Anda di halaman 1dari 27

upaya peranan guru terhadap kedisiplinan siswa Mts.

Nurul
Hidayah

OLEH
Nina Amelia :19.01.11.1479

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2021
KATA PENGANTAR

I
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jika kedisiplinan dirasa sangat penting bagi siswa pada Mts. Nurul

Hidyah, maka sekolah perlu bekerja keras untuk mendisiplinkan siswanya agar

setiap disiplin yang ada berjalan dengan baik. Sifat kepribadian berhasil. Perlu

diperhatikan bahwa peraturan Mts. Nurul Hidayah akan memberlakukan

tindakan disipliner terhadap siswa.

Kedisiplinan adalah sesuatu yg krusial pada pembelajaran. Sebagai murid

kedisiplinan adalah hal yg wajib dimiliki lantaran akan berpengaruh dalam

taraf keberhasilan murid pada mencapai tujuan pembelajaran yg diinginkan.

Siswa yg kurang berprestasi bukan hanya pada sebabkan sang faktor

kemampuan. Kedisiplinan adalah harga meninggal yg wajib dibayar sang

murid. Hal ini wajib kita lakukan karena dampak disiplin terhadap prestasi

belajar sangatlah besar. Ini bukanlah ancaman namun sekedar pengkondisian

supaya tumbuh & berkembang perilaku disiplin dalam pola kehidupan murid.

Kurangnya pencerahan dalam murid menciptakan mereka menyepelekan

mengenai disiplin tadi & tanpa mereka sadari bahwa disiplin tadi jua

mensugesti output prestasi belajar mereka & menurunnya prestasi mereka jua

berpengaruh dalam asal daya insan yg masih poly diharapkan sang negara kita.

Disiplin sekolah terutama melalui penanaman disiplin pribadi yaitu

pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, membimbing kewajiban guru

dalam mendidik siswanya.Baru-baru ini mendengarkan dan menyaksikan berita

di massa dan media elektronik menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa

1
masih sangat tinggi. mengesankan. Orang-orang khawatir. Seiring berjalannya

waktu, jumlah tindakan ilegal yang dilakukan oleh mahasiswa semakin

meningkat, Dalam Al-Qur‟an diterangkan tentang disiplin dalam surat al-Ashr

ayat 1-3 yang berbunyi:

Hakikat pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik dalam proses

pendidikan agar dapat memainkan perannya dimasa yang akan datang. Artinya

pendidikan harus membekali peserta didik dengan berbagai keterampilan sesuai

dengan kebutuhan zaman. Sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada Pasal

1 ayat (1) yang berbunyi:

‫َو ْال َعصْ ۙ ِر‬

1. Demi masa,

ٍ ۙ ‫اِ َّن ااْل ِ ْنسَانَ لَفِ ْي ُخس‬


‫ْر‬

2. sungguh, manusia berada dalam kerugian,

ِّ ‫اصوْ ا بِ ْال َح‬


َّ ‫ق ەۙ َوت ََواصَوْ ا بِال‬
ࣖ ‫صب ِْر‬ َ ‫ت َوتَ َو‬ ّ ٰ ‫اِاَّل الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صلِ ٰح‬

3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling


menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secaraaktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

2
Pengertian disiplin secara konvensional mengajarkan bahwa hadiah

adalah pendorong terbaik dalam membantu individu untuk melakukan sesuatu

yang lebih baik. Dan salah satu prinsip pembentuk disiplin adalah mengajari

seseoarang untuk melakukan hal yang benar agar memperoleh perasaan yang

nyaman yang hakiki saat melakukan sesuatu dan memberikan kontribusi

kepada masyarakat (Kenneth W, 2005:12).

Disiplin tidak sama dengan hukum, karena hukum adalah sesuatu yang

menyakitkan atau menghina yang dilakukan orang yang lebih berkuasa kepada

orang yang kurang berkuasa dengan harapan akan menghasilkan perubahan

perilaku (Kenneth W, 2005:12).

Dalam pembelajaran dikenal dengan sebutan mental discipline. Mental

discipline adalah teori yang latihan khususnya menghasilkan perbaikan fungsi

atau perbaikan umum pada kemampuan mental (mental ability). Kata disiplin

semula disinonimkan dengan education(pendidikan), sedangkan dalam

pengertian modern pengertian dasarnya adalah kontrol terhadap kelakuan, baik

oleh suatu kekuasaan luar ataupun oleh individu sendiri. Jadi mental

disciplineberarti kontrol terhadap mental sehingga mempunyai kemampuan

(Muhaimin, 1996:21).

B. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau kekeliruan memahami judul

skripsi ini maka penulis perlu memberikan penjelasan yaitu :

3
1. pengertian upaya

Setiap kegiatan atau tindakan yang dilakukan tentunya pasti ada upaya

atau treatment tertentu, hal ini dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

dan supaya apa yang diinginkan atau yang telah direncanakan dapat tercapai

dengan maksimal dan sesuiai dengan apa yang diinginkan. Kamus Bahasa

Indonesia menyebutkan pengertian upaya yakni;Upaya adalah tindakan yang

dilakukan seseorang, untuk mencapai apa yang diinginkan atau merupakan

sebuah strategi.

Upaya adalah aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap

sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan

kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya.Upaya dijelaskan sebagai

usaha (syarat) suatu cara, juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang

dilakukan secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal

agar tidak meluas atau timbul.Selanjutnya dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia juga dijelaskan lagi bahwa;Pengertian upaya dalam kehidupan

sehari-hari diartikan sebagai suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau badan yang melaksanakan kegiatannya dalam rangka untuk

mewujudkantujuan ataupun maksud dari apa yang dikerjakan.

Seperti yang dijelaskan di atas tentunyan upaya tersebut harus

dilaksanakan secara serius dan mempunyai kemauan yangtinggi untuk

mewujudkannya. Upaya tersebut juga harus dilaksanakan secara

berkesinambungan hingga suatupersoalan dapat terpecahkan atau dapat

mencapai sasarandan tujuanyangdiharapkan. Dengan upaya-upaya tersebut

diharapkan berbagaikendala yang menghambat suatu tujuan dapat diatasi.

4
Jadi dari beberapa pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan

bahwa upaya adalah tindakan yang dilakukan seseorang, untuk mencapai apa

yang diinginkan yang dilakukan secara sistematis, terencana, terarah dan

berkesinambungan.Baik dalam hal upaya untuk mencegah terhadap sesuatu

yang mendatangkan bahaya, upaya untuk memelihara atau mempertahankan

kondisiyang telah kondusif atau baik, sehingga tidak sampai terjadi keadaan

yang tidak yang baik, maupun upaya untuk mengembalikan seseorang yang

bermasalah menjadi seseorang yang mampumenyelesaikakan masalahnya.

Menurut Wahyu Baskoro (2005 : 902) Upaya adalah usaha atau syarat untuk

menyampaikan sesuatu atau maksud (akal, ikhtiar). Menurut Torsina (1987 :

4) Upaya adalah kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Kedisiplinan

Dalam hal ini kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin

“discipline” yang berarti “latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian

serta pengembangan tabiat”. Disiplin muncul sebagai usaha untuk

memperbaiki perilaku individu sehingga taat azas dan selalu patuh pada aturan

atau norma yang berlaku.

Pada hakekatnya, disiplin adalah hal yang dapat dilatih. pelatihan

disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter atau

keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa

disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan

mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang

diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab.

5
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari

kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan

sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa

pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran

(hukum) atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.

Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri

agar dapat berperilaku tertib. Sedangkan guru adalah pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan

pendidikan menengah.

Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga

kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang

wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental

yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma

yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.

Menurut "Kamus Besar Bahasa Indonesia" (2007), disiplin ilmu adalah:

1. Aturan (di sekolah, kantor, militer, dll.). 2. Amati (patuhi) kode etik.3.

Untuk penelitian dengan objek dan sistem tertentu, Riberu (Maria J. Wantah,

2005: 139) menjelaskan bahwa istilah "disiplin" berasal dari bahasa latin yang

berhubungan langsung dengan dua istilah lain, yaitu audit (pembelajaran) dan

magang (siswa). )). Disiplin diartikan sebagai perilaku dan kehidupan

berorganisasi menurut ajaran Amir Daien Indrakusuma (1973: 166) dan

menjelaskan bahwa disiplin berarti kemauan untuk mengikuti aturan dan

6
menjauhi larangan. Disiplin harus didasarkan pada kesadaran akan nilai dan

pentingnya peraturan dan larangan tersebut.

Disiplin harus dibarengi dengan pemahaman yang mendalam tentang

makna dan nilai disiplin itu sendiri Maman Rachman (1998: 168)

mengemukakan bahwa disiplin berkaitan dengan pengendalian diri seseorang

atas bentuk regulasi. Disiplin pada dasarnya adalah ekspresi dari sikap

psikologis pribadi dan sosial, yang mencerminkan rasa ketaatan dan ketaatan

Didukung oleh kesadaran dalam memenuhi tugas dan kewajiban untuk

mencapai tujuan, menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan

pada hakikatnya adalah sekumpulan perilaku pribadi dan masyarakat yang

mencerminkan rasa ketaatan dan ketaatan, yang didukung oleh kesadaran

dalam melaksanakan tugas dan kewajiban untuk mencapai tujuan.

Dapat disimpulkan dari uraian di atas bahwa disiplin adalah perilaku

atau tindakan yang diusulkan. Nilai-nilai yang baik, kepatuhan, menempatkan

segala sesuatunya pada tempatnya. Akurat, memakan waktu, memakan waktu

dan konsisten.

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya

merupakan tanggung jawabnya.

Ditinjau dari segi tirminologi disiplin menurut para ahli pendidikan

mendefinisikan berbagai pengertian disiplin Menurut Suharsimi Arikunto

(1980: 114), Disiplin adalah kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan

atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata

hatinya tanpa adanya paksaan,

7
C. Fokus Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka fokus penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Kedisiplinan anak sangat penting dilingkungan sekolah maupun di lingkungan

keluarga

Mts. Nurul Hidayah

2. Faktor terjadinya kelalaian guru dalam mendisiplinkan muridnya disekolah

Mts. Nurul Hidayah

D. Alasan Memilih Judul

Alasan yang dapat penulis kemukakan tentang kedisiplinan siswa di

lingkungan sekolah Mts. Nurul Hidayah adalah sebagai berikut:

1. Mengingat anak jaman sekarang sangat sering melakukan hal hal yg

tidak baik disekolah.

2. Seorang guru harus bisa mendisiplinkan siswanya dengan baik dan tegas.

3.

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan fokus penelitian di atas maka tujuan penelitian ini sebagai

Berikut:

1. Untuk lebih mengetahui apakah para guru sudah benar benar

mendisiplinkan muridnya Mts. Nurul Hidayah

2. Untuk mengetahui faktor dan penghambat dalam mendisiplikan siswa

Mts. Nurul Hidayah

8
F. Signifikan Penelitian

Hasil penelitian ini baik secara teori maupun praktis diharapkan mempunyai

kegunaan sebagai berikut:

1. sebagai bahan informasi untuk para guru agar kedepannya lagi bisa lebih

mendisiplinkan para

muridnya. Mts. Nurul Hidayah.

2. menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang

kedisiplinan murid begitu penting. Mts. Nurul Hidayah.

3. Sebagai pendahuluan atau perbandingan bagi penulis lain yg ingin

meneliti pada kasus yg sama.

G. Penelitian Terdahulu

1. Zainal Abidin dalam judul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam

Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP Negeri 2 Jenggawah Kabupaten

Jember Tahun Pelajaran 2014/2015”. Fokus penelitian bagaimana Peranan

Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Kedisiplinan Siswa SMP

Negeri 2 Jenggawah Tahun Pelajaran 2014/2015. Pendekatan yang

digunakan dalam penilitian adalah pendekatan kualitatif, analisis data

menggunakan kualitatif deskriptif dan menggunakan metode observasi,

interview dan dokumentasi beserta keabsahan data menggunakan triangulasi

sumber.

Perbedaan penelitian tersebut dan penelitian saya adalah dalam

penelitian terdahulu konsep materi yang diteliti lebih menekankan pada

konsep peran guru Pendidikan Agama Islam-nya saja untuk mendisiplinkan

9
siswa, Sedangkan dalam peneliti saya lebih ditekankan pada guru untuk

lebih fokus untuk mendisiplinkan sisiwanya.

Persamaan penelitian tersebut yaitu penggunaan metode pendekatan

penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi. Tujuan penelitian dalam rangka

meraih tujuan yang sama yakni mendisiplinkan siswa dalam hal kebaikan.

2. Siti Musyarrofah dalam judul “Korelasi Pendidikan Kepramukaan dengan

Disiplin Siswa di SLTP Negeri 2 Jenggawah Kecamatan Ajung Kabupaten

Jember Tahun Pelajaran 2003/2004”. Fokus penelitian apakah ada korelasi

Korelasi Pendidikan Kepramukaan dengan Disiplin Siswa di SLTP Negeri 2

Jenggawah Kecamatan Ajung Kabupaten Jember Tahun Pelajaran

2003/2004. Pendekatan yang digunakan dalam

penilitian ini adalah pendekatan kuantitatif, teknik penentuan populasi

dan sampel menggunakan proporsional stratified random sampling,

pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode angket, observasi,

interview dan dokumentasi sedangkan analisa data menggunakan statistik chi

kwadrat dan koefisien kontingasi.

Perbedaan penelitian tersebut dan penelitian saya adalah dalam

penelitian terdahulu konsep materi yang diteliti lebih menekankan pada

konsep peran kepramukaan. Sehingga menumbuhkan kedisiplinan siswa

dengan latihan fisik dan tidak ada bagaimana siswa tersebut setelah

melakukan kedisiplinan disekolah.

Sedangkan dalam penelitian saya lebih ditekankan kepada gurunya

bukan dalam peran kepramukaan dilakukan oleh pihak sekolah

10
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Upaya Mendisiplinkan Siswa di Sekolah

Salah satu unsur utama yang harus diperhatikan dalam proses

pendidikan adalah bagaimana sekolah berupaya agar siswa memiliki

kepribadian yang sehat, sehingga memiliki kemampuan beradaptasi yang

baik dengan dirinya, lingkungan dan Tuhannya. Salah satu ciri pribadi yang

sehat itu adalah disiplin. Individu yang berdisiplin ketat akan mampu

melakukan perilaku yang sesuai dengan batasan pedoman yang berlaku dan

mampu mengarahkan dirinya pada kegiatan yang aktif dan konstruktif.

Dalam proses pendidikan, pengembangan mata pelajaran diartikan

sebagai:

1. Membantu melatih siswa memahami norma Siswa memahami batasan

norma dan mampu bertindak sesuai dengan batasan norma tersebut.

Dengan kata lain, siswa dapat mengontrol dirinya dari perilaku yang

menyimpang dari norma dan mengambil tindakan yang diminta oleh

norma dengan sungguh-sungguh. Tanpa kemauan, kebebasan memilih

dan kedewasaan, kemampuan untuk mengendalikan diri ini tidak

mungkin. Individu yang dapat mengontrol dirinya sendiri pasti sudah

memiliki ketiga ciri tersebut. Menurut Singgih D. Gunarsa (1982: 162),

pentingnya menanamkan disiplin pada anak adalah sebagai berikut:

Harus ada disiplin dalam mendidik anak agar anak dapat dengan mudah:

11
• Menanamkan pengetahuan dan pemahaman sosial, termasuk

pengakuan atas hak milik orang lain

• Memahami dan segera mematuhi kewajiban kinerja dan segera

memahami larangannya

• Memahami kualitas perilaku • Belajar mengendalikan keinginan

Anda dan melakukan sesuatu tanpa terancam hukuman

• Korbankan kebahagiaan Anda sendiri tanpa diperingatkan oleh orang

lain

2. Bantu anak mengenali jati dirinya (self-identity) dan bertanggung jawab

(responsibility).

Setelah anak memahami dan memahami norma-norma, maka anak

akan sadar akan keberadaan dan statusnya sendiri, serta eksistensinya

sendiri sebagai individu. Schneiders (1960: 230) percaya bahwa jika anak

tidak ditanamkan ke dalam disiplin, anak tidak akan mampu mencapai

perkembangan jati diri atau rasa tanggung jawabnya sendiri.

3. Bantu anak-anak mengembangkan hati nuraninya sendiri (hati nurani)

Melalui pelatihan disiplin bagi anak, nilai akan diinternalisasikan. Anak-

anak menyerap, mempertimbangkan dan mengamalkan nilai-nilai

tersebut, sehingga menjadi acuan untuk melakukan sesuatu atau tidak.

Pada dasarnya siswa di sekolah memiliki kemampuan disiplin diri yang

cukup. Siswa terbiasa dengan aturan yang harus dipatuhi di lingkungan

rumah, terus belajar di sekolah, dan bersosialisasi di masyarakat. Namun

jika kita amati masih banyak pelanggaran peraturan sekolah, meskipun

banyak siswa yang hanya mengikuti peraturan tersebut karena paksaan.

12
Disiplin yg sudah terdapat bisa ditingkatkan menggunakan

beberapa cara. Walaupun cara peningkatan ini sifatnya teoritis akan

tetapi bisa meberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah. Cara-cara buat

mngembangkan sekolah yg berdisiplin baik, yangdiasumsikan jua

membangun disiplin diri anak didik yg lebih baik diantaranya:

1. Menambahkan rasa kecintaan murid terhadap sekolah Hendaknya murid

merasa dirinya sebagai bagian menurut sekolah. Jika murid mengalami

kesulitan belajar dia nir akan segan menyampaikan menggunakan guru.

Pengajar & staf sekolah lainnya selalu berkomunikasi menggunakan

murid pada luar kelas, mengadakan aktivitas yg memungkinkan murid

dapat mengutarakan segala kesulitannya, misalnya darmawisata.

Kegiatan lain adalah menampung saran buat kebersihan & keindahn

sekolah sekaligus memberikan kesempatan buat melaksanakaan.

2. Mengadakan kejasama antara siswa, staf sekolah, pengajar & pihak

lainnya pada sekolah. Pihak sekolah menampung saran-saran & kritik

menurut siswa, pengajar & staf sekolah lainnya. Dalam memecahkan

perkara misalnya kebersihan sekilah, mengatasi pelanggaran rapikan

tertib sekolah & kesulitan-kesulitan lain maka semua pihak misalnya

pengajar, siswa, & staf sekolah diajak kerjasama buat memecahkan

perkara itu.

3. Pengembangan rapikan tertib sekolah Tata tertib pada sekolah

dikembangkan menggunakan meminta saran/pendapat anak didik

mengenai rapikan tertib itu, pengajar mengawasi konduite anak didik dan

13
apabila anak didik melanggar rapikan tertib menegurnya menggunakan

alasan yg rasional dan kentara mengenai maksud rapikan tertib itu, dan

meminta pendapat orang tua mengenai rapikan tertib tersebut.

Memberikan penghargaan bagi anak didik yg bisa mentaati rapikan

tertib, berikan kesempatan mengungkapkan pendapatnya mengenai

rapikan tertib lewat majalah dinding pada sekolah

4. Pengembangan kurikulum sekolah Pengembangan kurikulum adlah aplikasi

kurikulum yg memungkinkan seluruh anak didik bisa mendapat pelajaran

dengn baik, contohnya pelajaran tambahan, menaruh kesempatan

remedial bagi anak didik yg mengalami kesulitan belajar, pekerjaan

rumah, adanya gerombolan belajar.

5. Penanggulangan kasus emosional anak didik pada sekolah Sekolah

mempunyai energi spesifik yg menangani kasus emosional anak didik

yaitu konselor sekolah, namun pengajar jua bisa membantu menangani

siswasiswa eksklusif lantaran pengajar lebih poly herbi anak didik &

dikarenakan terbatasnya energi konselor sekolah.

6. Memperkuat hubungan sekolah menggunakan tempat tinggal Interaksi

sekolah menggunakan tempat tinggal diperkuat menggunakan cara

menciptakan anak didik mencicipi sekolah adalah bagian yg tidak

terpisahkan dari kehidupannya. Kegiatan berupa rendezvous yg teratur

antara pihak sekolah menggunakan orang tua, meminta saran orang tua

mengenai kasus disiplin & pelajaran, pengajar mengadakan kunjungan

kerumah anak didik, & mengadakan bakti rakyat menggunakan

melibatkan pengajar, orang tua & anak didik Selanjutnya Lucien B

14
Kinney (Mulyani S. Sumantri, 1987: 10) sudah mengadakan studi

mengenai pembinaan disiplin pada kelas, menyatakan disiplin bisa

ditingkatkan menggunakan:

• Mengadakan perencanaan secara kooperatif denga anak didik

• Menegmbangkan kepemimpinan & tanggung jawab pada anak didik

• Membina organisasi & mekanisme di kelas secara demokratis, mengorganisir

aktivitas grup sang anak didik, memberi kesempatan buat bekerjasama.

• Memberi kesempatan berfikir kritis & punya inspirasi sendiri, terutama pada

mengemukakan & mendapat pendapat

• Memberikan kesempatan berpartisipasi secara luas pada aneka macam

aktivitas edukatif sinkron dengan kesanggupan anak didik itu sendiri.

• Menciptakan kesempatan buat membuatkan perilaku yg dikehendaki secara

psikologis, sosiologis & biologis.

B. Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah

Tugas seseorang pengajar bukan hanya pada mengungkapkan bahan

ajar pada anak didik saja, namun seseorang pengajar pula ikut memilih

arah perkembangan kepribadian anak didik. Hal ini berarti seseorang

pengajar pada melaksanakan tugasnya wajib memperhatikan semua

aspek-aspek perkembangan anak didik, nir hanya padaaspek intelektual

saja. Dalam hal ini Watson (Gordon, 1956: 7) mengatakan:

15
“The first task of the teacher is to provide a general classroom atmosphere

of   cooperation, friendliness and joy of living.”

Dari uraian pada atas bisa dipandang bahwa seseorang pengajar

pada melaksanakan tugasnya pula wajib bisa berperan menjadi

pembimbing pada membantu anak didik buat membuatkan semua aspek

kepribadiannya seoptimal mungkin. Hal ini mengingat bahwa

perkembangan aspek-aspek kepribadian nir mampu dilaksanakan

sepenuhnya melalui aktivitas pengajaran, namun wajib lebih menunjuk

dalam aktivitas hubungan manusiawi, yaitu menggunakan penerapan

fungsi bimbingan pada proses belajar mengajar. Karena bagaimanapun

masih ada disparitas yg esensial antara bimbingan & pengajaran. Peranan

pengajar menjadi pembimbing pada proses belajar mengajar adalah salah

satu kompetensi pengajar yg tepat

Dalam hal ini Rochman Natawidjaya (1988: 33) membicarakan

peranan pengajar menjadi pembimbing tadi adalah kompetensi

penyesuaian interaksional, yg adalah kemampuan pengajar buat

menyesuaikan diri menggunakan ciri murid & suasana belajar murid.

Selanjutnya, Erikson (Rochman Natawidjaya, 1988: 51) sehubungan

degan peranan pengajar pada keseluruhan acara bimbingan pada sekolah

menyimpulkan bahwa pengajar mempunyai kesempatan yg luas buat

melakukan bimbingan pada kelas. Kesempatan itu adalah:

1. Pengajar, menjadi pengajar, pertama-tama perduli terhadap kasus &

kebutuhan siswanya

16
  2. Pengajar adalah orang yg pertama mengetahui keluarnya kasus

penyesuaian  diri dalam siswanya

3.Pengajar mengendalikan sebagian keadaan sekolah yg menaruh

sumbangan perkembangan anak didik

4.Pengajar mempunyai kesempatan buat melaksanakan aneka macam

keputusan yangdibuat menjadi output berdasarkan hubungan anak

didik menggunakan penyuluh

 5.Pengajar mempunyai kesempatan untukmelaksanakan aneka macam

terapi kelompok

6.Pengajar meiliki kesempatan buat menaruh aneka macam pelayanan

instruksional yg erat hubungannya menggunakan kebutuhan & kasus

anak didik

7.Pengajar mempunyai kesempatan buat memperoleh poly liputan &

wawasan mengenai anak didik & pengalamannya

8.Pengajar menyebarkan aneka macam hubungan yg efektif

menggunakan orang tua anak didik & pranata masyarakat. Kontak itu

memiliki aneka macam kemungkinan krusial dalamprogram bimbingan

9.Pengajar memilki interaksi eksklusif menggunakan anak didik.

Hubungan baik ini menempatkan pengajar dalam kedudukan strategis

pada upaya membantu anak didik 

17
C. Upaya Guru dalam Mengembangkan Disiplin Belajar Siswa

    Pengajar menjadi pendidik memiliki peranan krusial pada

membuatkan disiplin diri murid. Pada waktu proses pembelajran

berlangsung, para pengajar dituntut buat bisa melakukan kontrol

eksternal dengan melakukan tindakan-tindakan yg bisa membentuk

“self discipline” murid, sebagai akibatnya diperlukan murid bisa

mentaati peraturan, kebiasaan & batasan-batasan konduite dirinya.

Upay buat membuatkan disiplin diri merupakan melalui penanman

dsiplin. Dengan penanaman disiplin ini pengajar berusaha menciptakan

situasi proses belajar mengajar yg bisa mendorong murid buat

berdisiplin diri pada belajarnya.

   Pengembangan disiplin sang pengajar cenderung dilakukan pada

pada kelas, sang karenanya selanjutnya muncul pertanyaan: Kelas yg

bagaimana yg dikatakan disiplin? Untuk mejawab pertanyaan ini kita

bisa menyimak apa yg dikatakan William Gnagey bahwa:

Good discipline refers to a situation in which your students are exerting

an optimal amount of energy trying to learn what you want to teach

them instead of wasting it in various other counter productive activities

(Gnagey, 1981: 11)

Pernyataan pada atas menunjukkan bahwa displin akan terbentuk jika

setiap anak didik mempunyai motivasi yg bertenaga buat melibatakan

diri secara aktif pada proses pembelajaran. Dengan perkataanlain,

tanpa partisipasi anak didik (melalui motivasi yg bertenaga), apapun

18
yg diupayakan pengajar dalammengembangkan disiplin belajar nir

akan berhasil secara optimal.

         Dalam rangka membuatkan disiplin diri anak didik pada belajar,

Syamsu Yusuf LN (1989: 60) menegemukakan terdapat beberapa hal yg

perlu sebagai perhatian pengajar yaitu menjadi berikut:

1 .Pengajar hendaknya sebagai contoh bagi anak didik Pengajar hendaknya

berperilaku yg mencerminkan nilai-nilai moral, sehingga dia sebagai

figur sentral bagi anak didik pada menerjemahkan nilai-nilai tersebut

pada perilakunya, misalnya berlaku jujur, berdisiplin pada melaksanakan

tugas, rajin belajar & bersikap optimis pada menghadapi duduk perkara

hidup.

2. Pengajar hendaknya tahu & mengharagai eksklusif murid

a. pengajar hendaknya tahu bahwa setiap murid mempunyai kelebihan &

kekurangannya

b. Pengajar mau menghargai pendapat murid

c. Pengajar hendaknya nir mendominasi murid

d. Pengajar hendaknya nir mencemooh murid, apabila nilai pelajarannya

kurang atau  pekerjaan rumahnya kurang memadai

 e. Pengajar menaruh kebanggaan pada murid yg berperilaku atau berprestasi

baik

19
3. Pengajar menaruh bimbingan pada murid

a. Mengembangkan iklim kelas yg bebas menurut ketegangan & yg

bersuasana  membantu perkembangan murid

b. Memberikan keterangan mengenai cara-cara beljar yg efektif

   c. Mengadakan obrolan mengenai tujuan & manfaat peraturan belajar yg

ditetapkan sekolah (pengajar) menggunakan murid

 d. Membantu murid buat berbagi kebiasaan belajar yg baik

 e. Membantu berbagi perilaku positif murid terhadap belajr

  f. Membantu murid yg mengalami kasus, terutama kasus belajar &

 g. Memberikan keterangan mengenai nilai-nilai yg berlaku, &

mendorong murid supaya berperilaku sinkron menggunakan nilai-nilai

tersebut

D. Faktor Pendukung dan Penghambat guru dalam mendisiplinkan

siswa MTs.Nurul Hidayah

1. Latar Belakang Pendidikan guru

Latar belakang pendidikan guru membawa pengaruh terhadap

20
pelaksanaan pendidikan Islam dan kedisiplinan yang diberikan kepada.

Siswa siswanya

Pengetahuan agama yang dimiliki guru, sudah barang tentu

menjadi modal untuk memberikan pendidikan agama kepada siswa

siswanya, seperti memberikan pelajaran Al-Qur’an, shalat, puasa, dan

aktivitas keagamaan lainya.

Hal ini akan jauh berbeda dengan orang yang tidak mengetahui

pengatahuan agama,sehingga relatif lebih sukar, karena guru sendiri tidak

mengerti masalah yang mesti diajarkan. Oleh sebab itu, diperlukan

pengetahuan dari orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga,

dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan

pendidikan Islam kepada anak-anaknya.

2. Jumlah Anggota Keluarga

Besar kecilnya jumlah guru dapat pula mempengaruhi

pelaksanaan dalam mendidik dan mendisiplinkan yang diberikan guru

kepada siswa siswanya

Jumlah guru yang besar di samping merupakan beban, juga bisa

menimbulkan masalah-masalah dalam pendidikan, misalnya timbulnya rasa

persaingan di antara siswa siswa, timbulnya iri hati satu dengan yang

lainnya, dan timbulnya rasa tidak adil dari guru terhadap mereka.

3. Waktu yang Tersedia Mendidik anak dan siswa

Waktu yang ada juga menjadi penyebab dalam pelaksanaan

mendidik dan mendisiplinkan siswa di lingkungan sekolah, karena

21
apabila orang tua yang banyak mempunyai waktu akan dapat

memberikan perintah dan pengawasan pada anaknya terutama dalam

hal pendidikan agama, sedangkan bagi orang tua yang tidak

mempunyai waktu lebih maka akan terlihat orang tua cukup menyuruh

orang lain atau menyekolahkannya, ini dikarenakan kesibukan yang

menyita waktu hampir sepenuhnya hanya untuk melakukan

pemenuhan tuntutan ekonomi keluarganya,sehingga boleh dikatakan

hampir tidak ada kesempatan untuk membimbing dan mendidik anak

secara langsung. Walaupun orang tua berada di rumah, namun tidak

dimanfaatkan untuk mendidik anak, maka waktu yang ada akan sia-

sia.

BAB Ill

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

22
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengkaji, menganalisis, dan

mendeskripsikan data dan fakta sehingga diperoleh gambaran tentang peran

guru upaya terhadap kediddiplinan siswa . Sedangkan pendekatan

penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif.yaitu prosedur penelitian

yg menghasilkan data deskriptip berupa kata – kata tertulis atau lisandari

orang - orang dan perilaku yg diamati.

Sesuai dengan pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di

lapangan

sangat penting sekali mengingat peneliti bertindak langsung sebagai

instrumentlangsung dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang

mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian.

Penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa

ataubagaimana keadaan sesuatu (fenomena atau kejadian) dan melaporkan

bagaimanaadanya. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalan penelitian

ini adalahpendekatan kualitatif yaitu tentang keadaan yang ada di lapangan

yang diteliti,diamati dan berdasarkan atas pengamatan yang dilakukan.

Dalam hal ini penulis mendeskripsikan bagaimana guru dalam

mendisiplinkan anak didiknya Mts.Nurul Hidayah

B. Desain Penelitian

Desain (metode) penelitian yang digunakan adalah metode

deskriptif, yaitumetode penelitian dengan cara menganalisis dan menyajikan

fakta secara sistematiksehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan

disimpulkan. Penelitian deskriptif tersebut memusatkan perhatiannya pada

23
fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan fakta

atau karakteristik tersebut secara faktual dan cermat.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah guru yang

Mendidik anak seusia Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Nurul Hidayah.

Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah bagaimana guru

mendisiplinkan anak didiknya Mts.Nurul Hidayah. Serta faktor

pendukung dan penghambat

Dalam proses mendisiplinkan anak didik Mts.Nurul Hidayah.

D. Data dan Sumber Data

1. Data

Mengenai data yang akan digali dalam penelitian ini ada dua macam,

yaitu data pokok dan data penunjang.

a.Data Pokok

1) Data yg berkenaan dengan upaya guru dalam mendisiplnkan anak

didiknya Mts.Nurul Hidayah meliputi

a) Disiplin dalam pelajaran

b) Disiplin dalam berpakaian

c) Disiplin dalam memanfaatkan waktu

d) Disiplin dalam peraturan sekolah

24
2) Faktor pendukung dan penghambat prosen guru dalam mendisiplinkan

anak didik Mts.Nurul Hidayah meliputi:

a) Latar belakang pendidikan orang tua

b) Jumlah anggota keluarga

c) Waktu yang tersedia mendidik anak didik

d) Kehidupan pertemanan anak didik

b.Data Penunjang

Data penunjang yang dimaksud ialah data yang mendukung data pokok yang

berkenaan dengan gambaran umum lokasi penelitian meliputi:

1) Sejarah berdirinya sekolah Mts. Nurul Hidayah

2) Visi dan Misi sekolah

3) Letak dan luas wilayah

4) Jumlah siswa

25
26

Anda mungkin juga menyukai