Kodisi Belajar Mengajar Yang Efektif
Kodisi Belajar Mengajar Yang Efektif
Makalah
“Profesi Keguruan”
Dosen Pengampu:
Oleh:
KELOMPOK II
NURLINA (21.26.0101.1418)
NURAINI (21.26.011.1415)
144 4 H/202 3 M
KATA PENGANTAR
. َْرَِم يعُم
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memberikan wawasan mengenai mata kuliah Profesi Keguruan dengan judul
makalah “Kondisi Belajar Mengajar Yang Efektif”.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
C. Tujuan ...................................................................................................................1
A. Kesimpulan ...........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar pada dasarnya adalah merupakan statu proses mental karena orang
yang belajar perlu memikir, menganalisa, mengingat, dan mengambil kesimpulan
dari apa yang dipelajari. Sehubungan dengan itu terdapat bermacam-macam
pendapat tentang apa yang dimaksud dengan belajar. Dibawah ini akan
diketengahkan beberapa pendapat tentang belajar yang dikemukakan oleh
beberapa aliran psikologi.
Sesuai dengan pendapat J.L. Mursell, maka aspek aspek yang terdapat
dalam kegiatan proses belajar adalah : 1. Bahwa belajar itu bertujuan. Adanya
tujuan itu akan nyata apabila murid dihadapkan masalah. Ia bertujuan
memecahkan masalah itu. Ia terlibat dalam pemecahan masalah itu. 2. Bahwa
belajar itu prosesnya berlangsung dengan penyelidikan dan penemuan, bukan
berlangsung secara ripititif. Seorang yang belajar perlu dihadapkan pada sesuatu
masalah. Untuk dapat memecahkan masalah itu perlu adanya penyelidikan dan
penemuan pemecahannya. 3. Bahwa hasil belajar adalah munculnya pemahaman,
munculnya pengertian, munculnya respond yang berakal. 4. Bahwa hasil belajar
itu tidak hanya terikat pada situasi munculnya pemahaman saja, tetapi dapat
digunakan pada situasi lain.1
1
http://cancer55.wordpress.com/2011/12/17/strategi-guru-mengembangkan-suasana-belajar-
mengajar-yang-kondusif/ diakses pada 22 mei 2023
2
Ibid., http://cancer55.wordpress.com/2011/12/17/strategi-guru-mengembangkan-suasana-
belajar-mengajar-yang-kondusif/
2
3
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar, siswa
harusmengalami aktivitas mental, dan juga aktivitas jasmani.
2. Guru harus menggunakan banyak metode pada waktu mengajar. Dengan
variasi metode, mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik
perhatian siswa,mudah diterima siswa, dan suasana kelas menjadi hidup.
3. Motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan, perkembangan anak
selanjutnyamelalui Proses Belajar Mengajar. Bila motivasi guru tepat
mengenai sasaran akan meningkatkan kegiatan anak dalam belajar.
4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah ini juga harus
mampu mengembangkan segala segi kepribadian anak, disamping
kebutuhan anak sebagai anggota masyarakat
5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak
cukup hanya merencanakan pengajaran klasikal, karena masing-masing
anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya intellegensi,
bakat, tingkah laku, sikap, dll
6. Guru akan mengajar dengan efektif, bila selalu membuat perencanaan
dahulu sebelummengajar. Dengan persiapan mengajar, guru akan merasa
mantap dan lebih percayadiri berdiri didepan kelas untuk melakukan
interaksi dengan siswa-siswinya.
7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti
yang kuat,akan merangsang anak untuk lebih giat lagi dalam belajar
8. Seorang guru harus memiliki keberanian menghadapi murid-muridnya,
berkenaandengan permasalahan yang timbul pada saat Proses Belajar
Mengajar berlangsung.
9. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demokratis disekolah.
Lingkunganyang saling menghormati, dapat memahami kebutuhan anak,
bertenggang-rasa, dll.
10. Pada penyajian bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan
persoalan yangdapat merangsang anak untuk berpikir dan memunculkan
reaksinya.
3
http://muktafiaregal.blogspot.com/2013/01/cara-mengajar-yang-efektif.html , cara mengajar
yang efektif, diakses pada 22 mei 2023.
4
11. Semua pelajaran yang diberikan anak perlu di integrasikan, sehingga anak
memiliki pengetahuan yang terintegrasi, tidak terpisah-pisah pada sistem
pengajaran lama, yangmemberikan pelajaran terpisah satu sama lainnya.
12. Pelajaran disekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di
masyarakat.
13. Dalam interaksi belajar-mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan
pada anak untuk dapat menyelidiki sendiri, belajar sendiri, mencari
pemecahan masalah sendiri,
14. Pengajaran remedial, yang diadakan bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar,
4
Slameto,Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi, (Jakarta: rineka cipta,
1995),hlm. 94-97
5
Setiap jenis aktivitas memiliki kadar atau bobot yang berbeda, tergantung
pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Yang
jelas, aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak
melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara
meningkatkan keterlibatan siswa :
Tingkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara
menggunakan berbagai teknik mengajar.
Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru
harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan
pembelajaran.
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah
bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar6. Berikut ini
beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya;
5
Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 129
6
John W. Santrock, educational Psychology, Terj.Tri wibowo B.S, Psikologi Pendidikan (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), hlm. 9
6
7
Rosyada, Op.cit., hlm. 113
7
8
Madri M. dan Rosmawati, Pemahaman Guru Tentang Strategi Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Di Sekolah Dasar, ( Jurnal Pembelajaran, Desember 2004 ), Vol. 27, No. 03, hlm. 274.
9
Mary Underwood, Pengelolaan Kelas yang Efektif suatu Pendekatan Praktis, (Penerbit
Arcan,2000), hlm. 39.
8
b) Suasana bebas
Suasana bebas atau terbuka (permisif) merupakan kebebasan bagi
siswa dalam berbicara dan atau berpendapat sesuai dengan tujuan dari proses
pembelajaran, sehingga dengan hal tersebut siswa tidak akan merasakan
tekananan, adanya rasa takut, malu dan lainnya terhadap guru maupun
sesame peserta didik.12
10
Cony Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 63
11
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2129621, pembelajaran efektif, diakses pada 22
mei 2023.
12
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Grasindo, TT), hlm,. 85
13
Nasrun, Media, Metode, dan Pengelolaan Kelas Terhadap Keberhasilan Praktek Lapangan
Kependidikan, (Forum pendidikan :Universitas Negeri Padang, 2001), hlm.428.
BAB III
KESIMPULAN
A, Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
http://cancer55.wordpress.com/2011/12/17/strategi-guru-mengembangkan-
suasana-belajar-mengajar-yang-kondusif/ , (Diakses pada 22 Mei 2023)
http://muktafiaregal.blogspot.com/2013/01/cara-mengajar-yang-efektif.html , cara
mengajar yang efektif, (Diakses pada 22 mei 2023)
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT.
Imtima, 2007) cet.11
Rianto, Milan, Pengelolaan Kelas Model Pakem (Jakarta: Dirjen PMPTK, 2007)
Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka
cipta, 1995)
10