Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.

TS

DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

DI BANGSAL SADEWA RS GRHASIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Disusun Oleh:

Febrita Laysa S P07120112060


Nurul Dian Rahmalia I P07120112068
Riski Oktafian P07120112075

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2014
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Tn. TS DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

DI BANGSAL SADEWA RS GRHASIA

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Yogyakarta, September 2014

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

( ) ( )
BAB I
PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. Masalah Utama
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah


A. Pengertian

Halisinasi adalah persepsi sensori yang keliru melibatkan panca


indera dalam skizofrenia, halusinasi pendengaran merupakan halusinasi
yang paling banyak terjadi (Isaacs, 2010).
Menurut Maramis (2005) halusinasi adalah pencerapan tanpa
adanya apapun pada panca-indera seorang pasien, yang terjadi dalam
keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikotik ataupun histerik. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2010)

B. Etiologi
Gangguan otak karena kerusakan otak, keracunan, obat
halusiogenik, gangguan jiwa, seperti emosi tertentu yang dapat
mengakibatkan ilusi, psikosis yang dapat menimbulkan halusinasi, dan
pengaruh lingkungan sosio-budaya, sosio-budaya yang berbeda
menimbulkan persepsi berbeda atau orang yang berasal dari sosio-
budaya yang berbeda (Sunaryo, 2004).
Secara pasti yang menyebabkan terjadinya halusinasi belum
diketahui namun ada beberapa teori yang mengungkapkan tentang
halusinasi (Stuart 2007) antara lain:
a. Teori Interpersonal
Halusinasi berkembang dalam waktu yang lama dimana seseorang
mengalami kecemasan yang berat dan penuh stress.Individu akan
berusaha untuk menurunkan kecemasan itu dengan menggunakan
mekanisme koping yang biasa digunakan, namun bila situasi tidak
dapat ditangani maka individu tersebut akan melanin, berangan-
angan sehingga individu akan lebih sering menyendiri dan merasa
senang dalam dunianya tanpa menghiraukan orang lain dan
lingkungan sekitarnya.
b. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan
dari luar yang ditekan dan mengancam diri akhirnya muncul dalam
alam sadar.
c. Faktor Genetika
Gen mempengaruhi belum diketahui,tetapi hasil studi menunjukan
bahwa factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
berpengaruh pada penyakit,ini dibuktikan dengan pemeriksaan
kromosom tubuh,indensi sangat tinggi pada anak dengan satu atau
kedua orang tua yang menderita atau anak kembar identik.

C. Proses terjadinya halusinasi


Individu yang mengalami halusinasi sering sekali beranggapan
penyebab halusinasi berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan
tersebut gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya hubungan
yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah
koping dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan, individu
cenderung menghindar dari interaksi agar dirinya terhidar dari stresor-
stresor yang mengancam pada akhirnya individu merasa sangat nyaman
dengan kondisi menyendiri sehingga dapat mengganggu metabolisme
neukokimia seperti Bufotamin dan Dimetyltransferase (DMT), hal ini
merangsang timbulnya halusinasi (Sunaryo 2004).
D. Rentang Respon Neurobiologis
Gangguan sensori persepsi : halusinasi disebabkan oleh fungsi
otak yang terganggu. Respon individu terhadap gangguan orientasi
berfokus sepanjang rentang respon dari adaptif sampai yang maladaptif,
dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
Respon adaptif                                                                     Respon mal adaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang Gangguan


proses               
pikir/delusi/waham
Persepsi Ilusi                                                    
akurat
Emosi Reaksi emosional berlebih/kurang Ketidakmampuan
konsisten untuk mengatasi
dengan emosi
pengalaman
Perilaku Perilaku ganjil Ketidak teraturan
sesuai
Hubungan Prlaku yang bisa menyebabkan Isolasi Isolasi sosial
sosial sosial
harmonis
 ( Stuart and Laraia, 2005 )
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
social dan budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat,
dimana individu menyelesaikan masalah dalam batas normal yang
meliputi :
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu  yang diucapkan dan dilaksanakan
oleh individu sesuai dengan kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra
perasaan, dimana dapat membedakan objek yang satu dengan yang lain
dan mengenai kualitasnya menurut berbagai sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan
individual sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Perilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan
perannya.
5. Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan
berkomunkasi dengan orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan
tidak senang.
Sedangkan mal adaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat,
dimana individu dalam menyelesaikan  masalah tidak berdasarkan norma
yang sesuai diantaranya :
1. Gangguan proses pikir/waham adalah ketidakmampuan otak untuk
memproses data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan
proses pikir, seperti ketakutan, merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol,
pikiran yang terisi dan lain-lain.
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan  informasi
yang diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan
pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak
sesuai dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak
sesuai dengan peran.
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari
lingkungan atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan.

E. Macam-macam Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa macam. Macam-macam halusinasi
seperti halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan dan lain-lain.
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa
adanya rangsang (stimulus) eksternal.

Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa macam halusinasi


dengan karakteristik tertentu, diantaranya:

1. Halusinasi pendengaran: karakteristik ditandai dengan mendengar


suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar
suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan: karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.

3. Halusinasi penghidu: karakteristik ditandai dengan adanya bau


busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau
feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.

4. Halusinasi peraba: karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit


atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

5. Halusinasi pengecap: karakteristik ditandai dengan merasakan


sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.

6. Halusinasi sinestetik: karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi


tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine

F. Manifestasi Klinis
Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi
adalah sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

Menurut Stuart dan Sundeen (2005), seseorang yang mengalami


halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas
misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara
halusinasi dengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

III. A. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sediri, orang laihn,


dan lingkungan

Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

Isoloasi sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1. Masalah keperawatan :
a. Resiko menciderai
b. Halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah
2. Data yang Perlu Dikaji
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif :
 Pasien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.
 Pasien mengatakan mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap.

 Pasien mengatakan mendengar suara menyuruh melakukan


sesuatu yang berbahaya.

Data objektif :
 Pasien berbicara atau tertawa sendiri

 Psien marah-marah tanpa sebab

 Pasien menyedengkan telinga ke arah tertentu

 Pasien menutup telinga

IV. Diagnosa Keperawatan


Gangguan sensori persepei : halusinasi pendengaran
STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN HALUSINASI

DIAGNOSA STRATEGI PELAKSANAAN

Halusinasi Pasien Keluarga


SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi 1. Mendiskusikan
jenis halusinasi masalah yang
pasien dirasakan
2. Mengidentifikasi isi keluarga dalam
halusinasi pasien merawat pasien
3. Mengientifikasi 2. Menjelaskan
waktu halusinasi pengertian, tanda
4. Mengidentifikasi dan gejala
frekuensi halusinasi halusinasi, dan
5. Mengidentifikasi jenis halusinasi
situasi yang yang dialami
menimbulkan pasien beserta
halusinasi proses terjadinya
6. Mngidentifikasi 3. Menjelaskan cara-
respon pasien cara merawat
terhadap halusinasi pasien halusinasi
7. Mengajarkan
pasien menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan
pasien
memasukkan cara
menghardik
halusinasi dalam
jadwal kegiatan SP II k
harian 1. Melatih keluarga
SP II p mempraktekkan
1. Mengevaluasi cara merawat
jadwal kegiatan pasien dengan
harian pasien halusinasi
2. Melatih pasien 2. Melatih keluarga
mengendalikan melakukan cara
halusinasi dengan merawat langsung
cara bercakap- kepada pasien
cakap dengan halusinasi
orang lain
3. Menganjurkan
pasien
memasukkan SP III k
dalam jadwal 1. Membantu
kegiatan harian keluarga membuat
SP III p jadwal aktivitas di
1. Mengevaluasi rumah termasuk
jadwal kegiatan minum obat
harian pasien (discharge
2. Melatih pasien planning)
mengendalikan 2. Menjelaskan
halusinasi dengan follow up pasien
melakukan setelah pulang
kegiatan (kegiatan
yang biasa
dilakukan pasien)
3. Menganjurkan
pasien
memasukkan ke
jadwal kegiatan
rutin
SP IV p
1. Mengevaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat
secara teratur
3. Menganjurkan
pasien
memasukkan
dalam jadwal
kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi. Masih ingat dengan saya? Saya perawat Nurul. Dengan bapak E
ya. Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul?
Apakah sudah dipakai  tiga cara yang telah kita latih kemarin? Apakah pagi ini
sudah minum obat? Baik. Sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Tujuannya agar bapak
minum obat secara teratur baik di rumah sakit maupun di rumah. Kita akan
diskusi selama 15 – 20 menit, bagaimana pak? Dimana kita mau ngobrol-
ngobrol? Disini saja, baik. Sebelum kita mulai, ada yang ingin ditanyakan?”

Kerja:
“bapak, adakah bedanya setelah minum obat secara teratur? Apakah suara-
suara berkurang/hilang? Sebelumnya, saya mau bertanya seberapa pentingkah
obat bagi bapak? Berapa macam obat yang bapak minum? 
(Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange namanya Clozapine
diminum 1 kali sehari setelah makan sore gunanya untuk menenangkan pikiran
dan tubuh menjadi rileks. Ini yang putih THP atau trihexyphenidyl 2 kali sehari
setelah makan pagi dan setelah makan sore gunanya untuk rileks dan tidak kaku
serta mengurangi efek samping dari obat lain. Sedangkan yang berwarna orange
kecil ini namanya Persidal atau Risperidine diminum  2 kali sehari jamnya sama
seperti THP tadi dan gunanya untuk pikiran biar lebih tenang.
Dari semua obat-obat ini tentunya ada efek yang tidak diharapkan, kalau
Clozapine efek yang tidak diharapkan adalah lesu, mual, muntah, pusing,
konstipasi. Kalau THP bisa mengantuk, pusing, penglihatan kabur, disorientasi,
hipotensi, mual, muntah, kencing berkurang. Sedangkan untuk Persidal efek
sampingnya yaitu insomnia, cemas, pusing, berat badan naik.
Walalupun ada efek yang tidak diharapkan, tetapi obat ini saling berkaitan antara
satu sama lain. Contohnya obat THP ini, jika ada gejala yang tidak diharapkan
dari kedua obat tersebut, THP bisa sebagai penetralisir dari efek samping obat-
obat lain.
Jadi jika bapak merasa pusing, mual, muntah, banyak keluar air liur, gemetar,
maupun kaku-kaku otot sebaiknya lapor pada perawat jaga atau dokter yang
bertugas.
Obat ini seperti kebutuhan bapak sehari-hari, jangan sampai terlambat walaupun
suara-suara sudah hilang dan bapak merasa tenang obatnya tidak boleh
diberhentikan dan jangan sampai bapak bosan meminum obatnya. Sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan masuk kembali ke rumah sakit. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
Bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya
benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya
bapak jangan keliru dengan obat milik orang lain. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
pada jamnya  bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan
harus cukup minum 6-8 gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Ada
yang belum jelas dan ingin ditanyakan?
Saya mau bertanya, tadi ngobrolin tentang apa pak? nama obat-obatnya tadi apa
saja dan apa manfaatnya pak? Coba sebutkan! Lalu apa saja cara minum obat
yang benar, coba jelaskan! Bagus! (jika jawaban benar). 
Jangan lupa jika sudah pada waktunya minum obat minta obat pada perawat
atau  pada keluarga kalau di rumah. Bagaimana kalau nanti kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00? terimakasih atas kerjasamanya pak.
Sampai jumpa.”
RUANGAN RAWAT : Bangsal Sadewa RS Grhasia
TANGGAL DIRAWAT : 8 September 2014

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
Nama : Sdr. T
JenisKelamin : Laki-laki
TanggalPengkajian : Selasa, 16 September 2014
Umur : 30 tahun
Alamat : Dawang Sapdodadi Bantul
Pendidikan terakhir : SLTP
Informan : Klien, RM, petugas dan pemeriksaan fisik.
No RM : 016213

II. Alasan Masuk


Klien mengatakan dibawa ke RSG oleh pemerintah tetapi tidak tahu
penyebabnya. Sering mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang ingin
mencelakakan dirinya seperti menyuruh mukul orang, mencuri, dan sampai
saat ini masih sering muncul.
Klien mengatakan pernah mukul temannya karena mengikuti bisikan-
bisikan itu. Klien juga pernah memukul tetangganya karena mengira
tetangganya mencuri ayamnya. Dan klien mengatakan sudah dua tahun ini
putus obat karena masalah ekonomi.
III. Faktor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Klien mengatakan pernah dirawat di RSG 2x sebelumnya, yang pertama
saat kelas 2 SMA minta dibeliin motor tidak dituruti kemudian klien
marah.
2. Riwayat pengobatan
Klien mengatakan sering kontrol ketika obatnya habis, tetapi karena
kondisi ekonomi kemudian klien tidak kontrol atau putus obat selama
dua tahun.
3. Riwayat Penganiayaan dan tindakan kriminal
Klien mengatakan pernah mukul temannya saat berumur 14 tahun.

4. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki keluarga dengan riwayat gangguan
jiwa.
5. Pengalamanmasalalu yang tidakmenyenangkan
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan adalah
masalah dalam pekerjaannya ketika menjadi kernet bus sering dibentak-
bentak dan klien hanya memendam masalah itu.

IV. Faktor Presipitasi


Pasien tidak pernah minum obat dan pasien di jogja tinggal sendirian. Tidak
ada keluarga karena semua keluarganya di NTB dan hanya ada satu
paman tapi tidak tahu rumahnya karena pamannya sering berpindah-pindah
rumah.

V. Fisik
1. Tindakan vital TD : 120/70 mmHg
2. Ukur TB : - BB : -
3. Keluhanfisik
Klienmengatakansecara fisik dirinya baik-baik saja.

VI. Psikososial
1. Genogram

Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= klien
= garis pernikahan
= garis keturunan
= keluarga yang tinggal serumah
= meninggal
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Klienmengatakanklien tinggal di rumah sendirian karena ibunya
sudah meninggal sedangkanayah klien tidak bertanggung jawabdan
sekarang di NTB bersama ibu tiri dan adik tirinya.Klien mengatakan
keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
3. Konsepdiri
a. Gambarandiri :Klienmengatakannamanya
adalah T. Bagian
tubuh yang disukai klien adalah panca indra.
b. Identitas :Klienmengatakandirin
yasebagaiseoranglaki-
laki, berpakaian seperti laki-laki.
c. Peran : Klienberperansebagaianak.
Di rumah sering
berkebun dan beternak ayam.
d. Ideal diri :
Klienberharapdapatcepat pulang dari RSG
karena ingin main lagi dan bekerja.
e. Hargadiri : Klien sering berkumpul
dengan teman-temannya.
Dia tidak merasa malu ataupun minder.
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidup klien
adalah orang tuanya.
b. Peran serta dalam masyarakat
Klien mengatakan sebagai warga di desanya sering mengikuti
kegiatan di desanya seperti kerja bakti dan ronda.
c. Hambatan dalam hubungan sosial
Klien mengatakan tidak memiliki hambatan dalam berhubungan
sosial dengan orang lain.

5. Spiritual
a. Nilaidankeyakinan
Klienmengatakandirinyaberagama Islam.
b. Kegiatanibadah
Klienmengatakansaatiniberusaha menjaga sholat lima waktunya.
VII. Status Mental
1. Penampilan
Klien terlihat rapi.
2. Pembicaraan
Kliendapatberbicaradenganjelasdandapatmenjawabpertanyaandariprakti
kan dengantepat. Dari hasil observasi, klien dapat berbicara dengan
baik dengan teman-temannya.
3. AktivitasMotorik
Pasien tidak mengalami gangguan aktivitas motorik.
4. Alamperasaan
Klienmengatakansaat ini perasaannya baik-baik saja.
5. Afek
Dari hasil observasi, afek klien adalah tumpul. Klien tertawa bila ada
yang melucu dan saat keadaan serius klien juga menampilkan ekspresi
serius.
6. Interaksiselamawawancara
Selamapembicaraanklienkooperatif dan dapat menjawab sesuai
pertanyaan praktikan.
7. Persepsi
Klien mengatakansering mendengar bisikan-bisikan sejak SMP yang
ingin mencelakakan dirinya seperti menyuruh mukul orang, mencuri, dan
sampai saat ini masih sering muncul. Klien mengatakan ketika
halusinasi itu muncul klien langsung mandi dan kadang mendengarkan
musik untuk menghilangkan bisikan itu.
8. Proses Pikir
Klien tidak mengalami gangguan proses pikir.
9. Isi pikir
Isi pikir klien adalah obsesi.

10. Tingkat kesadaran


Kesadaran klien baik, composmentis. Ketika ditanya tentang waktu,
tempat dan hari, klien dapat menjawab dengan benar yaitu hari Selasa
pukul 15.00 di RS Grhasia.
11. Memori
Klien tidak memiliki masalah dengan memorinya.
12. Tingkat konsentrasidanberhitung
Selama wawancara, klien berkonsentrasi dan tidak mudah terdistraksi
oleh keadaan di sekitar klien. Kemampuan berhitung baik.
13. Kemampuanpenilaian
Kemampuan penilaian klien baik.
14. Dayatilikdiri
Daya tilik diri klien baik. Klien menyadari bahwa dirinya sakit.
VIII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien makan 3x sehari sesuai dengan jadwal yang ditentukan bangsal.
Klien dapat makan secara mandiri. Klien menghabis satu porsi setiap
kali makan, dengan lauk dan sayur yang bermacam-macam sesuai
menu RSG.
2. B.A.B/B.A.K
Klien b.a.b/b.a.k secara mandiri di WC.
3. Mandi
Klien mengatakan mandi bisa lebih dari 2x sehari secara mandiri karena
jika bisikan itu datang lagi, klien langsung mandi.
4. Berpakaian/berhias
Klien dapat berpakaian secara mandiri. Dalam satu hari, klien berganti
pakaian dua kali habis mandi pagi dan sore atau bila pakaian sudah
kotor/basah.
5. Istirahat/Tidur
Klien mengatakan dirinya tidur malam mulai pukul 21.00 atau lebih dan
bangun pukul 05.00. Klien terkadang tidur siang selama 2 jam.
6. Penggunaan obat
Selama dirawat, klien minum obat secara teratur. Selama di rumah, klien
mengatakan putus obat selama 2 tahun karena masalah ekonomi.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan, dulu sebelum putus obat ketika sakit berobat ke
rumah sakit dan biasanya klien kontrol rutin ke RSG bila obatnya habis
atau bila sudah waktunya kontrol.
8. Kegiatan di rumah
Klien mengatakan kegiatan klien saat di rumah adalah berkebun dan
berternak ayam.
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan kegiatan di luar rumah adalah main bersama teman-
temannya.
IX. Mekanisme Koping
1. Adaptif :
- klien berbicara dengan orang lain
- klien dapat melakukan teknik relaksasi dan aktifitas konstruktif
2. Maladaptif:
- Menghindari masalah
- Mengamuk
- Mencederai orang lain

X. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : -
2. Masalah dengan dukungan lingkungan , spesifik : -
3. Masalah dengan pendidikan , spesifik : klien tidak lulus SMA
hanya sampai kelas 2 SMA.
4. Masalah dengan pekerjaan , spesifik : klien tidak mempunyai
pekerjaan tetap.
5. Masalah dengan perumahan ,spesifik :-
6. Masalah dengan ekonomi spesifik : klien tidak bekerja dan tidak
mempunyai uang untuk membeli obat .
7. Masalah dengan pelayanan kesehatanspesifik : -

XI. Pengetahuan Kurang Tentang


Penyakitjiwa Sistempendukung

√ Faktorpresiptasi Penyakitfisik

√ Koping  Obat-obatan

Lainnya

B. ANALISIS DATA
Data Masalah
DS : Gangguan sensori persepsi :
- Klien mengatakan dibawa ke RSG oleh Halusinasi pendengaran
pemerintah tetapi tidak tahu
penyebabnya. Sering mendengar
bisikan-bisikan sejak SMP yang ingin
mencelakakan dirinya seperti menyuruh
mukul orang, mencuri, dan sampai saat
ini masih sering muncul.
DO :
- Pasien tampak menutup telinganya
sesekali.
- Pasien sering mencari kegiatan seperti
mengobrol agar teralihkan dengan
halusinasinya.
DS : Risiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan pernah memukul
temannya karena mengikuti bisikan-
bisikan itu. Klien juga pernah memukul
tetangganya karena mengira
tetangganya mencuri ayamnya.
DO : -
DS : Penatalaksanaan regimen
- Klien mengatakan sering kontrol ketika terapeutik inefektif
obatnya habis, tetapi karena kondisi
ekonomi kemudian klien tidak kontrol
atau putus obat selama dua tahun.
DO : -

XII. ASPEK MEDIK


1. Diagnosis Multiaksial
Axis I : F 20.0
Axis II : cenderung skizoid
Axis III :belum ada diagnosa
Axis IV : tidak ada informasi
Axiz V : jelek

2. TerapiMedik (16 September 2014)


NO Nama Obat Dosis Indikasi Efek samping
1 Haloperidol 5 mg 1/2-0-1/2 Psikosis akut insomnia, eforia, agitasi,
dan kronis. pusing, depresi, lelah,
sakit kepala, mengantuk,
Halusinasi pada bingung, vertigo, kejang.
skizofrenia
2 Clozapine NI 25 mg 1/2-0-1/2 Antipsikotik, Mengantuk, berat badan
menenangkan naik, air liur bertambah,
pikiran dan pusing, konstipasi, mual,
menghilangkan sesak napas,
halusinasi mengompol saat tidur
3 Trihexypenidyl 2 mg 0-0-1 Kaku-kaku tubuh Mengantuk, pusing,
dan mengurangi penglihatan kabur,
gemetar disorientasi, hipotensi,
mual, muntah, retensi
urine

XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Risiko Perilaku Kekerasan Akibat

Halusinasi Pendengaran Core Problem

Penyebab
Penatalaksanaan Regimen Terapeutik
Inefektif

XIV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
2. Risiko perilaku kekerasan
3. Penatalaksanaan Regimen Terapeutik Inefektif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

INISIAL KLIEN : Tn. T

RUANGAN : Bangsal Sadewa

NO. RM : 01 62 13

DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL

Halusinasi 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014


pendengaran
Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00

TUM: Klien dapat


mengontrol halusinasi
Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
dengan prinsip komunikasi merupakan dasar untuk kelancaran
TUK 1: terapeutik. hubungan interaksi selanjutnya.
Setelah 1x interaksi klien
Klien dapat membina menunjukkan tanda-tanda a. Sapa klien dengan
hubungan saling percaya kepada perawat ramah baik secara verbal
percaya dengan kriteria hasil: maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan
- Ekspresi wajah sopan.
bersahabat c. Tanyakan nama lengkap
- Menunjukkan rasa klien dan nama panggilan
senang yang disukai klien.
- Ada kontak mata d. Jelaskan tujuan
- Mau berjabat tangan pertemuan.
- Mau menyebutkan nama e. Jujur dan menepati janji.
- Mau menjawab salam f. Tunjukan sikap empati
- Mau duduk dan terima klien apa adanya.
berdampingan dengan g. Beri perhatian kepada
perawat klien dan perhatikan kebutuan
- Bersedia dasar klien.
mengungkapkan
masalah yang dihadapi

Setelah 2x interaksi klien 1. Identifikasi bersama klien cara 1. merupakan upaya untuk
TUK 2 :
dapat mengontrol yang dilakukan jika terjadi memutus siklus halusinasi.
Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan halusinasi.
halusinasi kriteria hasil : 2. Diskusikan manfaat cara yang 2. reinforcement positif dapat
a. Klien dapat digunakan klien, jika meningkatkan harga diri klien.
menyebutkan tindakan bermanfaat beri pujian.
yang dapat dilakukan 3. Diskusikan cara baru untuk 3. memberi alternative pikiran bagi
untuk mengendalikan mengontrol timbulnya klien
halusinasinya. halusinasi.
b. Klien dapat 4. Bantu klien melatih dan 4. Memotivasi dapat

menyebutkan cara baru. memutus halusinasi secara meningkatkankeinginan klien

c. Klien dapat memilih cara bertahap untuk mencoba memilih salah

yang telah dipilih untuk satu cara pengendalian

mengendalikan halusinasi.

halusinasi.
d. Klien dapat mengikuti
terapi aktivitas
kelompok.
1. Anjurkan klien untuk memberi 1. untuk mendapatkan bantuan
TUK 3 Setelah 3x klien mendapat
tahu keluarga sedang keluarga dalam mengontrol
dukungan keluarga dalam
Klien mendapat halusinasi. halusinasi.
mengontrol halusinasinya
dukungan keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga 2. Untuk meningkatkan
dengan kriteria hasil:
dalam mengontrol tentang pengetahuan tentang
halusinasinya a. Klien dapat menjalin a. Gejala halusinasi yang halusinasi.
hubungan saling dialami klien.
percaya dengan perawat b. Cara yang dapat dilakukan
klien dan keluarag untuk
b. Keluarga dapat
menyebutkan memutus halusinasi.
pengertian, tanda dan c. Cara merawat anggota
tindakan untuk keluarga yang halusinasi di
mengendalikan rumah, beri kegiatan
halusinasi jangan biarkan sendiri.
d. Beri informasi tentang
kapan pasien memerluakn
bantuan.

1. Diskusikan dengan klien 1. dengan mengetahui efek


TUK 4 Setelah 3x interaksi klien
dapat memanfaatkan obat dan keluarga tentang dosis, samping obat klien tahu apa
Klien memanfaatkan dengan kriteria hasil : frekuensi dan manfaat obat. yang harus dilakukan setelah
obat dengan baik 2. Diskusikan bahayanya minum obat.
1. Klien dan keluarga
mampu menyebutkan obat tanpa konsultasi. 2. Bantu klien menggunakan
manfaat, dosis dan efek 3. Bantu klien prinsip lama benar.
samping
menggunakan prinsip lama 3. dengan mengetahui prinsip
2. Klien dapat
menginformasikan benar. maka kemandirian klien
manfaat dan efek tentang pengobatan dapat
samping obat
ditingkatkan secara bertahap.
3. Klien dapat memahami
akibat pemakaina obat
tanpa konsultasi
4. Klien dapat
menyebutkan prinsip 5
benar pengunaan obat.
Pentalaksanaan 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014
Regimen
Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00
Terapeutik tidak
Efektif

TUM :

Keluarga dapat
merawat klien yang
mengalami gangguan
jiwa sehingga
penatalaksanaan
regimen terapeutik
efektif. 

TUK 1 :
Keluarga dapat
mengenal masalah
Setelah 1x interaksi 1. Bina hubungan 1. Hubungan
yang dapat
keluarga mengenal saling percayadengan saling percaya merupakan
menyebabkan klien
masalah klien dengan keluarga dasar untuk kelancaran
kambuh.
kriteria hasil: a. Sapa keluarga dengan hubungan interaksi
dapatmengidentifikasi ramah. selanjutnya.
masalah pencetus klien b. Jelaskan tujuan perawatan
kambuh, yang dipengaruhi dan perannya selama
oleh sikap keluarga, bersama klien.
masyarakat dan klien c. Dorong keluarga untuk
sendiri. untuk pertemuan mengungkapkan masalah.
selanjutnya 2. Kaji persepsi
keluarga tentang perilaku klien
yang maladaptive
3. Diskusikan
dengan keluarga beberapa
masalah yang dapat menjadi
2. Mengetahui
faktor penyebab klien kambuh,
pengetahuan pasien tentang
seperti :
perilaku pasien
a. Tidak menghargai klien.
b. Mengisolasi klien. 3. Mngetahui
c. Tidak memperhatikan perhatian keluarga terhadap
klien/tidak memberi pasien gangguan jiwa
kegiatan selama dirumah.
4. Diskusikan dengan
keluarga tentang sikap yang
harus dilakukan oleh keluarga, 4. Memberikan
masyarakat dan individu pengetahuan tentang cara
terhadap perilaku maladaptif merawat pasien
dari klien.
5. Bantu keluarga
mengenal sikap dan
perilakunya yang dapat
memicu dan dapat
menyebabkan klien kambuh. 

5. Keluarga
dapat menentukan tindakan
jika pasien kambuh
TUK 2 : Setelah 1x pertemuan 1. Diskusika 1. Kelua
keluarga dapat n dengan keluarga bahwa rga merupakan faktor utama
Keluarga dapat
mengambilkeputusan yang keluarga merupakan dalam perawatan pasien
mengambil keputusan tepat dalam merawat klien penanggung jawab utama
dalam melakukan dengan kriteria hasil: dalam merawat klien di rumah
perawatan terhadap 2. Jelaskan
Keluarga dapat
klien kepada keluarga bahwa 2. Peng
menyebutkan akibat bila
keluarga merupakan ambilan keputusan diserahkan
klien tidak dirawat dengan
pengambil keputusan dalam pada keluarga seutuhnya
tepat.
keperawatan keluarga.
3. Jelaskan
3. Masal
pada keluarga akibat bila
ah yang bertambah
masalah tidak ditangani
menyebabkan sulitnya
dengan cepat
penanganan
4. Motivasi
4. Keput
keluarga untuk memutuskan
usan yang menguntungkan dapat
hal yang menguntungkan
mempercapat kesembuhan
klien.
pasien
TUK 3 : Selama 1x interaksi 1. 1. Menambah
keluarga dapat merawat cara merawat klien di rumah pengetahuan keluarga tentang
Keluarga dapat
klien dirumh dengan dan demonstrasikan seperti : cara perawatan pasien
merawat klien di rumah
kriteria hasil: a. Bantu klien dalam gangguan jiwa
memenuhi kebutuhan
Keluarga dapat sehari-hari
menyebutkan cara b. Libatkan klien
merawat klien di rumah dalamkegiatan sehari-hari
yang dilakukan keluarga
c. Dengarkan keluhan yang
dirasakan klien.
d. Berikan jalan keluar setiap
klien mengalami masalah.
e. Beri reinforcemen positif
bila klien dapat
melakukan tugasnya.

2. Diskusikan dengan
keluarga tentang pentingnya
klien minum obat secara
teratur. 
2. Minum obat scara
teratur dapat mencegah
kekambuhan pasien
TUK 4 : Selama 1x pertemuan 1. Ide 1.. mengetahui faktor pendukung
keluarga ntifikasi dengan keluarga yang ada pada keluarga
Keluarga dapat
mampumenjelaskan tentang support sistem yang
mengidentifikasi support sistem yang ada di ada di dalam keluarga.
support sistem yang dalam keluarga, misalnya : 2. Di
2.. Support sistem yang baik dapat
ada di dalam keluarga skusikan dengan keluarga
- Sikap keluarga meningkatkan kesembuhan pasien
tentang pentingnya partisipasi
yang positif
aktif dari support sistem dalam
- Do’a
perawatan klien.
3. Di
skusikan dengan keluarga 3.. Dengan menghargai nilai positif
pentingnya keluarga dalam klien keluarga dapat dengan
menghargai nilai positif klien mudah mengatur keseharian
4. An pasien
jurkan keluarga untuk
4.. keluarga tidak menjelek-
menerima apa adanya
jelekkan pasien
(kelemahan dan kekurangan
yang klien dimiliki klien tidak
ditampilkan).
a. Identifikasi bersama
keluarga tentang kondisi
dan lingkungan keluarga
yang dapat mendukung
kesehatan klien
b. Ciptakan suasana keluarga
yang tenang dan nyaman
bagi klien 

TUK 5 : Selama 2x interaksi 1. 1. Reinformen yang baik dapat


keluarga keluarga tentang fasilitas mendukung semangat keluarga
Keluarga dapat
dapatmenyediakan kesehatan yang ada di dalam merawat pasien
memodifikasi
lingkungan yang terapeutik masyarakat dan dapat
lingkungan yang
dalam mendukung proses digunakan keluarga sebelum
terapeutik dalam
keperawatan klien. klien dibawa ke rumah sakit
merawat klien. 
jiwa bila kambuh.
2.
pentingnya pemanfaatan
fasilitas tersebut serta tahu 2. Fasilitas yang ada
prosedur yang harus dilakukan membantu keluarga dalam
keluarga perawatan
3. Anjurkan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas yang
ada di dekat rumah, sebagai
alternatif pemecahan masalah
bila klien kambuh. 
3. Fasilitas membantu sebagai
pemecahan masalah yang
baik

TUK 6 : Selama 2x interaksi 1. Kaji pandangan 1. Mengetahui fungsi


keluarga dapat keluargatentang keberadaan prasarana kesehatan yang
Keluarga dapat
mengunjungi fasilitas puskes-mas dalam perawatan ada
memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada di klien
kesehatan yang ada di
masyarakat dalam
masyarakat untuk 2. Dorong keluarga untuk 2. Puskesmas sebagai sarana
mengoptimalkan
merawat kesehatan memanfaatkan Puskesmas pertama sebelum ke rumah
perawatan klien di rumah
klien. dalam perawatan klien. sakit jiwa
seperti :

- Tempat yang dapat


dikunjungi keluarga bila
klien kambuh atau
kontrol kesehatan.
- Keluarga tahu waktu
pelaksanaan-nya
- Keluarga mengerti cara
serta prosedur yang
dilakukan

Risiko Perilaku 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014 16 September 2014
Kekerasan
Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00 Pukul 15.00

TUM:

Klien dapat mengontrol


perilaku kekerasan

TUK:
Setelah 1x interaksi klien Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
1. Klien dapat menunjukkan tanda-tanda dengan: merupakan dasar untuk kelancaran
membina percaya kepada perawat hubungan interaksi selanjutnya.
a. Beri salam setiap berinteraksi
hubungan saling dengan kriteria hasil:
b. Perkenalkan nama, nama
percaya
a. Wajah cerah panggilan perawat, dan tujuan
b. Mau berkenalan perawat berkenalan
c. Ada kontak mata c. Tanyakan dan panggil nama
d. Bersedia menceritakan kesukaan klien
perasaan d. Tunjukkan sikap jujur dan
e. Bersedia menepati janji setiap kali
mengungkapkan berinteraksi
masalah e. Tanyakan perasaan klien dan
masalah yang dihadapi klien
f. Buat kontrak interaksi yang
jelas
g. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien

2. Klien dapat Setelah 2x interaksi klien Bantu klien mengungkapkan Mengetahui respon dari marahnya
mengidentifikasi dapt menceritakan perasaan marahnya: pasien
penyebab penyebab perilaku
a. Motivasi klien untuk
perilaku kekerasan yang dilakukan
menceritakan penyebab rasa
kekerasan yang dengan menceritakan
jengkel dan marahnya
dilakukan penyebab perasaan
b. Dengarkan tanpa menyela
jengkel
setiap ungkapan klien
3. Klien dapat Setelah 2x interaksi pasien 1. Bantu klien mengungkapkan 1. Mengetahui seberapa
mengidentifikasi dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku pengetahuan pasien
tanda-tanda, perilaku kekerasan dengan kekerasan yang dialami: tentang perilaku kekerasan
jenis, akibat kriteria hasil: 2. Motivasi klien menceritakan
perilaku kondisi fisik saat perilaku
c. Klien dapat 2. Dengan menceritakan
kekerasan, dan kekerasan terjadi
menjelaskan tanda- kondisi yang dialami pasien
cara konstruktif 3. Motivasi klien menceritakan
tanda perilaku menjadikn pasien lebih tahu
dalam kondisi emosinya
kekerasan tentang dirinya sendiri
mengungkapka 4. Motivasi klien menceritakan
d. Klien dapat 3. Pasien lebih tahu tentang
n kemarahan kondisi hubungan dengan
menjelaskan jenis dirinya sendiri
orang lain saaat terjadi
ekspresi marah,
perilaku kekerasaan
perasaan saat
5. Diskusikan dengan klien 4. Mengetahui kondisi
melakukan kekerasan,
perilaku kekerasan yang hubungan ketika perilaku
dan efektifitas cara
dilakukan selama ini: terjadi
dalam menyesuaikan
a. Motivasi untuk
masalah
menceritakan jenis
e. Klien dapat 5. Mengetahui apa saja
perilaku kekerasan yang
menjelaskan akibat pernah dilakukan perilaku kekerasan yang
perilaku kekerasan bagi b. Motivasi menceritakan sudah dilakukan
diri sendiri, orang lain perasaan setelah tindakan
dan lingkungan perilakuk kekerasan
f. Klien menjelaskan c. Diskusikan apakah
cara-cara sehat perilaku kekerasan dapat
mengungkapkan marah menyelesaikan masalah
6. Diskusikan akibat negatif
perilakuk kekerasan pada
diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan
7. Diskusikan tentang: 6. Mengetahui seberapa baik
a. Apakah ingin koping yang dimiliki pasien
mempelajari cara dalam menghadapi
mengungkapkan rasa masalah
marah yang seehat
b. Jelaskan berbagai
7. Seberapa baik koping
alternatif pilihan untuk
dalam menghadapi
mengungkapkan marah
masalah
selain perilaku
kekerasan
c. Jelaskan cara sehat
untuk mengungkapkan
marah dengan cara
fisik, verbal, sosial, dan
spiritual

4. Klien dapat Setelah 2x pertemuan 1. Diskusikan cara yang 1. Pasien dapat memilih cara
mendemonstras klien dapat memperagakan mungkin dipilih, anjurkan sendiri untuk mengatasi
ikan cara cara mengontrol perilaku klien untuk memilih masalah
mengontrolperil kekerasan baik secara 2. Latih klien memperagakan 2. Latihan yag baik dapat
aku kekerasan fisik, verbal, maupun cara yang dipilih: menjadikan masalah teratasi
spiritual a. Peragakan cara yang dipilih dengan baik
b. Jelaskan manfaat cara
c. Anjurkan klien untuk
menirukan
d. Beri penguatan dan
perbaiki cara yang belum
sempurna
3. Anjurkan klien menggunakan
cara yang sudah dilatih pada
saat jengkel atau marah

3. Memperagakan dan
menggunakan lembali untuk
maslah yang dihadapi pasien
5. Klien Setelah 3x pertemuan 1. Diskusikan dengan klien 1. dengan mengetahui efek
menggunakan klien menjelaskan tentang dan keluarga tentang dosis, samping obat klien tahu apa
obat sesuai manfaat obat, kerugian frekuensi dan manfaat obat. yang harus dilakukan setelah
program tidak minum obat, nama minum obat.
obat, bentuk dan warna, 2. Bantu klien menggunakan
2. Diskusikan bahayanya
dosis dan waktu prinsip lama benar.
obat tanpa konsultasi.
pemberian dan cara
pemberian, serta klien 3. dengan mengetahui prinsip
mampu menggunakan 3. Bantu klien maka kemandirian klien
obat sesuai program menggunakan prinsip lama tentang pengobatan dapat
benar. ditingkatkan secara bertahap.
D. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Hari, tanggal Implementasi Evaluasi


Dx TTD
jam Keperawatan Keperawatan
Halusinasi : Selasa, 16 Selasa, 16 September 2014 Nurul
pendengaran September Pukul 14.30
2014

Membina hubungan saling percaya


Pukul 13.00 S:
8. klien
dengan prinsip komunikasi terapeutik.
mengatakan bersedia diajak mengobrol
a. Sapa klien dengan ramah baik oleh perawat.
secara verbal maupun non verbal. 9. Pasien mau
b. Perkenalkan diri dengan sopan. menyebutkan namanya :Teguh
h. Tanyakan nama lengkap klien dan 10. Pasien
nama panggilan yang disukai klien. mengatakan kalau ada suara-suara
i. Jelaskan tujuan pertemuan. yang sering mengganggunya.
j. Jujur dan menepati janji. O:
k. Tunjukan sikap empati dan terima
11. Pasien
klien apa adanya.
tampak sering menggigit ujung bolpoin
l. Beri perhatian kepada klien dan
12. Pasien
perhatikan kebutuan dasar klien.
tampak kurang tenang saat
wawancara.
A: BHSP tujuan tercapai.

P:
Nurul
13. Identifikasi
perilaku halusinasi
Pukul 13.15
14. Observasi
1. Mengidentifik perilaku halusinasi
asi bersama klien cara yang dilakukan 15. Ajarkan cara
jika terjadi halusinasi. mengatasi halusinasi dengan cara
2. Mendiskusik menghardik
an manfaat cara yang digunakan klien,
jika bermanfaat beri pujian.
3. Mendiskusik S:
an cara baru untuk mengontrol
16. Klien
timbulnya halusinasi.
mengatakan jika selama ini untuk
4. Membantukli
mengatasi halusinasinya klien mandi
enmelatihdanmemutushalusinasisecar
dan mendengarkan musik
abertahap
17. Klien
mengatakan sudah mengetahui cara
mengontrol halusinanya dengan cara
menghardik.
O:

18. Pasien Nurul


tampak sering menggigit ujung bolpoin
19. Pasien
tampak kurang tenang saat
Pukul 13.45 wawancara.
A : Mengidentifikasi cara klien
mengendalikan halusinasinya tujuan
tercapai.

P : perawat : ajarkan cara mengontrol


halusinasi dengan cara bercakap-cakap

Pasien : buat jadwal kegiatan dan


masukkan cara menghardik ke dalam
jadwal

5. Mendiskusik
an dengan klien tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
6. Mendiskusik S:
an bahayanya obat tanpa konsultasi.
20. Klien
7. Membantu
mengatakan pernah putus obat karena
klien menggunakan prinsip lima benar.
tidak punya uang untuk berobat.
21. Klien
mengatakan belum mengetahui
indikasi, efek samping tentang obat
yang dikonsumsi.
22. Klien
mengatakan paham dengan apa yang
dijelaskan perawat.

O:

23. Klien mampu


mengulang kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh perawat.
24. klien tampak
kurang tenang saat diwawancara.
A: mendiskusikan tentang dosis, frekuensi
dan manfaat obat tujuan tercapai.

P : perawat : motivasi klien untuk rutin


minum obat
Pasien : masukkan jadwal minum obat
sebagai kegiatan sehari-hari
Risiko Kamis, 18 Kamis, 18 september 2014
Perilaku september Pukul 13.00
kekerasan 2014
Pukul 09.00 Membantu klien mengungkapkan S: - klien mengatakan marah karena Fian
perasaan marahnya: ayamnya diambil oleh tetangganya.
O : - klien tampak kooperatif
a. Memotivasi klien untuk menceritakan
A: membantu klien mengungkapkan
penyebab rasa jengkel dan marahnya
perasaan marah teujuan tercapai.
b. Mendengarkan tanpa menyela setiap
P : Lanjutkan BHSP Fian
ungkapan klien

09.30 Membantu klien mengungkapkan tanda- S: - klien mengatakan pasien tanganya


tanda perilaku kekerasan yang dialami: gemetaran saat marah.
- klien mengatakan memukul
a. Memotivasi klien menceritakan kondisi
tetangganya karena ayamnya
fisik saat perilaku kekerasan terjadi
diambil.
b. Memotivasi klien menceritakan kondisi
- klien mengatakan menyesal setelah
emosinya
memukul.
c. Memotivasi klien menceritakan kondisi
O:
hubungan dengan orang lain saaat
terjadi perilaku kekerasaan - klien mau menceritakan perasaan
d. Mendiskusikan dengan klien perilaku marahnya
kekerasan yang dilakukan selama ini: - klien tampak tidak tenang
e. Memotivasi untuk menceritakan jenis - klien kooperatif
perilaku kekerasan yang pernah A: membantu mengungkapkan tanda-
dilakukan tanda perilaku kekerasan tujuan tercapai
f. Memotivasi menceritakan perasaan
P: perawat : ajarkan cara mengontrol
setelah tindakan perilaku kekerasan
marah yang baik dan benar.
g. Mendiskusikan apakah perilaku
kekerasan dapat menyelesaikan Pasien : motivasi klien untuk mengikuti
masalah Terapi Aktivitas Kelompok
h. Mendiskusikan akibat negatif perilakuk
kekerasan pada diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan

Senin, 22 Senin, 22 September 2014


September
Pukul 12.15
2014
Fian
Pukul 12.15
S: pasien mengatakan:
Melakukan terapi aktivitas kelompok:
- marah karena bosan
perilaku kekerasan sesi I: mengidentifikasi
- tanda saat marah yaitu gelisah
perilaku kekerasan
- akibat dari marah adalah menyesal
- belum mengetahui cara mengontrol
marah
O:
- pasien kooperatif
- pasien tampak antusias
- pasien tampak bersemangat
- pasien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan
A: resiko perilaku kekerasan teratasi
sebagian: pasien belum mengetahui cara
mengontrol marah

P:

Perawat: lakukan TAK sesi II: cara Fian


mengontrol marah secara fisik

Pasien: buat jadwal kegiatan

Pukul 12.45

S: pasien mengatakan:

- sudah pernah diajari cara napas


dalam
- perilaku ketika marah adalah jalan-
jalan
Melakukan terapi aktivitas kelompok sesi O:
II: cara mengontrol marah secara fisik
- pasien kooperatif
yaitu napas dalam dan pukul bantal
- pasien tampak antusias
- pasien tampak sangat bersemangat
- pasien dapat melakukan napas dalam
- pasien dapat melakukan kembali
pukul bantal
A: perilaku kekerasan teratasi sebagian:

pasien baru mengetahui cara secara fisik

P:

Perawat: lakukan TAK sesi III: cara


mengontrol marah secara sosial

Pasien: masukkan ke dalam jadwal


kegiatan
Penatalaksan Jum’at, 19 Jum’at, 19 September 2014
aan Regimen September
Pukul 14.30
terapeutik 2014
inefektif Pukul 13.30 1. Mend
iskusikan dengan klien tentang obat, S:
indikasi,dosis dan efek samping. - Klien mengatakan pengerti dengan apa
2. Mend yang sudah dijelaskan perawat.
iskusikan keuntungan dan akibat jika - Klien mengatakan sadar akan
Febrita
tidak minum obat. pentingnya obat namun karena tidak
3. Mem punya uang maka klien putus obat
otivasi klien untuk rutin minum obat O:

- Klien mampu mengulang kembali apa


yang sudah dijelaskan oleh perawat.
- Klien kooperatif
A: mendiskusikan tentang obat tujuan
tercapai

P: perawat : terus motivasi klien untuk rutin


minum obat.

Pasien : buat jadwal kegiatan minum obat


DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi
Gail W, Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Edition 8. Missouri : Mosby Years Book
Isaacs, A. 2001. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta : EGC
Maramis, W. F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press.
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Stuart & Sunden. 2005. Buku Saku keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Yudi Hartono & Farida Kusumawati. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai