Anda di halaman 1dari 54

Perilaku Caring

Ns. H.RIFA’I, S.Kep. M.Kep.


Hubungan antar perawat
S
Perilaku Caring
O Perilaku Caring Swanson (dalam Watson,
2005) mendefinisikan caring sebagai cara
perawat memelihara hubungan yang
bernilai dengan pasien agar mereka
merasakan komitmen dan tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.
O Watson menyebutkan
caring sebagai suatu karakteristik
interpersonal yang tidak diturunkan secara
genetika, namun dapat dipelajari melalui
pendidikan sebagai budaya profesi.
O Woodward (2008) menambahkan bahwa
untuk mengabadikan caring dalam praktik,
maka diperlukan peningkatan fokus
pendidikan sehingga muncul komitmen
untuk mempertahankan caring sebagai nilai
sentral.
O Caring merupakan hubungan pemberi
pelayanan yang bersifat terbuka, dan
perawat peduli dengan klien (Potter & Perry,
2009).
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku
O Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Caring Gibson, james & john (2000)
mengemukakan tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku caring sebagai
berikut :
O Faktor Individu

Faktor individu yang dapat mempengaruhi


perilaku caring yaitu, kemampuan
diantaranya kemampuan kecerdasan
emosional, latar belakang, keterampilan,
dan karakteristik demografis diantaranya
umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
O Faktor Psikologis Faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu,
sikap, kepribadian dan motivasi, faktor ini
dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial,
dan karakteristik demografis.
O Faktor Organisasi Faktor organisasi yang
dapat mempengaruhi perilaku caring yaitu,
sumber daya manusia, kepemimpinan,
imbalan, struktur dan pekerjaan.
Faktor Pembentuk Perilaku
Caring
O Menurut Watson (2005) faktor pembentuk perilaku
caring yaitu :
a. Membentuk sistem nilai humanistik-altruistik.
Watson mengemukakan bahwa asuhan
keperawatan didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan (humanistik) dan perilaku yang
mementingkan kepentingan orang lain diatas
kepentingan pribadi (altruistik). Hal ini dapat
dikembangkan melalui pemahaman nilai yang ada
pada diri seseorang, keyakinan ,interaksi, dan
kultur serta pengalaman pribadi.
b. Menanamkan keyakinan dan harapan ( faith-
hope). Pemahaman ini diperlukan untuk
menekankan pentingnya obat-obatan untuk
curative, perawat juga perlu memberitahu
individu alternative pengobatan lain yang
tersedia. Mengembangkan hubungan perawat
dan Klien yang efektif, perawat memiliki
perasaan optimis, harapan, dan rasa percaya
diri.
c. Mengembangkan sensitivitas untuk diri
sendiri dan orang lain. Seorang perawat
dituntut untuk mampu meningkatkan
sensitivitas terhadap diri pribadi dan
orang lain serta bersikap lebih baik.
Perawat juga perlu memahami pikiran dan
emosi orang lain.
d. Membina hubungan saling percaya dan
saling bantu (helping-trust). Ciri hubungan
helping-trust adalah empati, dan hangat.
Hubungan yang harmonis haruslah
hubungan yang dilakukan secara jujur dan
terbuka.
e. Meningkatkan dan menerima ungkapan
perasaan positif dan negatif. Perawat
memberikan waktunya dengan
mendengarkan semua keluhan dan
perasaan pasien.
f. Menggunakan proses pemecahan
masalah kreatif. Penyalesaian masalah
untuk pengambilan keputusan perawat
menggunakan metode proses
keperawatan sebagai pola pikir dan
pendekatan asuhan kepada pasien.
g. Meningkatkan belajar mengajar
transpersonal. Memberikan asuhan
mandiri,menetapkan kebutuhan personal,
dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal pasien.
h. Menyediakan lingkungan yang suportif,
protektif, atau memperbaiki mental, fisik,
sosiokultural, dan spiritual. Perawat perlu
mengenali pengaruh lingkungan internal
dan eksternal pasien terhadap kesehatan
kondisi penyakit pasien.
i. Membantu memuaskan kebutuhan
manusia. Perawat perlu mengenali
kebutuhan komperhensif diri sendiri dan
pasien. Pemenuhan kebutuhan paling
dasar perlu dicapai sebelum beralih ke
tingkat selanjutnya.
Kecerdasan Emosional
O Goleman (2002) mengatakan bahwa
kecerdasan emosional merujuk kepada
kemampuan mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lain.
O Barron serangkaian kemampuan pribadi,
emosi dan sosial yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil
dalam mengatasi tuntutan dan tekanan
lingkungan (Goleman, 2000).
Komponen Kecerdasan
Emosional
O Goleman (2002) memperluas kecerdasan
emosional menjadi lima kemampuan
utama, yaitu:
1. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri
 merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.
 Hal ini menyebabkan individu menyadari emosi
yang sedang dialami serta mengetahui
penyebab emosi tersebut terjadi serta
memahami kuantitas, intensitas, dan durasi
emosi yang sedang berlangsung.
2. Mengelola Emosi Mengelola emosi
merupakan kemampuan individu dalam
menangani perasaan agar dapat terungkap
dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai
keseimbangan dalam diri individu.
3. Memotivasi Diri Sendiri
 Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi
dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan
untuk menahan diri terhadap kepuasan dan
mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai
perasaan motivasi yang positif, yaitu antusiasme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
 Keterampilan memotivasi diri memungkinkan
terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang.
4. Mengenali Emosi Orang Lain (Empati)
 Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain
disebut juga empati.
 Empati adalah dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain, mampu memahami
perspektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri dengan
bermacam-macam orang.
5. Membina Hubungan (Sosial)
 Membina hubungan dengan orang lain
merupakan keterampilan sosial yang
mendukung keberhasilan dalam pergaulan
dengan orang lain.
 Kemampuan dalam membina hubungan
merupakan suatu keterampilan yang menunjang
popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan
antar pribadi.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional
O Menurut Daniel Goleman (2002) faktor-
faktor yang mempengaruhi timbulnya
kecerdasan emosional seseorang adalah
sebagai berikut :
1. Lingkungan Keluarga
Hal ini menyangkut pola asuh orang tua dalam
mendidik anak, karena orang tua yang
memperhatikan keadaan dan pekembangan
emosi anakanak mereka. kehidupan keluarga
, disini orang tua adalah faktor yang
menentukan apakah emosi anak berkembang
baik atau tidak.
2. Pendidikan atau pelatihan
sangat mempengaruhi kecerdasan emosi
individu karena kecerdasan emosional
individu bukanlah potensi yang dibawa sejak
lahir tetapi dapat dipelajari.
3. Pengalaman
Kecerdasan emosional juga dapat
berkembang dengan pengalaman seseorang
karena pengalaman merupakan dasar
kecerdasan emosi itu sendiri
Kerangka Berfikir
O Teori utama dalam penelitian ini mengacu
pada teori Swanson untuk perilaku
caring dan teori Goleman untuk kecerdasan
emosional.
O Perawat adalah orang yang mengasuh,
merawat dan melindungi orang sakit.
O Peran perawat yaitu pemenuhan kebutuhan
dasar pasien, pemenuhan kebutuhan sosial,
dan pemenuhan kebutuhan keamanan
(Triyana, 2013).
O Seorang perawat yang bekerja dirumah sakit
atau merawat seorang pasien, akan saling
berhubungan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai