Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PAI DAN KUALIFIKASI GURU PAI

Makalah,

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Metodologi Pengajaran PAI”

Dosen Pengampu:

HASNA S. Pd. I., M. Pd.

Oleh:

NURLINA

(21.26.0101.1418)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (P.A.I)

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

IBNU KHALDUN NUNUKAN

144 4 H/202 3 M
KATA PENGANTAR

ِ‫لّم لَّر ِي مَ مِ لَّر مِْ مي‬


‫مِْ ميِ ل‬

ٍ‫ِ يِمَ م مَ مِ مبْيبِمَ م ـمَ مح رَ د‬ ‫ش مّفمَل ينب مَْ م مِ مَلَََـّي م‬


‫ ن م‬، ‫َ مِْيِم‬ ‫ِّمُـ مَلَ ر‬
‫ِْم ـِ م‬
‫َِمى ْ ي‬ ‫ مَلَ ر‬، ‫ََْيِم‬ ‫ِ لَعَمَم م‬ ‫لََحمَي ٍـ لم مَ م‬
‫ ْمرَِم يعٍـ‬، ِ‫ٍَ إ مَى يمْي مِ لل مِي مي‬
‫ْ د‬‫َ مم يِ ت مبعم ـُ يِ ِ مِِي م‬، ‫َِمىآ مَ مُ مْ م‬
‫َحي بُأْي َ مَ معْيِم م‬ ‫مَ م‬

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Metodologi Pengajaran PAI dengan judul makalah “Konsep Dasar PAI
dan Kualifikasi Guru PAI”.

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami terkait
konsep dasar dari PAI dan apa saja kompetensi guru PAI. Penyusun sadar makalah ini terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak, agar bisa menjadi lebih baik lagi. Sebagai harapan
semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya, terutama
mahasiswa.

Sebatik, 14 Oktober 2023

Penyusun
NURLINA

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II ........................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
A. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan ...............................................................2
B. Dasar dan Sumber PAI ........................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup Materi PAI .................................................................................... 9
D. Hakikat Tujuan Pembelajaran PAI ....................................................................... 10
E. Kualifikasi Guru PAI ............................................................................................ 10

BAB III ......................................................................................................................13


PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ...........................................................................................................13
B. Saran ..................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara masalah Pendidikan Islam merupakan elemen vital dalam pendidikan. Karena
Pendidikan Islam menjadi tonggak keberhasilan pendidikan secara komperehensif. Pendidikan
Islam sering disebut juga pendidikan moral (karakter). Bagaimana tidak, pendidikan tanpa
karakter maka bisa dikatakan pendidikan itu kualitasnya di bawah standar.

Untuk membentuk pendidikan karakter (moral) itu terlebih dahulu kita paham dulu
tentang konsep dasar Pendidikan Islam (karakter, moral) itu sendiri. Sudah banyak konsep dasar
pendidikan Islam itu sendiri yang dijelaskan dalam al-Quran maupun al-Hadist sendiri. Tidak
hanya itu para pakar pendidikan banyak terinspirasi dari al-Quran dan al-Hadist untuk
merekonstruksi pendidikan secara komperehensif.

Konsep itu sangat penting dalam pendidikan. Jika pendidikan tanpa konsep maka bisa
ditebak pendidikan itu akan berjalan tidak sesuai harapan. Untuk itu pendidikan terutama
Pendidikan Islam harus mempunyai konsep yang mapan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan agama dan bagaimana fungsinya dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat?
2. Sebutkan dasar-dasar yang menjadi pijakan PAI dan sumber PAI?
3. Bagaimana ruang lingkup materi PAI?
4. Apa hakikat tujuan pembelajaran PAI?
5. Apa saja kualifikasi kompetensi dan kepribadian yang harusnya dimiliki oleh guru PAI?
C. Tujuan

1. Dapat menjelaskan pengertian agama dan fungsinya dalam kehidupan pribadi dan
masyarakat
2. Dapat menyebutkan dasar-dasar yang menjadi pijakan PAI dan sumber PAI
3. Dapat menjelaskan ruang lingkup materi PAI
4. Dapat menjelaskan hakikat tujuan pembelajaran PAI
5. Dapat menjelaskan kualifikasi kompetensi dan kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh
Guru PAI

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Agama dan Fungsinya dalam Kehidupan

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya


kekuatan ghaib, luar biasa atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu dan
masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. Kepercayaan beragama yang bertolak dari
kekuatan ghaib ini tampak aneh, tidak alamiah dan tidak rasional dalam pandangan individu dan
masyarakat modern yang terlalu dipengaruhi oleh pandangan bahwa sesuatu diyakini kalau
konkret, rasional, alamiah atau terbukti secara empiric dan ilmiah.1

Kepercayaan terhadap sucinya sesuatu itu dinamakan dalam antropologi dan sosiologi
agama dengan mempercayai sifat sacral pada sesuatu itu, mempercayai sesuatu sebagai yang suci
atau sacral juga cirri khas kehidupan beragama, adanya aturan kehidupan yang dipercayai berasal
dari Tuhan juga termasuk kehidupan beragama. Agama adalah cara yang efektif dalam
membentuk kepribadian dan kebudayaan, baik beragama sebagai system social budaya atau
sebagai subsistem yang universal sebagai tipe penampilan serta penghayatannya dikalangan
kelompok-kelompok masyarakat, terdapat perbedaan kehidupan beragama di kalangan
masyarakat primitive dan masyarakat modern. Beragama merupakan sistem social budaya. 2

Dalam masyarakat modern, kehidupan beragama hanya salah satu aspek dari kehidupan
sehari-hari. Namun dalamfenomena social budaya, dalam kehidupan umat islam di zaman
modern ini, kehidupan beragama menjadi menciut dalam aspek kecildan kehidupan sehari-hari,
yaitu yang berhubungan dengan yang ghaib dan ritual saja. Kehidupan beragama umat islam
dewasa ini menjadi subsistem social budayanya. Fenomena penciutan beragama ini karena
pengaruh budaya modernism dan sekularisme.

Islam diturunkan sebagai rahmatanlil ‘alamin.Untukitu, maka diutuslah Rasulullah SAW


untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan.3 Pendidikanlah yang mengantarkan manusia
pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan
dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat.
Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan
orang yang tak pernah sekolah.
1
Bustanuddin Agus. Agama dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada, 2006, hlm. 14

Ihsan Hadi saputra. Anjuran untuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikandan Pengalamannya. Surabaya ; Al –
2

Ikhlas, 1981, hlm. 78

3
http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html (diakses pada 14 oktober 2023)

2
3

B. Dasar dan Sumber PAI

1. Sumber Pendidikan Islam

Dasar berfungsi untuk memberikan arah kepada tujuan yang dicapai, oleh karenanya
pendidikan islam sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan
kepribadian, tentunya memerlukan landasan untuk memberi arah bagi program tersebut.4

Sumber pendidikan islam yang dimaksudkan disini adalah semua acuan atau rujukan
yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransilternalisasikan
dalam pendidikan islam. Sumber ini tentunya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam
mengatur aktifitas pendidikan,dan telah teruji dari waktu kewaktu. Sumber pendidikan islam
terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan islam. Urgensi penentuan sumber disini
adalah untuk:

a. Mengarahkan tujuan pendidikan islam yang ingin dicapai.

b. Membingkai seluruh kurikulum yang dilakukan dalam proses belajar mengajar,yang


didalamnya termasuk materi,metode,media,sarana dan evaluasi.

c. Menjadi standard dan tolok ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah
mencapai dan sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum.

Menurut Sa’id Ismail Ali,sebagaimana yang dikutip oleh Hasan Langgulung, sumber
pendidikan islam terdiri atas enam macam, yaitu Al-quran,As-sunnah, kata-kata sahabat
(madzhab sahabi), kemaslahatan umat /social (mashalil al-mursalah), tradisi atau adat
kebiasaan masyarakat (‘uruf),dan hasil pemikiran para ahli dalam islam (ijtihad). Keenam
sumber pendidikan islam tersebut didudukkan secara hierarkis. Artinya rujukan pendidikan
islam dibawah dari sumber pertama (Al-quran) untuk kemudian dilanjutkan pada sumber-
sumber berikutnya secara berurutan.5

a) Al-Qur’an

Secara etimologi Al-quran bersal dari kata qura’a ,yaqra’u,qira’atan atau qur’anan,
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dhammu) huruf-huruf serta
kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain secara teratur. Muhammad Salim Muhsin
mendefinisasikan Al-quran dengan : “firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW. yang tertulis dalam mushaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita
dengan jalan yang mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang
(bagi yang tidak percaya) walaupun surat terpendek. “ sedang Muhammad Abduh

4
Adri efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media Enterprise, 2011, hlm 67

5
Abdul Mujib dkk.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2006, hlm 31-32
4

mendefinisikannya dengan : “Kalam mulia yang diturnkan oleh Allah kepada nabi yang
paling sempurna (Muhammad SAW) , Ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan.
Ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti kecuali bagi orang
berjiwa suci dan berakal cerdas.

Al-quran dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan utama karena
ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT menciptakan manusia
dan Dia pula yang mendidik manusia , yang mana isi pendidikan itu telah termaktub dalam
wahyu-Nya. Tidak satu pun persoalan, termasuk persoalan pendidikan yang luput dari
jangkauan Al-quran.

Nilai esensi Al-quran selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu dan
akhir zaman, tanpa ada perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut
masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut masalah teknik
perasional. Pendidikan islam yang ideal harus sepenuhnya mengacu pada nilai Al-quran,
tanpa sedikitpun menghindarinya.

b) As sunah

As-sunah menurut pengertian bahasa berarti tradisi yang bisa dilakukan, atau jalan
yang dilalui (al-thariqah al-maslukah) baik yang terpuji maupun yang tercela.As-sunah
adalah “segala sesuatu yang dinukilkan kepada nabi SAW.berikut berupa,perkataan,
perbuatan, taqrir-nya, ataupun selain dari itu. Termasuk sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita
(himmah) Nabi SAW.yang belum kesampaian. Misalnya, sifat-sifat baik beliau, silsilah,
nama-nama dan tahun kelahirannya yang ditetapkan oleh para ahli sejarah, dan cita-cita
beliau.

Corak pendidikan Islam yang diturunkan dari Sunnah Nabi Muhammad SAW.adalah
sebagai berikut:

 Disampaikan sebagai rahmat li al-‘alamin (rahmat bagi semua alam), yang ruang
lingkupnya tidak sebatas sepesies manusia, tetapi juga pada makhluk biotik dan abiotik
lainnya. (QS.al-Anbiya:107-108).

 Disampaikan secara utuh dan lengkap, yang memuat berita gembira dan peringatan pada
umatnya. (QS. Saba’: 28).

 Apa yang disampaikan merupakan kebenaran mutlak (QS. al-Baqrah: 119) dan
terpelihara autentitasnya..(QS. al-Hijr: 9).

 Kehadirannya sebagai evaluator yang mampu mengawasi dan senantiasa bertanggung


jawab atas aktivitas pendidikan. (QS. asy Syura:48, al-Ahzab: 45, al-Fath: 8).
5

 Perilaku Nabi SAW. tercermin sebagai uswah hasanah yang dapat dijadikan figure atau
suri tauladan, karena perilakunya dijaga oleh Allah SWT, sehingga beliau tidak pernah
berbuat maksiat.

 Dalam masalah teknik oprasional dalam pelaksanaan pendidikan Islam diserahkan penuh
pada umatnya. Strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran diserahkan penuh
pada ijtihad umatnya, selama hal itu tidak menyalahi aturan pokok dalam Islam. Sabda
beliau yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan Anas dan Aisyah; “antum a’lam bi
umur dunyakum” (engkau lebih tau terhadap urusan duniamu).6

c) Kata-Kata Sahabat (Madzhab Shahabi)

Dalam hal ini yang termasuk sahabat ialah orang yang pernah berjumpa dengan
Nabi SAW, sedang ia sendiri dalam keadaan beriman dan mati dalam islam.Para sahabat
Nabi mempunyai karakteristik yang unik dibanding kebanyakan orang. Sahabat nabi telah
memberikan sumbangan yang berarti dalam pendidikan islam dan perkembangan
pemikiran pendidikan dewasa ini.7 Uapaya yang dilakukan oleh:

 Abu Bakar Ash-Shiddiq misalnya, mengumpulkan al qur’an dalam satu mushaf yang
dijadikan sebagai sumber utama pendidikan islam.

 Umar bin Khatthab adalah perannya sebagai bapak revolusioner terhadap ajaran islam.
Tindakannya dalam memperluas wilayah islam dan memerangi kedzaliman menjadi
salah satu model dalam membangun strategi dan perluasan pendidikan islam dewasa
ini.

 Ustman bin Affan berusaha untuk menyatukan sistematika berfikir ilmiah dalam
menyatukan susunan al qur’an dalam satu mushhaf yang semula berbeda antara
mushhaf satu dengan mushhaf lainnya.

 Ali bin Abi Thalib banyak merumuskan konsep-konsep kependidikan seperti


bagaimana seyogianya etika peserta didik pada pendidiknya bagaimana ghirah
pemuda dalam belajar dan demikian sebaliknya.8

d) Kemaslahatan Umat / Sosial (Mashalih Al-Mursalah)

Mashalih al-mursalah adalah menetapkan undang-undang,peraturan dan hukum


tentang pendidikan dalam hal-hal yang sama sekali tidak disebutkan di dalam nash, dengan
pertimbangan kemaslahatan hidup bersama, dengan bersendikan asas menarik kemaslahatan
6
Ibid, hlm 32-40

7
Adri efferi, Loc. Cit, hlm 69

8
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm.42-43
6

dan menolak kemudharatan. Mashalih al-mursalah dapat diterapkan jika ia benar-benar


dapat menarik maslahat dan menolak mudharat melalui penyelidikan terlebih dahulu,
ketetapannya bersifat umum bukan untuk kepentingan perseorangan serta tidak bertentangan
dengan nash.Para ahli pendidik berhak menentukan undang-undang atau peraturan
pendidikan islam sesuai dengan kondisi lingkungan dimana ia berada.9

e) Tradisi atau Adat Kebiasaan Masyarakat (‘Urf)

Tradisi atau adat (‘urf) adalah kebiasaan masyarakat, baik yang berupa perkataan
maupun perbuatan yang dilakukan secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum
tersendiri, sehingga jiwa merasa tenang dalam melakukannya karena sejalan dengan akal
dan diterima oleh tabiat dan sejahtera.Nilai tradisi setiap masyarakat merupakan realitas dan
multikompleks dan dialektis. Nilai-nilai itu mencerminkan kekhasan masyarakat sekaligus
sebagai pengejawentahan nilai-nilai universal manusia.Nilai-nilai tradisi dapat
mempertahankan diri individu sejauh di dalam diri mereka terdapat nilai-nilai
kemanusiaan.10

f) Hasil Ijtihad Ulama

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari al-Qur’an dan hadis yang
dihasilkan oleh para ahli pendidikan islam. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan
perkembangan zaman yang semakin maju dan terasa semakin urgen dan mendesak.[8] Hasil
ijtihad berupa rumusan operasional tentang pendidikan islam yang dilakukan dengan
menggunakan metode deduktif maupun induktif dalam melihat masalah-masalah
kependidikan. Ijtihad dalam pendidikan islam tentunya tetap merujuk kepada al Qur’an dan
sunnah sebagai sumber utama sistem pendidikan islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-
hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup manusia di suatu tempat dalam
situasi dan kondisi tertentu.11

2. Dasar pendidikan islam

Dasar pendidikan islam merupakan landasan personal untuk merealisasikan dasar ideal
atau sumber pendidikan islam. Menurut Hasan Langgulung dasar operasional pendidikan islam
ada enam, yaitu historis, sosiologis, ekonomi, politik dan administrasi, psikologis dan filosofis.
Keenam dasar itu berpusat pada dasar filosofis.Penentuan dasar tersebut agaknya sekuler
selain tidak memasukkan dasar religius juga menjadikan filsafat sebagai induk dari segala

9
Ibid, hlm.44

10
Bukhari Umar, Op.Cit, hlm.45
11
Ahmad Tantowi, Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra,hlm. 20-21
7

dasar. Dalam islam dasar operasional segala sesuatu adalah agama, sebab agama menjadi
frame bagi setiap aktivitas yang bernuansa keislaman. Dengan agama semua aktivitas
kependidikan menjadi bermakna, mewarnai dasar lain dan bernilai ubudiyah, oleh karena itu
enam dasar operasional pendidikan yang telah disebutkan perlu dasar yang ke tujuh yaitu
agama.12

a. Dasar Historis

Dasar historis adalah dasar yang berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu,
baik dalam bentuk undang-undang maupun peraturan-peraturan agar kebijakan yang ditempuh
masa kini akan lebih baik. Dasar ini juga dapat dijadikan acuan untuk memprediksi mas depan
karena dasar ini memberi data input tentang kelebihan dan kekurangan kebijakan serta maju
mundurnya prestasi pendidikan yang telah ditempuh.Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-
Hasyr 59 ayat 18: “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya esok
hari.” Misalnya bangsa Arab memiliki kegemaran untuk bersastra, maka pendidikan sastra di
Arab menjadi penting dalam kurikulum masa kini. Sebab sastra lain menjadi identitas dan
potensi akademik bagi bangsa Arab juga sebagai fungsi sebagai sumber perekat bangsa.

b. Dasar Sosiologis

Dasar sosiologis adalah dasar yang memberikan kerangka sosio-budaya yang mana
dengan sosiobudaya itu pendidikan dilaksanakan.Dasar ini juga berfungsi sebagai tolok ukur
dalam prestasi belajar. Artinya tinggi rendahnya suatu pendidkan dapat diukur dari tingkat
relevansi output pendidikan dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Pendidikan yang
baik adalah pendidikan yang tidak kehilangan konteks atau tercerabut dari akar
masyarakatnya.Prestasi pendidikan hampir tidak berguna jika prestasi itu merusak tatanan
masyarakat. Demikian juga masyarakat yang baik akan menyelenggarakan format pendidikan
yang baik pula.

c. Dasar Ekonomi

Ekonomi dan pendidikan selalu bergandengan semenjak dari zaman dahulu kala.Ahli-
ahli ekonomi semenjak zaman itu, begitu juga pencipta-pencipta sains telah mengakui peranan
yang dimainkan oleh pendidikan dalam pertumbuhan perkembangan manusia dan selanjutnya
pentingnya yang belakangan ini untuk perkembangan ekonomi. Namun hanya belakangan
inilah suatu disiplin ilmu yang khusus untuk diciptakan.13 Dasar ekonomi adalah yang
memberikan perspektif tentang potensi-potensi finansial, menggali dan mengatur sumber-
sumber serta bertanggungjawab terhadap rencana dan anggaran pembelanjaanya. Namun hasil
pendidikan tidak selalu harus diukur dengan uang, tetapi hal-hal yang tidak bersifat benda,

12
Bukhari Umar, Op.Cit, hlm.46

13
Hasan Lnggulung,Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2003, hlm. 18
8

seperti status, prestise, kebahagiaan, kesempatan, penghargaan, yang tentunya dapat dilihat
bekasnya pada individu yang mempunyai pendidikan itu.

d. Dasar Politik dan Administratif

Dasar politik dan administrasi adalah dasar yang memberikan bingkai ideologis yang
digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan
direncanakan bersama. Dasar politik menjadi penting untuk pemerataan pendidikan, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Dasar ini juga berguna untuk menentukan kebijakan
umum (‘ammah) dalam rangka mencapai kemaslahatan bersama, bukan hanya untuk golongan
maupun kelompok tertentu.Sedangkan administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan
pendidikan agar pendidikan berjalan dengan lancar tanpa adanya gangguan teknis dalam
pelaksanaannya. Undang-undang, kurikulum, pegawai-pegawai, bahan dan metode pengajaran
sebagian besar ditentukan di kantor pusat dengan berbagai variasi dalam kondisi tertentu
sesuai dengan keperluan.

e. Dasar Psikologis

Dasar psikologis adalah dasar yang memberikan informasi tentang bakat, minat, watak,
karakter, motivasi dan inovasi peserta didik, pendidik, tenaga administrasi, serta sumber daya
manusia yang lain. Dasar ini berguna juga untuk mengetahui tingkat kepuasan dan
kesejahteraan batiniah pelaku pendidikan, agar mereka mampu meningkatkan prestasi dan
kompetisi dengan cara yang baik dan sehat. Dasar ini pula yang memberikan suasana batin
yang damai, tenang dan indah dilingkungan pendidikan, meskipun dalam kedamaian dan
ketenangan itu senantiasa terjadi dinamika dan gerak cepat untuk lebih maju bagi
pengembangan lembaga pendidikan. Jadi hubungan psikologi dengan pendidikan adalah
bagaimana, budaya, dan nilai-nilai masyarakat dipindahkan (transmitted), dalam istilah
psikologinya dipelajari (learned), dari generasi tua oleh generasi muda supaya identitas
masyarakat terpelihara.

f. Dasar Filosofis

Dasar filosofis adalah dasar yang memberikan kemampuan memeilih yang terbaik,
member arah suatu sistem, mengontrol dan member arah kepada dasar-dasar operasional
lainnya.Bagi masyarakat sekuler dasar ini menjadi acuan terpenting dalam pendidikan.
Sementara bagi masyarakat religious seperti masyarakat muslim dasar ini sekedar menjadi
bagian dan cara berfikir dibidang pendidikan secara sistematik, radikal dan universal, yang
asas-asasnya diturunkan dari nilai ilahiyah.

g. Dasar Religius

Dasar religius adalah dasar yang diturunkan dari dasar agama. Dasar ini secara detail
telah dijelaskan pada sumber pendidikan islam. Dasar ini menjadi penting dalam pendidikan
9

islam, sebab dengan dasar ini semua kegiatan pendidikan menjadi bermakna. Kontruksi agama
membutuhkan aktualisasi dalam berbagai dasar pendidikan yang lain seperti historis,
sosiologis, politik dan administrative, ekonomis, psikologis dan filosofis.14

C. Ruang Lingkup Materi PAI

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan


keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama
manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan
makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan
aspek-aspek Pendidikan Agama Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan
perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
yang umum dilaksanakan di sekolah adalah :15

1. Pengajaran Aqidah (Ilmu Tauhid)

Pengajaran aqidah berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam
hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang
rukun Iman.

2. Pengajaran akhlak

Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa,
cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.

3. Pengajaran ibadah

Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara
pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan
baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan
ibadah.

4. Pengajaran fiqih

Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala
bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar'i

14
Loc. Cit, Abdul Mujib dkk, hlm. 46-47

15
Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi .Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya: 2006, Cet.Ke-3, hlm. 133
10

yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum-
hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Pengajaran Al-Quran

Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Al-
Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi
dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi Pendidikan Agama
Islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.

6. Pengajaran sejarah Islam

Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat mengetahui tentang
pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga
siswa dapat mengenal dan mencintai agama.

D. Hakikat Tujuan Pembelajaran PAI

Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan


meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan pendidikan agama
islam diatas merupakan turunan dari tujuan pendidikan nasional, suatu rumusan dalam UUSPN
(UU No. 20 tahun 2013), berbunyi : “ pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha
esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

Kalau tujuan pendidikan nasional sudah terumuskan dengan baik, maka focus berikutnya
adalah cara menyampaikan atau bahkan menanamkan nilai, pengetahuan, dan ketrampilan. Cara
seperti ini meliputi penyampaian atau guru, penerima atau peserta didik, berbagai macam sarana
dan prasarana, kelembagaan dan factor lainnya, termasuk kepala sekolah/madrasah, masyarakat
terlebih orang tua dan sebagainya.16

E. Kualifikasi Guru PAI

Pada intinya seorang guru yang profesional harus mempunyai kemampuan didalam
melaksanakan tugasnya menjadi orang yang pandai daam mendidik dan mengajar. Guru yang
profesional adalah pendidik yang memiiki kecakapan dan kemampuan dalam melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran. Kompetensi berasal dari kata competency, yang berarti kemampuan
atau kecakapan. Kompetensi guru, terkait dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) yakni
16
Ibid., hlm. 16-17
11

merupakan pendidikan yang pokok bagi setiap manusia, khususnya dalam menggapai
ketenangan batin dan kesehatan mental pada umumnya. Agama merupakan jalan dalam
membimbin hidup menuju kehidupan yang terbaik, mencegah manusia agar terhindar dari
perbuatan tercela dan menjadi pijakan yang mampu mengendalikan moral setiap manusia.

Dapat dikatakan bahwa kompetensi guru PAI yaitu wewenang seorang guru dalam
menentukan pembejalajaran PAI yang diajarkannya pada setiap jenjang pendidikan baik di SD,
SMP, maupun SMA ditempat guru tersebut mengabdi Kompetensi guru PAI tak hanya unggul
dalam kepribadiannya yang dijiwai oleh keutamaan hidup dan nilai-nilai luhur yang dihayati
serta diamalkan. Akan tetapi seorang guru PAI hendaknya memiliki kemampuan pedagogis atau
hal- hal mengenai tugas- tugas kependidikan seorang guru agama tersebut. Macam-macam
Kompetensi Guru sebagai berikut:

1. Kompetensi Pedagogik
Yang dimaksud dengan Kompetensi pedagogik yaitu skill atau kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru dalam melihat kepribadian atau karakter anak didiknya dari berbagai
macam aspek dalam kehidupan, baik moral, emosional, maupun intelektualnya. Pelaksanaan
dari kompetensi ini kiranya dilihat dari bagaimana kompetensi seorang guru dalam
penguasaannya terhadap prinsip pembelajaran, yang diawali dari teori belajarnya sampai
dimana seorang guru harus menguasai bahan ajar.

2. Kompetensi Kepribadian.
Inti sikap seorang guru adalah dinilai dari kepribadiannya. Karena dengan kepribadian
itulah yang akan menjadi penentu apakah guru tersebut akan menjadi yang mendidik atau
membina yang baik terhadap anak didiknya atau sebaliknya guru tersebut menjadi yang
merusak atau menghancurkan masa depan anak didiknya khususnya anak didik yang masih
usia dibawah pada tingkatan Sekolah Dasar dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan
jiwa (tingkat menengah).
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
28 ayat (3) butir b dikemukakan bahwa kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Oleh sebab itu seorag guru wajib memperlihatkan pribadi yang baik terhadap anak
didiknya, tidak hanya menggugurkan kewajibannya dalam mengajar disekolah melainkan
diluar sekolah juga guru tetap memperlihatkan pribadi yang baik menjadi panutan anak
didiknya karna halinilah yang akan menjaga wibawa dan citra guru sebagai seorang yang
mendidik, yang akan selalu diikuti oleh anak didik pada khususnya dam masyarakat pada
umumnya.

3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kompetensi yang wajib dimiliki oleh setiap pendidik dalam
berkomunkasi dan bergaul dengan anak didiknya, sesama guru, dan pegaawai lainnya yang
ada dilingkungan pendidikan serta wali murid dan masyarakat. Kompetensi sosial seorang
pendidik harus mampu menyesuaikan diri dengan bergaul bersama secara selektif denfan
membangun interaksi sosial satu dengan lainnya khusunya peserta didik, mampu bergaul
12

secara efektif dengan pendidik dan tenaga kependidikan, serta mampu berkomunikasi secara
efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitarnya.

4. Kompetensi Profesional
Guru adalah faktor terpenting dalam penyelanggaraan pendidikan di sekolah.
Meningkatkan mutu pendidik tidak hanya dengan menambah nilai kesejahteraan guru dalam
bentuk menaikkan gajidan memberi tunjanga khusus melainkan yang paling pokok adalah
profesionalitasnya. UU No. 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1: “Menyatakan guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sebagai seorang pendidik profesional guru wajib mempunyai potensi pendidik yang
cukup dan mumpuni. Kemampuan atau nilai kompetensi seorang pendidik terlihat pada tahap
bagaimana guru mampu menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu
mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan
interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten”.

5. Kompetensi Kepemimpinan
Kompetensi kepemimpinan yaitu kompetensi guru dalam menjalankan tanggung
jawabnya terhadap profesinya sebagai pendidik, yang mana dalam hal ini guru harus mampu
merencanakan,membudayakan, dan mengamalkan pembelajaran agama dan sikap akhlak yang
mulia pada lingkungan pendidikan atau sekolah sebagai salah satu bagian dari proses
pembelajaran agama, kemampuan dalam mengelola potensi yangada dilingkungan sekolah
yang secara sistematis dalam menyokong pembudayaan dalam pengamalan agama pada
komunitas atau kelompok dilingkungan pendidikan. kemampuan menjadi inovator, motivator,
fasilitator, pembimbing dan konselor dalam pembudayaan pengamalan ajaran agama pada
komunitas sekolah, dan Kemampuan menjaga, mengendalikan dan mengarahkan
pembudayaan pengamalan ajaran agama pada komunitas sekolah dan menjaga keharmonisan
hubungan antar pemeluk agama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Guru profesional tercermin dalam tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Islam diturunkan sebagai rahmatanlil ‘alamin.Untukitu, maka diutuslah Rasulullah SAW


untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia
pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan
inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik.

Pendidikan agama islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan


meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Guru yang profesional adalah pendidik yang memiiki kecakapan dan kemampuan dalam
melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Adapun 5 kompetensi seorang guru yang harus
diingat yaitu; pedagogik, kepribadian, sosial, profesional, dan kepemimpinan.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan menjadi sumber refensi bagi para mahasiswa dan
guru dalam memahami dan mencari informasi mengenai Konsep Dasar PAI dan Kualifikasi
Guru PAI. Namun ada baiknya pada pembaca menecari Kembali sumber informasi terkini
mengenai desain pembelajaran dan beberapa penelitian mengenai hal tersebut supaya lehih bisa
memahami dan mengerti.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: Pt
Remaja Rosdakarya: 2006), Cet.Ke-3, Hal. 133

Agus, Bustanuddin. 2006. Agama dalam Kehidupan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja
GrafindoPersada

Hadi saputra, Ihsan. 1981. Anjuranuntuk Menuntut Ilmu Pengetahuan Pendidikandan


Pengalamannya. Surabaya ; Al – Ikhlas

http://hitsuke.blogspot.com/2010/09/kewajiban-menuntut-ilmu-hadits-tarbawi.html (diakses pada


14 oktober 2023)

http://www.anakciremai.com/2010/12/makalah-sosial-pendidikan-tentang-agama.htm (diakses
pada 14 oktober 2023)

Adri efferi, Filsafat Pendidikan Islam, Kudus: Nora Media Enterprise, 2011, hlm 67

Abdul Mujib dkk.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media, 2006, hlm 31-32

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: AMZAH, 2010, hlm.42-43

Ahmad Tantowi, Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra,hlm. 20-21

Hasan Lnggulung,Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: PT Pustaka Al Husna Baru, 2003

14

Anda mungkin juga menyukai