Anda di halaman 1dari 11

ENTITAS MIKRO KECIL, DAN MENENGAH

(EMKM)

KELOMPOK 5:

NURUL AIDA NATASYA 1802124152


WIDY RAHMA PUTRI 1802123959
WINNI RALIANI 1802111915
Pengertian EMKM

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM),
mendefinisikan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah adalah entitas tanpa
akuntabilitas public yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang
memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro kecil dan menengah sebagaimana
diaturdalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-
tidaknya selama 2 tahun berturut-turut.
Menurut UU Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah,
ciri ciri UMKM adalah : manajemen berdiri sendiri, modal disediakan sendiri,
daerah pemasarannya lokal, aset perusahaan kecil, dan jumlah karyawanyang
dipekerjakan terbatas. Asas pelaksanaan UMKM adalah kebersamaan,
ekonomiyang demokratis, kemandirian, keseimbangan kemajuan, berkelanjutan,
efesiensikeadilan, serta kesatuan ekonomi nasional.
Dasar Pengembangan dan Penyusunan SAK EMKM
Secara umum tujuan utama pengembangan standar akuntansi keuangaadalah agar
pengguna dapat menerima laporan keuangan yang bisa dipahami dengankualitas
tinggi yang sesuai dengan ukuran dan kompleksitas entitas dan
kebutuhaninformasi penggunanya. Dengan demikian prinsip pengembangan
standar akuntansikeuangan entitas mikro kecil dan menengah dapat dilihat pada
gambar berikut:

Pengguna
Karakteristik Tujuan Laporan
Laporan
UMKM Keuangan
Keuangan

Kerangka Dasar
Dasar penyususan
Penyusunan Penyajian
berlakuan akuntansi Laporan Keuangan Gambar 1. Flow
seperti asset tetap, (asumsi dasar, Pengembangan dan
persediaan, komponen laporan Penyusunan SAK EMKM
pendapatan, dll keuangan, dll)
SAK EMKM
Dalam menyusun SAK EMKM, DSAK IAI mempertimbangkan karakteristik
entitas yang memenuhi kriteria usaha mikro kecil menengah sebagaimana
diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Undang-undang tersebut tidak memberikan pengaturan yang
secara signifikan berbeda antara usaha mikro, kecil dan menengah. Tidak
adanya perbedaan pengaturan dalam Undang-undang tersebut
mengindikasikan bahwa usaha mikro, kecil,menengah secara umum
dianggap memiliki karakteristik operasi dan pendanaan yang serupa.

Beberapa tanggapan dan masukan yang telah dipertimbangkan


menjadibagian dari SAK EMKM diantaranya tentang akuntansi jumlah
persediaan yangmengalami penurunan misalnya karena rusak atau usang,
akuntansi perolehan asettetap melalui pertukaran, dan hibah.
1. Entitas yang tidak memiliki akuntabilitas public signifikan dan
menerbitkanlaporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna
eksternal.
2. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan usaha
menengahatau besar
3. Rentang kuantitatif :
Rentang kuantitatif
a.Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam UU. Kekayaan
bersih paling banyak Rp50.000.000 (tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
serta hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000.

b.Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000-Rp500.000.000 (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari
Rp300.000.000-Rp2.500.000.000.

c.Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung denganUsaha Kecil atau usaha besar. Kekayaan bersih lebih dari
Rp500.000.000-Rp10.000.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
atau hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000-Rp50.000.000.000.
SAK EMKM
Entitas dapat menerapkan SAK EMKM pada tahun pertama dalam konteks
laporan keuangan tahun pertamanya.Entitas juga dapat menerapkan SAK
EMKM dan dapat disesuaikan pada tahun kedua berjalan apakah nantinya SAK
EMKM dapat diterapkan kembali atau disesuaikan dengan operasi entitas.
Penilaian atas entitas apakah masih dapat diterapkan menggunakan SAK
EMKM hanya ditentukan jika pemenuhan kriteria terjadi dalam 2 tahun secara
berturut-turut.
SAK EMKM merupakan standar yang sederhana, sehingga entitas yang
memenuhi persyaratan menggunakan SAK EMKM dengan mempertimbangkan
apakah ketentuan yang diatur dalam SAK EMKM sesuai dan memenuhi
kebutuhan pelaporan keuangan entitas. Sehingga apakah entitas akan
menerapkan SAK EMKM atau SAK lainnya dengan memperhatikan kemudahan
yang ditawarkan serta kebutuhan informasi pelaporan keuangan entitas.
Kriteria yang harus dipenuhi dalamruang lingkup penerapan SAK EMKM yaitu
diantaranya :
a.Dana hibah serta sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat
b.Usaha dengan modal patungan (joint venture)
c.Memilik saham dalam usaha besar yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
Dasar Pengukuran
Dasar pengukuran unsur laporan keuangan dalam SAK EMKM adalah biaya
historis. Biaya historis suatu asset adalah sebesar jumlah kas atau setara kas
yang dibayarkan untuk memperoleh asset tersebut pada saat perolehan. Biaya
historis suatu liabilitas sebesar jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
jumlah kas yang diperkirakan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam
pelaksanaan usaha normal. DSAK IAI menilai bahwa metode pengukuran biaya
historis lebih mudah diterapkan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna laporan
keuangan UMKM dalam menganalisa informasi keuangan. Dengan
mempertimbangkan jenis usaha dan transaksi yang relatif tidak kompleks,
penggunaan metode pengukuran bedasarkan nilai wajar serta metode penurunan
nilai dianggap kurang relevan. Dasar pengukuran biaya historis tidak
dikombinasikan dengan dasar pengukuran lain agar menghasilkan struktur
standar akuntansi yang optimal untuk UMKM sehingga dapat diterapkan biaya
yang lebih rendah.
Penyajian laporan keuangan
Di dalam SAK EMKM, Laporan keuangan yang disajikan antara lain Laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi, dan catatan atas laporan keuangan.

a. Laporan Posisi Keuangan


Menyajikan informasi tentang asset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada akhir periode pelaporan.
Informasi yang disajikan dapat mencakup kas dan setara kas; piutang, persediaan, asset tetap,
utang usaha, utang bank, dan ekuitas. SAK EMKM tidak menentukan format atau urutan
terhadap pos-pos yang disajikan. Meskipun demikian entitas dapat menyajikan pos-pos asset
berdasarkan urutan likuiditas dan pos-pos liabilitas berdasarkan urutan jatuh tempo.

b. Laporan Laba Rugi


Menyajikan kinerja keuangan entitas untuk suatu periode tertentu. Laporan laba rugi dapat
mencakup pendapatan, beban keuangan dan beban pajak. Laporan laba rugi memasukkan
semua penghasilan dan beban yang diakui dalam suatu periode kecuali SAK EMKM
mensyaratkan lain. SAK EMKM mengatur perlakuan atas dampak koreksi atas kesalahan dan
perubahan akuntansi yang disajikan sebagai penyesuaian retropektif terhadap periode yang
lalu bukan sebagai bagian dari laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.
Penyajian Laporan
Keuangan
c. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan memuat :


-Suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan SAK EMKM
-Ikhtisar kebijakan akuntansi
-Informasi tambahan dan rincian pos tertentu yang
menjelaskan transaksi penting dan material sehingga
bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan
keuangan.
Catatan atas laporan keuangan disajikan secara
sistematis sepanjang hal tersebut praktis. Setiap pos
laporan keuangan merujuk silang informasi terkait
dalam catatan atas laporan keuangan.
Perbedaan antara SAK ETAP dengan SAK EMKM

Pada tahun berjalan SAK ETAP diharapkan memiliki manfaat kepada entitas yang
difokuskan kepada entitas menengah kebawah. Karena SAK ETAP ini lebih
sederhana dibanding SAK-IFRS. Penyederhanaan ini diharapkan agar entitas dapat
dengan mudah menggunakan SAK ETAP. Karena SAK IFRS memiliki kriteria khusus
ataupun perlakuan khusus seperti dokumen IT yang tinggi agar menunjang
pelaporan keuangan perusahaan. Akan tetapi SAK ETAP masih dirasa sulit untuk
entitas kecil seperti EMKM dan semacamnya yang masih menggunakan pelaporan
secara sederhana sehingga sosialisasi terhadap SAK ETAP masih belum
menyeluruh kepada entitas menengah kebawah. Sehingga IAI menerbitkan SAK
EMKM sebagai penyederhanaan dari SAK ETAP danlebih mudah dari SAK ETAP.
Thanks!
Do you have any
questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, infographics &
images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai