan hanya sekedar hubungan lahir saja akan tetapi hubungan lahir dan
batin, hubungan cinta karena Allah.
Pelajaran yang Dipetik dari Hadis :
1.   Perintah bersifat tawadu’ (rendah hati) dalam ilmu, terutama ketika tidak
mengetahui suatu ilmu katakanlah apa adanya “Aku tidak tahu” atau “Allah lebih
tahu” (Allahu a’lam)
2.  Tidak boleh memaksakan diri atau mengada-ada jawaban ilmu yang ngawur
tidak benar
3. Tidak boleh berfatwa hukum kecuali sudah yakin kebenaran ilmunya.

4. Tidak mengurangi bobot keilmuan seseorang yang mengatakan tidak tahu


terhadap ilmu yang belum diketahui.
D. Kedudukan Pendidik
a) Sebagai Orang Tua
Menurut Rasulullah  pendidik berkedudukan sebagai orangtua. Sehubungan
dengan ini terdapat hadis sebagai berikut:
َ‫ة‬- َ‫تَ ْقبِ ِل القِ ْبل‬- ‫طَ فَاَل يَ ْس‬- ِ‫الوالِ ِد أُ َعلِّ ُم ُك ْم فَإ ِ َذاأَتَى أَ َح ُد ُك ْم الغَائ‬
َ ‫ع َْن أَبِى هُ َر ْي َرةَ قَا َل َرسُو ُل هللا صلى هللا عليه وسلم إِنَّ َما أَنَا لَ ُك ْم بِ َم ْن ِزلَ ِة‬
ْ
‫ث َوال ِّر َّم ِة‬ ِ ْ‫ار َويَ ْنهَى َع ِن الرَّو‬ ِ ‫ه َو َكانَ يَأ ُم ُر بِثَاَل ثَ ِة أَحْ َج‬-ِ ِ‫َواَل يَ ْستَ ْدبِرْ هَا َواَل يَ ْستَ ِطبْ بِيَ ِمين‬
   Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya aku
menempati posisi orangtuamu. Aku akan mengajarmu. Apabila salah seorang kamu
mau buang hajat, maka janganlah ia menghadap atau membelakangi kiblat,
janganlah ia beristinja’ (membersihkan dubur sesudah buang air) dengan tangan
11

kanan. Beliau menyuruh beristinja’ (kalau tidak dengan air), dengan tigabatu dan
melarang beristinja’ dengan kotoran (najis) dan tulang.HR. Abu Dawud)
Hadis diatas dengan jelas mengatakan bahwa rasulullah saw bagaikan
orangtua dari sahabatnya. Pengertian bagaikan orangtua adalah mengajarkan,
membimbing, dan mendidik anak-anak seperti yang umumnya delakikan oleh
orangtua. Beliau mengajarkan kepada sahabat bagaimana adab buang hajat.
Sebenarnya, persoalann ini adalah persoalan orangtua. Akan tetapi, nabi yang tidak
diragukan lagi bagi umat islam, sebagai mahaguru dan pendidik ulung juga mau
mengajarkan hal itu.
Pendidik (guru di sekolah) perlu menyadari bahwa ia melaksanakan tugas yang
diamanahkan oleh Allah dan orang tua peserta didik. Mendidik anak harus didasarkan
pada rasa kasih sayang. Oleh sebab itu, pendidik harus memperlakukan peserta
didiknya bagaikan anaknya sendiri. Ia harus dengan ikhlas agar peserta didik dapat
mengemban potensinya secara maksimal. Pendidik tidak boleh merasa benci kepada
peserta didik karena sifat-sifat yang tidak disenanginya.3
b) Sebagai pewaris nabi
Sehubung dengan kedudukan ini, terdapat sabda nabi SAW seperti berikut ini.
َ َ‫ل‬-‫و ُل َم ْن َس‬-ُ‫لم يَق‬-‫ه وس‬-‫لى هللا علي‬-‫ْت َرسُو َل هللا ص‬
َ َ‫ل‬-‫ا َس‬-‫ ِه ِعل ًم‬-ْ‫ا يَ ْبتَ ِغى فِي‬-َ‫ك طَ ِر ْيق‬
‫ ِه‬-ِ‫ك هللا ب‬ ُ ‫ع َْن أَبِى الدَّرْ دَا ِء قَا َل َس ِمع‬
‫ت َو َم ْن فِى‬ َّ ‫ب ال ِع ْل ِم َوإِ ْن ال َع ْال ِم لَيَ ْستَ ْغفِ ُر لَهُ َم ْن فِى‬
ِ ‫ َم َوا‬--‫الس‬ َ ‫ض ُع أَجْ نِ َحتَهَا ِر‬
ِ ِ‫ضا َء لِطَال‬ َ َ‫طَ ِر ْيقَا إِلَى ال َجنَّ ِة َوإِ ْن ال َماَل ئِ َك ِة لَت‬
‫ةُاألَ ْنبِيَا ِء‬-َ‫ا َء َو َرث‬--‫ب إِ َّن ال ُعلَ َم‬ ِ ْ‫األَر‬
ِ ‫ض َحتَّى‬
ِ ‫الح ْيتَانُ فِي ال َما ِء َوفَضْ ُل ال َعالِ ِم َعلَى ال َعابِ ِد َكفَضْ ِل القَ َم ِر َعلَى َسائِ ِر ال َك َوا ِك‬
‫ظ َوافِ ِر‬ ِّ ‫الع ْل َم فَ َم ْن أَخَ َذ بِ ِه أَخَ َذ بِ َح‬ َ ‫إِ َّن األَ ْنبِيَا َء لَ ْم ي َُو ِّرثُوا ِد ْين‬
ِ ‫َارا َواَل ِدرْ هَ َما إِنَّ َما َو َّرثُوا‬
Abu ad-darda’ berkata, “aku mengdengar Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang
menempuh jalan mencari ilmu, akan dipermudah Allah jslsn untuknys ke surga.
Sesungguhnya, malaikat merentangkan sayapnya karena senang kepada pencari
ilmu. Sesungguhnya, pencari ilmu dimintakan ampun oleh orang yang ada dilangit
dan bumi, bahkan ikan yang berada didalam air. Keutamaan orang yang berilmu
dari orang yang beribadah adalah bagaikan keutamaan bulan diantara semua
bintang. Sesungguhnya, ulama adalah pewaris nabi. Mereka tidak mewariskan emas
dan perak, tetapi ilmu. Siapa yang mencari ilmu, hendaklah ia mencari sebanyak-
banyaknya. HR At-tirmidzi,ahmad,albaihaqi,abu dawud,dan Ad-darimi).
Dalam hadis diatas dikemukakan beberapa hal penting. Hal yang berkaitan
erat dengan tema ini adalah ulama adalah pewaris para nabi. Pendidik, dalam hal ini
terutama guru, adalah orang yang berilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia
3
Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Amzah), hlm.70
12

termasuk kategori ulama. Jadi, ia adalah pewaris para nabi. Sebagai pewaris para nabi,
tentu guru tidak dapat mengharapkan banyak harta karena mereka tidak mewariskan
harta. Akan tetapi, rasulullah saw tidak pernah melarang orang yang berilmu,
termasuk pendidik, untuk mencari harta kekayaan selama proses itu tidak mengurangi
upaya pengambiilan warisan beliau yang sebenarnya, yaitu ilmu pengetahuan.
BAB III

PENUTUP
Simpulan
Banyak sekali keutamaan pendidik yang dapat digambarkan diantaranya terbebas dari
kutukan Allah, didoakan oleh penduduk bumi, mendapat pahala yang berkelanjutan.
Sedangkan keutamaan peserta didik diantaranya terhindar dari kutukan Allah dan menempati
posisi terbaik. Seorang pendidik baik guru maupun orang tua harus bersikap adil terhadap
anak – anaknya dalam segala hal.
Diantara kasih sayang seorang guru terhadap murid – muridnya adalah mengajarkan
etika dan hal – hal yang penting dalam tatanan hidup dunia akhirat. Islam perhatian terhadap
anak – anak wanita dan tidak membedakan dengan anak pria, bahkan Islam memberi
motivasi bagi siapa yang diuji mempunyai anak - anak wanita, ia senang dan memerhatikan
pendidikannya, maka mereka sebagai penghalang masuk neraka.
Sifat guru yang baik adalah terbuka, transparan, dan pemurah dalam ilmu yang
dibutuhkan oleh masyarakat. Perintah bersifat tawadu’ (rendah hati) dalam ilmu, terutama
ketika tidak mengetahui suatu ilmu katakanlah apa adanya “Aku tidak tahu” atau “Allah lebih
tahu” (Allahu a’lam). Tidak boleh memaksakan diri atau mengada-ada jawaban ilmu yang
ngawur tidak benar.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup
Abdurrahman bin Abi Bakr Abu Al-Fadhl As-Suyuthi. Syarh As-Suyuthi ‘ala Muslim, juz IV
Al-Ghazali. 1980. Ihya’ ‘Ulum Ad-Din, jilid I. Bukittinggi: Syamza Offset
Bukhari Umar. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Amzah.

13

Anda mungkin juga menyukai