Anda di halaman 1dari 20

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Pengembanagan kurikulum PAI H. Ahmad Nazif, M.Pd

SINTAKSIS PENGEMBANGAN URAIAN KEGIATAN


PEMBELAJARAN DISCOVERY BASED LEARNING
(DBL)

Disusun Oleh:

Auliya Rahmah Assyifa : 19.01.11.1464

Renita Amanda putri :19.01.11.1488

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BANJARBARU

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Segala puji bagi Allah SWT Tuhan sekalian alam, karena atas
limpahan rahmat-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
untuk mata kuliah ” pengembangan kurikulum PAI” yang berjudul ” Sintaksis
Pengembangan Uraian Kegiatan Pembelajaran Discovery Based Learning (Dbl)”.

Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi

besar Muhammad SAW, beserta sahabat, kerabat, tabi’in dan tabia’at yang rela

mengikuti jejak langkah beliau dari dulu, sekarang, hingga akhir zaman. Dalam

penyusunan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, dukungan,

bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih banyak, terutama kepada yang

terhormat Ibu Imaniah H. Ahmad Nazif, M.Pd selaku pembimbing mata kuliah ini

serta dapat membantu menyempurnakan makalah ini. Dan semua pihak yang

membantu, sehingga data-data dapat terkumpul untuk penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga makalah

ini bermanfaat untuk kita semua aamin ya robbal ‘alamin.

Banjarbaru, 7 November 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

A. landasan filosofis model pembelajaran Discovery Based Learning..... 3

B. landasan teoritik model pembelajaran Discovery Based Learning....... 4

C. sintak model pembelajaran Discovery Based Learning………………… 8

BAB III PENUTUP............................................................................................ 16

A. Simpulan................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sudah menjadi rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu

negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan merupakan salah

satu sarana yang dapat meningkatkan kualitas suatu bangsa, karena

berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik

dalam segi spiritual dan intelegensi. Dengan kata lain pendidikan sangat

erat kaitannya dengan terciptanyan generasi penerus bangsa suatu negara.

Dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat (1) dimaksudkan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, keprbadian, keerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam UU No.

20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan

nasional yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun

1
Tujuan pendidikan nasional yakni untuk meningkatkan potensi peserta

didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah

1. Apa landasan filosofis model pembelajaran Discovery Based

Learning?

2. Apa landasan teoritik model pembelajaran Discovery Based

Learning?

3. Bagaimana sintak model pembelajaran Discovery Based Learning?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui Apa landasan filosofis model pembelajaran

Discovery Based Learning

2. Untuk mengetahui Apa landasan teoritik model pembelajaran

Discovery Based Learning

3. Untuk mengetahui Bagaimana sintak model pembelajaran

Discovery Based Learning

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. landasan filosofis model pembelajaran Discovery Based Learning

Discovery based Learning merupakan pembelajaran yang cara

penyampaian suatu konsepnya tidak dalam bentuk jadi, melainkan peserta

didik diarahkan untuk melainkan aktif mengorganisir secara mandiri di

dalam menemukan konsep belajarnya. Falsafah yang mendasari

pembelajaran Discovery based Learning dalam pendidikan adalah

menekankan bagaimana peserta didik dalam menemukan segala sesuatu

harus aktif serta mandiri sehingga dapat menemukan dan memahami apa

yang ditemukan.

Adapun tujuan pembelajaran Discovery Based Learning menurut Bell

(1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan

penemuan, yakni sebagai berikut :

a) Siswa memiliki kesempatan unyuk terlibat secara aktif dalam

pembelajaran

3
b) siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun

abstrak

c) siswa juga belajar merumuskan strategi, tanya jawab yang tidak

rancu dan tanggungjawab untuk memperoleh informasi yang

bermanfat

d) siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif saling membagi

informasi, serta mendengar dan menggunakan ide ide orang lain.

e) konsep-konsep yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna

f) keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam

beberapa kasus lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan

diaplikasikan dakam situasi belajar yang baru

Dengan mengaplikasikan metode Discovery based Learning secara

berulang-ulang diharapkan peserta didik antara lain : (1) meningkatkan

kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan; (2) merubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif; (3) mengubah

pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented; (4) mengubah

modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan

informasi sendiri, sehingga dapat membantu peserta didik dalam

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.

B. landasan teoritik model pembelajaran Discovery Based Learning

4
Model pembelajaran discovery based learning merupakan model

pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan konsep suatu

materi pelajaran oleh peserta didik dimana peserta didik tidak

disajikan pembelajaran dalam bentuk jadi/ utuhnya melainkan peserta

didik diharapkan menemukan

Adapun beberapa teori yang melandasi model pembelajaran

discovery based learning antara lain : (1) teori pembelajaran

konstruktivisme; (2) teori Jaen Piaget; (3) teori penemuan Jerome

Bruner.

1. Teori pembelajaran konstruktivisme

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang

belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Tindakan

nyata untuk memperoleh pemahaman atau pengetahuan, peserta

didik mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap

fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur

kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme adalah

suatu proses yang dilalui memlalui mengkonstruksi pengetahuan

melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil yang langsung

diterima dari orang lain seperti guru ataupun pendidik lainnya

melainkan hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap

individu. Pengetahuan yang melalui proses mengkonstruksi oleh

setiap individu akan memberikan sesuatu dalam jangka panjang atau

5
lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau diingat dalam setiap

individu.

2. Teori Jaen Piaget

Piaget merupakan salah satu pioner konstruktivis, ia

berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya dari

pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dalam pandangan

Piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan  kognitif

sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak anak aktif

memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam

hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai

pemberi informasi.

Teori Piaget menguraikan perkembangan kognitif dari bayi

sampai dewasa. Dalam pandangan Piaget, struktur kognitif

merupakan kelompok ingatanyang tersusun dan saling

berhubungan, aksi dan strategi yang dipakai oleh anak-anak

untuk memahami dunia sekitarnya. Pada bayi, struktuf kognitif yang

dimiliki adalah refleks.

Proses mengkonstruksi pengetahuan yang disebutkan Piaget

dimulai dari scemata, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.

Menurut Piaget, semakin banyak seseorang mampu membedakan

stimulus satu dengan stimulus lainnya makin banyak schemata yang

dimiliki. Schemata merupakan struktur kognitif yang selalu berubah

dan berkembang akibat adanya asimilasi dan akomodasi. Piaget

6
berpendapat bahwa melalui proses akomodasi dan asimilasi,

individu mengkonstruksi pengetahuan baru dari pengalamannya.

Asimilasi terjadi ketika pengalaman baru dari individu cocok

dengan representasi dunia nyata. Mereka mengasimilasikan

pengalaman baru itu dalam kerangka yang sudah ada. Asimilasi

merupakan proses penyatuan kembali representasi mental seseorang

dari dunia nyata agar sesuai dengan pengalamannya yang baru.

Akomodasi dapat dipahami sebagai suatu mekanisme bagaimana

mengubah suatu kegagalan menjadi keberhasilan melalui proses

pembelajaran. Ketika kita berharap bahwa dunia bekerja dengan

cara sesuai keinginan kita, dan ternyata yang terjadi adalah

sebaliknya, maka kemungkinan besar mengalami kegagalan.

Dengan mengakomodasi pengalaman baru ini dan mengintegrasikan

kembali model yang kita kehendaki, kita memperoleh hal baru dari

belajar tentang kegagalan.

3. Teori penemuan Jerome Bruner

Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan

pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dengan sendirinya

memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari

pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui

partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip-prinsip agar

7
memperoleh pengalaman serta melakukan eksperimen untuk

memantapkan penemuan.

Dalam implikasinya pada proses pembelajaran, siswa

mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu

bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.

Siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa

belajar secara aktif dengan kosep-konsep dan prinsip-prinsip.

Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan

kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan

sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan aturan

yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk

memahami suatu kebenaran umum. Lawan dari pendekatan ini

disebut belajar ekspositori (belajar dengan cara menjelaskan).

Dalam hal ini siswa diberi informasi umum untuk diminta

menjelaskan informasi tersebut melalui contoh-contoh khusus dan

konkret.

C. sintak model pembelajaran Discovery Based Learning

Proses pelaksanaan pendekatan penemuan oleh Bruner atau

discovery learning memang hampir sama dengan inquiry learning.

Perbedaan discovery learning dengan inquiry learning menurut

Endang (2012) Perbedaan terletak pada peran guru. Dalam metode

8
discovery guru dan peserta didik sama-sama aktif guru membimbing

penemuan pada eksperimen yang dilakukan siswa. Ini berarti

permasalahan yang disajikan oleh pendidik bukanlah permasalahan

yang telah diketahui hasilnya akhirnya.

Fase Indikator Aktivitas /kegiatan

ke- pendidik
1 Menjelaskan tujuan Pendidik menjelasakan

pembelajaran arah dari pembelajaran

yang akan dlakukan


2 Membagi petunjuk praktikum/ Pendidik memberikan

eksperimen simulasi serta memberikan

kesempatan siswa untuk

membuat problem

statement
3 Peserta didik melaksanakan Pendidik mengawasi

eksperimen dibawah pelaksanaan eksperimen

pengawasan guru yang dilakukan oleh

peserta didik dan

melakukan observasi

terhadap data yang

diperoleh
4 Guru menunjukan gejala yang Pendidik menunjukan

diamati kesalahan-kesalahan dalam

pelaksanaan eksperimen

9
dan melihat kesesuaian

hasil dengan proses

5 Peserta didik menyimpulkan Pendidik melakukan turut

hasil eksperimen aktif dalam penentuan

generalisasi dari hasil

eksperimen

a) Menjelaskan tujuan pembelajaran

Pendidik sebagai penunjuk arah berjalannya pembelajaran

harus menjelaskan arah dari pembelajaran yang akan dijalani

oleh peserta didik. Tujuan yang akan dicapai setelah

pembelajaran selesai dilakukan. Pendidik selain menunjukan

tujuan namun juga menunjukan gambaran dari manfaat yang

diperoleh setelah dilakukannya pembelajaran

b) Membagi petunjuk praktikum/eksperimen.

Pembagian petunjuk ini berarti bahwa pendidik

memberikan arahan awal. Dalam penjelasan awal peserta didik

diberikan simulasi dan problem statement, simulasi berarti

pendidik bertanya dengan mengajukan persoalan yang akan

dipecahkan dan problem statement berarti pendidik

memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk merumuskan

10
pertanyaan, atau hipotesis . Hal ini merujuk bahwa peserta

didik memiliki pernyataan awal atau jawaban awal dari

permasalahan yang selanjutnya akan diuji kebenarannya.

c) Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah

pengawasan guru

Pelaksanaan ini adalah tahap pengujian hipotesis yang

telah diperkirakan di awal. Dalam melaksanakan eksperimen

ada dua hal yang dilakukan yaitu data collection dan data

processing. Data collection berarti peserta didik diberikan

kesempatan untuk mengumpulkan data, menggali informasi

yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara

dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan

sebagainya. Data prosessing berarti peserta didik mengolah

semua data yang diperoleh dengan mengklasifikasikan,

ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta

ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.

d) Guru menunjukan gejala yang diamati.

Dalam tahapan ini pendidik menunjukan hal-hal yang

sedang terjadi dalam eksperimen atau jika bukan dalam

eksperimen laboratorium, tahap ini adalah tahap ketika

dilakukannya verification atau pembuktian. Menurut Djamarah

dan Zain (2002) verification atau pembuktian berarti tafsiran,

11
hipotesis, atau informasi dicek, apakah terjawab atau tidak,

apakah terbukti atau tidak.

e) Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

Simpulan dari hasil eksperimen adalah tahap akhir, ini

berarti akan diperoleh generalisasi dari permasalahan yang

diberikan oleh pendidik di awal pertemuan.

a) Kelebihan Discovery Based Learning

1. Membantu siswa memperbaiki dan meningkatkan

keterampilan-keterampilan dalam proses pembelajaran.

2. Menimbulkan rasa ketertarikan peserta didik dalam

proses pembelajaran.

3. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik

4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang

5. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan

hipotesis sendiri.

b) Kekurangan Discovery Based Learning

1. Perlu adanya kesiapan dan kematangan mental dari

peserta didik

2. Hanya digunakan dalam jumlah siswa yang relatif sedikit

3. Hanya digunakan dalam beberapa ilmu saja

c) Upaya optimasilasi model pembelajaran discovery based

learning

12
Pelaksanaan pemblajaran meskipun dengan perencaan

yang matang pasti memiliki kendala. Kunci dari model

discovery based learning ini adalah keaktifan siswa dalam

mencari informasi serta mengolah informasi yang telah di

miliki untuk menumukan suatu konsep dan jawaban baru dari

suatu permasalaah dengan baik.

Berdasarkan pemaparan kelemahan dari model discovery

based learning adapun komponen-komponen yang dapat

menghambat proses pembelajaran model discovery based

learning. (1) Kurang siapnya mental peserta didik dalam

melaksanakan model discovery based learning; (2)

Kurangnya pemahaman pendidik mengenai penerapan model

pembelajaran discovery based learning; (3) jumlah peserta

didik yang banyak sehingga sulit dalam memperhatikan

secara keseluruhan peserta didik; (4) Kurangnya sumber-

sumber yang relevan sebagai media pembelajaran; (5)

Kurangnya waktu pendidik dalam pengimplementasian

Model Dscovery Based Learning.

Agar pelaksanaan model discovery based learning dapat

berjalan dengan baik, upaya yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut. (1) senantiasa melatih peserta didik dalam

menggunakan model discovery based learning dengan

memberikan permasalahan dengan tahapan dari yang paling

13
mudah hingga ke tingkat yang sulit; (2) Pendidik senantiasi

mempelajari teknik-teknik penerapan model discovery based

learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan. (3) Membatasi jumlah peserta didik dalam kelas.

(4) Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama

buku sumber dan sumber lainnya yang relevan dalam

pembelajaran. (5) Pendidik senantiasa melatih diri dalam

manajemen waktu dan manajemen kelas sehingga dalam

penggunakan model discovery based learning mencapai suatu

penemuan.

14
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Model pembelajaran discovery based learning merupakan model

pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan konsep suatu

materi pelajaran oleh peserta didik dimana peserta didik tidak disajikan

pembelajaran dalam bentuk jadi/ utuhnya melainkan peserta didik

diharapkan menemukan konsep atau prinsip suatu materi pelajaran dengan

sendirinya. Adapun beberapa teori yang melandasi model pembelajaran

discovery based learning antara lain : (1) teori pembelajaran

konstruktivisme; (2) teori Jaen Piaget; (3) teori penemuan Jerome Bruner.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery based Learning secara

berulang-ulang diharapkan peserta didik antara lain : (1) meningkatkan

kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan; (2) merubah

kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif; (3) mengubah

pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented; (4) mengubah

modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan

15
dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri,

sehingga dapat membantu peserta didik dalam menemukan dan memahami

konsep-konsep yang sulit.

Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan proses pembelajaran

adalah sebagai berikut; (1) menjelaskan tujuan pembelajaran, (2) membagi

petunjuk praktikum/eksperimen, (3) peserta didik melaksanakan

eksperimen dibawah pengawasan guru, (4) Guru menunjukan gejala yang

diamati, (5) Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. CIA World Factbook Tahun 2016. (http:/ www.cia.gov/.html,


Nopember 2021).
_______. 2016. survey PIRLS. (http://litbang.kemdikbud.go.id/, Nopember
2021).
_______. 2014. Pengertian dan Langkah-Langkah Model Pembelajaran Penemuan
Terbimbing (Discovery Learning).
(http://www.salamedukasi.com/2021/11/pengertian-dan-langkah-
langkah-model.html, November 2021)
Kemendikbud. 2013. Model Pembelajaran Penemuan. Jakarta.
Andriani, Rini. 2015. Teori Belajar Kognitif Jerome S.Bruner.
(http://www.membumikanpendidikan.com/2015/02/teori-belajar-
kognitif-jerome-s-bruner.html, November 2021
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai