Anda di halaman 1dari 9

A.

Latar Belakang Permasalahan

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam

perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi

karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari

nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai

sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Orang bisa

merasakan dan menghayati benar-benar orang lain yang sedang dirundung

kemalangan, namum orang juga bisa memperlihatkan persaan sedih (simpati), misalnya

pada waktu mengunjungi orang sakit atau melayat pada suatu perkabungan dan tetap

memisahkan diri, tanpa penghayatan atau seperasaan sebagai atau dengan orang lain

yang dikunjungi. Jadi ia bisa seolah-olah menghayati perasaan sedih terhadap orang

lain, namun keadan sebenarnya tidak seperti itu.

3. Pentingnya Empati Dalam Pendidikan

Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia. Mampu

merasakan kondisi emosional orang lain, maka kita bisa membina relationship yang

akrab dengan orang lain. Untuk memahami empati juga bisa diperoleh dari beberapa

pendekatan atau dalam perannya dalam hubungan antar pribadi, disamping perannya

dalam kegiatan untuk mempengaruhi atau mengubah orang lain melalui konseling atau

psikoterapi yang sifatnya banyak beroroientasi klinis (Gunarsa).

Secara sederhana, empati dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk

membayangkan diri sendiri berada pada tempat dan pemahaman yang dimiliki orang

lain, mencakup perasaan, hasrat, ide-ide, dan tindakan-tindakannya. Istilah ini awalnya

biasa digunakan dengan rujukan khusus pengalaman estetis. Namun belakangan, istilah

ini diterapkan lebih luas dalam hubungan interpersonal. Empati dinilai penting

perannannya dalam meningkatkan kualitas positif hubungan interpersonal.

Dalam perkembangannya, empati menjadi terbukti bagian penting juga dalam


proses belajar mengajar. Untuk menjadi pengajar yang efektif, orang perlu memiliki

kemampuan ini. Seorang pengajar memerlukan empati untuk memahami kondisi

muridnya untuk dapat membantunya belajar dan memperoleh pengetahuan. Pengajar

yang tidak memahami perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, motif-motif dan orientasi

tindakan muridnya akan sulit untuk membantu dan memfasilitasi kegiatan belajar

murid-muridnya.

Secara umum, unsur-unsur empati adalah sebagai berikut:

1. Imajinasi yang tergantung kepada kemampuan membayangkan; di sini imajinasiberfungsi untuk


memungkinkan pengandaian diri seseorang sebagai orang lain.

2. Adanya kesadaran terhadap diri sendiri (self-awareness atau selfconsciousness); secara khusus
pandangan positif terhadap diri sendiri, secara umum penerimaan (dalam arti pengenalan) apa adanya
terhadap kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

3. Adanya kesadaran terhadap orang lain; pengenalan dan perhatian terhadap orang lain; secara khusus
pandangan positif terhadap orang lain, secara umum penerimaan apa adanya terhadap kelebihan dan
kekurangan orang lain.

4. Adanya perasaan, hasrat, ide-ide dan representasi atau hasil tindakan baik pada orang yang berempati
maupun pada orang lain sebagai pihak yang diberi empati disertai keterbukaan untuk saling memahami
satu sama lain.

5. Ketersediaan sebuah kerangka pikir estetis; ini merupakan dasar untuk menampilkan respons yang
dianggap pantas dan memadai agar kesesuaian antara orang yang berempati orang yang menjadi sasaran
empati dapat tercapai (agar tidak menjadi pelanggaran privasi atau perilaku ‘sok tahu); kerangka pikir
estetis selalu tergantung pada budaya, masyarakat dan konteks jaman.

6. Ketersediaan sebuah kerangka pikir moral; dalam konteks pendidikan kerangka ini merupakan
panduan untuk pembentukan dan pengembangan kompetensi dan karakter guru dan murid; juga
tergantung kepada budaya masyarakat dan konteks jaman.

Empati, baik untuk pengajar maupun pelajar, semakin diperlukan dalam

pendidikan dalam upaya mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Jika kita bertanya

apa karakteristik dari pelajar yang sukses maka banyak ahli psikologi pendidikan

menjawab: berpengetahuan, mampu menentukan diri sendiri, strategis dan empatik

(Jones, 1990).
Dari segi sosial, empati menjadi lebih penting lagi bagi seorang pengajar.

Hilangnya empati dapat melahirkan kecenderungan pengajar melakukan abuse dan

eksploitasi terhadap murid-muridnya. Tingkah laku agresif guru terhadap murid banyak

terjadi karena terhambatnya empati guru. Tugas yang berat dan menyiksa murid,

hukuman yang berlebihan, serta ketakpedulian pengajar terhadap apa yang dialami

muridnya merupakan tanda-tanda rendahnya empati yang pengajar.

C. Kesimpulan

Empati adalah pondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia. Mampu

merasakan kondisi emosional orang lain, maka kita bisa membina relationship yang

akrab dengan orang lain. Sejalan dengan Rogers, Gallo (1989) menyatakan bahwa

sebuah respons empatik mengandung baik dimensi kognitif maupun afektif.

Istilah empati digunakan paling tidak dalam dua pengertian: (1) sebuah respons kognitif utama

untuk memahami bagaimana orang lain merasa; (2) kebersamaan afektif yang setara

dengan orang lain. Dengan demikian, empati juga dapat dipahami sebagai pemahaman

yang intim bahwa perasaan-perasaan, pikiran-pikiran dan motif-motif seseorang

dimengerti secara menyeluruh oleh orang lain, disertai ungkapan penerimaan terhadap

keadaan orang lain.

Catur Iswayudi. Perlunya Empati dalam Pembelajaran. http://catur.dosen.akprind.ac.id/

2009/0/06/perlunya-empati-dalam-pembelajaran/

Dewi, R. L. (1995). Studi Mengenai Intensi Prososial Pelajar SLTA pada Sekolah

Koedukasi dan Nonkoedukasi, Skripsi, Yogyakarta: tidak dipublikasikan

Gunarsa, Singgih, (19..). konseling dan psikoterapi, Jakarta.: PT BPK Gunung Mulia

Smith, P. B. (1994). Social Psychology Across Cultures, Analysis and Perspective,

Boston: Allyn and Bacon


Sebagian besar orang beranggapan bahwa berkomunikasi itu sesuatu hal yang mudah dilakukan,
mengingat semenjak kecil kita sudah biasa melakukannya. Namun dalam konteks tertentu, terutama jika
komunikasi yang ingin kita lakukan bertujuan untuk mendapatkan efek dari komunikan, maka kita akan
berfikir dua kali untuk mengatakan bahwa berkomunikasi itu mudah. Janganjangan kita justru akan
mengalami kesulitan yang luar biasa dalam melakukan komunikasi, terlebih jika efek dimaksud sesuai
dengan yang kita inginkan, dan pada komunikan yang jumlahnya banyak. Dalam kondisi demikian, tentu
ada beberapa syarat yang harus kita penuhi sebagai seorang komunikator agar pesan yang akan kita
sampaikan tadi didengar oleh komunikan dan menghasilkan efek tertentu. Terpenuhinya syarat-syarat itu
dengan sendirinya akan membuat komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif.
Pada hakekatnya, hubungan antara dokter dengan pasien tidak dapat terjadi tanpa

melalui komunikasi, termasuk dalam pelayanan medis, komunikasi merupakan proses timbal

balik yang berkesinambungan yang menyangkut dua pihak (Veronica, 1999). Komunikasi

dokter-pasien merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang

dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan

pada akhirnya menghasilkan suatu hubungan yang produktif secara terus menerus dan

diharapkan terjadinya suatu komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien.

Untuk mewujudkan suatu komunikasi interpersonal yang baik, maka harus dipahami 7

(tujuh) karakteristik dari komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Adanya keterlibatan perilaku verbal dan non verbal

2. Keterlibatan perilaku spontan, tepat dan rasional

3. Komunikasi yang bersifat dinamis

4. Adanya umpan balik, hubungan interaksi dan koherensi (keterkaitan pernyataan satu

dengan yang lainnya)

5. Adanya tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

6. Merupakan suatu kegiatan dan tindakan

7. Adanya tindakan persuasive

Anamnesa atau riwayat kesehatan adalah berasal dari kata anamnesis (Yunani “ana” berarti membawa

dan “mnesis” yang berarti baru, memori) adalah sebuah wawancara yang dilakukan oleh profesional

kesehatan kepada pasien, yang dimaksudkan untuk menjadi titik awal dalam mendiagnosis penyakit.

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan

berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four).

Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara

mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

3. Riwayat Penyakit Keluarga

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Anamnesis yang berkaitan dengan keluhan utama, yaitu keluhan yang membuat pasien

datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pertolongan atau penyelesaian

masalah kesehatan yang dihadapinya. Namun sebelum dokter lebih jauh menanyakan

tentang keluhan utama, maka sangat diperlukan juga mengenal data diri pasien yang

diperlukan untuk mengelola pasien secara holistik komprehensif. Identitas atau data diri

pasien yang diperlukan antara lain:

1) Nama,

2) Umur,

3) Jenis kelamin,

4) Bangsa dan suku,

5) Tempat tinggal atau alamat,

6) Pekerjaan,

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari keluhan utama, dilanjutkan

anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir kata mutiara (The Sacred

Seven), yaitu:

1) Lokasi

2) Onset atau kronologis

3) Kuantitas atau derajat keluhan

4) Kualitas atau sifat keluhan

5) Faktor-faktor yang memperberat keluhan

6) Faktor-faktor yang memperingan keluhan

7) Analisis sistem lain yang menyertai keluhan


2. Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya

dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan

dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan

lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak

keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi

Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan

pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obatobatan,

aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan

TAHAP – TAHAP ANAMNESIS yang terdiri atas:

1. Initial exploration : Berisi keluhan utama pasien.

2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari sisi

penyakit maupun perspektif pasien.

3. Essential background information.

- Estes, M.E.Z. (2016). Health Assessment and Physical Examination,


5th Edition. Boston: Cengage Learning.

Innes, J.A., Dover, A.R. & Fairhurst, K. (2018). MacLeod's Clinical


Examination, 14th Edition. Philadelphia: Elsevier.

Bickley, L.S. & Szilagyi, P.G. (2016). Bates' Guide to Physical


Examination and History Taking, 13th Edition. Philadelphia:
Wolters Kluwer.
Kadun, M., & Zaly, N. W. (2020). Gambaran Praktek Ibadah Sholat Pasien Yang Dirawat Dirumah
Sakit X. Journal of Islamic Nursing, 5(1), 48-53.

Tahapan Pemeriksaan Thorax


Pemeriksaan thorax meliputi 4 tahapan, yaitu mengamati, meraba, mengetuk, dan
mendengarkan suara jantung serta paru-paru dengan stetoskop. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai keempat tahapan tersebut:

1. Inspeksi atau pengamatan


Pada tahapan ini, pemeriksaan bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran, dan warna kulit,
serta pergerakan otot-otot dada saat bernapas.

Melalui pemeriksaan inspeksi, dokter dapat mencurigai adanya kelainan tulang dada dan
punggung atas. Selain itu, dokter juga bisa menilai posisi dan penggunaan otot bantu
pernapasan yang khas, misalnya pada pasien asma atau pasien dengan penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).

2. Palpasi atau perabaan


Palpasi adalah metode pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter dengan melakukan perabaan
pada permukaan tubuh dengan tangan dan jari. Pada palpasi dada, dokter akan menilai tekstur,
pergerakan, getaran aliran udara di dada, dan tulang dada.

Apabila teraba tekstur seperti busa pada dinding dada dan terdengar suara gemeretak, dokter
dapat mencurigai patah tulang.

3. Perkusi atau ketukan


Perkusi dada dapat dilakukan oleh dokter dengan mengetukkan jari di sejumlah area pada
permukaan dada maupun punggung atas. Bunyi dari ketukan ini bisa menggambarkan kondisi
organ di bawahnya.

Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mencurigai beragam gangguan paru-paru, seperti efusi
pleura atau pneumothorax, dan kelainan jantung seperti kardiomegali.

4. Auskultasi
Auskultasi adalah metode pemeriksaan untuk mendengarkan bunyi dari dalam tubuh dengan
menempelkan stetoskop di area tertentu. Pemeriksaan bunyi jantung dilakukan di dada sebelah
kiri, sedangkan pemeriksaan bunyi paru-paru dilakukan di seluruh bagian dada.

Apabila hasil pemeriksaan thorax dianggap tidak normal, dokter akan menganjurkan untuk
melakukan pemeriksaan lanjutan guna memastikan diagnosis, seperti foto Rontgen dada atau
elektrokardiogram.
4. Buku Manual Ketrampilan Klinik, 2018, Universitas Sebelas
Maret
5. PD IDI, 2017, Panduan Ketrampilan Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Kesehatan Primer

Anda mungkin juga menyukai