Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI TERAPEUTIK Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan ( Stuart dan Sundeen,1987, h.111 ) karena : 1.

Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik.Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran. 2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti keberhasilan intervensi perawatan trgantung pada komunikasi karena proses keperawatan di tujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 3. Komunikasi adalah hubungan perawat Klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi. Dalam membina hubungan terapeutik dengan klien, perawat perlu mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien memecahkan masalahnya. Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengiriman pesan,penerima pesan pesan media dan umpan balik. Semua perilaku individu ( pengirim dan penerima ) adalah komunikasi yang akan memberi efek pada perilaku. Pesan yang disampaikan dapat verbal dan non verbal. Bermain merupakan cara berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak. Perawat dapat mencapaikan kajian pesan secara non verbal antara lain : 1.Vokal : nada,kualitas,keras dan lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan suasana emosi. 2.Gerakan : reflek, poster, ekspresi muka,gerakan yang berulang, atau gerakangerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai suasanna hati. 3.Jarak : Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman. 4.Sentuhan : dikatakan sangat penting,namun perlu pertimbangan aspek budaya dan kebiasaan. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI Perawat hadir secara utuh ( fisik dan psikologis ) pada waktu berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup hanya mengetahui tehnik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat penting adalah sikap atau penampilan komunikasi. Egan ( 1975, dikutip oleh Koizer dan erb, 1983, h.372 ) mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu : 1.Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah Saya siap unyuk anda 2.Mempertahankan kontak mata.kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. 3.Membungkuk kearah klien.Posisi ini menunjukkan keinginan untuk mendengar sesuatu. 4.Mempertahankan sikap terbuka.Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi. 5.Tetap relaks.Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon pada klien.

Sikap fisik klien dapat pula disebut sebagai penyakit non verbal, yang perlu dipelajari pada setiqap tindakan keperawatan. Beberapa perilaku non verbal : yang dikemukakan oleh Clunn ( 1991,h. 168-173 ) yang perlu diketahui dalan perawat anak adalah : 1. Gerakan mata. Gerakan mata dipakai untuk memberikan perhatian. Kontak mata berkembang pada anak sejak lahir. Kontak mata antara ibu bayi merupakan cara berinteraksi atau kontak sosial. Perawat perlu mengetahui perkembangan kontak mata,misalnya usia anak 2 bulan bayi tersenyum jika kontak mata dengan ibu. Bayi dan anak memperlihatkan reaksi yang tinggi terhadap rangsangan visual ( mahler, dikutip oleh Clunn, 1991,h.171 ) Kontak mata dan ekspersi muka alat pertama yang dipakai untuk mendidikan dan sosialisasi. Anak sangat berarti akan ekspresi ibu yang marah, sedih atau tidak setuju. 2. Ekspresi muka.umunya dipakai sebagai bahasa non verbal, namun banyak dipengaruhi oleh budaya. Orang tidak percaya pasti akan tampak dari ekspersi muka tanpa ia sadari. 3. Sentuhan.Sentuhan merupakan cara interaksi yang mendasar.konsep diri didasari oleh asuhan ibu yang memperlihatkan perasaan menerima dan mengakui. Ikatan kasih sayang dibentuk oleh pandangan, suara dan sentuhan yang menjadi elemen penting dalam pembentukan ego, perpisahan dan kemandirian. ( Rubuin, dikutip oleh Clunn,1991,h.1973 ) Sentuhan sangat penting bagi anak sebagai alat komunikasi dalam memeperlihatkan kehangatan,kasih sayang yang kemudian hari ( dewasa ) mengembangkan hal sama baginya. Kehadiran psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi tindakan ( Truax,Carkhoff dan benerson, dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,h.126 ) DIMENSI RESPON Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas,menghargai,empati dan konkrit. Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan klien untuk membina hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir hubungan. 1. Keikhlasan.Perawat menyatakan keterbukaan,kejujuran,ketulusan dan berperan aktif dalam berhubungan dengan klien. Perawat berespon dengan tukus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan spontan. 2. Memghargai. Perawat menerima klien apa adanya. Sikap peraway harus tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek atau menghina. Rasa menghargai dapat dikomunikasikan melalui : duduk diam bersama klien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu. 3. Empati.Empati merupakan kemampuan masuk dalam kehidupan dalam klien agar dapat merasakan pikiran perasaanya. Perawat memandang melalui pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian, Mansfield ( dikutip oleh Stuart dan

Sundeen,1987,h.129 ) Mengidentifikasi perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut : a. Memperkenalkan diri pada klien b.Kepala dan badan membungkuk ke arah klien c.Respon verbal terhadap pendapat klien,khususnys pada kekuatan dan sumber daya klien. d.Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya, nada suara,gelisah,ekspresi wajah. e.Tunjukkan perhatian, minat,kehangatan melalui ekspresi wajah. f. Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal. 4. kongrit.Perawat menggunakan termiologi yang spesifik, bukan absrak. Ini perlu untuk menghindarkan keraguan dan kejelasan. Ada tiga kegunaannya yaitu : a.mempertahankan respon perawat terhadap persasaan klien. b.memberi penjelasan yang akurat oleh perawat. c.mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik. DIMENSI TINDAKAN Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon.Tindakan yang dilaksanakan harus dalam konteks kehangatan dan pengertian. Perawat senior sering segera masuk dimensi tindakan tanpa membina hubungan yang adekuat sesuai dengan dimensi respon. Dimensi respon membawa klien pada lanjutan dengan dimensi tindakan. Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi,kesegeraan,keterbukaan, emosional chartarsisaa, dan bermain peran ( Stuart dan Sundeen,1987,h.131 ) 1. Konfrontasi. Konfrontasi merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien tidak sesuai. Carkhoff ( dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,h.131 ), mengidentifikasi tiga katagori konfrontasi yaitu : a.Ketidaksesuaian antara konsep diri klien ( ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri klien ( keinginan klien ). b.Ketidaksesuain antara ekspresi non verbal dan perilaku klien. c.Ketidaksesuaian antara pengalaman klien pengalaman perawat. Konfrontasi berguna untuk meningkatkan kesdaran klien akan kesesuaian perasaan,sikap,kepercayaan dan perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif, bukan marah atau agresif. Sebelum melakukan konfrontasi, perawat perlu mengkaji antara lain : Tingkat hubungan saling percaya, waktu yang tepat,tingkat kecemasan klien,dan kekuatan koping klien.konfrontasi sangat diperlukan pada klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilaku belum berubah. 2. Kesegeraan.Kesegeraan berfokus pada interaksi dan hubungan perawat klien saat ini. Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera. 3. Keterbukaan perawat. Pada keterbukaan,perawat memberikan informasi tentang dirinya,idealnya,perasaanya,sikapnya,nilainya. Perawat membuka diri tentang pengalaman yang berguna untuk terapi klien. Tukar pengalaman ini memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi sokongan.

Melalui penelitian ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien ( johson,dikutip oleh Stuart dan Sundeen,1987,h.134 ). 4. Emotional Catharsis . Emosional katarsis terjadi jika klien diminta bicara tentang hal yang sangat menggangu dirinya. Ketakutan,perasaan dan pengalaman dibuka dan menjadi topik diskusi antara perawat klien. Perawat harus dapat mengkaji kesiapan klien mengalami kesukaran mengkspresikan perasaanya jika berada situasi klien. Jika klien menyadari bahwa ia mengikspresikan perasaanya dalam suasana yang diterima dan aman maka klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan pada dirinya. 5. Bermain peran. Bermain perang adalah melakukan peran pada situasi tertentu. Hal ini berguna untuk meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pandangan orang lain. Bermain peran menjebatani antara pikiran serta perilaku, dan klien akan merasa bebas mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang aman. Ringkasan dimensi respon dan tindakan dapat dilihat pada tabel 4. Perawat senangtiasa harus mencoba berbagai tehnik, cara dan sikap yang dapat meningkatkan efektifitas komunikasi dan hubungan perawat klien.

Dimensi A. Respon 1. Ikhlas 2. Menghargai

Karakteristik Perawat terbuka,jujur,realistis,dapat dipercaya Menerima klien,dan mempercayai klien mempunyai kemampuan memecahkan masalah dengan bantuan Menghargai klien tanpa syarat Memandang klien melalui pandangan klien sendiri (internal) Peka terhadap perasaan klien saat ini Dapat mengidentifikasi masalah klien dan memberi alternatif pemecahahan pada klien sesuai dengan ilmu dan

3.Empati

4. Kongrit

pengalaman perawat tanpa menggangu integritas diri perawat Menggunakan terminologi yang spesifik bukan yang abstrak dalam mendiskusikan perasaan,pengalaman dan perilaku. Perawat mengekspresikan kesenjangan perilaku klien,untuk meningkatkan kesadaran dirinya Memberi respon segera pada hal yang terjadi sekarang dan ditempatkan ini Terjadi pada interaksi dan dipakai untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal. Perawat mengemukakan informasi tentang dirinya,ide,perasaan,nilai dan sikapnya untuk mendukung kerjasam dengan klien Mendorong klien bicara tentang hal yang mencemaskan perasaan, perasaan takut,pengalaman dan kecemasan didiskusikan dengan terbuka Bermain peran tentang situasi tertentu untuk meningkatkan kesadaran dalam hubungan interaksi dan kemampuan melihat situasi dari pandangan yang berbeda Klien belajar perilaku baru pada situasi yang aman

Tindakan 1. Konfrontasi 2.Segera

3.Keterbukaan perawat

4.Emosional katarsis

5.Bermain peran

Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut : 1. Nada suara. Bicara lambat,dan jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana. Hindarkan sikap mendesak untuk dijawab dengan mengatakan jawab dong

2. Mengalihkan aktifitas. Kegiatan anak yang berpindah-pindah dapat meningkatkan rasa cemas terapis dan mengartikannya sebagai tanda hiperaktif.Anak lebih tertarik pada aktifitas yang disukai,oleh karena itu dibuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang disukai dan yang diprogramnya. 3. Jarak interaksi. Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan sikap tubuh anak serta jarak yang dipertahankan dalam berinteraksi. 4. Marah.Perawat perlu mempelajari tanda kontrol perilaku rendah pada anak untuk mencengah temper tantrum.Perawat menghindari bicara yang keras dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika rangsangan meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol perilaku maka kontak mata dimulai kembali namun sentuhan ditunda dulu. 5. Kesadaran diri. Perawat harus menghindari konfrontasi yang langsung,duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan antara perawat anak. Perawat secara non verbal selalu memberi dorongan,penerimaan, dan persetujuan jika diperlukan. 6. Sentuhan. Jangan sentuh anak tanpa izin dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan stres dan cemas, khususnya anaklaki-laki. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK Dalam menangkapi pesan yang disampaikan klien, Perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi terapeutik sebagai berikut ( Stuart dan Sundeen,1987,h.124 ). 1. Mendengar ( listening ). Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif. 2. Pertanyaan terbuka ( broad opening ). Memberi kesempatan untuk memilih,contoh : apakah yang sedang saudara pikirkan? Apa yang kita bicarakan hari ini ?. Beri dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan, saya mengerti atau o-o-o-o-o 3. Mengulang (restating ). Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. 4. Klarifikasi . Dilakukan bila perawat ragu,tidak jelas,tidak mendengar, atau klien malu mengemukakan informasi,informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakanya berpindah-pindah. Contoh : dapatka anda jelaskan kembali tentang. Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide,perasaan dan persepsi perawat dan klien. 5. Refleksi. Berupa : a. Repleksi isi, memvalidasi apa yang didengar.Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat. b. Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien

terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.. a. Gunanya untuk :Mengetahui dan menerima ide dan perasaan. b. Mengoreksi. c. Memberi keterangan lebih jelas. Ruginya ialah : a. Mengulang terlalu sering dan sama c. Dapat meninbulkan marah,iritasi,frustasi. 7. Memfokuskan. Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting. Dan menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada realitas. Contoh : 8. Membagi Persepsi. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengarkan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi. Contoh : Anda tertawa, tetapi saya rasa anda marah pada saya. 9. Identifikasi Tema . Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasikan masalah yang penting. Misalkan Saya lihat dari semua keterangan yang anda jelaskan, anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya ?. 10. Diam ( Silence ). Cara yang sukar, biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan mevotifasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri,tehnik diam berarti perawat menerima klien. 11. Informing , Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan. 12. Saran. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase kerja awal hubungan. Perawat perlu menganalisa tehnik yang tepat pada setiap komunikasi dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat disampaikan informasi yang akurat, namun asfek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya melalui verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan mempunyai berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara utuh ( verbal dan non verbal ) untuk memberi efek terapeutik pada klien. KESIMPULAN Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi bagi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai berbagai tehnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif seoptimal mungkin. Agar hubungan perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya : kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan sebagai role model. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat ( verbal dan non verbal ) hendaknya bertujuan terapeutikuntuk klien. Menganalisa hubungan intim yang terapeutik perlu dilakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan tekhnik dan keterampilan yang tepat

dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien dengan prinsip disini dan saat ini ( here and now ). Rasa aman merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas mengemukakan perasaanya tanpa kritik dan hukuman.

Anda mungkin juga menyukai