Oleh :
KELOMPOK 3
1. Dita Maharani (203310691)
2. Gayatri putri (203310696)
3. Mardiah(203310699)
4. Mulyana Dwi Firza (203310701)
5. Oviro Fajri (203310705)
6. Putri Melati Yonita (203310706)
7. Salsa Billa (203310711)
DOSEN :
Reflita,S.Kp., M.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “KESADARAN INTERPERSONAL DALAM
KOMUNIKASI” ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita
selaku umatnya.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN II. Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan
makalah.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan,
karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti
milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………….4
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................5
C. TUJUAN.........................................................................................................................................5
BAB
II……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..6
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………………………………………6
BAB III……………………………………………………………………………………………………13
PENUTUP…………………………………………………………………………………………….......13
A.KESIMPULAN…………………………………………………………………………………..... 13
B. saran …………………………………………………………………………………………………13
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………………….. …14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta lingkungannya.
Dalammemberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat meyakini bahwa klien
adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan unik sebagai satu kesatuan dalam
berinteraksiterhadap lingkungannya dan dirinya sendiri. Setiap individu berbeda
dalammengimplementasikan stimulus dalam lingkungannya yang diperoleh melalui
pengalamanyang unik dengan dirinya sendiri dan orang lain.Konsep ide adalah semua
ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yangdiketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan
membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan konsep
diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonaldan cultural yang memberikan perasaan
positif, memahami kompetensi pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari
melalui akumulasi kontak-kontak social dan pengalamandengan orang lain.Dalam
merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapatmenganalisis respon
individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai komponen konsepdiri yaitu citra
tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan peran.
Dalam memberikan asuhankeperawatan ada lima prinsip yang harus diperhatikan
yaitu memperluas kesadaran diri,menggali sumber-sumber diri, menetapkan tujuan yang
realistic sertabertanggung jawabterhadap tindakan.Konsep diri adalah semua ide, pikiran
kepercayaan dan pendirian yang diketahuiindividu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain.Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan
ini merupakan persepsi yang bersangkutan tentangkarakteristik dan kemampuan interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek
sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri adalah cara individu memandang
dirinya secara utuh baik fisik, emosi, intelektual, social,dan spiritual
4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu kesadaran diri ?
2. Apa itu eksplorasi perasaan?
3. Bagaimana kemampuan menjadi model ?
4. Apa itu panggilan jiwa
5. Apa itu etika dan tanggung jawab?
C. TUJUAN
1. Menjelaskan pengertian kesadaran diri
2. Menjelaskan tentang eksplorasi perasaan
3. Menjelaskan kemampuan untuk menjadi model
4. Menjelaskan tentang panggilan jiwa
5. Menjelaskan etika dan tanggung jawab
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Eksplorasi Perasaan
Penggunaan diri secara teraupeutik memerlukan strategi yang optimal
agar mendapatkan masukan/data dari klien yang akurat dalam rangka untuk menentukan
masalah klien, menentukan intervensi, serta melaksanakan implementasi yang baik. Salah
satu stategi tersebut adalah membebaskan diri dari rasa kecemasan saat akan ataui
sesudah melaksanakan pertemuan dengan klien dengan cara mengkaji atau menggali
6
perasaaan-perasaan yang timbul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang
lain.Seorang perawat yang merasa cemas pada saat berinteraksi dengan klien akan
tampak pada ekspresi wajahnya dan perilakunya. Kecemasan perawat ini akan membuat
klien merasa tidak nyaman dan kerena adanya “pemindahan perasaan” ( transfer feeling)
mungkin klien juga akan menjadi cemas dan hal ini akan memengaruhi interaksi
secara keseluruhan. Saat bertemu dengan klien orientasi Komunikasi hanya satu
yaitu komunikasi teraupeutik, tidak ada komunikasi lain sehingga pertemuan itu
merupakan pertemuan yang bermutu karena perawat akan mendapatkan masalah
keperawatan dari klien untuk dijadikan sebagai acuan dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Oleh kerena itu diperlukan persiapan yang matang melalui
eksplorasi perasaan dengan perawat lalu menceritakan keluhan dan perasaan yang
mengganggu pikirannya.Seorang yang tidak mampu mengeksplorasi perasaannya
sendiri dan tidak terbuka dengan perasaannya sendiri kemungkinan akan merusak
interaksinya dengan orang lain. Rusaknya proses interaksi akan mempengaruhi
data yang kita poerolrh dari klien. Data menjadi tidak akurat dan tidak relevan yang
pada akhirnya terjadi kesalahan dalam penentuan diagnosis keperawatan, kesalahan
dalam mentukan rencana keperawatan dan implementasi. Perawat harus sadar cemas
akan perasaannya sendiri agar kehadirannya disisi klien dalam rangka berinteraksi
dan berkomunikasi membawa dampak yang terapeutik yaitu perawat mendapatkan
data dan klien puas karena karena merasakan diperhatikan. Bagi perawat ,
eksplorasi perasaan merupakan hal yang perlu dilakukan agar perawat terbuka dan sadar
terhadap perasaannya sehingga dia dapat mengontrol perasaannya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapeutik. Bagi perawat untuk mengerti akan
dikomunikasikan sesuai dengan standar baku dari dirinya melalui pengukuran yang lebih
rasional.
7
perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh di masyarakat. Terlebih lagi
kebiasaan dalam bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan sehat, ini akan
menjadi sorotan masyarakat.Oleh karena perawat dituntut menjadi Role Model/
contoh di tengah masyarakat maka perawat harus terlebih dahulu mengenali diri
sendiri sebelum menjadi contoh untuk masyarakat. Maka sebelum menjadi Role
Modelada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang perawat.Perawat yang
mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan interpersonal
yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan
Sundeen, 1987, h.102). Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat
memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak
mungkin pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara
terapeutik dalam menolong klien. Perawat yang efektif adalah perawat yang
dapat memenuhi dan memuaskan kehidupanpribadi serta tidak didominasi oleh
konflik, distres atau pengingkaran dan memperlihatkanperkembangan serta
adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atasperilakunya, sadar
akan kelemahan dan kekurangannya.Ciri perawat yang dapat menjadi role model:
a. Puas akan hidupnya
b. Tidak didominasi oleh stress
c. Mampu mengembangkan kemampuan
d. Adaptif
4. Panggilan jiwa
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper
yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari
manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan
kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan
keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut.Altruisme adalah perhatian terhadap
kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Altruisme lebih menitikkan
pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik diri juga tidak
menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran secara
praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai
bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan
8
kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat membantu
orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial. Secara
legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan
perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan
kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh
seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.Dari konsep
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang
menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut
aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu:
9
kinerja stafnya. Perawat yang professional akan bertanggung jawab atas semua bentuk
tindakan klinis keperawatan atau kebidanan yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaran akan
petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan
nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan
rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan
tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung
jawaban, risiko, komitmen dan keadilan. Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan
akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan
dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang
setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain;
sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung jawabkan. Empat phase hubungan
perawat pasien yang berkatian dengan tanggung jawab dan tugas perawat kesehatan terhadap
pasien adalah :
10
menjadi arah tindakan apa yang perlu dilakukan terhadap pasiennya
Phase yang keempat ini sering kali disebut dengan phase terminasi.
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa hal
terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara lain:
-Perkembangan
Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu diperhatikan adalah siapa yang diajak
berkomunikasi. Maka dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan
harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau
usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi
-Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh
harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam
berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu sama dengan yang
dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku
sehingga sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
-Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan
membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
- Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita
harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat
menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
-Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri
sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
-Peran
Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
11
-Tatanan interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi
dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Self Awareness adalah proses dimana seseorang berusaha untuk mengetahui dan
memahami tentang dirinya sendiri, aktifitas yang dilakukannya, dan menyadari posisinya
dalam suatu lingkungan. Self Awareness atau kesadaran intrapersonal dalam hubungan
interpersonal perawat dituntut mampu menjadi role model, berdasarkan panggilan jiwa,
dan mengerti akan etika dan tanggung jawab sehingga dapat menciptakan kondisi yang
dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualsasi diri.
Penggunaan diri secara teraupeutik memerlukan strategi yang optimal agar
mendapatkan masukan/data dari klien yang akurat dalam rangka untuk menentukan
masalah klien, menentukan intervensi, sertqa melaksanakan implementasi yang baik.
Salah satu stategi tersebut adalah membebaskan diri dari rasa kecemasan saat akan ataui
sesudah melaksanakan pertemuan dengan klien dengan cara mengkaji atau menggali
perasaaan-perasaan yang timbul sebelum dan sesudah berinteraksi dengan orang lain
Perawat dituntut menjadi Role Model / contoh di tengah masyarakat maka perawat harus
terlebih dahulu mengenali diri sendiri sebelum menjadi contoh untuk masyarakat.
Altruismeadalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri. Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain.Etika adalah peraturan
atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku seseorang yang berkaitan
dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang dan merupakan
suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa
komunikasi dalam kehidupan klita sehari-hari terutama dalam proses pembangunan dan
dalam proses keperawatan yang diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan
bahasa yang sesuai dalam pergaulan sehari-hari, khususnya bagi pembaca yang
berprofesi sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi
13
yang baik dengan pasien guna untyk menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan
proses keperawatan yang bertujuan untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan
baik terhadap rekan kerja dan siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul nasir, A. M. (2011). Komunikasi dalam keperawatan teori dan aplikasi.Jakarta: Salemba
Medika
15