Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DIMENSI RESPON DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK

OLEH KELOMPOK 1

A.NHURUL FADHILAH (2001015)

ANDRIANI (2001016)

CICI AMELIA (2001017)

NURHIJJAH (2001045)

SUMAR PERNI (2001040)

ANGGI IRIANI SAFITRI (2001049)

FIYANTI HAIDI (2001021)

USWATUN N UR THSASALIYAH (2001043)

EVI PERMATASARI (2001019)

CICI SKALA (2001018)

S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2020 - 2021

BAB I
LATAR BELAKANG
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu,
perawat mengetahui fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan yang
perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun fungsi
komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan Morgen
(1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat membina
hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran
dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga
memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat dari klien. Dari
fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan
dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan adalah
dengan komunikasi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian komunikasi terapeutik


Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan
hubungan perawat-klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas
hubungan serta efektifitas dari asuhan keperawat (Cormier, Cormier dan
Weisser, 1984 : 2).

2. Tujuan komunikasi terapeutik adalah :


 Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan
dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila klien pecaya pada hal yang diperlukan.
 Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakanyang 
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
 Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
3. Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memilikikarakteristik sebagai
berikut (Hamid,1998):
 Kesadaran diri. 
 Klarifikasi nilai.
 Eksplorasi perasaan.
 Kemampuan untuk menjadi model peran.
 Motivasi altruistik.
 Rasa tanggung jawab dan etik.
4. Fungsi komunikasi terapetik
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong
danmengajarkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,me
ngidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakanyang
dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Adapun Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik  adalah:
 Klien merupakan  fokus utama dari interaksi·
 Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik·
 Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat  mempunyai tujuan
terapeutik· 
 Hubungan sosial dengan klien harus dihindari·
  Kerahasiaan klien harus dijaga· 
 Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman·
 Implementasi intervensi berdasarkan teori· 
 Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian
tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat
5. Adapun fase hubungan komunikasi terapeutik di bagi menjadi 4 yaitu :
a. Fase pra interaksi
b. Fase orientasi
c. Fase kerja
d. Fase terminasi
Adapun Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak
berhubungan dengan fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena
tidak diberitahu penyakitnya, pertanyaan yang disepelekan, tidak
mengetahui alasan dan hasil prosedur yang dilakukan atau pengobatan.
Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi perawat-
klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap dan caranya
berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara terapeutik untuk
membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi
masalah kesehatan klien.
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan
dilaksanakan dalam bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena
itu, perawat mengetahui fungsi komunikasi dan sikap serta keterampilan
yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun fungsi
komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan
Morgen (1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat
membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat
menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya
komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan
akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan
tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat
asuhan keperawatan adalah dengan komunikasi. Sikap perawat dalam
komunikasi. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu
berkomunikasi dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik
komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat penting adalah sikap dan
penampilan komunikasi.
Kehadiran fisik, menurut Evans 1975, dikutip dalam Kozier
mengidentifikasi 4 sikap dan cara utnuk menghadirkan diri secara fisik,
yaitu : 
1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"
2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan
menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau
mendengar sesuatu
4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam merespon klien.
Sedangkan kehadiran psikologis dapat dbagi dalam dua dimensi
yaitu dimensi tindakan dan dimensi respon (Truax, Carkhfoff dan
Benerson, dikutip dalam Stuart dan Sundeen, 1987 : 126)
Adapun demontrasi dimensi respon yaitu :
a. Dimensi respon
Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan
klien karena berpengaruh pada interaksi selanjutnya
(Stuart,G.W.,1998).Dimensi respon ini terdiri dari respon perawat yang
ikhlas,menghargai,empati,dan konkrit. Dalam hubungan terapeutik
perawat seharusnya berespons dengan tulus ikhlas, tidak berpura-pura,
serta mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara spontan. Di
samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan
menerima klien apa adanya. Sikap perawat sebaiknya tidak menghakimi,
tidak mengkritik, tidak mengejek ataupun menghina .Menghargai dapat
dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang menangis,minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu.

Adapun dimensi respon dalam komunikasi terapeutik ini antara lain

1. Empati

Empati adalah kesadaran yang objektif akan pikiran dan perasaan


orang lain (Wiseman,1996).Empati merupakan kemampuan untuk masuk
dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan
perasaannya.Perawat memandang permasalahan melalui
kacamataklien,merasakan melalui perasaan klien dan kemudian
mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut.Perawat harus mampu bersikap empati bukan simpati.
Seorang. Perawat memandang melalui pandangan klien, merasakan
melalui perasaan klien dan kemudian mengidentifikasi masalah klien serta
membantu klien mengatasi masalah tersebut. Melalui penelitian, Mansfield
(dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987; 129) mengidentifikasi perilaku verbal
dan non verbal ia menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut:
 Memperkenalkan diri kepada klien.
 Kepala dan badan membungkuk ke arah klien.
 Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan
sumber daya klien.
 Kontak mata dan berespon pada tanda non verbal klien misalnya nada
suara, gelisah, ekspresi  wajah .
 Tunjukkan perhatian, minat, kehangatan, melalui ekspresi wajah.
 Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal.
2. Simpati adalah kesadaran atau perasaan seseorang untuk mengerti dan
merasakan perasaan,pikiran,dan tingkah laku orang lain dengan melibatkan
emosi.Kenapa perawat harus harus bersikap empati bukan simpati? Karena
ketika perawat bersikap simpati,emosinya terlibat dalam merespons klien
sehingga perawat tidak mampu menilai permasalahan klien secara objektif.
Sebagai contoh,ketika seorang klien mengungkapkan kebenciannya
pada seseorang sambil marah-marah,perawat yang bersikap simpati akan
terpancing emosi dan mungkin jadi ikut membenci,tetapi perawat yang
bersikap empati tidak akan terpancing emosi,tetapi tenang sambil
mendengarkan semua ungkapan-ungkapan kliennya.
Ada empat karateristik perawatb yang mampu bersikap empati
(Wiseman,1996) yaitu : Kemampuan melihat permasalahan dari kacamata
klien,tidak bersikap menghakimi,menyalahkan atau menghina,kemampuan untuk
mengerti perasaan orang lain,dan kemapuan mengkomunikasikan pengertiannya
terhadap permasalahan klien.
Wheeler dan Wolberg yang dikutip oleh stuart Sundeen (1998) membagi
empati dalam 2 tipe :
a. Empati Dasar (Basic empaty)
Merupakan respon alamiah dari seseorang untuk mengerti orang lain.
Contoh empati dasar misalnya ketika ada anak kecil menangis,secara spontan
seseorang akan bertanya,”Ada apa nak?bkenapa menangis?” sambil
mengusap kepala anak itu.
b. Empati Terlatih ( Trained Empaty / Clinical Empaty / Profesional Empaty)
Merupakan kemampuan berempati yang diperoleh setelah melalui
training dalam rangka menolong orang lain.Seorang perawat yang telah
belajar komunikasi terapeutik atau yang telah memperolehpelatihan tentang
empati tentu akan mampu berempati secara tepat pada setiap keadaan
kliennya.Misalnya ketika klien menangis menceritakan tentang kesedihannya
ditinggal oleh suaminya,perwat duduk diam mendengarkan
keluhan,kesedihan atau pengingkaran klien sambil mengusap-usapkan
punggung klien dengan lembut.
c. Konkrit
Konkrit adalah dalam berkomunikasi perawat menggunakan
terminologi yang spesifik bukan abstrak.Hal ini perlu untuk menghindarkan
keraguan dan ketidakjelasan.Stuart G.W.(1998) telah mengidentifikasikan
tiga kegunaannya nyaitu :
1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien.Dengan
berespons secara  ekspresi yang konkrit  menunjukkan ekspresi yang
konkrit,bukan berpura-pura disertai pernyataan yang jelas dan sesuai
perawar akan mampu menunjukkan dan mempertahankan responnya
terhadap perasaan klien.
2) Memberi penjelasan yang akurat pernyataan-pernyataan yang konkrit dan
tidak abstrak dari perawat akan mendukung setiap penjelasan yang
disampaikan nya pada klien.Perkataan yang penuh keraguan dan
penggunaan istilah yang tidak dimengerti oleh klien hanya akan
membingungkan klien.
3) Mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik dengan berespons
secara konkrit,perawat dapat mendorong klien untuk lebih focus pada
masalah yang dihadapinya.Hal ini terjadi karena respons yang konkrit
dari perawat menumbuhkan rasa percaya klien sehingga klien mau dan
mampu mengungkapkan masalahnya.
d. keikhlasan
Perawat menyatakan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan
berperan aktif dalam berhubungan demgan klien. Perawat berespon dengan
tulus, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya dan
spontan.
e. Menghargai
Perawat menerima klien apa adanya. Sikap perawat harus tidak
menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek dan tidak menghina. Rasa
menghargai dapat dikomunikasikan melalui: duduk diam bersama klien yang
menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien dan menerima
permintaan klien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu.
Perbedaan hubungan social dan komunikasi terapeutik
Komunikasi Sosial Komunikasi terapeutik
Komunikasi adalah Komunikasi terapeutik
pemindahaninformasi dari satu adalahsuatu pengalaman bersama
orang keorang lain terlepas percaya antara perawat klien yang bertuju
atautidak (Harold Koont dan anuntuk menyelesaikan
CYRIL o’Donell). masalahklien yang
 Komunikasi adalah mempengaruhi perilaku pasien.
proses pengoperasian lambang- 1. Tujuan
lambang yang
a. Kesadaran diri. 
mengandung pengertian antara indiv
b. Klarifikasi nilai.
idu-individu (William Ablig)
c. Eksplorasi perasaan.
1. Tujuan
d. Kemampuan untuk
a. Mampu memahami perilaku menjadi model peran.
orang lain.  e. Motivasi altruistik.
b. Mengenali perilaku bilasetuj f. Rasa tanggung jawab dan
u dan tidak setuju.  etik
c. Memahami perlunya membe
ri pujian. 
d. Menciptakan hubungan pers
onal yang baik. 
e. Memperoleh informasitentan
g situasi atau sikaptertentu
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan
latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasiterjadi
tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu danruang yang
turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihatmelalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.·

Tujuan komunikasi terapeutik adalah :

a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaandan


pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasiyang ada
bila klien pecaya pada hal yang diperlukan. 
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakanyang efek
tif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.· 

Tugas perawat dalam tiap-tiap fase
1. Prainteraksi
Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut
dirisendiri.Menganalisa kemamp. & kekurangan diriMengumpulkan
data klien (bila mungkin)Merencanakan pertemuan pertama dgn klien
2. Orientasi
Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuanMembangun trust,
menerima, dan membuka komunikasi
3. Bersama-sama membuat kontrak
4. Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
5. Mengidentifikasi masalah klien
6. Menetapkan tujuan dgn klien

3. Kerja
Mengekplorasi stressor yg berkaitan
Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien
4. Terminasi
Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai
Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,kehilangan, kesedihan, dan
kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.· 
2. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat


memahami bahwa pentingnya komunikasi dalam kehidupan kita sehari

hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam proses keperawatan


dandiharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang
sesuai dalam pergaulan sehari-hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi
sebagai seorang perawat atau tenaga medis lainnya agar
dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna untuk menjalin kerjasama
dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuanuntuk
kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan
siapapun yang terdapat di tempat kita bekerja

.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/7350901/Makalah_Komunikasi_Terapeutik

https://nareragan.blogspot.com/2012/06/komunikasi-terapeutik-dimensi-
respon.html

Anda mungkin juga menyukai