D
I
S
U
S
U
N
O
L
E
H
Nama kelompok :
1. Meike Dwi Rahayu Y.S Amd, Kep
2. Reski Yanto Amd,Kep
3. Aidil Putrasani Amd,Kep
4. Afiska Syaharani Amd,Kep
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut goleman (2001) self awarenes adalah kemampuan individu untuk
dapat mengetahui apa yg dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya
untuk memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang
realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri.
Konsep diri merupakan konsep dasar yang perlu diketahui perawat untuk
mengerti perilaku dan pandangan terhadap dirinya, masalahnya, serta
lingkungannya. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus dapat
meyakini bahwa klien adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang utuh dan
unik sebagai satu kesatuan dalam berinteraksi terhadap lingkungannya dan
dirinya sendiri. Setiap individu berbeda dalam mengimplementasikan stimulus
dalam lingkungannya yang diperoleh melalui pengalaman yang unik dengan
dirinya sendiri dan orang lain.
Konsep ide adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan
pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali
dan membedakan orang lain. Proses yang berkesinambungan dari
perkembangan konsep diridipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan
cultural yang memberikan perasaan positif, memahami kompetensi pada area
yang bernilai bagi individu dan dipelajari melalui akumulasi kontak-kontak
social dan pengalaman dengan orang lain.
Dalam merencanakan asuhan keperawatan yang berkualitas perawat dapat
menganalisis respon individu terhadap stimulus atau stressor dari berbagai
komponen konsep diri yaitu citra tubuh, ideal diri, harga diri, identitas dan
peran. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada lima prinsip yang harus
diperhatikan yaitu memperluas kesadaran diri, menggali sumber-sumber diri,
menetapkan tujuan yang realistic sertabertanggung jawab terhadap tindakan.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
2
berhubungan dengan orang lain. Ide-ide, pikiran, perasaan, dan keyakinan ini
merupakan persepsi yang bersangkutan tentang karakteristik dan kemampuan
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek sekitarnya serta tujuan dan idealismenya. Konsep diri
adalah cara individu memandang dirinya secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, social, dan spiritual.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku,
artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini
merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju
kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama
saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa konsep
diri merupakan cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang
meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik
dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan self awareness?
2. Apa saja yang menjadi faktor terbentuknya self awareness ?
3. Apa yang dimaksud dengan eksplorasi kesadaran
4. Apa yang dimaksud dengan etika dan tanggung jawab ?
C. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengerti tentang self awareness (kesadaran
intrapersonal dalam hubungan interpersonal) yang didalamnya meliputi:
kesadaran diri, eksplorasi perasaan serta etika dan tanggung jawab.
D. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui tentang self awareness
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui beberapa faktor yang membentuk self
awareness
3. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang etika dan
tanggung jawab
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Self Awarness (Kesadaran Diri)
Teori self menunjukkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menyelidiki
gejala-gejala dan membuat konsepsi dari hasil penyilidikan mengenai tingkah laku
itu. Jadi, didalam menunjukkan self sebagai proses, itu yang dimaksud tidak lain
dari pada nama bagi sekelompok proses.
Sedangkan Awareness adalah kesadaran, keadaan, kesiagaan, kesediaan,
atau mengetahui sesuatu kedalam pengenalan atau pemahaman peristiwa-
peristiwa lingkungan atau kejadian-kejadian internal. Secara istilah kesadaran
mencakup pengertian persepsi, pemikiran atau perasaan, dan ingatan seseorang
yang aktif pada saat tertentu. Dalam pengertian ini Awareness (kesadaran) sama
artinya dengan mawas diri. Namun seperti apa yang kita lihat, kesadaran juga
mencakup persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu
hingga akhirnya perhatian terpusat. Oleh sebab itu, ada tingkatan mawas diri
Jika digabungkan, Self Awareness (kesadaran diri) adalah wawasan
kedalam atau wawasan mengenai alasan-alasan dari tingkah laku sendiri,
pemahaman diri sendiri. Self Awareness pada umumnya dimaknai sebagai kondisi
tahu atau sadar pada diri sendiri dalam pengertian yang mempunyai obyek secara
relatif tetapi membuka dan menerima penilaian dari kebenaran sifat individu.
2.2 Explorasi perasaan
Perawat harus mampu mengekspresikan perasaan secara jujur. Hal ini
penting dalam rangka meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan
yang disadari atau tidak yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
hubungan dengan klien.
Tugas
1) Identifikasi perasan positif atau negatif.
2) Berikan penguatan pada perasaan yang positif dan gunakan secara
efektif.
3) Pikirkan bagaimana cara mengeliminasi perasaan negatif.
4
2.3 Etika dan Tanggung Jawab
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan
bagi perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang
dilakukan oleh seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab
moral. Dari konsep pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa etika adalah ilmu
tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di
dalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu:
a. Baik dan buruk
b. Kewajiban dan tanggung jawab.
Tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu:
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan.
2. Membentuk strategi / cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi
dalam praktik keperawatan.
3. Menghubungkan prinsip moral / pelajaran yang baik dan dapat
dipertanggung jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan
kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.
Tanggung jawab menunjukkan kewajiban. Ini mengarah kepada kewajiban
yang harus dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan secara professional.
Manajer dan para staf harus memahami dengan jelas tentang fungsi tugas yang
menjadi tanggung jawab masing-masing perawat serta hasil yang ingin dicapai
dan bagaimana mengukur kualitas kinerja stafnya. Perawat yang professional akan
bertanggung jawab atas semua bentuk tindakan klinis keperawatan atau kebidanan
yang dilakukan dalam lingkup tugasnya.
Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa
kesadaranakan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat
umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung
jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat
dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab
sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung jawaban,
risiko, komitmen dan keadilan. Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan
akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan
5
dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim
kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan
kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna
dipertanggung jawabkan.
Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan tanggung jawab
dan tugas perawat kesehatan terhadap pasien adalah :
1. Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus mampu
menangkap bahwa pasien ingin mencari kesembuhan penyakitnya dan dia
mempercayakan dirinya dirawat oleh perawat dengan pengenalan.
2. Indetifikasi ( identification ), interaksi perawat – pasien hendaknya berbasis
pada kepercayaan, penerimaan, pengertian, relasi yang saling membantu.
3. Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan menumbuhkan
pengertian pasien terhadap proses system asuhan, sehingga pasien mempunyai
keterlibatan aktif yang muncul dari dirinya karena ingin cepat sembuh dari
sakitnya. Aspek lain pasien dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self –
care, sehingga peran perawat dan pasien dalam proses keperawatan untuk
mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi ). .
4. Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat diketahui melalui
hubungan kesetaraan perawat – pasien dengan menggunakan komunikasi
efektif. Harapan, kebutuhan pasien merupakan data yang menjadi arah
tindakan apa yang perlu dilakukan terhadap pasiennya Phase yang keempat ini
sering kali disebut dengan phase terminasi.
6
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi
dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi merupakan suatu
hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum
tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah
standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
3. Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya inilah
yang akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
4. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa. Dalam
berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan kita ajak
berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan salah tafsir atau pesan
tidak sampai.
5. Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa
menempatkan diri sesuai dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara.
6. Peran
Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang sedang kita lakukan.
Misalnya ketika kita berperan membantu pasien akan berbeda ketika kita
berperan atau berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
7. Tatanan interaksi
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan
yang menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk
berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesmpulan
3.2 Saran
8
Daftar Pustaka