KELAS : IIIB
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, hidayah dan
bimbingan-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “SELF AWARANES &
HEALPING RELATIONSHIP”
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu saran dan kritik dari pembaca yang
membangun senantiasa diharapkan demi memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan kepada
khalayak umum mengenai.
Maumere, 14 November
2023
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Kemampuan menjadi model (modeling dan role modeling) memandang manusia secara
holistik. Manusia adalah holistik yang memiliki beberapa subsistem yang saling berinteraksi.
Subsistem tersebut yaitu biofisikal, psikologikal, sosial dan kognitif. Penyerapan dari seluruh
subsistem adalah merupakan satu kesatuan, yang meliputi genetic dan spiritual, termasuk juga
tubuh, fikiran, emosi dan semangat (spirit) yang saling mempengaruhi dan mengontrol. Interaksi
dari subsistem tersebut dan keutuhannya di sebut holistic.
Konsep sentral dari teori modeling dan role modeling yaitu pasien sebagai manusia yang
holistic dan memiliki kemampuan berafiliasi. Seni role modeling terjadi ketika perawat
merencanakan dan mengimplementasikan intervensi yang unik kepada pasien. Role modeling
adal inti dari asuhan.
Perawat merupakan profesi garda awal dalam menyelesaikan masalah pasien tanpa
memandang jenis penyakit, golongan kasta, usia, jenis kelamin,agam dan beberapa klasifikasi
strata sosial lainnya. Perawat adalah profesi yang sangat berperan dalam sebuah tindakan
advance terhadap masalah dan kesembuhan pasien dengan metode asuhan keperawatan secara
komprehensif dan menyeluruh, berkesinambungan, serta terkoordinasi dan kolaborasi dengan
profesi lainnya dengan tetap menjunjung tinggi tanggung jawab. Hukum, etika dan moral secara
profesional.
Sebelum lahirnya keperawatan modern yaitu sebelum abad ke 18, semua orang bisa
merawat orang yang sakit berdasarkan mother insting atau naluri keibuan. Dan dewasa ini
perkembangan keperawatan di indonesia telah mengalami perubahan pesat menuju ke
perkembangan keperawatan sebagai profesi yang mana di rumuskan saat lokakarya persatuan
perawat nasional indonesia(PPNI) pada tahun 1983. Yang merupakan titik tolak di terimanya
profesionalisme keperawatan. Hal tersebut juga di kukuhkan oleh UU No.23 Tahun 1992 pada
pasal 32 ayat (4) dan pasal 53 ayat (1) dan (2) Seorang ahli bidang keperawatan yang bernama
Hughes,E,C (1993) pernah mengungkapkan “bahwa profesi adalah proses yang artinya
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang di derita atau terjadi pada kliennya”,
Tanggung jawab perawat yaitu suatu keadaan dimana adanya saling percaya dan di
percaya antar pasien dan perawat. Hal ini menunjukkan bahwa perawat profesional menampilkan
kinerja secara teliti dan hati-hati, serta kegiatan yang di lakukan seorang perawat yang secara
jujur dan tidak tertutup kepada pasien. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab
dan memiliki keahlian yang relevan dengan disiplin ilmunya.
Menurut pengertian tersebut, agar memiliki tanggung jawab, maka perawat di berikan
ketentuan hukum dengan maksud agar pelayanan dan perawatannya tetap sesuai Standart
keharusan seseorang sebagai mahluk rasional dan bebas untuk tidak mengelak serta memberikan
penjelasan mengenai perbuatannya, secara retrosfektif atau prosfektif. Berdasarkan pengertian di
atas tanggung jawab di artikan sebagai kesiapan memberikan jawaban atas tindakan-tindakan
yang sudah di lakukan pada masa lalu atau tindakan yang akan berakibat di masa yang akan
datang. Contoh, jika perawat memasang alat kontrasepsi tanpa persetujuan klien maka akan
berdampak pada masa depan klien.klien tidak akan mempunyai keturunan padahal memiliki
keturunan adalah hak setiap manusia. Perawat secara retrosfektif harus bisa mempertanggung
jawab kan perbuatannya meskipun tindakan perawat tersebut di anggap benar menurut
pertimbangan medis. Berikut adalah jenis-jenis tanggung jawab perawat.
1. Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif daripada
sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin. Sepanjang proses konseling,
termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif
klien. Hubungan yang penuh afeksi ini dapat mengurangi rasa kecemasan dan ketakutan
pada klien, dan diharapkan hubungan konselor dan klien lebih produktif.
2. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dan klien yang
intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa
adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkatan
yang diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar hubungannya dengan klien
dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan hubungan konseling.
3. Pertumbuhan dan Perubahan
Hubungan konseling bersifat dinamis. Hubungan konseling terus berkembang
sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi pada konselor dan klien.
Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu kewaktu terus terjadi peningkatan
hubungan konselor klien, pengalaman bagi klien, dan tanggungjawabnya. Dengan
demikian pada klien terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus
bertanggungjawab untuk mengembangkan dirinya.
4. Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien. Keterbukaan
klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh
informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada
siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan. Hubungan ini adalah unik dan
akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
5. Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive) kepada klien
untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya
untuk perubahan perilaku dan memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi
motivasi untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya.
6. Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta adanya
komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak ada
sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya.
Klien maupun konselor harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka.
Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling.
1. Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang
dimiliki klien Apa yang pikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan
siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.
Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya secara
tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien,
hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara
yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk
melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-nilai
yang dimiliki membutuhkan pengenmbangan diri yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak
mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
2. Emphaty
Empati merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” Perawat terhadap perasaan
yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas apa
yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan
kecenderungan.berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh
klien. Karenanya simpati lebih bersifat subyektif dengan melihat “dunia orang lain”
untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang
dialami seseorang. Sebagai perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk
mengetahui secara pasti apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada kondisi
seperti ini, empati dapat di ekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika
dibutuhkan, mengatakan sesuatu tentang apa yang difikirkan perawat tentang klien, dan
memperlihatkan kesadaran tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati
membolehkan perawat untuk berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan
emosi klien. Perawat yang berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian
berdasarkan kata hati (impulsive judgement) tentang seseorang dan pada umumnya
dengan empati dia akan menjadi lebih sensitif dan ikhlas.
3. Warmth
Hubungan yang saling membantu (Helping Relationship) dilakukan untuk memberikan
kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Sehingga klien dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam.
Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui
kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan
yang tenang. Suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan
rasa belas kasihan atau kasih sayang perawat pada klien.
BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Self Awareness adalah proses dimana seseorang berusaha untuk mengetahui dan
memahami tentang dirinya sendiri, aktifitas yang dilakukannya. Dan menyadari posisinya dalam
suatu lingkungan. Self Awareness atau kesadaran intrapersonal dalam hubungan interpersonal
perawat dituntut mampu menjadi role model, berdasarkan panggilan jiwa, dan mengerti akan
etika dan tanggung jawab schingga dapat menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualsasi diri.. komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien
memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan guna mengubah
situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal hal yang diperlukan. Membantu dilakukanya.
Tindakan yang efektif, mempererat interaksi kedua pihak, yakni antara pasien dan. Perawat
secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu menyelesaikan masalah klien.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa komunikasi
dalam kehidupan klita sehari-hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses
keperawatan yang diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang sesuai
dalam pergaulan sehari-hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang perawat
atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untyk
menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang
terdapat di tempat kita bekerja.
DAFTAR PUSTAKA