Anda di halaman 1dari 19

Rabu, 11 Juli 2012

Sikap Perawat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus

dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis


yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan
pendidikan

atau

informasi

kesehatan-mempengaruhi

klien

untuk

mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa


nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat
yang

berkomunikasi

secara

efektif

akan

lebih

mampu

dalam

mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi),


mengevaluasi

pelaksanaan

dari

intervensi

yang

telah

dilakukan,

melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah


terjadinya

masalah- masalah legal yang berkaitan dengan proses

keperawatan.

1.2.

Rumusan Masalah

1.

Bagaimana sikap perawat dalam berkomunikasi ?

2.

Apa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan komunikasi ?

1.3.

Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan, maka


dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari makalah yang penulis buat
adalah:
1.

Agar para pembaca khususnya perawat dapat mengetahui sikap perawat


dalam berkomunikasi

2.

Agar para perawat dapat mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan


untuk melakukan komunikasi.

BAB II
PEMBAHASAN

Sikap perawat dalam berkomunikasi meliputi sikap fisik dan sikap psikosos
2.1.SIKAP FISIK
Egan (1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983; 372) mengidentifikasi 5
sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
1.

Posisi berhadapan. Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.

2.

Kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti menghargai
klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.

3.

Membungkuk kearah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk


mengatakan atau mendengar sesuatu.

4.

Sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan


untuk berkomunikasi.

5.

Relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan


relaksasi dalam memberi respon terhadap klien.

2.2.SIKAP PSIKO-SOS

Sikap psiko-sos dapat dibagi dalam 2 dimensi yaitu dimensi respon dan
dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan Benerson, dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987; 126).
A. Dimensi Respon
Dimensi

respon

terdiri

dari

respon

perawat

yang

ikhlas,

menghargai, empati dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada


awal berhubungan dengan klien untuk membina hubungan saling percaya
dan komunikasi yang terbuka. Respon ini harus terus dipertahankan
sampai pada akhir hubungan.
1.

Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan
dan berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon
dengan tulus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya dan spontan.

2.

Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak
menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa
menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien
yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan
menerima

permintaan

klien

untuk

tidak

menanyakan

pengalaman

tertentu.

3.

Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien
agar dapat merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang
melalui

pandangan

kemudian

klien,

mengidentifikasi

merasakan
masalah

melalui
klien

perasaan

serta

klien

membantu

dan
klien

mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh

Stuart dan Sundeen, 1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non
verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
Memperkenalkan diri kepada klien.
Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan
sumber daya klien.
Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada
suara, gelisah, ekspresi wajah.
Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
4.

Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang
abstrak. Hal ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan.
Ada 3 kegunaannya, yaitu:

Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien


Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

B. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon.
Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan
pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi tindakan tanpa
membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi
respon membawa klien pada tingkat penilikan diri yang tinggi dan
kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan,
emotional chatarsis dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1987; 131)
1. Konfrontasi.

Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang


perilaku klien ynag tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan
Sundeen, 1987; 131), mengidentifikasi 3 katagori konfrontasi, yaitu:
a. Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya)
dan ideal diri klien (keinginan klien)
b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien.
c. Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
2. Segera
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien
saat ini. Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan
membantu dengan segera.
3. Terbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya,
ideal diri, perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri
tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman
ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan
memberi sokongan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara
perawat-klien

dapat

menurunkan

tingkat

kecemasan

perawat-klien

(Johnson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 134).


4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal
yang sangat mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman
dibuka dan menjadi topik diskusi antara perawat-klien. Pengalaman
Perawat dapat digunakan untuk terapi pada pasien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu.
Hal ini berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan
kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran

menjembatani anatara pikiran serta perilaku dan klien akan merasa bebas
mempraktekkan perilaku baru pada lingkungan yang aman.

2.3. KOMUNIKASI
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan
keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal.

Perawat

yang

mendektesi

suatu

kondisi

dan

menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:


1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi
adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan
antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan
sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen
dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi,
1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian,
status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang
memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi
klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat.

Walaupun

penampilan

tidak

sepenuhnya

mencerminkan

kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk
membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.
3. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap
arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh
nada suara perawat.
4. Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia
dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam
menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam
komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya,
dan memungkinkan untuk

menjadi

pengamat yang

baik.

Perawat

sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan


klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam
keadaan sejajar.
5. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri
dan

keadaan

fisik.

Perawat

dapat

mengumpilkan

informasi

yang

bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah


dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6. Sentuhan

Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan


melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam
hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial.
Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti
ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu
memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal
sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982)
dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan
banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan
apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien,
sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

Sikap Perawat
Dalam Pelayanan
Di RS
Pada Senin, Februari 28, 2011
By MentariHelsyOrma

A. Definisi Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa


membantu menyiapkan, menyediakan dan memproses
serta membantu keperluan orang lain (Soetanto,
2003:22). Sedangkan pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan atau
masyarakat.(Lovey dan Loomba, 1973).
Salah satu definisi juga menyatakan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada
kemampuan rumah sakit, memberi pelayanan yang
sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat
diterima oleh pasiennya. Menurut Azwar (1996)
kualitas pelayanan kesehatan adalah yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada
diri setiap pasien. Makin sempurna kepuasan

tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan


kesehatan. Dalam menyelenggarakan upaya menjaga
kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit tidak
terlepas dari profesi keperawatan yang berperan
penting. Berdasarkan standar tentang evaluasi dan
pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan
keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan
yang berkualitas tinggi dengan terus menerus
melibatkan diri dalam program pengendalian kualitas di
rumah sakit.
Sedangkan menurut Karsinah (dalam Wirawan,
1998) perawat adalah salah satu unsur vital
dalam rumah sakit. Perawat, dokter, dan pasien
merupakan satu kesatuan yang paling
membutuhkan dan tidak dapat dipisahkan.
Tanpa perawat tugas dokter akan semakin berat
dalam menangani pasien. Tanpa perawat
pelayanan kepada pasien juga terabaikan karena
perawat adalah penjalin kontak pertama dan
terlama dengan pasien mengingat pelayanan
keperawatan berlangsung terus menerus selama
24 jam sehari.
Tim pelayanan keperawatan di Rumah Sakit
memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan
keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini
ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan
senantiasa merupakan pelayanan yang aman serta dapat
memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Disisi lain
Perawat diharapkan perannya untuk selalu berada di
samping tempat tidur klien, siap setiap saat ketika
diperlukan, cepat tanggap terhadap berbagai keluhan,
dan turut melaksanakan apa yang klien sedang alami.
Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap
profesional perawat yang memberikan perasaan

nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang sedang


menjalani proses penyembuhan dimana sikap ini
merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan
diharapkan menimbulkan perasaan puas pada diri
pasien.
B. Sikap perawat

Sikap adalah perasaan positif atau negatif atau


keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari, dan
diatur melalui pengalaman, yang memberikan pengaruh
khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek,
dan keadaan.
Menurut Sukidjo sikap adalah keadaan mental dan
saraf dan kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh dinamis atau terarah terhadap
respon individu pada semua obyek dan situasi yang
berkaitan dengannya. Sikap merupakan penilaian
seseorang terhadap stimulus atau obyek. Setelah orang
mengetahui stimulus atau obyek proses selanjutnya
akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau
obyek tersebut.
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai adalah suatu sikap yang menghormati apa
sesuatu, tetapi tidak untuk merubah perilaku sendiri.
Misalnya ketika ketika seorang pasien meminta sesuatu

yang bertentangan dengan kodisi keadaannya. Maka


yang harus perawat lakukan adalah mengatakan kepada
pasien bahwa : permintaan tersebut bisa terpenuhi
ketika kondisi pasien sudah normal kembali.
4. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah adalah
merupakan sikap yang paling tinggi
C. Komponen Sikap

Kognisi seseorang berada dalam tahap mempelajari


yaitu tahap mengenal masalah dan tahap mencari
informasi yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah
tersebut .
Kepercayaan dari pengirim berita, berita itu sendiri,
dan keadaan. semakin besar prestisesang komonikator
akan semakin besar pula perubahan sikap yang
ditimbulkan.
Kecenderungan berprilaku. Menyukai
sang komunikator menghasilkan perubahan sikap,
sebab orang mencoba untuk mengenal komunikator
yang disukai dan cenderung untuk mengadopsi sikap
dan perilaku orang yang disukai.
Nilai dan Sikap
Nilai sangat terkait dengan sikap, nilai membantu
sebagi jalan untuk mengatur sikap. Nilai didefinisikan
sebagi konstelasi dari suka, tidak suka, titik pandang,
keharusan.
Sikap dan Kepuasan Kerja
Suatu sikap yang dipunyai individu mengenai
pekerjaannya dihasilkan dari persepsi mereka terhadap
pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja,
gaya supervisi, kebijakan dan prosedur.

Sikap dan Perilaku


Melalui tindakan dan belajar seseorang akan
mendapatkan kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu
yang pada giliranya akan mempengarui perilaku.
Kepercayaan merupakan sesuatu yang didasari atas
pengetahuan, pandapat dan keyakinan nyata. Sikap
adalah evaluasi perasaan dan kecenderungan seseorang
yang relatip konsisten terhadap sesuatu obyek atau
gagasan. Sikap akan menempatkan orang menyukai atau
tidak menyukai sesuatu tersebut.
Faktor yang mempengaruhi Perubahn Sikap:
a. Adanya imbalan dan hukuman dimana individu
mengasosiasikan reaksinya yang disertai imbalan dan
hukuman.
b. Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga
dapat terjadi perubahan dalam sikap.
c. Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang
mengubah sikap semula.
D. Sikap Pelaku Pelayanan

Soegiarto (1999) menyebutkan lima aspek yang harus


dimiliki jasa pelayanan, yaitu :
Cepat, waktu yang digunakan dalam melayani tamu
minimal sama dengan batas waktu standar. Merupakan
batas waktu kunjung dirumah sakit yang sudah
ditentukan waktunya.
Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak
menjamin kepuasan konsumen. Bagaimana perawat
dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu tepat
memberikan bantuan dengan keluhan-keluhan dari
pasien.
Aman, rasa aman meliputi aman secara fisik dan psikis
selama pengkonsumsian suatu poduk atau. Dalam

memberikan pelayanan jasa yaitu memperhatikan


keamanan pasien dan memberikan keyakinan dan
kepercayaan kepada pasien sehingga memberikan rasa
aman kepada pasien.
Ramah tamah, menghargai dan menghormati
konsumen, bahkan pada saat pelanggan menyampaikan
keluhan. Perawat selalu ramah dalam menerima
keluhan tanpa emosi yang tinggi sehingga pasien akan
merasa senang dan menyukai pelayanan dari perawat.
Nyaman, rasa nyaman timbul jika seseorang merasa
diterima apa adanya. Pasien yang membutuhkan
kenyaman baik dari ruang rawat inap maupun situasi
dan kondisi yang nyaman sehingga pasien akan
merasakan kenyamanan dalam proses
penyembuhannya.
Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas pelayanan
keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah,
periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien.
Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain,
menerima pasien tanpa membedakan golongan,
pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan
sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat
terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
b) Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah
hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa
mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka

terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti


terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
c) Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan
keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya
hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
d) Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu
melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan
keluarga pasien.
e) Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur,
tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan
perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat
dalam bertindak.
E. Harapan Pasien Terhadap Pelayanan Keperawatan

Klien menginginkan perawat yang melayaninya


memiliki sikap baik, murah senyum, sabar,
mampu berbahasa yang mudah difahami, serta
berkeinginan menolong yang tulus dan mampu
menghargai klien dan pendapatnya. Mereka
mengharapkan perawat memiliki pengetahuan yang
memadai tantang kondisi penyakitnya sehingga
perawat mampu mengatasi setiap keluhan yang
dialami oleh individual klien (Meyers & Gray,
2001). Namun demikian masih banyak ditemukan
keluhan klien tentang perawat yang kurang ramah,
kurang tanggap dan kurang kompeten.
Saat ini pasien mengharapkan pelayanan kesehatan
khususnya keperawatan yang memuaskan. Pada
kenyataannya saat ini masih banyak juga pelayanan
rumah sakit yang dikeluhkan oleh pasien. Kasus Prita
Mulyasari (32) yang tidak puas dengan pelayanan di RS
Omni Tangeran. Ia menulis email tentang pelayanan di

RS omni yang tidak memuaskan, tetapi RS membawa


Prita ke jalur hukum dan langsung ditahan. Sejak kasus
itu muncul suasana RS omni sekarang semakin sepi dan
lengang. Pantauan di lokasi tidak banyak aktivitas di
dalam RS omni, ruangan megah itu terlihat lapang
karena yang ada hanya pelayanan administrasi dan
pelayanan farmasi (http:/ruang
hati.com/2009/06/09).Di RS Tria Dipa Jakarta seorang
pasien mengatakan tidak puas dengan pelayanan yang
ada. Kejadian ini bermula saat membawa bapaknya di
UGD RS Tria Dipa karena tidak bisa buang air besar
selama tiga hari yang tidak segera dilayani dan merasa
disepelekan oleh petugas UGD dengan berbagai alasan.
Mereka malah menyuruh megurus administrasi dengan
sikap yang tidak bersahabat. Akhirnya pasien tadi
meninggal dunia
(http:/haryono,multiply,com/journal/item/165)
Memang harapan masyarakat terhadap pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit tidak selalu sesuai apa
yang diinginkan masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan pengetahuan perawat. Semakin
tinggi pengetahuan dan pendidikan seorang perawat
akan lebih cepat dan tanggap akan kebutuhan bio, psio,
sosial dan spiritual bagi pasien maupun keluarga pasien.
Sehingga perawat akan lebih mampu dalam membantu
pasien untuk mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi. Sedangkan para penerima jasa pelayanan
kesehatan saat ini telah menyadari hak-haknya sehingga
keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan
sudah menjadi suatu bagian dari upaya
mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa
tersebut.

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan pandangan beberapa ahli diatas dapat


disimpulkan bahwa aspek-aspek kualitas pelayanan
keperawatan adalah sebagai berikut :
Penerimaan meliputi sikap perawat yang selalu ramah,
periang, selalu tersenyum, menyapa semua pasien.
Perawat perlu memiliki minat terhadap orang lain,
menerima pasien tanpa membedakan golongan,
pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan
sesuai aspek penerimaan perawat harus memiliki minat
terhadap orang lain dan memiliki wawasan luas.
Perhatian, meliputi sikap perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan perlu bersikap sabar, murah
hati dalam arti bersedia memberikan bantuan dan
pertolongan kepada pasien dengan sukarela tanpa
mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka
terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti
terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
Komunikasi, meliputi sikap perawat yang harus bisa
melakukan komunikasi yang baik dengan pasien, dan
keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling
berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya
hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
Kerjasama, meliputi sikap perawat yang harus mampu
melakukan kerjasama yang baik dengan pasien dan
keluarga pasien.
Tanggung jawab, meliputi sikap perawat yang jujur,
tekun dalam tugas, mampu mencurahkan waktu dan
perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat
dalam bertindak.

selain aspek-aspek diatas, sikap pelaku pelayanan yang


baik juga harus cepat, tepat, aman, ramah tamah, dan
nyaman.
Semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan seorang
perawat akan lebih cepat dan tanggap akan kebutuhan
bio, psio, sosial dan spiritual bagi pasien maupun
keluarga pasien. Sehingga perawat akan lebih mampu
dalam membantu pasien untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi. Sedangkan para penerima jasa
pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hakhaknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan
tuntutan ke pengadilan sudah menjadi suatu bagian dari
upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima
jasa tersebut.
Harapan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
adalah pelayanan yang memuaskan. Sedangkan para
penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah
menyadari hak-haknya sehingga keluhan, harapan,
laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah menjadi
suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka
sebagai penerima jasa tersebut.
Pelayanan kesehatan dibeberapa rumah sakit belum
dapat memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang ideal. Hal ini dibuktikan dengan masih
banyaknya kasus yang terjadi akibat ketidakpuasan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di rumah
sakit sehingga banyak pasien di Indonesia berobat ke
luar negeri.
B. Saran

1. Bagi Perawat
Diharapkan perawat pelaksana mengikuti pelatihan
sesuai dengan tindakan keperawatan. Dimana hal
tersebut dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang

optimal dan pemahaman tentang Standar Asuhan


Keperawatan (SAK),mengembangkan jiwa luhur
perawat ( ramah, perhatian, komunikatif, kerjasama,
tanggungjawab). Bagi perawat manajer hendaknya
menerapkan reward dan punishmen.
2. Institusi Pendidikan Keperawatan
Di harapkan mampu menciftakan lulusan yang
berkompeten, salah satunya pada bidang pelayanan
kesehatan dan mampu bersikap sesuai dengan apa yang
di harapkan oleh pasien/klien tanpa
melupakan/mengabaikan kode etik yang berlaku.
3. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan untuk memberikan pelatihanpelatihan
serta seminar bagi tenaga kesehatan agar dapat lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu
tindakan keperawatan dilakukan dengan benar, tepat
dan cepat. Rumah sakit diharapkan untuk lebih
meningkatkan sarana dan prasarana, pemberian insentif
dan penerapan UU Rumah sakit serta peraturan terkait

Anda mungkin juga menyukai