Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SELF AWARANES & HEALPING RELATIONSHIP

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 2

1. PURNAMA JUNIARTI (011220046)


2. GRESTELINA FAMILIA (011220059)

KELAS : IIIB

UNIVERSITAS NUSA NIPA INDONESIA

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, hidayah dan
bimbingan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “SELF AWARANES &
HEALPING RELATIONSHIP”

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca yang
membangun senantiasa diharapkan demi memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan kepada
khalayak umum mengenai.

Maumere, 14 November
2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3

2.1 Konsep Keperawatan Trasnkultural......................................................................................3

2.2 Teori Leininger......................................................................................................................3

2.3 Penerapan Transkultural Keperawatan Lansia di Indonesia..................................................8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................12

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................12


3.2 Saran ......................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan komunikasi in terpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Kemampuan berkomunikasi merupakan
suatu kemampuan yang sangat mendasar. Salah satu materi dari komunikasi interpersonal
yaitu Self Awareness atau kesadaran dari adalah keadaan dimana seseorang dapat
memahami diri sendiri dengan tepat. Seseorang dikatakan sadar akan diri sendiri apabila
dapat memahami emosi, pikiran, perasaan, dan evalaisi diri yang ada dalam dirinya. Apabila
seseorang sadar akan peran pentingnya dalam kehidupan ini, maka hal itu sangat cukup
untuk mewujudkan segala yang diinginkan. untuk meningkatkan kepercayaan diri, seseorang
harus bisa memahami dirinya sendiri. Dengan kita memahami din kita sendiri, maka kita
bisa meningkatkan kepercayaan diri Kepercayaan diri sangat diperkukan dalam
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat. Dengan meningkatnya kepercayaan
diri karena Self Awareness, kita bisa meningkatkan prestasi dengan bakat yang dimiliki dan
hal-hal hin yang ada dalam diri kita bisa berkembang dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Self Awareness ?
2. Bagaimana Eksplorasi Perasaan?
3. Bagaimana Kemampuan menjadi model/ Role model ?
4. Bagaimana Panggilan Jiwa?
5. Bagaimana Etika dan tanggung jawab perawat?
6. Bagaimana Healping Relationship ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Self Awareness
2. Untuk mengetahui Eksplorasi Perasaan
3. Untuk mengetahui Kemampuan menjadi model/ Role model
4. Untuk mengetahui Panggilan Jiwa
5. Untuk mengetahui Etika dan tanggung jawab perawat
6. Untuk mengetahui Healping Relationship

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Self Awareness


Abraham Maslow dalam teorinya Humanistik mengemukakan tentang kesadaran diri
(self awareness) adalah mengerti dan memahami siapa diri kita, bagaimana menjadi diri sendiri,
apu potensi yang kita miliki, gaya apa yang dimiliki, apa langkah-langkah yang diambil, apa
yang dirasakan, nilai-nilai apa yang dimiliki dan diyakini, kearah mana perkembangan kita akan
menuju. Goleman, (2007) menyatakan bahwa kesadaran diri (selfawareness) adalah perhatian
yang terus menerus terhadap keadaan hati individu. Para ahli psikologi menyebut kesadaran diri
dengan istilah metakognisi dan metamood, yaitu kesadaran orang akan proses berpikir dan
kesadaran emosinya sendiri. Inti kesadaran diri adalah sadar akan kedua kesadaran tersebut.
Proses metakognisi menyebabkan individu dapat mengontrol aktivitas kognitifnya, pengetahuan
individu tentang proses kognitif dapat mengarahkannya untuk memilih situasi dan strategi yang
tepat bagi dirinya di masa yang akan datang (Nafisa, 2010). Self- awareness merupakan
perhatian yang terus menerus terhadap keadaan batin individu. Para ahli psikologi menyebut self
awareness (kesadaran diri) dengan istilah metakognisi dan metomood, yaitu kesadaran individu
akan proses berpikir dan Kesadaran emosinya sendiri Meyer (dalam Goleman 2007).
Manfaat Kesadaran diri
I. Memahami diri dalam relasi orang lain
II. Menyusun tujuan hidup dan karir
III. Membangun relasi dengan orang lain Memahami nilai-nilai keberagaman.
IV. Memimpin orang lain secara efektif
V. Meningkatkan produktifitas
VI. Meningkatkan kontribusi pada perusahaan, masyarakat dan keluarga

Cara mengembangkan kesadaran diri


I. Analisa diri minta orang lain untuk menilai diri kita
II. Perilaku berhubungan erat dengan tindakan-tindakan kita.
III. Kepribadian merupakan kondisi karakter/tempramen diri yang relatif stabil sebagai hasil
bentukan faktor-faktor sosial, budaya dan lingkungan sosial.
IV. Sikap merupakan cara respon kita terhadap rangsangan (stimulus) objek luar tertentu.
2.2 Eksplorasi Perasaan
Suatu tehnik yang bertujuan menggali perasaan klien yang tersimpan, dan bertujuan
untuk menggali atau mencari lebih dalam tentang masalah yang di hadapi klien, tehmik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang di
alami seorang klien. Agar seorang perawat dapat berperan efektif dan therapeutic, ia harus
menganalisa dirinya melalui eksplorasi perasaan. Seluruh perilaku dan pesan yang di sampaikan
perawat (verbal dan non verbal)dalam arti lain eksplorasi perasaan adalah mengkaji atau
menggali perasaan-perasaan yang muncul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain,
dimana eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersiapkan objektif secara komplit
dan sikap yang sangat berpengaruh. Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam
membantu pasien. Perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan
orang lain, perawat akan menggunakan perasaan nya, kurang memperhatikan kebutuhan pasien,
tidak menepati janji sehingga pasien mengalami kemunduran, mengalami stress sehingga pasien
tidak mau menemui, marah karena pasien banyak permintaan atau manipulasi dan kekuatan
karena pasien terlalu tergantung pada perawat.Perawat harus terbuka akan perasaan pasien dan
bagaimana perawat mengerti akan pasien Serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan
perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari masalah pasien

2.3 Kemampuan menjadi model/ Role model


Role model adalah penerjemmahan dri kata teladan, jadi role model memiliki pengertian
suatu tindakan yang mencerminkan suatu sikap yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai
model acuan atau dicontoh..
Kemampuan menjadi model adalah suatu sistem yang yang mengutamakan seorang
petugas kesehatan yang harus menjadi contoh utama bagi pasien dan lingkungan di sekitarnya
akan pentingnya kesehatan sebagai faktor utama berjalannya roda kehidupan yang sehat dan
bernilai positif, teori ini berdasarkan filosofi dan asumsi tentang manusia, lingkungan kesehatan
dan keperawatan. Baik secara deduktif maupun induktif di turunkan dari pengalaman praktik,
studi empiris dan beberapa teori dasar.

Kemampuan menjadi model (modeling dan role modeling) memandang manusia secara
holistik. Manusia adalah holistik yang memiliki beberapa subsistem yang saling berinteraksi.
Subsistem tersebut yaitu biofisikal, psikologikal, sosial dan kognitif. Penyerapan dari seluruh
subsistem adalah merupakan satu kesatuan, yang meliputi genetic dan spiritual, termasuk juga
tubuh, fikiran, emosi dan semangat (spirit) yang saling mempengaruhi dan mengontrol. Interaksi
dari subsistem tersebut dan keutuhannya di sebut holistic.

Konsep sentral dari teori modeling dan role modeling yaitu pasien sebagai manusia yang
holistic dan memiliki kemampuan berafiliasi. Seni role modeling terjadi ketika perawat
merencanakan dan mengimplementasikan intervensi yang unik kepada pasien. Role modeling
adal inti dari asuhan.

2.3 Panggilan Jiwa

Perawat merupakan profesi garda awal dalam menyelesaikan masalah pasien tanpa
memandang jenis penyakit, golongan kasta, usia, jenis kelamin,agam dan beberapa klasifikasi
strata sosial lainnya. Perawat adalah profesi yang sangat berperan dalam sebuah tindakan
advance terhadap masalah dan kesembuhan pasien dengan metode asuhan keperawatan secara
komprehensif dan menyeluruh, berkesinambungan, serta terkoordinasi dan kolaborasi dengan
profesi lainnya dengan tetap menjunjung tinggi tanggung jawab. Hukum, etika dan moral secara
profesional.
Sebelum lahirnya keperawatan modern yaitu sebelum abad ke 18, semua orang bisa
merawat orang yang sakit berdasarkan mother insting atau naluri keibuan. Dan dewasa ini
perkembangan keperawatan di indonesia telah mengalami perubahan pesat menuju ke
perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mana di rumuskan saat lokakarya persatuan
perawat nasional indonesia(PPNI) pada tahun 1983. Yang merupakan titik tolak di terimanya
profesionalisme keperawatan. Hal tersebut juga di kukuhkan oleh UU No.23 Tahun 1992 pada
pasal 32 ayat (4) dan pasal 53 ayat (1) dan (2) Seorang ahli bidang keperawatan yang bernama
Hughes,E,C (1993) pernah mengungkapkan “bahwa profesi adalah proses yang artinya
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang di derita atau terjadi pada kliennya”,

2.4 Etika dan tanggung jawab perawat

Tanggung jawab perawat yaitu suatu keadaan dimana adanya saling percaya dan di
percaya antar pasien dan perawat. Hal ini menunjukkan bahwa perawat profesional menampilkan
kinerja secara teliti dan hati-hati, serta kegiatan yang di lakukan seorang perawat yang secara
jujur dan tidak tertutup kepada pasien. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab
dan memiliki keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.

Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab, maka perawat di berikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan dan perawatannya tetap sesuai Standart
keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif. Berdasarkan pengertian di
atas tanggung jawab di artikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan
yang sudah di lakukan pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan
datang. Contoh, jika perawat memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan
berdampak pada masa depan klien.klien tidak akan mempunyai keturunan padahal memiliki
keturunan adalah hak setiap manusia. Perawat secara retrosfektif harus bisa mempertanggung
jawab kan perbuatannya meskipun tindakan perawat tersebut di anggap benar menurut
pertimbangan medis. Berikut adalah jenis-jenis tanggung jawab perawat.

1. Tanggung jawab kepada tuhannya


Dalam sudut pandang etika normatif, tanggung jawab perawat yang paling utama
adalahTanggung jawab di hadapan tuhannya,
2. Tanggung jawab terhadap klien dan masyarakat
Salah satu bentuk tanggung jawab perawat terhadap kliennya yaitu: mengenal kondisi
klien,merawat klien selama jam dinas,tanggung jawab dalam pendokumentasian,menjaga
keselamatan klien, bertanggung jawab apabila terjadi penurunan kondisi klien. Dan
berbagai tanggung jawab lainnya.
3. Tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan
a. Membuat pencatatan yang lengkap (pendokumentasian) tentang kapan melakukan
tindakan.
b. Keperawatan.berapa kali,dimana,dengan siapa,dengan cara apa dan dengan siap
melakukan.
c. Mengajarkan pengetahuan perawat kepada perawat lain yang belum mampu
melakukan atau belum mahir dalam mengambil tindakan.
d. Melakukan teguran apabila rekan sejawat melakukan kesalahan dalam perawatan.
Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang di alami klien.
e. Memberikan kesaksian di pengadilan tentang suatu kasus yang di alami klien.
4. Tanggung jawab terhadap profesi
a. Bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kemampuan profesionalnya
b. Bertanggung jawab dalam menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
c. Bertanggung jawab dalam menentukan layanan keperawatan
d. Bertanggung jawab bersama membina dan memlihara mutu organisasi

5. jawab terhadap negara

a. Bertanggung jawab dalam melaksanakan ketentuan yang telah di berikan oleh


pemerintah dalam bidang kesehatan

b. Bertanggung jawab dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah guna

meningkatkan pelayanan kesehatan


5. Tanggung jawab perawat terhadap tugas
a. Memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi dan kejujuran profesional
b. Merahasiakan segala sesuatu yang di ketahuinya sehubungan dengan kepercayaan
yang di berikan kepada nya
c. Tidak menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk
bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan
d. Berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kesukuan.agama,budaya,warna kulit,umur.jenis dan sebagainya
e. Mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien dalam melakukan pelayan
kesehatan

2.5 Healping Relationship

A. Pengertian Helping Relationship

Terry dan Capuzzi mengartikan bahwa hubungan membantu merupakan beberapa


individu bekerjasama untuk memecahkan apa yang menjadi perhatiannya atau masalahnya dan
atau membantu perkembangan dan pertumbuhan salah seorang dari keduanya. (Capuzzi dan EF,
1991)

George dan Christiani (1982) mengemukakan bahwa pemberian bantuan professional


merupakan proses dinamis dan unik yang dilakukan individu untuk membantu orang lain dengan
menggunakan sumber-sumber dalam agar tumbuh kedalam arahan yang positif dan dapat
mengaktualisasikan potensi-potensinya untuk sebuah kehidupan yang bermakna.

Rogers (1961) mengemukakan bahwa maksud hubungan tersebut adalah untuk


peningkatan pertumbuhan, kematangan, fungsi, cara penanganan kehidupannya dengan
memanfaatkan sumber-sumber internal pada pihak yang diberikan bantuan,

B. Karakteristik dari Helping Relationship

George dan christiani mengemukakan enam karakteristik dinamika dan keunikan


hubungan konseling dibandingkan dengan hubungan membantu yang lainnya. Keenam
karakteristik itu adalah:

1. Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif daripada
sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin. Sepanjang proses konseling,
termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif
klien. Hubungan yang penuh afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan
pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dan klien lebih produktif.
2. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dan klien yang
intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa
adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkatan
yang diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar hubungannya dengan klien
dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan hubungan konseling.
3. Pertumbuhan dan Perubahan
Hubungan konseling bersifat dinamis. Hubungan konseling terus berkembang
sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi pada konselor dan klien.
Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi peningkatan
hubungan konselor klien, pengalaman bagi klien, dan tanggungjawabnya. Dengan
demikian pada klien terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus
bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
4. Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien. Keterbukaan
klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh
informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada
siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan. Hubungan ini adalah unik dan
akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
5. Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive) kepada klien
untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya
untuk perubahan perilaku dan memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi
motivasi untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya.
6. Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta adanya
komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak ada
sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya.
Klien maupun konselor harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka.
Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling.

C. Ciri-ciri Helping Relationship.

1. Hubungan helping adalah penuh makna, dan bermanfaat


2. Afeksi sangat mencolok dalam hubungan helping.
3. Keutuhan pribadi tampil atau terjadi dalam hubungan helping.
4. Hubungan helping terbentuk melalui kesepakatan bersama individu- individu yang
terlibat.
5. Saling-Hubungan yang terjalin karena individu yang hendak dibantu membutuhkan
informasi, pelajaran, advis, bantuan, pemahaman dan perawatan dari orang lain.
6. Hubungan helping dilangsungkan melalui komunikasi dan interaksi.
7. Struktur hubungan helping jelas atau gamblang.
8. Upaya-upaya yang bersifat kerjasama menandai hubungan helping.
9. Orang-orang dalam helping dapat dengan mudah ditemui atau didekati dan terjamin ajeg
sebagai pribadi.
10. Perubahan merupakan tujuan hubungan helping.

D. Mengembangkan Helping Relationship

Tiga hal mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu: Genuineness


(keikhlasan), empathy (empati), dan warmth (kehangatan).

1. Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang
dimiliki klien Apa yang pikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan
siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.
Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya secara
tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien,
hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara
yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk
melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-nilai
yang dimiliki membutuhkan pengenmbangan diri yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak
mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
2. Emphaty
Empati merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” Perawat terhadap perasaan
yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas apa
yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan
kecenderungan.berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh
klien. Karenanya simpati lebih bersifat subyektif dengan melihat “dunia orang lain”
untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang
dialami seseorang. Sebagai perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk
mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada kondisi
seperti ini, empati dapat di ekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika
dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang apa yang difikirkan perawat tentang klien, dan
memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati
membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan
emosi klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian
berdasarkan kata hati (impulsive judgement) tentang seseorang dan pada umumnya
dengan empati dia akan menjadi lebih sensitif dan ikhlas.
3. Warmth
Hubungan yang saling membantu (Helping Relationship) dilakukan untuk memberikan
kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Sehingga klien dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam.
Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui
kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan
yang tenang. Suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan
rasa belas kasihan atau kasih sayang perawat pada klien.

BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Self Awareness adalah proses dimana seseorang berusaha untuk mengetahui dan
memahami tentang dirinya sendiri, aktifitas yang dilakukannya. Dan menyadari posisinya dalam
suatu lingkungan. Self Awareness atau kesadaran intrapersonal dalam hubungan interpersonal
perawat dituntut mampu menjadi role model, berdasarkan panggilan jiwa, dan mengerti akan
etika dan tanggung jawab schingga dapat menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualsasi diri.. komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah
situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal yang diperlukan. Membantu dilakukanya.
Tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan. Perawat
secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa komunikasi
dalam kehidupan klita sehari-hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses
keperawatan yang diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai
dalam pergaulan sehari-hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat
atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untyk
menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang
terdapat di tempat kita bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah, 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung:


Refika Aditama.
Nurhasanah, Nunung. 2010. Ilmu Komunikasi dalam Konteks Keperawatan. Jakarta: CV Trans
Info Media.

Anda mungkin juga menyukai