Sikap Perawat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus
atau
informasi
kesehatan-mempengaruhi
klien
untuk
berkomunikasi
secara
efektif
akan
lebih
mampu
dalam
pelaksanaan
dari
intervensi
yang
telah
dilakukan,
keperawatan.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
2.
1.3.
Tujuan
2.
BAB II
PEMBAHASAN
Sikap perawat dalam berkomunikasi meliputi sikap fisik dan sikap psikosos
2.1.SIKAP FISIK
Egan (1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983; 372) mengidentifikasi 5
sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
1.
Posisi berhadapan. Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
2.
Kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3.
4.
5.
2.2.SIKAP PSIKO-SOS
Sikap psiko-sos dapat dibagi dalam 2 dimensi yaitu dimensi respon dan
dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan Benerson, dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987; 126).
A. Dimensi Respon
Dimensi
respon
terdiri
dari
respon
perawat
yang
ikhlas,
Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan
dan berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon
dengan tulus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya dan spontan.
2.
Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak
menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa
menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien
yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan
menerima
permintaan
klien
untuk
tidak
menanyakan
pengalaman
tertentu.
3.
Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien
agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang
melalui
pandangan
kemudian
klien,
mengidentifikasi
merasakan
masalah
melalui
klien
perasaan
serta
klien
membantu
dan
klien
Stuart dan Sundeen, 1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non
verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
Memperkenalkan diri kepada klien.
Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan
sumber daya klien.
Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada
suara, gelisah, ekspresi wajah.
Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
4.
Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang
abstrak. Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan.
Ada 3 kegunaannya, yaitu:
B. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon.
Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan
pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi tindakan tanpa
membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi
respon membawa klien pada tingkat penilikan diri yang tinggi dan
kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan,
emotional chatarsis dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1987; 131)
1. Konfrontasi.
dapat
menurunkan
tingkat
kecemasan
perawat-klien
menjembatani anatara pikiran serta perilaku dan klien akan merasa bebas
mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.
2.3. KOMUNIKASI
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal.
Perawat
yang
mendektesi
suatu
kondisi
dan
menentukan
Walaupun
penampilan
tidak
sepenuhnya
mencerminkan
kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk
membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap
arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh
nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia
dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,
dan memungkinkan untuk
menjadi
pengamat yang
baik.
Perawat
keadaan
fisik.
Perawat
dapat
mengumpilkan
informasi
yang
Sikap Perawat
Dalam Pelayanan
Di RS
Pada Senin, Februari 28, 2011
By MentariHelsyOrma
1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai adalah suatu sikap yang menghormati apa
sesuatu, tetapi tidak untuk merubah perilaku sendiri.
Misalnya ketika ketika seorang pasien meminta sesuatu
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bagi Perawat
Diharapkan perawat pelaksana mengikuti pelatihan
sesuai dengan tindakan keperawatan. Dimana hal
tersebut dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang