ANAMNESIS
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran,
adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. 2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. 4. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut,
pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras,
status pernikahan, agama dan pekerjaan.
4. Riwayat sosial dan ekonomi Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang
meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola
tidur, minum alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).
HAMBATAN KOMUNIKASI
4. Emosi Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan
sangat memengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama tatkala
diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada
saat seseorang tersebut dalam keadaan senang. Emosi-emosi yang ekstrem pada saat
senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang
efektif.
5. Bahasa Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula.
Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian banyak variabel
yang jelas sangat memengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi
yang diberikannya pada kata-kata. Para pengirim informasi cenderung berasumsi
bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama
dengan yang dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini sering tidak tepat.
6. Petunjuk nonverbal Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang
dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh
komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika
kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan gerakan tubuhnya
menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang
marah. Namun demikian, ketika petunjuk nonverbal tidak bersesuaian dengan pesan
lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.
MACAM” KOMUNIKASI
SAJI
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,
yaitu SAJI (Poernomo, leda SS, Program Family Health Nutrition, Dekes RI, 1999).
S
= Salam
= Ajak Bicara
= Jelaskan
= Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam
usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, vang tidak mudah dingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru.
Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap hal-hal yang mash belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang
kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting
Asbabunnuzul ayat ini sesuai yang tertulis dalam tafsir Al-Jalalain bahwa
satu waktu ketika datang Abdullah Ibnu Ummi Maktum menjumpai Nabi,
sedangkan waktu yang bersamaan Nabi sedang terkonsentrasi terhadap pembesar
Qurais yang sangat keras terhadap Islam dan berharap mereka masuk Islam (As
Suyuthi, 2007:585). Sementara di dalam tafsir Al-Mausuatu Al-Qur’aniyatu Al
Muyassiroh menjelaskan asbabun nuzul surat ‘abasa ketika datang seorang
bernama Abdullah bin ummi Maktum kepada Rasulullah saw. lalu Rasulullah
saw. bermuka masam dan berpaling daripadanya, Karena beliau sedang
menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar
tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat Ini sebagai teguran kepada
Rasulullah saw.