Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan salah satu subsitem pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat atau pelayanan kesehatan
dan pelayanan administrasi (Muninjaya, 2004). Rumah sakit mempunyai fungsi dan
tujuan sarana pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan rujukan yang mencangkup pelayanan rekam medis dan penunjang medis
serta dimanfaatkan untuk pendidikan, pelatihan, dan penelitian bagi para tenaga
kesehatan. Tujuan utama kegiatan rumah sakit adalah melayani pasien dan juga
keluarganya dalam berbagai bentuk pelayanan termasuk pelayanan persalinan dan
rekam medis. Pelayanan kesehatan di Indonesia tumbuh dan berkembang secara
tradisional mengikuti perkembangan pasar dan sedikit sekali pengaruh intervensi
pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit pemerintah maupun
swasta sama-sama menggunakan sistem pembayaran jasa per pelayanan (fee for
service) karena secara tradisional sistem itulah yang berkembang. Pembiayaan
kesehatan, atau lebih tepatnya disebut pendanaan kesehatan merupakan suatu cara
dalam memungkinkan seseorang memenuhi seluruh kebutuhan medisnya. Namun
karena sifat pelayanan kesehatan yang tidak pasti waktu dan besarannya, maka
kebanyakan orang tidak mampu mengeluarkan dana untuk memenuhi seluruh
kebutuhan medisnya ketika sakit dan melahirkan cukup berat atau beresiko.
Berdasarkan Undang-undang Dasar Pasal 28-H, Undang-undang Nomor 23/1992
tentang Kesehatan dan Undang- undang Nomor 24/2011 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berharap mendapatkan
pelayanan kesehatan. Individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggung jawab mengatur agar
terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi penduduknya
termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Selanjutnya pada pasal 34 ayat
3 ditegaskan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Program Jampersal telah
memasuki tahun kedua dan telah banyak perubahan-perubahan perbaikan yang
dilakukan, walaupun belum sempurna. Perbaikan mendasar dilakukan sebagai upaya
pengendalian biaya tanpa mengesampingkan pelayanan persalinan yang bermutu,
sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan bersifat efektif, efesien, transparan
dan akuntabel.

1.2 Tujuan
1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui presentasi 10 penyakit tertinggi di RS
Tk. IV Singaraja.
2. Untuk mengetahui salah satu riwayat alamiah dari penyakit tersebut.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 1


1.3 Manfaat
Manfaat penelitian ini bagi peniliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
membuka wawasan berfikir serta dapat mengaplikasikannya ditempat kerja.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 2


BAB II
PEMBAHASAAN

2.1 Profil Rumah Sakit

PROFIL
RUMAH SAKIT Tk. IV SINGARAJA

PROFIL SATUAN
RUMAH SAKIT Tk. IV SINGARAJA

BAB I
Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 3
PENDAHULUAN
1.1 Umum

a. Rumah Sakit Tk. IV Singaraja sebagai Instansi Kesehatan dibawah Denkesyah


Singaraja yang melaksanakan tugas pokok memberikan dukungan kesehatan
dan pelayanan kesehatan, selanjutnya dengan kapasitas lebih yang dimiliki
dimungkinkan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum
disekitarnya dan diharapkan dengan hasil ini instalasi kesehatan wilayah dapat
mandiri.

b. Laporan singkat Rumah Sakit Tk. IV Singaraja ini merupakan evaluasi


kegiatan terhadap pelaksanaan tugas pokok satuan.
1.2 Dasar

a. Kesepakatan kerjasama antara Kementerian Republik Indonesia dengan Kepala


Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Nomor
590/MENKES/SKB/2008. Nomor KERMA/5/VII/2008 tentang Kerjasama
dalam bidang Kesehatan.

b. Surat Perintah Pangdam IX/Udayana Nomor Sprin/76/I/2008 tanggal 14


Agustus 2008 tentang Rumkitban Singaraja berubah menjadi Rumkit Tk. IV
Singaraja.

c. Surat kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng Nomor


440/109.1/Dinkes/2016 tanggal 16 Juni 2016 tentang pemberian ijin
operasional Rumkit Tk. IV Singaraja.
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Maksud pembuatan Profil Satuan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang
situasi dan kondisi Rumkit Tk. IV Singaraja.

2. Tujuan sebagai gambaran kepada Komando atas dan jajaran yang berkompeten
untuk mengetahui kondisi Rumkit Tk. IV Singaraja sebagai dasar dalam
menetapkan keputusan.
1.4 Ruang Lingkup

1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Kondisi Umum Rumkit Tk. IV Singaraja
- Bidang Organisasi
- Bidang Personel
- Bangunan/Gedung
3. Bab III Tugas Pokok
4. Bab IV Fungsi Teknis Medis
5. Bab V Hambatan- hambatan
6. Bab VI Saran
7. Bab VII Kesimpulan
8. Bab VIII Penutup
BAB II

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 4


KONDISI RUMKIT Tk. IV SINGARAJA

a. Bidang Organisasi. Struktur Organisasi yang terbaru adalah hasil


Reorganisasi berdasarkan Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor
Perkasad/16/III/2008 tanggal 28 Maret 2008 bahwa Denkesyah Singaraja
memiliki Rumah Sakit Tk. IV Singaraja.

b. Bidang Personel. Jumlah personel Rumah Sakit Tk. IV Singaraja


berdasarkan Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor
Perkasad/16/III/2008. terdiri dari 94 orang, kurang 36 Orang, nyata 58
Orang. Terdiri dari personel militer dan PNS. Saat ini Rumkit Tk. IV
Singaraja memiliki 1 Orang Dokter Spesialis Orthopedhy , 1 Orang Dokter
Spesialis Bedah, 1 Orang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, 2 Orang
Dokter Umum, 2 Orang Dokter Gigi,1 Orang Penata Radiologi, 1 Orang
Penata Anestesi, 1 orang Analis, 6 Orang Bidan, 26 Paramedis dan 16
Orang non paramedik. Personel tambahan antara lain : Dokter konsultan
berjumlah 6 orang (dokter spesialis Obsgyn, Bedah, Neurologi, Anestesi)
dan dokter WKDS berjumlah 3 orang (dokter spesialis Penyakit Dalam,
Anak dan Obsgyn)
c. Rumah Sakit Tk. IV Singaraja bergabung dengan Markas Denkesyah
Singaraja dalam satu komplek yaitu di jalan Ngurah Rai No. 70 Singaraja
dengan luas tanah 6.495 m2, Luas Bangunan 2.608 m2 Bangunan ini
didirikan pertama kali pada tahun 1957 yang mana dulunya bangunan ini
dipergunakan sebagai kantor PU ( Pekerjaan Umum ) Propinsi Bali. Pada
tahun 1972 bangunan ini dipergunakan sebagai Rumah Sakit Tk. IV
Singaraja dan sudah memiliki Sertifikat dan terakhir direnovasi pada tahun
1992. Sehingga dari segi konstruksi dan desain bangunan belum
mengikuti desain sebagai layaknya rumah sakit.

Rumah Sakit Tk. IV Singaraja memiliki ruangan-ruangan sebagai berikut :

1. Ruang Karumkit
2. Ruang Staf Yanmasum
3. Ruang Urdal
4. Ruang VIP (R. Cendrawasih dan R. Kasuari 1, 2 dan 3 )
5. Ruang Kelas I ( R. Kenari 1, 2 dan 3 )
6. Ruang Kelas II ( R. Merak dan R. Camar )
7. Ruang Kelas III ( R. Nuri 1, R. Gelatik/R. Anak, R. Nuri 3/R. Bersalin )
8. Ruang Kamar Operasi 1 dan Ruang Persiapan/Pre Ops
9. Ruang Observasi
10. Ruang Instalasi Farmasi
11. Ruang Laboratorium
12. Ruang Rontgen
13. Ruang Dapur dan Laundry
14. Ruang Poliklinik ( Umum, Gigi, Spesialis )
15. Ruang IGD
16. Ruang Mini CSSD

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 5


17. Ruang Mushola
18. Ruang Pertemuan

BAB III
TUGAS POKOK

a. Rumah Sakit Tk. IV Singaraja merupakan bagian dari Denkesyah Singaraja


sehingga tugas pokok Rumah Sakit Tk. IV adalah mendukung tugas-tugas dari
Denkesyah Singaraja yaitu memberikan Dukungan Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan untuk mendukung tugas-tugas pokok dari Komando atas

b. Fungsi pelayanan umum terhadap masyarakat, dengan memanfaatkan kapasitas


lebih.
BAB IV
FUNGSI TEKNIS MEDIS

a. Mengingat populasi anggota TNI AD, PNS TNI AD, dan keluarga serta
masyarakat umum yang dilayani cukup banyak di Singaraja maka Rumkit Tk. IV
Singaraja disamping rawat jalan juga melaksanakan pelayanan rawat mondok,
karena jumlah personel Rumah Sakit Tk. IV Singaraja tidak mungkin bisa
melaksanakan pelayanan maksimal, maka beberapa personel Denkesyah
Singaraja diperbantukan ke Rumkit Tk. IV Singaraja. Dalam rangka peningkatan
kualitas Rumkit Tk. IV Singaraja juga bekerja sama dengan Dokter Spesialis di
Singaraja sebagai Dokter Konsultan/Tamu dan melaksanakan beberapa pelatihan.

b. Rumah Sakit Tk. IV Singaraja sebagai bagian dari sistem Kesehatan Nasional dan
sarana teritorial harus memberikan bantuan pelayanan medis kepada masyarakat
umum, berupa rawat jalan, rawat mondok dan emergency.

c. Personel yang mengelola pelayanan kesehatan terhadap masyarakat umum baik


administrasi maupun teknis medis adalah personel Rumah Sakit Tk. IV Singaraja
secara fungsional sesuai bidang masing-masing.

d. Sedangkan untuk kasus-kasus yang memerlukan tindakan keahlian ditangani oleh


para Dokter Ahli sesuai kerja sama yang diuraikan diatas.

BAB V
HAMBATAN-HAMBATAN

a. Dikaitkan dengan daftar susunan personel yang ada masih kurang terutama dalam
hal pelayanan perumahsakitan yang optimal sehingga diperlukan tenaga pengabdi.

b. Kurangnya Dokter Spesialis terutama Dokter Spesialis Penyakit dalam dan Dokter
Spesialis Anak, sehingga pelayanan kesehatan belum bisa maksimal

BAB VI

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 6


SARAN

a. Perlu penambahan personel di Rumah Sakit Tk. IV Singaraja, sehingga


pelayanan pasien bisa maksimal.

b. Perlu Penambahan Dokter Spesialis (Obsgyn, Anak, Penyakit Dalam dan Dokter
Spesialis Anestesi)

c. Perlu Duk Ko Atas supaya realisasi rehab bangunan Rumkit segera


dilaksanakan.

d. Perlu peningkatan sumber daya manusia untuk kelancaran dalam bidang


pelayanan kesehatan.
BAB VII
KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan segala keterbatasan yang ada Rumah
Sakit Tk. IV Singaraja berupaya melaksanakan tugas-tugas secara maksimal, adapun
langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a. Bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Singaraja beserta
jajarannya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan.
b. Megikuti Pelatihan-Pelatihan dalam hal pelayanan kesehatan.
c. Menerima tenaga pengabdi terutama tenaga paramedis untuk peningkatan
pelayanan kesehatan.
d. Upaya pemeliharaan bangunan melalui program harbang dari PNBP
Yanmasum dan Harbang dari dana APBN.

BAB VIII
PENUTUP

Demikian Profil Satuan ini dibuat, agar dipakai sebagai pedoman serta gambaran tentang
situasi dan kondisi Rumah Sakit Tk. IV Singaraja.

Singaraja, Januari 2019


Kepala Rumah Sakit Tk. IV Singaraja

dr. Rinie Indah Chandra Wirasati,Sp.KJ


Mayor Ckm (K) NRP 11050030140179

2.2 Hasil Pengamatan

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 7


DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH SINGARAJA
RUMAH SAKIT Tk. IV SINGARAJA

10 BESAR PENYAKIT RAWAT JALAN


T.A 2018

NO ICD NAMA PENYAKIT LK PR TOTAL


1. Z09.8 Therapy kondisi lain (Jiwa, 739 633 1372
Interna, Syaraf)
2. Z47 Diare 331 194 525
3. T14.9 Asthma 135 103 238
4. R10 Vertigo 49 53 102
5. A68 Penyakit Sistim Kemih 47 25 72
6. J45 ISPA 19 40 59
7. Z39 Perawatan Pemeriksaan 0 48 48
Pasca Persalinan
8. E11 Diabetes Militus 33 14 47
9. J06 Infeksi Kulit 20 24 44
10. K05 Epilepsi 23 16 39

2.3 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT DIARE

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini disebabkan oleh mikroorganisme baik bakteri, parasit, maupun
virus diantaranya rotavirus, E. Coli, dan Shigella. Penyebaran mikroorganisme ini
dapat terjadi melalui jalan fekal dan oral. Pada tahap ini belum ditemukan tanda-
tanda penyakit bila daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang
penyakit dan apabila daya tubuh penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus
masuk dalam tubuh.
2. Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi
Virus (Salmonella, Shigella, E.coli, V.Cholerae) masuk kedalam tubuh dengan
menginfeksi usus baik pada jeyenum, ileum, dan colon. Setelah virus
menginfeksi usus virus menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus
berkembang dan memproduksi enterotoksin. Masa inkubasi biasanya sekitar
2-4 hari, pasien sudah buang air besar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-
gejala lain.
b. Tahap Penyakit Dini
Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 8
 Kehilangan cairan 5% berat badan.
 Kesadaran baik (somnolen).
 Mata agak cekung
 Turgor kulit kurang dan kekenyalan kulit normal.
 Berak cair 1-2 kali perhari.
 Lemah dan haus.
 Ubun-ubun besar agak cekung.

3. Tahap Postpatogenesis
a. Tahap Penyakit Lanjut
 Kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan.
 Keadaan umum gelisah.
 Rasa haus (++).
 Denyut nadi cepat dan pernafasan agak cepat.
 Mata cekung.
 Turgor dan tonus otot agak berkurang.
 Ubun-ubun besar cekung.
 Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali sekitar 1-2
detik
 Selaput lendir agak kering.

b. Tahap Akhir
 Kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan.
 Keaadaaan umum dan kesadaran koma atau apatis.
 Denyut nadi cepat sekali.
 Pernafasan kusmaul (cepat dan dalam).
 Ubun-ubun besar cekung sekali.
 Mata cekung sekali.
 Turgor atau tonus kurang sekali.
 Selaput lendir kurang atau asidosis.
Pada tahap ini bila mendapat penanganan yang baik maka pasien dapat
sembuh sempurna tetapi bila tahap ini tidak mendapat penanganan yang baik
maka dapat mengancam jiwa (kematian).

2.4 PEMBAHASAN

1. Definisi Diare

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 9


Diare berasal dari kata diarolla (bahasa yunani) yang berarti mengalir terus,
merupakan suatu keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang terlalu frekuen.
(Smeltzer & Bare, 2002). Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi
yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari
200g/hari) dan konsistensi atau feses cair (Smeltezer & Bare, 2002). Diare
merupakan pengeluaran feses yang sering berupa cairan abnormal dan encer.
Diare dapat digolongkan menjadi ringan sedang atau beart, akut atau kronis,
meradang atau tidak meradang. Gangguan ini merupakan manifestasi dari
transportasi cairan dan elektrolit yang abnormal (Muscari, 2005).
2. Pengertian Diare
Dengan demikian, secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat
disebutkan bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar
yang sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek
sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
3. Faktor Penyebab
Diare dapat dikatakan sebagai masalah pedriatik sosial karena diare merupakan
salah satu penyakit utama yang terdapat di Negara berkembang dimana adanya
faktor penyebab (agent), penjamu (host), dan factor lingkungan (environment)
menurut (Suharyono, 2008).
1) Bakteri , virus, parasit ( jamur, cacing , protozoa)
Macam-macam bakteri dan parasit yang biasa menyerang perut :
 E. Coli bacteria
 Salmonella enteritidis bacteria
 Compylobacter bacteria
 Shigella bacteria
 Giardo parasite
2) Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun
bahan kimia.
3) kekurangan gizi misalnya : kelaparan, kekurangan zat putih telur.
4) Tidak tahan terhadap makanan tertentu.
5) Reaksi Obat.
6) Contoh antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung
magnesium.
4. Gejala Penyakit Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai :
1) Muntah
2) Badan lesu atau lemah
3) Panas
4) Tidak nafsu makan
5) Darah dan lendir dalam kotoran

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 10


Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula
mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu
misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri
dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam
tinggi.
5. Cara penularan
Faktor yang meningkatkan penyebaran kuman penyebab diare:
1) Tidak memadainya penyediaan air bersih
2) Air tercemar oleh tinja
3) Pembuangan tinja yang tidak hygienis
4) Kebersihan perorangan dan lingkungan jelek
5) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya
6) Penghentian ASI yang terlalu dini
6. Interaksi Host, Agent, dan environment dalam timbulnya penyakit diare
analisis triad epidemiologi.
1) Host
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah :
a) Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Apabila daya tubuh host baik maka virus tidak dapat masuk ke
dalam tubuh, apabila daya tahan tubuh jelek dan host tidak
memelihara personal hygine yang baik maka virus dengan mudah
masuk dalam tubuh host.
b) Umur
Kebanyakan host yang terkena diare lebih sering pada kelompok
usia 21-40 tahun (51,2%) dan pada anak-anak (&%%) jadi diare
lebih sering menyerang pada anak-anak.
c) Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki mendominasi angka kejadian diare sekitar
86,8% dan jumlahnya lebih banyak dari pada perempuan sekitar
21% dikarenakan laki-laki kurang biasa memelihara personal
hygine yang baik.
d) Adat kebiasaan
Bila host kurang biasa memelihara personal hygine maka sangat
mudah virus masuk dalam tubuh.

2.Agent
a) Golongan biologi
Virus : retovirus, E.Coli, shiggela dan salmonella, virus colerae.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 11


b) Lingkungan non fisik
Lingkungan dengan sosial ekonomi yang rendah serta adaptasi
kebiasaan yang kurang baik atau prilaku yang kurang baik dalam
memelihara personal hygine sangat berpotensi terjadinya diare.
c) Lingkungan biologis
Lingkungan yang dekat dengan hewan-hewan peliharaan yang
kurang terjaga kebersihannya seperti kotoran binatang maka dapat
dengan mudah virus masuk dalam tubuh apabila host tidak
menjaga kebersihan. Virus dari diare dapat dibawa oleh human
reservoir. Interaksi ketiga variabel tersebut. Lingkungan yang tidak
bersih dapat menyebabkan kuman penyebab diare berkembang
dengan pesat. Prilaku host juga dapat menjadi penyebab kuman
diare masuk ke dalam tubuh host sendiri melalui jalur fekal oral.

7. Faktor Resiko Diare


Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan diare antara lain :
a) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk bayi 0-6 bulan pertama
kehidupan bayi.
b) Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk.
c) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara
penyapihan yang tidak baik.

8. Model Epidemiologi

1. Kemampuan agen untuk menginfeksi inang meningkat

Adanya mutasi pada virus sehingga meningkatkan agent, hal ini karena virus
lebih banyak berkembang biak di lingkungan yang mengakibatkan daya tahan
tubuh host atau manusianya menurun dan dapat terkena penyakit diare.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 12


2. Kepekaan inang terhadap agen meningkat

Jumlah peningkatan kerentanan pada host (jumlah balita meningkat), hal ini
karena balita atau anak-anak memiliki daya tahan tubuh yang belum kuat,
sehingga rentan akan penyakit atau agent yang ada di lingkungan. Khususnya
pada penyakit diare karena penyakit ini banyak menyerang bayi, balit maupun
anak-anak.

3. Lingkungan berubah sehingga agen penyakit menyebar di lingkungan

Selama ini masyarakat kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, contohnya


masih banyak warga yang belum menggunakan jamban pribadi untuk melakukan
buang air besar. Kebanyakan masyarakat masih melakukan buang air besar di
sungai dan di kebun setelah melakukan buang air besar, terkadang mereka tidak
mencuci tangan dengan sabun sampai bersih, sehingga menyebabkan agen
penyakit menyebar di lingkungan.

9. Tingkat Pencegahan Penyakit Diare


1. Pencegahan primer

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 13


Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab,
lingkungan dan faktor penjamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai
upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air
bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk
memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari
penjamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian
imunisasi.
Pencegahan dapat di lakukan pada prepatogenesis yaitu dengan :

a. Melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya cuci tangan sebelum


dan sesudah kegiatan.
b. Melakukan pencegahan dengan metode preventif:
1. Memelihara personal hygiene yang baik
2. Menutup makanan supaya tidak di hinggapi lalat
3. Menjaga kebersihan alat-alat makan dan minum
4. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
5. Penyediaan air bersih

2. Pencegahan skunder
a. Tahap inkubasi
Pada tahap ini pasien dapat diberi :
1. Diberi oralit
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindari efek buruk pada status gizi.
3. Berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah
dehidrasi.
b. Tahap penyakit dini
1. Tiga jam pertama berikan oralit sesuai dengan ketentuan.
2. Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian anak
kemudian oilih rencana A, B, atau C untuk melanjutkan pengobatan.

a) Bila tidak ada rehidrasi, anak biasanya kencing dan lelah kemudian
mengantuk dan tidur.
b) Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan atau sedang tawarkan
makanan susu dan sari buah.
c) Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat maka secepatnya rehidrasi
cairan dan amati dengan seksama anak.
c. Tahap akhir
Biasanya pasien diamati kurang lebih 6 jam setelah pemberian oralit terus
berikan antibiotik. Dan berikan cairan intra vena. Pada tahap ini baik
pasien bisa sembuh sempurna.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 14


3. Pencegahan tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecacatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada
tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitas untuk mencegah terjadinya akibat
dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Diare merupakan penyakit yang umumnyan diakibatkan oleh infeksi, virus, bakteri
atau disebabkan oleh faktor makanan maupun psikologis orang yang mengalami diare

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 15


yang dapat menyebabkan dehidrasi, syok,dan kematian. Berdasarkan pada hasil
pembahasaan dapat disimpulkan bahwa penyakit diare dapat dicegah dengan
peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, memelihara personal hygiene yang
baik, menutup makanan supaya tidak di hinggapi lalat, menjaga kebersihan alat-alat
makan dan minum, mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan, terus
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.

DAFTAR PUSTAKA

A.A. Muninjaya. (2004). Manajemen kesehatan.jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC :


220-234.

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 16


Smeltzer,Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah
Brunner dan Suddarth ( Ed. 8, Vol. 1, 2 ), alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk), EGC,
Jakarta.
Muscari, Mary E. (2005). Panduan Belajar keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC
Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan Laboratorik Cetakan Kedua. Jakarta : rineka Cipta

Makalah Epidemiologi “Observasi RS Tk IV Singaraja ” STIKes Rana Wijaya Page 17

Anda mungkin juga menyukai