Nim : 180204060
Kelas : D4.2
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh.
Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang
sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang
dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ
saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan
informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau
informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus
utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima
sensai.Setelah menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus
tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu :
1. Stimulus (rangsangan)
2. Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik
yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara
kicauan burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan
input yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation).
Selanjutnya adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan
nyata yang dilakukan terhadap input sensorik tadi (Williamson dan Anzalone, 1996)
Sensori Integrasi adalah Proses neurologis individu dalam mengorganisasikan sensasi dari
dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat digunakan secara efektif dalam lingkungannya.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui
mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
- Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan semua
informasi visual tentang benda dan menusia.
- Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya
meneruskan informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan
perkembangan bahasa. Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan
bahasanya juga akan terganggu.
- Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan
informasi mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
- Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang
rasa (manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
- Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi
yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
Banyak faktor mengubah kapasitas untuk menerima atau mempersepsi sensasi, kemudian
menyebabkn perubahan sensori. Jenis-jenis perubahan sensori umum yang terlihat perawat
adalah defisit sensori, deprivasi sensori, dan beban sensor yang berlebihan. Jika seseorang klien
menderita lebih dari satu perubahan sensori maka secara serius akan mengganggu kemampuan
untuk berfungsi dan berhubungan secara efektif didalam lingkungan.
1. Defisit Sensori.
Adalah suatu kerusakan dalam fungsi normal penerimaan dan persepsi sensori. Individu
tidak mampu menerima stimulus tertentu ( misalnya kebutaan atau tuli ), atau stimulus menjadi
distorsi ( misalnya penglihatan kabur karena katarak ). Kehilangan sensori secara tiba-tiba dapat
menyebabkan ketakutan, marah, dan perasaan tidak berdaya. Apabila indera rusak maka
perasaan terhadap diri juga rusak . Pada awalnya individu bersikap menarik diri dengan
menghindari komunikasi atau sosialisasi dengan orang lain dalam suatu usaha untuk mengatasi
kehilangan sensori.
Klien yang mengalami deficit sensori dapat mengubah perilaku dalam cara-cara yang
adaptif atau maladaptif. Sebagai contoh, seorang klien yang mengalami kerusakan pendengaran
dapat memutar telinga yang tidak terganggu kearah pembicara untuk mendengar dengan lebih
baik, sementara klien lain mungkin menghidar dari orang lain untuk menghidari malu karena
tidak mampu memahami pembicaraan mereka.
2. Deprivasi Sensori.
Sistem pengaktivasi reticular dalam batang otak menyebabkan semua stimulus sensori ke
korteks serebral, sehingga meskipun saat tidur yang nyenyak, klien mampu menerima stimulus.
Stimulasi sensori harus cukup kualitas dan kuantitasnya untuk mempertahankan kesadaran
sesorang. Deprivasi sensori yang paling bermakna dialami klien yang melaporkan kurangnya
sentuhan manusiawi.
Jika seseorang mengalami suatu stimulasi yang tidak adekuat kualitas dan kuantitasnya
seperti stimulus yang monoton atau tidak bermakna maka akan terjadi deprivasi sensori.
Individu yang beresiko terjadi deprivasi sensori umumnya tinggal di ruang terbatas pada
perawatan dirumah. Meskipun panti keperawatn berkualitas menawarkan stimulasii yang
bermakna melalui aktivitas kelompok, mengatur lingkungan, dan berkumpul saat waktu makan,
terdapat pengecualian. Lansia yang terbatas dikursi roda, menderita dari pendengaran atau
penglihatan yang buruk, mengalami penurunan tenaga, dan menghindari kontak dengan orang
lain berada pada resiko yang bermakna untuk depivasi sensori.
1. Kognitif
Penurunan kapasitas belajar, ketidakmampuan berpikir atau menyelesaikan masalah, penampilan
tugas buruk, disorientasi, berpikir aneh, regresi,
2. Afektif.
Kebosanan, kelelahan, peningkatan kecemasan, kelabilan emosi, dan peningkatan kebutuhan
untuk stimulasi fisik.
3. Persepsi.
Disorganisasi persepsi terjadi pada koordinasi visual, motorik, persepsi warna, pergerakan nyata,
keakuratan taktil, kemampuan untuk mempersepsikan ukiran dan bentuk, penilaian mengenai
ruang dan waktu ( Ebersole dan Hess, 1994 ).
e. Palpitasi
Adalah suatu kondisi dimana individu menerima banyak stimulus sensori dan tidak dapat
secara perceptual tidak menghiraukan beberapa stimulus. Pada kondisi ini stimulus sensori yang
berlebihan dapat mencegah otak untuk berespon secara tepat atau mengabaikan stimulus
tertentu. Kerena banyak stimulus mengarah pada kelebihan sensori sehingga individu tidak lagi
mempersepsikan lingkungan secara rasional. Kelebihan sensori mencegah respon yang bermakna
oleh otak, menyebabkan pikiran seseorang berpacu, perhatian bergerak pada banyak arah dan
menjadi lelah. Akibatnya, beban sensori yang berlebihan menyebabkan suatu keadaan yang
mirip dengan deprivasi sensori. Akan tetapi kebalikan dari deprivasi , kelebihan sensori adalah
individual. Jumlah stimulus yang dibutuhkan untuk berfungsi sehat bervariasi setiap individu.
Toleransi seseorang pada beban sensori yang berlebihan dapat bervariasi oleh tingkat kelelahan,
sikap, dan kesehatan emosional dan fisik.
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan beban sensori yang berlebihan dapat dengan
mudah menjadi bingung atau disorientasi sederhana. Perawat harus mencari gejala seperti pikiran
yang terpacu, perhatian yang terkotak-kotak, lelah dan cemas. Kien perawatan intensif kadang-
kadang berusaha memainkan selang dan balutan secara konstan. Reorientasi yang konstan dan
kontrol stimulus yang berlebihan menjadi suatu bagian yang penting dari perawatan klien.
a. Peningkatan kualitas atau kuntitas stimulus internal, Contoh : nyeri, dyspnea, cemas
b. Peningkatan kualitas atau kuantitas stimulus eksternal, Contoh : ruangan yang ribut terlalu
ramai pengunjung
c. Disorientasi
d. Kemampuan pemecahan masalah dan penampilan tugas berkurang
b. Medikasi
Ø Beberapa anti biotika (misalnya : streptomosin dan gentamisin) adalah ototoksik dan secara
permanen dapat merusak saraf pendengaran ; kloramfenikol dapat mengiritasi saraf optik. Obat-
obat analgesic narkotik, sedative, dan anti depresan dapat mengubah persepsi stimulus.
c. Lingkungan
Ø Stimulus lingkungan yang berlebihan (misalnya : peralatan yang bisik dan percakapan staf
didalam unit perawatan intensif ) dapat menghasilkan beban sensori yanga berlebihan, ditandai
dengan kebingungan, disorientasi, dan ketidak mampuan membuat keputusan. Stimulus
lingkungan yang terbatas (misalnya : dengan isolasi) dapat mengarah kepada deprivasi sensori.
Kualitas lingkungan yang buruk (misalnya penerangan yang buruk, lorong yang sempit, latar
belakang yang bising ) dapat memperburuk kerusakan sensori.
4) Evaluasi
Ketika merawat klien yang mengalami perubahan sensori, perawat mengevaluasi
apakah tindakan perawatan meningkatkan atau paling tidak mempertahankan
kemampuan klien untuk berinteraksi dan berfungsi dalam lingkungan. Sifat dasar
perubahan sensori klien mempengaruhi cara perawat mengevaluasi perawatan.
Perawat mengadaptasikan hasil evaluasi pada klien yang defisit sensori untuk
menentukan apakah hasil actual sama dengan hasil yang diharapkan. Misalnya,
perawat menggunakan teknik komunikasi yang sesuai untuk mengevaluasi apakah
klien yang mengalami defisit pendengaran mencapai kemampuan mendengar dengan
lebih efektif.
Demikian pula perawat menggunakan material yang dicetak besar untuk menguji
kemampuan pengihatan klien yang rusak untuk membaca resep. Jika hasil yang
diharapkan tidak tercapai maka mungkin ada kebutuhan untuk mengubah lingkungan
klien. Anggota keluarga diperlukan untuk lebih terlibat dalam mendukung klien.