OLEH :
( ) ( )
2. Fisiologi
Proses sensori dibagi menjadi dua komponen yakni resepsi dan
persepsi. Sensori resepsi adalah proses menerima stimulus atau data, baik
eksternal atau internal dari tubuh. Stimulus eksternal termasuk visual
(penglihatan), auditori (pendengaran), olfactori (penghidu), tactile (perabaan)
dan gustatori (pengecap). Stimulus gustatory juga termasuk ke dalam stimulus
internal. Tipe lain dari stimulus internal adalah kinesthetic atau visceral.
Kinesthetic merujuk kepada kesadaran terhadap posisi dan pergerakan bagian
tubuh. Stereognosis adalah kesadaran terhadap ukuran objek, bentuk dan
teksture. Visceral merujuk kepada organ-organ besar dalam tubuh.
Persepsi adalah kemampuan untuk merasakan, mengenal,
mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli sensori. Persepsi sering
berhubungan dengan kognitif yaitu kemampuan intelektual untuk berpikir.
Proses organisasi dan interpretasi seseorang tergantung pada tingkat fungsi
intelektualnya. Kognitif termasuk elemen memori, penilaian dan orientasi.
Persepsi sensori adalah proses sadar terhadap seleksi, organisasi dan
mengartikan data dari indera ke informasi yang berarti atau kemampuan untuk
menerima kesan sensori, melalui asosiasi kortikal, menghubungkan stimuli ke
pengalaman masa lalu dan membentuk kesan dasar dari stimuli.. Macam-
macam indera antara lain: olfaktori (penghidu), visual (penglihatan), taktil
(perabaan), auditori (pendengaran), gustatori (pengecap), kinestetik
(merasakan posisi tubuh) dan viseral (merasakan organ-organ dalam tubuh).
6. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas diri
b. Riwayat penyakit dulu
c. Riwayat penyakit dari keluarga
d. Pengkajian fisik (head to toe)
e. Vital sign
b. Gangguan Memori
Tanda dan Gejala Mayor
1) Subjektif
a) Melaporkan pernah mengalami pengalaman lupa
b) Tidak mampu mempelajari keterampilan baru
c) Tidakmmapu mengingat informasi factual
d) Tidakmampu mengingat informasi tertentu yang pernah
dilakukan
e) Tidakmampu mengingat peristiwa
2) Objektif
a) Tidakmampu melakukan kemampuan yang dipelajari
sebelumnya
a. Kolaborasi
pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas, jika
perlu
Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dari prosedur
latihan
b. Ajarkan teknik
memori yang
tepat (mis.
Imajinasi visual,
perangkat
mnemonik,
permainan
memori, isyarat
memori, teknik
asosiasi, membuat
daftar, computer,
papan nama)
Kolaborasi
Orientasi Realita
Observasi
a. Monitor
perubahan
orientasi
b. Monitor
perubahan
kognitif dan
perilaku
Terapeutik
a. Perkenalkan nama
saat memulai
interaksi
b. Orientasikan
orang, temapt dan
waktu
c. Hadirkan realita
(mis. Beri
penjelasan
alternative dan
hindari
perdebatan)
d. Sediakan
lingkungan dan
rutinitas secara
konsisten
e. Atur stimulus
sensorik dan
lingkungan ( mis.
Kunjungan
pemandangan,
suara,
pencahayaan,
baud an sentuhan)
f. Gunakan symbol
dalam
mengorientasikan
lingkungan (mis.
Tanda, gambar,
warna)
g. Libatkan dalam
terapi kelompok
orientasi
h. Berikan waktu
istirahat dan tidur
yang sesuai
kebutuhan
i. Fasilitasi akses
informasi (mis.
Televise, surat
kabar, radio), jika
perlu
Edukasi
a. Anjurkan
perawatan diri
secara mandiri
b. Anjurkan
penggunaan alat
bantu (mis.
Kacamata,alat
bantu dnegar, gigi
palsu)
c. Ajarkan keluarga
dalam perawatan
orientasi realita
3. Resiko Jatuh Luaran Utama Pencegahan Jatuh
Defenisi : Kriteria Hasil: Observasi
Berisiko mengalami
a. Jatuh dari tempat a. Identifikasi faktor
kerusakan fisik dan gangguan
tidur menurun resiko jatuh (mis.
kesehatan akibat terjatuh.
b. Jatuh saat berdiri Usia >65 tahun,
menurun penurunan tingkat
Kondisi Klinis Terkait:
c. Jatuh saat duduk kesadaran, deficit
a. Osteoporosis menurun kognitif, hipotensi
b. Kejang d. Jatuh saat ortostatik,
c. Penyakit berjalan menurun gangguan
sebrovaskuler e. Jatuh saat kesimbangan,
d. Katarak dipindahkan gangguan
e. Glaucoma menurun penglihatan,
f. Demensia f. Jatuh saat naik neuropati)
g. Hipotensi tangga menurun b. Identifikasi resiko
h. Amputasi g. Jatuh saat di jatuh setidaknya
i. Intoksitasi kamar mandi sekali setiap shift
j. Preeklampsi menurun atau sesuai
h. Jatuh saat dengan kebijakan
membungkuk institusi
menurun c. Identifikasi faktor
lingkungan yang
meningkatkan
risiko jatuh (mis.
Lantai licin,
penerangan
kurang)
d. Hitung risiko
jatuh dengan
menggunakan
skala (mis. Fall
Morse Scale,
Humpty Dumpty
Scale), jika perlu
e. Monitor
kemampuan
berpindah dari
tempat tidur ke
kusi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
a. Orientasikan
ruangan pada
pasien dan
keluarga
b. Pastikan roda
tempat tidur dan
kursi roda selalu
dalam kondisi
terkunci
c. Pasang handrall/
tempat tidur
d. Atur tempat tidur
mekanis pada
posisi terendah
e. Tempatkan pasien
berisiko tinggi
jatuh dekat
dengan pantauan
perawat dari
nurse station
f. Gunakan alat
bantu berjalan
(mis. Kursi roda,
walker)
g. Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
a. Anjurkan
memanggil
perawat jika
membutuhkan
bantuan untuk
berpindah
b. Anjurkan
menggunakan alas
kaki yang tidak
licin
c. Anjurkan
berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan
tubuh
d. Anjurkan
melebarkan jarak
kedua kaki
untukmeningkatk
an keseimbnagan
saat berdiri
a. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil
perawat
Manajemen
Keselamatan
Lingkungan
Observasi
a. Identifikasi
kebutuhan
keselamatan (mis.
Kondisi fisik,
fungsi kognitif
dan riwayat
perilaku)
b. Monitor
perubahan status
keselamtan
lingkungan
Terapeutik
a. Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan (mis.
Fisik, biologi dan
kimia), jika perlu
b. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya dan resiko
c. Sediakan alat
bantu keamanan
lingkungan (mis.
Commode chair
dan pegangan
tangan )
d. Gunakan
perangkat
pelindung (mis.
Pengekangan
fisik, rel samping,
pintu terkunci,
pagar)
e. Hubungi pihak
berwenang sesuai
masalah
komunitas (mis.
Puskesmas, polisi,
damkar)
f. Fasilitas relokasi
ke lingkungan
yang aman
g. Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan (mis.
Timbal)
Edukasi
a. Ajarkan individu,
keluarga dan
kelompok risiko
tinggi bahaya
lingkungan
9. Daftar pustaka
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart intervensi keperawatan
indonesia edisi 1 cetakan II. Jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan
indonesia edisi 1 cetakan II. Jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia.
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan
indonesia. Jakarta selatan: dewan pengurus pusat persatuan perawat nasional
indonesia.