Anda di halaman 1dari 35

KOMUNIKASI

INTERPERSONAL
DAN
INTRAPERSONAL
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Dwi Oktavyanti S., S.Kep.,M.Si
OLEH

LUH MEGANTINI NIM : 181420109

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKes RANA WIJAYA
TAHUN AJARAN 2019/2020
PENGERTIAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
 Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang
terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam
kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah,
berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.
MODEL KOMUNIKASI INTERPERSONAL
 Model komunikasi di atas dimulai dengan pikiran dan perasaan
pengirim pesan yaitu dunia intra-psikis dan pengetahuan bahwa pikiran
dan perasaan ini harus diubah menjadi sandi ke dalam perilaku (pesan)
jika mereka ingin dikeluarkan dari dunia internal dan berkomunikasi
deangan orang lain (penerima). Pesan dalam bentuk tanda-tanda dan
symbol verbal maupun non-verbal perlu disampaikan dalam berbagai
cara agar indra penerima dapat merasakannya. Dengan indra ini,
penerima mengubah sandi dan menafsirkan isi pesan. Pikiran dan
perasaanya belum tentu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan
pengirim. Pada interaksi manapun, penerima pesan mempunyai pikiran
dan perasaan yang akan diubah dalam bentuk sandi menurut caranya
sendiri dan dikirim kembali ke pengirim awal. Dengan demikian
terjadi komunikasi dua arah.
KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DALAM KEPERAWATAN

 Adatiga jenis komunikasi yaitu komunikasi


verbal, tertulis, dan non-verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik.
KOMUNIKASI VERBAL
 Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan
dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal
terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat
waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Lanjutan...

 Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji


minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi verbal yang efektif harus

 Jelas dan ringkas


Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Kejelasan
dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya
dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah
untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan.
Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan,
siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
Lanjutan...
 Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah
yang dimengerti klien.

 Arti denotatif dan konotatif


Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata
yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, dan
kondisi klien.
Lanjutan...

 selaan dan kesempatan bicara


Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada
pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa
perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu
digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata.. Perawat juga
bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat
atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

 Waktu dan relevansi


Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak
tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena
itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
Lanjutan...

 Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu


pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan
oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan
dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang
produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit,
mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan
dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan
tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk
berkomunikasi dengan klien.
KOMUNIKASI NON-VERBAL
 Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai
evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang
mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
Metakomunikasi, Penampilan Personal, Intonasi (Nada Suara),
Ekspresi wajah, Sikap tubuh dan langkah, Sentuhan.

 1. Metakomunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga
pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu
pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan
perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum
ketika sedang marah.
Lanjutan...
 2.Penampilan Personal.
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul
dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari
kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990
dalam Potter dan Perry, 1993).

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian,


status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang
memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan
profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi
persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima,
karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk
membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra
klien.
Lanjutan...
 3. Intonasi (Nada Suara).
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang
besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena
emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus
menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi
dengan klien, karena maksud untuk menyamakan
rasa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
Lanjutan...
 4. Ekspresi wajah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik,
bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan
sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang
ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak
dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
Lanjutan...
 5. Sikap tubuh dan langkah.
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emosi, konsep diri dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat
dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

 6. Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-
klien, namun harus memperhatikan norma sosial. Sentuhan dengan
berjabat tangan ketika berkenalan dapat mendekatkan diri kita kepada
pasien. Konsep sentuhan yang terapeutik adalah dengan menggunakan
sikap terbuka dalam membatu pasien yang mengalami sakit atau
memerlukan bantuan.
Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan
tanggungjawab dan tugas perawat kesehatan terhadap pasien
adalah :

 1. Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus


mampu menangkap bahwa pasien ingin mencari kesembuhan
penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh perawat.
Dengan pengenalan.

 2. Indetifikasi ( identification ),  interaksi perawat – pasien


hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan, pengertian,
relasi yang saling membantu.
Lanjutan...
 3. Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan
menumbuhkan pengertian pasien terhadap proses system asuhan,
sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang muncul dari
dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain
pasien dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care,
sehingga peran perawat dan pasien dalam proses keperawatan
untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi )
 4. Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat
diketahui melalui hubungan kesetaraan perawat – pasien dengan
menggunakan komunikasi efektif. Harapan, kebutuhan pasien 
merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu
dilakukan terhadap pasiennya Phase yang keempat ini sering kali
disebut dengan phase terminasi.
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap
penyampaian pesan antara lain:
Perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu
diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam
berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus disesuaikan
apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja, dewasa atau usia
lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi

Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian.


Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala persepsi
merupakan suatu hambatan kita dalam berkomunikasi. Karena apa yang kita
persepsikan belum tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh
orang lain.Nilai. Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga
sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai
seseorang.
Lanjutan...
 Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi
sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya
inilah yang akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.

 Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang


suatu peristiwa. Dalam berkomunikasi kita harus
tahu emosi dari orang yang akan kita ajak
berkomunikasi. Karena emosi ini dapat
menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
Lanjutan...
 Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan
jika orang yang kitan ajak berkomunikasi memiliki
tingkat pengetahuan yang berbeda. Untuk itu maka
kita harus bisa menempatkan diri sesuai dengan
tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
 Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan
dengan peran yang sedang kita lakukan. Misalnya
ketika kita berperan membantu pasien akan
berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan yang lain.
Lanjutan...
 Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan
lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang. Kalau tempatnya bising, ruangan
sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat
mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
Faktor yang mempengaruhi hubungan
perawat-pasien yang berkualitas :
 1. Kehangatan dan ketulusan
Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis tetapi suatu kerangka
pikiran yang di dalamnya terdapat penerimaan dan penghargaan pada keunikan setiap
pribadi. Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi dimana pasien
merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam pendapat serta pikiran. Penerimaan pada
pasien dapat dilakukan dengan mendengarkan keluh kesahnya secara penuh. Ini adalah
karakteristik dari situasi pasien yang dating untuk meminta tolong, menjadi sadar
bahwa perawat memahami perasaannya dan siap untuk membantunya.

 2. Pemahaman yang empatik


Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama dengan mengalami
pengalaman itu sendiri. Dalam keperawatan, empati dapat berarti mempersepsikan
dunia sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati bukanlah simpati untuk situasi
atau dilemma seseorang tetapi sebuah kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif
perasaan dari pasien, yang tidak diungkapkan secara lisan
Lanjutan...
 3. Perhatian positif yang tak bersyarat
Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan hanya pada
persepsi dari dirinya sendiri atau dari orang lain. Memiliki
perhatian positif yang tidak bersyarat terhadap pasien, termasuk di
dalamnya mengakui suatu kebaikan pada diri pasien tersebut

 4. Sifat konkrit
Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian yang
saling menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan kata
yang digunakan oleh pasien, terutama dalam menggambarkan
emosinya. Misal : Kata ‘sedih’ dan ‘senang’ bersifat subjektif.
Perawat perlu memperjelas arti kata itu secara perseorangan
dengan si pasien untuk dapat menangkap isi pembicaraan.
Lanjutan...
 5. Kesegeraan
Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan pada masa lalu atau
masa datang. Misal : ketika pasien mengungkapkan perasaan tentang pemeriksaan
terakhir, kita perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat itu, bukan pada
perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.

 6. Konfrontasi
Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu hal. Terkadang orang
membuat generalisasi tentang kejadian, orang, dan perasaan. Untuk membantu
pasien, mungkin kita perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak mereka untuk
menemukan kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit dibawa ke RS,
beliau berpendapat bahwa RS adalah tempat dimana orang meninggal dan bukan
untuk membaik. Untuk meningkatkan motivasi pasien, perawat memberikan ke-
optimisan pada pasien bahwa mereka akan sembuh. Hal itu melalui konfrontasi.
Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor
yang dilakukan perawat kepada pasien :
 Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau
berdiskusi dengan kliennya.
 Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat
untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
 Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan
kliennya.
 Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis
merupakan komunikasi simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
 Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
 Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki
hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
Lanjutan...
 Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan
diri dan keterampilannya.
 Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan
penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan
klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
 Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
 Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan serta mendokumentasikannya
 Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan
memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.
 Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri
sebelum menerima orang lain
PENGERTIAN KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

 Komunikasi Intrapersonal (dirisendiri) adalah


penggunaan bahasa dan pikiran yang
terjadididalam diri komunikator sendiri. Dalam
komunikasi ini, posisi seorang individu menjadi
pengirim(komunikator) sekaligus penerima
pesan(komunikan) yang memberikan feedback
pada dirinya sendiri. Contoh dari komunikasi
iniadalah berdoa, bersyukur, intropeksidiri,
danberkhayal. Komunikasi Intrapersonal sangat
dibutuhkan untuk memahami diri sendiri.
Lanjutan...
 Proses penukaran informasi atau komunikasiyang
dilakukan dua orang atau lebih secara langsung
maupun dengan media yang bertujuan untuk
memperoleh reaksi atau feedback dalam bentuk
verbal atau pun non-verbal. Contohnya saat kita
mengobrol dengan teman, dosen, keluarga, dll.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
INTRAPERSONAL
 Sensasi: tahap awal penerimaan pesan atauinformasi yang diterima oleh
alat indera manusia.
 Persepsi: proses pemberian maknaterhadap informasi yang di tangkap
oleh sensasi. Pemberian makna ini melibatkan unsur subjektif.
 Memori: proses penyimpanan informasi dan evaluasinya dalam kognitif
individu. Kemudian informasi dan evaluasi tersebut dikeluarkan atau
diingat kembali pada suatu saat, baik sadar maupun tidak sadar.
 Berpikir: proses mengolah, memanipulasi informasi untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah. Proses ini meliputi pengambilan
masalah dan berpikir kreatif.
BENTUK –BENTUK KOMUNIKASI
INTRAPERSONAL
CIRI –CIRI KOMUNIKASI
INTERPERSONAL

 1.Dilakukan oleh dua orang atau lebih.


 2.Menggunakan media tertentu ( telepon, handphone,
dll).
 3.Bahasa yang digunakan formal maupun informal.
 4.Bersifat dialogis
TUJUAN KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
 Menyampaikan informasi.
 Berbagi pengalaman.
 Melakukan kerjasama.
 Menumbuhkan motivasi.
 Sebagai sarana pembelajaran.
 Membentuk hubungan dengan yang lain.
 Mengenal diri sendiri dengan orang lain.
 Menceritakan kekecewaan atau kekesalan.
 Mengetahui dunia luar.
 Mengubah sikap dan perilaku.
BENTUK KOMUNIKASI
INTERPERSONAL
Wawancara kerja.
Rapat.
Diskusi.
Belajar kelompok.
Kegiatan jual-beli.

Anda mungkin juga menyukai