DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “KOMUNIKASI DALAM
KEPERAWATAN II “ dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini
mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan
dari dosen pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dengan
adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas
bantuan serta dukungan dan doa nya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membaca makalah ini dan dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon
maaf apabila makalah ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun kami.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan adalah ilmu yang berkenaan
dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu.
Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu baik buruknya
mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan seoptimal mungkin. (Depkes,RI)
Untuk menilai kualitas pelayanan keperawatan diperlukan adanya standar praktik
keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian
sampai evaluasi serta pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan
merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan
catatan keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan
lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. (Nursalam)
Motivasi merupakan energi yang mendorong seseorang untuk bangkit
menjalankan tugas pekerjaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar motivasi dapat
terus ada, diperlukan cara untuk menciptakan iklim kerja diantaranya mengidentifikasi
sumber stress, yang berupa jumlah pasien berlebihan, kondisi pasien yang berat dan
serius, staf perawat kurang, konflik diantara perawat dan dokter. Melakukan tindakan
pencegahan atau mengurangi stress, yang berupa rotasi dinas yang luwes, tidak terlalu
sering melakukan perubahan dan mengadakan program latihan. Menciptakan suasana
kerja yang akrab dan terbuka, komunikasi yang efektif, mengurangi kontrol yang
berlebihan, memberikan reinforcement pada hasil kerja, peningkatan kesejahteraan
(Swansburg)
Motivasi merupakan suatu proses emosi dan proses psikologis dan bukan logis.
Motivasi pada dasarnya merupakan proses yang tidak disadari. Jadi dalam tiap individu
kebutuhan untuk memotivasi berbeda dari waktu ke waktu. Kuncinya kebutuhan mana
yang saat itu paling dominan. Untuk pendokumentasian asuhan keperawatan dibutuhkan
motivasi perawat yang timbul sepenuhnya dari hati. Sehingga untuk menimbulkan
motivasi yang baik maka perawat sendiri perlu menyadari kebutuhan dan kepentingan
pendokumentasian asuhan keperawatan (Swansburg)
Untuk memotivasi seorang perawat, selain kesadaran dari orang itu sendiri, perlu
orang lain yang memberi motivasi karena dengan kehadiran orang lain akan semakin
meningkatkan motivasi dalam diri perawat. Dalam hal ini sosok manajer perawat
diharapkan dapat mengaplikasikan teknik, keterampilan dan pengetahuan termasuk teori
motivasi untuk membantu perawat memperoleh apa yang mereka inginkan dari pekerjaan
perawatan (Swansburg)
Semua orang mempunyai motivasi namun pilihan untuk bertindak tergantung dari
individu. Untuk itu motivasi harus memberikan stimulus yang baik bagi seseorang dalam
melakukan sesuatu. Setiap orang pasti mempunyai motivasi yang berbeda-beda,
walaupun berbeda tetapi janganlah menghambat proses pelaksanaan dokumentasi asuhan
keperawatan yang menjadi tolok ukur bagi perawat dalam bekerja. Sebaliknya dengan
perbedaan motivasi akan meningkatkan kesadaran diri bahwa perawat sebenarnya
merupakan pekerjaan yang membutuhkan pelayanan yang prima bagi pasien-pasiennya
B. Rumusan masalah
a. Apa itu self awareness ?
b. Apa itu kesadaran diri ?
c. Apa itu eksplorasi diri ?
d. Apa itu kemampuan menjadi model ?
e. Apa itu panggilan jiwa ?
f. Apa itu etika dan tanggung jawab ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu self awareness.
b. Untuk mengetahui apa itu kesadaran diri.
c. Untuk mengetahui apa itu eksplorasi diri.
d. Untuk mengetahui apa itu kemampuan menjadi model.
e. Untuk mengetahui apa itu panggilan jiwa.
f. Untuk mengetahui apa itu etika dan tanggung jawab.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Self awareness
1) Pengertian Self Awareness (Kesadaran Diri)
Dalam kamus bahasa Inggris self berarti diri. Self disini berisi pola pengamatan
dan penilaian yang sadar terhadap diri sendiri baik sebagai subyek maupun obyek. Isitlah
Self di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap
dirinya sendiri, dan suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan
penyesuaian diri.
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki gejala-
gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku itu. Jadi,
didalam menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain dari pada nama
bagi sekelompok proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan, atau
mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-peristiwa lingkungan
atau kejadian-kejadian internal. Secara istilah kesadaran mencakup pengertian persepsi,
pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang yang aktif pada saat tertentu. Dalam
pengertian ini Awareness (kesadaran) sama artinya dengan mawas diri. Namun seperti
apa yang kita lihat, kesadaran juga mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-
samar disadari oleh individu hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada
tingkatan mawas diri (Awareness) dalam kesadaran.
Menurut konsep Suryamentaran, bahwa mawas diri adalah sebagai cara latihan
Milah Mlahake (memilah-milah) rasa sendiri dengan rasa orang lain untuk meningkatkan
kemampuan menghayati rasa orang lain sebagai manifestasi tercapainya pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian yang sehat dan sejahtera. Hasil penelitian Yosshimich
mendapati bahwa pemahaman diri melalui tahapan mawas diri mampu menunjukkan
bahwa pada diri seseorang ada elemen kunci yang sangat menentukan bahagia tidaknya
seseorang, elemen ini adalah elemen yang selalu stabil, tenang, serta damai, dan elemen-
elemen yang berubah-ubah, senantiasa berubah serta selalu berusaha menuruti
keinginannya sendiri, terutama yang berhubungan dengan semat, drajat, dan kramat.
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan kedalam atau
wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri, pemahaman diri sendiri. Self
Awareness pada umumnya dimaknai sebagai kondisi tahu atau sadar pada diri sendiri
dalam pengertian yang mempunyai obyek secara relatif tetapi membuka dan menerima
penilaian dari kebenaran sifat individu.
Dalam memahami Self Awareness, individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menghargai masalah-masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan.individu untuk aktualisasi diri.
Kesadaran diri bisa dibedakan menjadi dua, yakni :
Kesadaran diri atau (self-awareness) di yakini merupan satu dari sekian kunci
keberhasilan hidup. salah satu defensi dari self-awareness menyebutkan, ada 3 hal yang
harus di kenali dan di sadari sepenuhnya.
• Pertama nilai dan tujuan yang di miliki;
• Kedua kebiasaan, gaya, kekuatan dan kelemahan diri;
• Ketiga, hubungan antara perasaan,pemikiran dan tingkah laku.
Rumus ABC;
• affect [perasaan],
• behavior [tingkah laku]
• cognition [pemikiran],
Demikian rumus ABC yang di ajukan O,keefe dan berger. Inilah aspek terakhir dari
self-awareness. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan kita,semuanya
tidak akan berarti kalau kita tidak melakukan aksi apa-apa. Di sinilah
rumus.ABC.berperan.
Aktivitas yang di putuskan untuk di lakukan hendaknya mampertimbangkan ketiga
hal ini. Meski hasil analisa pemikiran mengatakan satu aktivitas akan menggantungkan,
tapi tidak akan terlaksana kalau ternyata tidak sesuai dengan hati (perasaan) atau sangat
berbeda dari kebiasaan. Karena itu, harus di cari alternatif
aktivitas.yang.menyeimbangkan keitga hal ini.
Demikian juga, merubah tingkah laku bangsa tidaklah mudah. Banyak contoh
kegagalan penerapan teknologi karena masyarakat tidakmau meninggalkan kebiasaan
lama. Hasil pemikiran berupa teknologi tepat guna sekalipun, belum tentu dapat
diterapkan.tanpa.pedekatan.yang.persuasif.
Self-awareness mempunyai tiga komponen ini memang penting untuk meningkatkan
prestasi kita. Baik prestasi individu, kelompok bahkan bangsa . Tentu kita tidak harus
selalu melihat ke dalam diri. Tapi mesti pula melihat faktor ekternal. Untuk itu self-
awareness ini harus di lengkapi dengan environmental-awareness, kesadaran untuk
melihat kondisi lingkunggan sekitar kita, baik itu kawan maupun lawan. Dengan
demikian kita mampu.membedakan.dan.menyadari.nya.
Beberapa strategi praktis untuk meningkatkan kesadaran diri diuraikan di bawah ini:
1) Mintalah umpan balik
Umpan balik didapatkan melaluievaluasi gaya kepemimpinan, kekuatan, dan
kelemahan. Saat Pasien atau keluarga memberikan kritik konstruktif, Anda harus
terbuka terhadap umpan balik ini dan menggunakannya sebagaikesempatan untuk
menjadi refleksi diri, bukan defensif.
2) Berlatih interaksi tatap muka bila memungkinkan
Interaksitatap muka biasanya membantu meminimalkan perasaan negatifdan
mengubahnya menjadi hubungan yang lebih positif. Interaksi semacam itu juga
memungkinkan kita untuk mendapatkan umpan balik verbal dan nonverbal secara
langsung tentang kemampuaninterpesonalmereka. Bahasa tubuh dan ekspresi
wajahBisa jadi kontributor positif ataupunnegatif terhadap efektifvitas koneksi
interpersonal.
3) Keluar dari “kotakmu”
Sebagian besar individu yang bekerja di lingkungan kesehatan adalahpengasuh secara
alami; dengan demikian mereka menempatkan nilai tinggi pada pemimpin yang
menciptakan kekuatan hubungan interpersonal dengan staf dan pasien.Kita harus
berinteraksi dengan memanggil nama pasien, mendengarkan dengan penuh
apresiasipada setiap percakapan.Praktik ini,bila dilakukan secara rutin, akan
mempertajam kesadaran sosialdan meningkatkan visibilitas dalamhubungan
interpersonal.Kesadaran diri juga termasuk refleksi tentang bagaimana sikap kita
dankeyakinan kita yang bisa mempengaruhi orang lain.
Bila kita kurang memiliki kemampuan kesadaran diri, kita cenderung membuat
kesalahan yang sama. Tapi saat kita tahu dimana kekuatan unik dan keterbatasan, kita
lebih siap menghadapi tantangan, menyelesaikanmasalah, memilih pertempuran,
membuat keputusan, dan memprediksi hasil keputusan tersebut. Selain itu, dengan
wawasan terhadap kesadaran diri, akan mengarah ke kompetensi dalam penyediaan
keperawatan berkualitas tinggi dan akhirnya kepuasan lebih besar pada perawatan
kliendapat dicapai.
B. Kesadaran diri
1) Definisi kesadaran diri
Kesadaran diri merupakan proses mengenali motivasi, pilihan dan kepribadian
kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan
interaksi kita dengan orang lain.
Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan
secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :
1. Komponen psikologi
Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
2. Komponen fisik
Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi
tubuh, gambaran diri dan potensial fisik.
3. Komponen lingkungan
Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan
pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.
4. Komponen pilosopi
Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan
dan kematian baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan
superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan
nyata.
Johari Window (Stuart dan Sunden. 1987, h.98) menggambarkan tentang perilaku,
pikiran, perasaan seseorang melalui gambar berikut:
Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang
diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2 sering disebut kuadran
buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya
diketahui oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
• Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
• Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran
dirinya kurang.
• Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 – 99)
yaitu :
Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui
oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari diri sendiri,
juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari orang
lain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan
pengetahuan tentang diri sendiri. Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu
untuk memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap menerima
umpan balik.
3. Membuka diri.
Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini
harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan
rahasia. Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah
khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk
berubah dan tumbuh.
Para ahli psikologi menggagas “The Big Five Model” untuk mengkategorikan
kepribadian manusia (Ekstroversion/, Agreeableness, tipe orang yang emosinya stabil,
Conscentiousness/sifat hati-hati, orang yg terbuka pada pengalaman).
Sikap merupakan cara respon kita terhadap terhadap rangsangan (stimulus) objek luar
tertentu (menyenangkan/tidak menyenangkan). Emosi menentukan sikap kita.
Persepsi sebenarnya suatu proses menyerap informasi dengan panca indera kita lalu
memberikan pemaknaan atasnya. Persepsi dipengaruhi kuat oleh: stereotif, persepsi
selektif, proyeksi, harapan, dan minat.
a. Menilai diri terlalu berlebihan saat sukses lalu mempersalahkan keadaan di luar diri jika
gagal (self-serving bias).
b. Cenderung mementingkan faktor internal sementara itu mengabaikan faktor eksternal
dalam menilai prilaku orang lain.
• Persepsi orang lain juga sangat baik membantu kita mengetahui cara pandang
orang lain terhadap kita dan apa pula yang orang lain pikirkan tentang diri kita.
Stephen Covey menggunakan istilah “Social Mirror”.
• Pengungkapan diri juga menjadi satu cara untuk meningkatkan kesadaran diri kita.
Akan sangat membantu jika kita dapat mengungkakan pikiran, perasaan, dan ide
kita kepada orang lain.
• Pengalaman dapat juga menjadi sarana yang baik untuk meningkatkan kesadaran
diri. Kita dapat belajar dari orang lain maupun dari peristiwa/kejadian yang hadir
dalam lingkaran hidup kita.
C. Eksplorasi diri
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987,h.102). Jika perawat
terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana
responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien. Sewaktu berbicara dengan
klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol penampilannya.
4. Adaptif
E. Panggilan jiwa
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri. Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper
yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari
manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan
dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan
antara kedua kebutuhan tersebut.
Efektif “helper”
Interest pada orang lain
Membantu dengan tulus dan cinta kasih
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara
altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau
pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga dapat
diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk
kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat
membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial.
Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk
mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan
kesehatan individu dan kemampuan dirinya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai seorang perawat, banyak hal yang dituntut dalam profesi ini. Mulai dari
kemampuan melakukan tindakan, ketepatan dan keefektifan melakukan tindakan, menilai
suatu kondisi dan apa tindakan yang cocok dilakukan. Namun berkaitan dengan itu juga,
seorang perawat perlu melakukan analisa diri agar segala sesuatu menjadi sesuai yang
diharapkan, yang mana berhubungan dengan self awareness, kesadaran diri, eksplorasi
diri, kemampuan menjadi model, panggilan jiwa, serta etika dan tanggung jawab. Semua
hal tersebut harus selaras dengan hak dan kewajiban profesi perawat. Maka dari itu,
makalah ini telah membahas tentang analisa diri tersebut yang harus dipahami dan tetap
digali sejalan dengan tugas profesi perawat.
B. Daftar pustaka
http://mudirulachmad.blogspot.com/2016/06/makalah-self-self-awareness-self.html
http://elsyifasuhardi.blogspot.com/2012/03/pentingnya-kesadaran-dalam-diri-
kita.html
Depkes RI. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta. 1997.
Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi 2.
Jakarta. Salemba Medika. 2008.
Swansburg C.R. Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Pengembangan SDM.
Jakarta. EGC. 2001
http://linadjafar.blogspot.com/2011/04/analisa-diri-perawat.html
http://rhytem82.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem
http://eprints.ac.id