Anda di halaman 1dari 5

METODE KOMUNIKASI

1. Komunikasi informatif (informative communication)


Teknik komunikasi informatif adalah suatu teknik penyampaian pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. ( Maryana
Dina, 2016)
2. Komunikasi persuasif (persuasive communication)
Komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sika, pendapat, dan perilaku.
(Effendy 2008:21-22)
3. Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication)
Komunikasi koersif adalah komunikasi berupa perintah, instruksi, bahkan suap,
pemerasaan dan boikot. (Effendy 2008:21-22)
4. Hubungan manusiawi (human relations)
Hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam komunikasi antarpersona (interpersonal
communication) sebab berlangsung pada umumnya antara dua orang secara dialogis.
(Effendy, 2003:138)

ANAMNESIS

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran,
adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. 2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. 4. Riwayat Sosial dan Ekonomi Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut,
pertama yang harus ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras,
status pernikahan, agama dan pekerjaan.

1. Riwayat Penyakit Sekarang


Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah
keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan
utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama,
dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara
anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama

2. Riwayat Penyakit Dahulu Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa


sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa
saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit
kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
3. Riwayat Penyakit Keluarga Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya
penyakit keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau
riwayat penyakit yang menular.

4. Riwayat sosial dan ekonomi Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang
meliputi pendidikan, pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola
tidur, minum alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan,
asuransi kesehatan dan kepercayaan).

HAMBATAN KOMUNIKASI

1. Penyaringan (filtering) Penyaringan mengacu pada manipulasi informasi secara


sengaja oleh pengirim berita sehingga informasi tersebut akan tampak lebih
menyenangkan bagi penerima informasi.

2. Perspektif selektif Permasalahan ini dapat muncul karena si penerima informasi,


dalam proses komunikasi, melihat dan mendengar sesuatu dengan selektif
berdasarkan pada kebutuhan, motivasi, pengalaman, latar belakang, dan karakteristik
kepribadian lainnya. Penerima informasi juga dipengaruhi oleh kepentingan dan
harapan-harapannya dalam proses komunikasi ketika ia menerjemahkan informasi.

3. Gaya Gender Laki-laki maupun perempuan menggunakan komunikasi lisan untuk


alasan yang berbeda. Sehingga konsekuensinya, jenis kelamin menjadi hambatan bagi
komunikasi yang efektif antara kedua jenis kelamin tersebut.

4. Emosi Perasaan penerima informasi pada saat penerimaan pesan komunikasi akan
sangat memengaruhi cara seseorang menafsirkannya. Pesan yang sama tatkala
diterima pada saat kondisi sedang marah atau bingung akan ditafsirkan berbeda pada
saat seseorang tersebut dalam keadaan senang. Emosi-emosi yang ekstrem pada saat
senang atau saat tertekan akan berkecenderungan menghambat komunikasi yang
efektif.

5. Bahasa Kata-kata mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang berbeda pula.
Usia, pendidikan, dan latar belakang budaya adalah tiga dari sekian banyak variabel
yang jelas sangat memengaruhi bahasa yang digunakan oleh seseorang dan definisi
yang diberikannya pada kata-kata. Para pengirim informasi cenderung berasumsi
bahwa kata-kata dan istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki arti yang sama
dengan yang dipahami oleh si penerima informasi. Asumsi ini sering tidak tepat.

6. Petunjuk nonverbal Komunikasi nonverbal adalah cara yang penting bagi seseorang
dalam menyampaikan pesan. Namun, komunikasi nonverbal selalu diiringi oleh
komunikasi lisan. Selama bersesuaian, keduanya akan saling menguatkan. Ketika
kata-kata pimpinan menunjukkan bahwa dia marah, nada suara, dan gerakan tubuhnya
menunjukkan kemarahan, jadi dapat disimpulkan secara tepat bahwa dia sedang
marah. Namun demikian, ketika petunjuk nonverbal tidak bersesuaian dengan pesan
lisan, maka penerima informasi akan bingung dan pesan akan menjadi tidak jelas.
MACAM” KOMUNIKASI

1. Komunikasi berdasarkan Penyampaian


Pada umumnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain karena
manusia tidak hanya makhluk individu tetapi juga makhluk sosial yang selalu
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak
semua orang terampil berkomunikasi, oleh sebab itu dibutuhkan beberapa cara
dalam menyampaikan informasi. Berdasarkan cara penyampaian informasi
dapat dibedakan menjadi 2 ( dua ), yaitu :
a. Komunikasi verbal ( Lisan )
 Yang terjadi secara langsung serta tidak dibatasi oleh jarak , dimana
kedua belah pihak dapat bertatap muka. Contohnya dialog dua
orang
 Yang terjadi secara tidak langsung akibat dibatasi oleh jarak.
contohnya komunikasi lewat telepon.
b. Komunikasi nonverbal ( Tertulis )
 Naskah, yang biasanya digunakan untuk menyampaikan kabar yang
bersifat kompleks.
 Gambar dan foto akibat tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata atau
kalimat.

2. Komunikasi berdasarkan Prilaku


Komunikasi bedasarkan prilaku dapat dibedakan menjadi : 

Komunikasi Formal , yaitu komunikasi yang terjadi diantara organisasi atau


perusahaan yang tata caranya sudah diatur dalam struktur organisasinya.
Contohnya seminar. 

Komunikasi Informal , yaitu komunikasi yang terjadi


pada sebuah organisasi atau perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur
organisasi serta tidak mendapat kesaksian resmi yang mungkin tidak
berpengaruh kepada kepentingan organisasi atau perusahaan. Contohnya
kabar burung , desasdesus, dan sebagainya.

Komunikasi Nonformal , yaitu
komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat formal dan informal ,
yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi anggota
organisasi atau perusahaan tersebut. Contohnya rapat mengenai ulang tahun
perusahaan.

3. Komunikasi berdasarkan Kelangsungannya


Berdasarkan Kelangsungannya , komunikasi dapat dibedakan menjadi :
 Komunikasi Langsung , yaitu proses komunikasi dilakukan secara
langsung tanpa bantuan perantara orang ketiga ataupun media
komunikasi yang ada dan tidak dibatasi oleh adanya jarak.
 Komunikas Tidak Langsung , yaitu proses komunikasinya
dilaksanakan dengan bantuan pihak ketiga atau bantuan alat - alat
media komunikasi.

4. Komunikasi Berdasarkan Maksud Komunikasi


Berdasarkan maksud komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Berpidato
b. Memberi Ceramah
c. Wawancara
d. Memberi Perintah alias Tugas

SAJI

Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi,
yaitu SAJI (Poernomo, leda SS, Program Family Health Nutrition, Dekes RI, 1999).
S
= Salam
= Ajak Bicara
= Jelaskan
= Ingatkan
Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut.
Salam:
Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk
berbicara dengannya
Ajak Bicara:
Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien
mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter
menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti
perasaannya. Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam
usaha menggali informasi.
Jelaskan:
Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin
diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh
pikirannya sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai
penyakit, terapi, atau apapun secara jelas dan detil
Ingatkan:
Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai
materi secara luas, vang tidak mudah dingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,
ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru.
Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi
terhadap hal-hal yang mash belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang
kembali akan pesan-pesan kesehatan yang penting

HADIST DAN AYAT


‫ّٰٓل‬
‫َع َبَس َو َتَو ى‬
'Abasa wa tawallaa.
1. Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,

‫َاۡن َج ٓاَءُه اَاۡلۡع ٰم ؕى‬


An jaa-ahul 'a-maa
2. karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).
‫ّٰٓك‬
‫َو َم ا ُيۡد ِر ۡي َك َلَع َّلٗه َيَّز ى‬
Wa maa yudriika la'allahu yaz zakkaa.
3. Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari
dosa),

Asbabunnuzul ayat ini sesuai yang tertulis dalam tafsir Al-Jalalain bahwa
satu waktu ketika datang Abdullah Ibnu Ummi Maktum menjumpai Nabi,
sedangkan waktu yang bersamaan Nabi sedang terkonsentrasi terhadap pembesar
Qurais yang sangat keras terhadap Islam dan berharap mereka masuk Islam (As
Suyuthi, 2007:585). Sementara di dalam tafsir Al-Mausuatu Al-Qur’aniyatu Al
Muyassiroh menjelaskan asbabun nuzul surat ‘abasa ketika datang seorang
bernama Abdullah bin ummi Maktum kepada Rasulullah saw. lalu Rasulullah
saw. bermuka masam dan berpaling daripadanya, Karena beliau sedang
menghadapi pembesar Quraisy dengan pengharapan agar pembesar-pembesar
tersebut mau masuk Islam. Maka turunlah surat Ini sebagai teguran kepada
Rasulullah saw.

Anda mungkin juga menyukai