Sebutkan dan jelaskan 9 (sembilan) paham dasar tentang perilaku manusia yang
harus diketahui oleh konselor atau terapis.
Stewart (1986) mengutip Dixon (1979) yang memberikan saran mengenai beberapa paham dasar
tentang perilaku manusia yang harus diketahui oleh konselor atau terapis, sebagai berikut:
1. Semua perilaku manusia ada sebabnya dan sebab ini selalu melibatkan interaksi yang
kompleks antar perorangan dan dengan lingkungannya.
2. Perilaku manusia dan tujuannya. Orang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan untuk memenuhi kebutuhannya, untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan untuk mempertahankan diri terhadap setiap
rangsangan yang mengancang keseimbangan emosi.
3. Semua orang sama dalam hal mengalami perasaan dan melakukan tindakan. Dasar
perbedaannya pada mereka bukan pada perbedaan mengenai jenisnya, namun pada tingkatannya.
4. Seseorang dengan lingkungan sosialnya merupakan kesatuan yang saling berhubungan
(interaksional)
5. Stres dan konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, merupakan bagian dari kehidupan.
Agar hidup bahagia dan produktif, manusia harus belajar pola-pola perilaku yang memungkinkan
mereka memperbaiki dan mempertahankan perasaan harmonis.
6. Cara seseorang berfungsi secara psikososial adalah hasil akumulasi dari pengalaman-
pengalaman hidup dan proses sosialisasi.
7. Fungsi sosial secara efektif berkaitan dengan dasar alami secara biologis, lingkungan sosial
dan tahapan khusus dari lingkaran hidup.
8. Fungsi sosial seseorang bisa berskala dari sangat efektif sampai tidak efektif sama sekali.
9. Disfungsi sosial dapat diperbaiki dengan intervensi terapeutik setelah mengukur dan menilai
faktor-faktor yang berkaitan, baik pada pribadi maupun lingkungannya.
Sebelum konselor terjun kelapangan untuk menjalankan tugasnya memberikan layanan bantuan,
diperlukan jenjang dan standar tertentu yang harus ditempuhnya dalam lembaga pendidikan yang
terkait. Pendidikan dasar bagi calon konselor/pelayan psikologis terkait dengan penguasaan
materi psikologi umum, metode eksperimen, statistik, pengukuran, perkembangan manusia,
psikologi, psikologi sosial, teori kepribadian, dan masalah- masalah perilaku. Dua organisasi
yang mendedikasikan pada pemberian bantuan adalah The American Psychological Association
dan The American Personel and Guidance Association.
Kriteria lainnnya dari profesi agar tetap bertahan adalah punlikasi dan dedikasi dalam ilmu dan
praktik professional.Organisasi profesi merupakan wadah/tempat para anggotanya untuk
mengembangkan ilmu, keterampilan dan pengetahuan yang berkaitan dengan profesinya. Di
Amerika Serikat, American Personel and Guidance Association adalah organisasi yang
dimaksudkan untuk memajukan atau mengembangkan pelayanan konseling, terutama pada
indtitusi pendidikan dan rehabilitasi. Banyak jurnal telah diterbitkan untuk mengembangkan
profesi konselor dan psikoterapis.
Di Amerika Serikat, American Broad of Professional Psychology mengeluarkan pendidikan
diploma untuk empat bidang yaitu: klinik, industri, konseling, dan psikologi sekolah. Di Amerika
Serikat lisensi untuk dapat membuka praktik dikeluarkan pemerintah.
Kemudian salah satu hal yang sangan penting dalam proses pendidikan konselor adalah menggali
karakter professional konselor pada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan bimbingan
dan konseliung sehingga citra yang diidamkan selama ini tergambar langsung melalui
performansi awal maupun kinerja. Perguruan tinggi sebagai slah satu lembaga pendidikan
mempunyai tugas untuk membentuk karakter kepribadian para siswa didiknya. Karakter
kepribadian ini merupkan proses dan hasil selama siswa didik menempuh masa pembelajarannya
di suatu institusi pendidikan
Jika empati adalah ‘feeling in’, maka simpati adalah proses yang mendahuluinya atau diluar
kedalaman perasaan itu (sekedar feeling with). Dalam salah satu jurnal psikologi simpati
diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga
mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan
memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua
belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga,
atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap,
penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari
ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.
Simpati adalah melakukan sesuatu untuk orang lain, dengan menggunakan cara yang menurut
kita baik, menurut kita menyenangkan, menurut kita benar.
Empati
Menurut kalian apa faktor-faktor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal dan
Komponen komunikasi interpersonal
Rogers (1942) : suatu hubungan yang bebas dan berstruktur yang membiarkan klien memperoleh
pengertian sendiri yang membimbingnya untuk menentukan langkah-langkah positif ke arah
orientasi baru,
Smith (1955) : suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi antara seseorang yang
mengalami kesulitan dengan seseorang yang profesional yang latihan dan pengalamannya
mungkin dapat dipergunakan untuk membantu orang lain mampu memecahkan persoalan
pribadinya.
Jelaskan mengenai 5 lima tahapan struktur wawancara dalam konseling menurut Ivey, et
al (1987)
1. RAPPORT.
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang
akan dilakukan terhadap dar dengan klien, serta membawa klien merasa enak
menghadapi pewawancarsa. Acap kali penting menerangkan tu- juan dari wawancara dan apa
vang konselor bisa dan tidak bisa melakukan.
2 PENGUMPULAN DATA
Tahap untuk meru-muskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan
diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara dan
bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya. Perumusan masalah yang tepat akan
menghindari pembicaraan yang meloncat-loncat dan memperjelas tujuan wawancara. Juga untuk
mengidentifikasikan secara jelas kemampuan atau hal-hal yang positif pada klien. Wawancara
pertama pada umumnya didahului dengan wawancara pendahuluan yang dikenal dengan "intake
interview" yang bisa dilengkapi dengan pengumpulan data yang sudah ada seperti data pribadi
yang tersimpan atau hasil pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan. Selanjutnya tujuan dari
"intake interview" adalah untuk mengetahui latar belakang kehidupan klien yang merupakan
kumpulan dari faktor atau data keadaan sekarang atau yang sudah lewat mengenai klien secara
sistematis. Penekanan isi tergantung dari orientasi konselor atau hal-hal khusus yang akan
ditelusuri lebih lanjut
3. MENENTUKAN HASIL SESUAI DENGAN ARAH KE MANA KLIEN INGINKAN.
Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah
diatasi. Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yang dikehendaki klien
dan yang senada atau tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh
pewawancara.
4. MENGEMUKAKAN MACAM-MACAM ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH.
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam alternatif.
Sering kali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan
merupakan tahapan yang berlangsung paling lama.
5. GENERALISASI DAN PENGALIHAN PROSES BELAJAR.
Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses belajarnya, perasaannya dan
perilakunya dalam kehidupan sehari- hari. Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai proses
konseling itu sendiri. Kelima tahapan wawancara menurut Ivey, et al ini dapat di singkat dengan
lima pertanyaan sederhana dan singkat sebagai berikut: 1. Apa kabar ? 2. Apa masalahnya ? 3.
Apa yang Anda inginkan akan terjadi ? 4. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu ? 5.
Apakah Anda mau melakukan hal itu ?
Karena wawancara sudah merupakan bagian dari proses konseling, maka konseling juga
berfungsi terapeutik, disamping fungsi-fungsi seperti tersebut di atas. Fungsi terapeutik dari
wawancara bersumber terutama pada kehadiran dari keseluruhan pribadi konselor dengan
seluruh penampilannya yang
memberikan kesan dan efek tertentu pada klien. Cara meranyakan sesuatu yang dilatar belakangi
oleh sikap memahami akan dirasakan oleh klien sebagai penerimaan dan pengertian yang secara
langsung bisa meredakan suatu ketegangan dan memungkinkan untuk berpikir lebih jernih dan
rasional dan tidak mustahil muncul kemampuannya untuk mengatasi masalan yang sedang
dihadapi. Wawancara bisa dilakukan secara berstruktur dengan daftar pertanyaan yang tersedia
atau dilaku- kan secara bebas. Hal pertama akan menimbulkan kesan resmi, formal dan acap kali
malah memper- lambat terciptanya rapport, sebaliknya dengan wa- wancara bebas akan
menimbulkan kesan ramah dan santai, sehingga lebih mempermudah terungkapnya hal-hal yang
mungkin penting untuk dikemukakan aleh klien dan penting untuk memasuki proses konseling
selanjutnya.
Jelaskan karakteristik konseling
Jelaskan apa yang dimaksud dengan bantuan non professional dalam konseling
bantuan sesaat. seseorang yang membutuhkan sesuatu, kekurangan sesuatu dan memerlukan
bantuan dari orang lain agar apa yang diinginkan dan diperlukan pada sesuatu saat dapat segera
dipenuhi. Sifat bantuan seperti ini adalah pemberian sekali saja dan tidak diulang atau berlanjut.
Isi bantuan itu sendiri juga bisa bermacam-macam, baik dalam bentuk materi maupun tenaga
dalam arti pertolongan yang bisa diberikan kepada seseorang yang sedang membutuhkan.
1. Merangsang adanya sikap keterbukaan, kejujuran dan komunikasi secara penuh agar
kebutuhan yang dirasa perlu untuk dikemukakan serta faktor-faktor dan latar belakang yang
berkaitan dapat dibicarakan.
2. Melakukan kegiatan untuk menaikkan tingkat pemahaman, harga diri, dan kepercayaan antara
dirinya dengan klien
3. Memungkinkan klien memperoleh gambaran bahwa sesuatu yang berguna akan bisa diperoleh
selama mengikuti konseling
4. Perumusan masalah dan memperhatikan apa yang perlu diperhatikan dan dikerjakan
selanjutnya
5.Membentuk suatu keseluruhan [Gestalt] bahwa konseling adalah proses pada mana kedua
pihak harus bekerja keras untuk menjajagi dan memahami klien demi kepentingan klien sendiri.
Tahap 2: Pengadaan fasilitas untuk untuk memungkinkan dilakukan langkah yang positif
5.Menjajagi masalah, merumuskan masalah, merencanakan strategi, merngumpulkan fakta,
pengungkapan perasaan yang mendalam dan mempelajari keterampilan baru.
6.Mengkonsolidasi dalam rangka menjajagi alternatif-alternatif, bekerja dengan dan melalui
perasaannya dan mempraktikan keterampilan baru
7. Menyusun rencana untuk melakukan langkah-langkah dengan mempergunakan strategi untuk
mengatasi konflik, memgurangi perasaan yang menyakitkan dan mengkonsolidasi serta
menghimpun keterampilan dan atau perilaku untuk meneruskan aktifitas-aktifitas yang terarah
untuk diri sendiri.
8. Menghentikan konseling dengan melakukan penilaian terehadap hasil-hasil yang telah
diperoleh.
Singkatnya apa yang t6elah dikemukakan Brammer adalah sebagai berikut
Tahap 1:
Entry => Classification => Structure => Relationship
Tahap 2:
Exploration=> Consolidation => Planning => Termination
Brammer [1979] menambahkan bahwa urutan tersebut diatas tidak tergantung pada gaya atau
teori tertentu, melainkan sebagai dasar umum dari proses biasa untuk menghadapi dan mengatasi
masalah. Thapan-tahapannya juga merupakan proses yang biasa terjadi, namun bukan
merupakan sesuatu urutan yang eksak, jadi tidak semua urutan harus ada, karena satu dan lain
tergantung pada klien yang mempengaruhi urutan maupun lamanya sesuatu tahapan dijalani.
Diskusikan mengenai terminasi konseling, apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang
harus dihindari untuk dilakukan
Yang sebaiknya dilakukan adalah konselor atau klien mengambil inisiatif untuk mengakhiri
konseling maksudnya adalah ketika klien sudah merasa mampu menggunakan suber-sumber
yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah,respon klien menjadi positif dan dapat menunjukkan
pemahaman diri sendiri dan bila sasaran dari kontrak sudah tercapai.
Yang harus dihindari menurut Yeo (2003) ada lima, yaitu:
(1)Sikap acuh tak acuh
Klien diperlakukan sebagai pasien atau kasus yang memandang mereka adalah orang yang tidak
memiliki kemampuan, menggangap remeh, ”sakit”. Ada satu perasaan tidak terlibat dan kurang
peduli pada mereka.
(2) Tak sabar dan amarah
Konselor akan marah dengan klien jika mereka tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
atau tidak memperlihatkan kerjasama dalam pertemuan konseling.
(3) Terus memberi nasehat
Terkadang konselor secara tidak sengaja memberikan nasehat kepada klien karena menganggap
dalam mengambil keputusan klien terlalu berbelit-belit
(4) Terpengaruh secara emosional
Konselor dapat menjumpai dirinya sendiri merasa sangat sedih karena masalah-masalah yang
dialami kliennya dan akhirnya merasa tertekan.
(5)Tidak kreatif
Ada perasaan statis ketika konselor berhadapan dengan berbagai macam kasus. Konselor tidak
dapat membuat pembaharuan dan sebaliknya mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal-
hal yang sama. Setiap kali konselor berhadapan dengan jenis klien yang sama, konselor
melakukan hal yang sama untuk kliennya.
Diskusi teknik konseling
3.Pendekatan eklektik
Konselor menggunakan variasi teori konseling, prosedur dan teknik sehingga dapat melayani
masing-masing konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang
dihadapi
Jelaskan arti terapeutik dari konseling model Rogers menurut Carkhuff (1973)
1. Tahap pertama: Eksplorasi Diri. Orang terdorong akan lebih berani memeriksa diri sendiri
akan keberadaannya dalam kehidupan ini.
2. Tahap Kedua: Orang mulai memahami hubungan antara keberadaannya dalam kehidupan dan
kemana arah kehidupan yang diharapkan.
3. Tahap ketiga: Tahap untuk melakukan tindakan-tindakan yang terarah dan punya tujuan yang
jelas.
Rogers menjelaskan mengenai langkah-langkah khusus pada konseling dengan teknik tidak
langsung sebagai berikut:
1. Seseorang dartang untuk minta bantuan. Selanjutnya ia memasuki tahap yang penting, tahap
untuk merasakan kebebasan agar terapi bisa dilanjutkan
2. Perumusan mengenai suasana bantuan. Terhadap klien didasarkan bahwa konselor tidak punya
jawaban, tetapi melalui proses konseling klien akan memperoleh sesuatu, dengan bantuan, untuk
bisa melakukan pemecahan persoalannya sendiri.
3. Konselor meningkatkan keberanian klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya
sehubungan dengan masalahnya. Disatu pihak ini adalah berkat sikap ramah, penuh perhatian,
dan menerima dari konselor, dipihak lain melalui percakapan terapeutik dengan konselor; terjadi
kemajuan.
4. Konselor menerima, mengenali dan menjelaskan berbagai perasaan negatif. Kalau konselor
menerima perasaan ini, ia harus siap untuk memberikan respons, tidak terhadap isi intelek
seseorang mengenai apa yang dibicarakan, tetapi terhadap perasaan yang mendasarinya.
Konselor berusaha melalui apa yang dibicarakan atau dilakukan, untuk menciptakan suasana
dimana klien bisa mengenali bahwa ia mempunyai perasaan-perasaan negatif dan bisa
menerimanya sebagai bagian dari dirinya dari pada ia memproyeksikan perasaan-perasaan itu ke
orang lain atau menyembunyikannya dibalik mekanisme pertahanan dirinya. Kadang-kadang
konselor menjelaskan perasaan ini ecara verbal, tidak untuk menilai sebabnya, namun semata-
mata meyakinkan bahwa hal tersebut: benar-benar ada dan ia menerimanya.
5. Ketika perasaan-perasaan negatif telah diung- kapkan sepenuhnya, pada saat itu akan diikuti
oleh ekspresi dari dorongan positif untuk berkembang lebih lanjut. Ekspresi positif adalah tanda
yang jelas dan meyakinkan dari keseluruhan proses yang telah terjadi.
6. Konselor menerima dan mengenali perasaan- perasaan positif yang diungkapkan, sama dengan
ketika menerima dan mengenali perasaan-perasaan negatif. Perasaan positif tidak diterima oleh
konselor sebagai sesuatu yang harus dipuji atau seperti layaknya sesuatu permintaan yang harus
dipenuhi, melainkan sebagai sesuatu yang biasa ada pada diri pribadi seseorang. Dengan
penerimaan seperti itulah klien belajar dan menya- dari diri sendiri sebagaimana keadaan
sebenarnya.
7. Pemahaman, pengenalan dan penerimaan tentang diri sendiri, adalah langkah berikutnya yang
penting dari keseluruhan proses, yang menjadi dasar pada diri
seseorang untuk bisa maju ke tingkatan yang baru dari integrasinya.
8. Bersama-sama dengan proses pemahaman ini adalah proses yang memperjelas kemungkinan-
kemungkinan keputusan atau tindakan yang akan dilakukan.
9. Tindakan positif. Suatu keputusan untuk melakukan sesuatu tindakan yang
nyata, yang positif, yang tumbuh sedikit demi sedikit dari dirinya sendiri.
10. Langkah selanjutnya yang tersisa tidak memakan waktu lama. Sekali seorang mencapai tahap
pemahaman dan melakukan tindakan positif, maka aspek yang tersisa dijadikan elemen untuk
perkembangan selanjutnya.
11. Lambat laun tindakan positif dan terpadu pada klien meningkat. Ketakutan memutuskan
sesuatu berkurang dan lebih percaya diri dalam melakukan tindakan. Hubungan konselor dengan
klien pada saat ini mencapai puncaknya.
12. Muncul pikiran dan kesadaran pada klien untuk mengurangi kebutuhan
akan bantuan dan bahwa hubungan dengan konselor akan berakhir. Konselor menghentikan
hubungan dengan klien sekalipun mungkin masih tersisa macam-macam perasaan pada klien,
yang telah melibatkannya dengan konselor, juga sebaliknya dari pihak konselor, namun harus
diterima sebagai keterlibatan emosi yang wajar dan harus bisa dihentikan secara baik dan sehat.
2. Tahap Transisi
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja
(kegiatan). Transisi dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing
dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok.
3. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok. Di mana para
anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi
baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekkan perilaku-perilaku
baru
4. Tahap Pengakhiran
Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas arti dari
pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat
keputusan mengenai tingkah laku yang mereka inginkan untuk dilakukan di luar kelompok dan
dilakukan dikehidupan kelompok sehari-hari.
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak
mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan.
Struktur organisasi setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan
pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.
2. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara pengambil
kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat dengan cepat diambil
tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu.
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang
berguna bagi pelaksanaan dan tugas organisasi, yang semuanya itu bermuara pada kepentingan
seluruh peserta didik.
4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan
semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan
bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik.
5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat
terus dilakukan.
Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).
Jelaskan kegiatan bimbingan konseling di sekolah dan di perguruan tinggi. Apakah ada
bedanya?
Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yang dihadapi oleh
para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi tingkat ini
adalah kemandirian, baik dalam kegiatan belajar dan pemilihan program studi, maupun
pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa
untuk memilih dan menentukan program studi bakat, minat dan cita-citanya. Mahasiswa juga
dituntut untuk belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-
dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat
mengatur kehidupannya sendiri, umunya mereka yang sudah berkeluarga.
Dalam usaha merealisasikan kemandirian tersebut, perkembangannya tidak selalu mulus
dan lancar, banyak hambatan dan problema yang mereka hadapi. Struktur dan sistem perguruan
tinggi umumnya bercirikan adanya departementalisasi, spesialisasi, jaringan kerja (khususnya
akademis) yang ruwet dan kerenggangan hubungan manusiawi bahkan dalam
kemanusiaan mahasiswa terabaikan. Bimbingan tersebut meliputi layanan bimbingan akademik
yang diberikan oleh dosen-dosen bimbingan pada tingkat jurusan/program, dan bimbingan
sosial-pribadi yang diberikan oleh tim bimbingan dan konseling pada tingkat jurusan/program
studi, fakultas, dan universitas.