Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan
perawat-klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta
efektifitas dari asuhan keperawat
Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan
fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya,
pertanyaan yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang
dilakukan atau pengobatan. Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi perawat-klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap
dan caranya berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara terapeutik untuk
membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi masalah
kesehatan klien.
2.2. Penggunaan Diri Secara Efektif Dalam Komunikasi Terapeutik
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam
bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui
fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam
komuikasi dengan klien. Hal-hal yang harus kita lakukan saan berhadapan dengan
pasien adalah :
1. Kesadaran Diri
Kesadaran diri merupakan salah satu prasyarat sebelum perawat melakukan
komunikasi terapeutik dgn klien. Untuk dapat meningkatkan kesadaran dirinya,
perawat perlu menjawab “Siapakah saya?” Perawat harus dapat mengkaji
perasaan, reaksi dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi
pelayanan. Kesadaran diri akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan
keunikan klien
 JOHARI WINDOW
Johari Window dalam Stuart G.W. (1998) menggambarkan perilaku, pikiran
dan perasaan seseorang dalam 4 kuadran :
 Dirinya tahu orang lain tahu
 Hanya orang lain yang tahu
 Hanya dirinya yang tahu
 Dirinya dan orang lain tidak tahu

- Kuadran satu adalah kuadran yg terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yg
diketahui oleh individu dan orang lain sekitarnya.
- Kuadran dua sering disebut kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain
sementara individu sendiri tidak menyadarinya.
- Kuadran tiga disebut juga kuadran tersembunyi (hidden) karena hanya diketahui
oleh individu sendiri. Tugas perawat amat penting untuk menggali atau
mengungkap pengalaman klien yang tersembunyi ini dalam rangka
memecahkan masalah klien.
- Kuadran empat adalah seseorang yang suka menyendiri dengan banyak rahasia.

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui teknik komunikasi dan
isi komunikasi tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan dalam
berkomunikasi. ·
2.3. KEHADIRAN DIRI SECARA FISIK
Egan (1975, dikutip oleh Kozier dan Erb, 1983; 372) mengidentifikasi 4
sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu:
1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah ”saya siap untuk anda”.
Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
2. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
3. Mempertahankan sikap terbuka. Tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.
4. Tetap relaks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon terhadap klien.

Sikap fisik dapat pula disebut sebagai perilaku non verbal yang perlu
dipelajari pada setiap tindakan keperawatan. Beberapa perilaku non verbal
yang dikemukakan oleh Clunn (1991; 168-173) yang perlu diketahui dalam
merawat anak adalah:
1. Gerakan mata.
Gerakan mata dapat dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata
berkembang pada anak sejak lahir. Kontak mata antara ibu dan bayi
merupakan cara interaksi dan kontak sosial. Perawat perlu mengetahui
perkembangan kontak mata, misalnya usia 2 bulan bayi tersenyum jika
kontak mata dengan ibu. Bayi dan anak memperlihatkan Kontak mata dan
ekspresi muka adalah alat pertama yang dipakai untuk pendidikan dan
sosialisasi. Anak sangat mengerti akan ekspresi ibu yang marah, sedih atau
tidak setuju.
2. Ekspresi muka
Ekspresi muka umumnya dipakai sebagai bahasa non verbal namun banyak
dipengaruhi oleh budaya. Orang yang tidak percaya pasti akan tampak dari
ekspresi muka tanpa ia sadari.
3. Sentuhan
Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar. Konsep diri didasari oleh
asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan
kasih sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi
elemen penting dalam pembentukan ego, perpisahan dan kemandirian
(Rubin, dikutip oleh Clunn, 1991, 173). Sentuhan sangat penting bagi anak
sebagai alat komunikasi dan memperlihatkan kehangatan, kasih sayang yang
pada kemudian hari (dewasa) mengembangkan hal yang sama baginya. ·

2.4. KEHADIRAN DIRI SECARA PSIKOLOGIS


Kehadiran diri secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi yanitu dimensi
respon dan dimensi tindakan (Truax, Carkhoff dan Benerson, dikutip oleh
Stuart dan Sundeen, 1987; 126). ·
1) Dimensi Respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai,
empati dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal
berhubungan dengan klien untuk membina hubungan saling percaya dan
komunikasi yang terbuka. Respon ini harus terus dipertahankan sampai
pada akhir hubungan.

a. Keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon
dengan tulus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya dan spontan.
b. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak
menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa
menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien
yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan menerima
permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
c. Empati
Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat
merasakan pikiran dan perasaannya. Perawat memandang melalui
pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan kemudian
mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut. Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh Stuart dan Sundeen,
1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang
menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
• Memperkenalkan diri kepada klien.
• Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
• Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan
sumber daya klien.
• Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya
nada suara, gelisah, ekspresi wajah.
• Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
• Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
d. Konkrit
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang abstrak. Hal ini
perlu untuk menghindarkan keraguan dan ketidakjelasan. Ada 3 kegunaannya,
yaitu:
• Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien
• Memberi penjelasan yang akurat oleh perawat
• Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.
2) Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan yang
dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior
sering segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat
sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada tingkat
penilikan diri yang tinggi dan kemudian dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emotional
chatarsis dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1987; 131)
1. Konfrontasi.
Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien ynag
tidak sesuai. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 131),
mengidentifikasi 3 katagori konfrontasi, yaitu: a. Ketidaksesuaian antara
konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri klien (keinginan
klien) b. Ketidaksesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien. c.
Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dan pengalaman perawat.
Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesadaran klien terhadap kesesuaian
perasaan, sikap, kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara
asertif, bukan marah atau agresif. Sebelum melakukan konfrontasi perawat
perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat,
tingkat kecemasan klien dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat
diperlukan pada klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya
belum berubah.
2. Kesegeraan
Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat-klien saat ini.
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan
segera.
3. Keterbukaan
Perawat harus terbuka memberikan informasi tentang dirinya, ideal diri,
perasaan, sikap dan nilai yang dianutnya. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi
keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan.
Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-
klien dapat menurunkan tingkat kecemasan perawat-klien (Johnson, dikutip
oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 134).
4. Emotional Chatarsis
Emotional chatarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat
mengganggu dirinya. Ketakutan, perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi
topik diskusi antara perawat-klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan
klien mendiskusikan masalahnya. Jika klien mengalami kesukaran
mengekspresikan perasaannya, perawat dapat membantu dengan
mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.
5. Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna
untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat
situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani anatara pikiran
serta perilaku dan klien akan merasa bebas mempraktekkan perilaku baru pada
lingkungan yang aman.

Anda mungkin juga menyukai