Anda di halaman 1dari 18

1.

Sebutkan dan jelaskan 9 (sembilan) paham dasar tentang perilaku manusia yang
harus diketahui oleh konselor atau terapis.
Stewart (1986) mengutip Dixon (1979) yang memberikan saran mengenai beberapa paham dasar
tentang perilaku manusia yang harus diketahui oleh konselor atau terapis, sebagai berikut:
1. Semua perilaku manusia ada sebabnya dan sebab ini selalu melibatkan interaksi yang
kompleks antar perorangan dan dengan lingkungannya.
2. Perilaku manusia dan tujuannya. Orang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan untuk memenuhi kebutuhannya, untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan untuk mempertahankan diri terhadap setiap
rangsangan yang mengancang keseimbangan emosi.
3. Semua orang sama dalam hal mengalami perasaan dan melakukan tindakan. Dasar
perbedaannya pada mereka bukan pada perbedaan mengenai jenisnya, namun pada tingkatannya.
4. Seseorang dengan lingkungan sosialnya merupakan kesatuan yang saling berhubungan
(interaksional)
5. Stres dan konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari, merupakan bagian dari kehidupan.
Agar hidup bahagia dan produktif, manusia harus belajar pola-pola perilaku yang memungkinkan
mereka memperbaiki dan mempertahankan perasaan harmonis.
6. Cara seseorang berfungsi secara psikososial adalah hasil akumulasi dari pengalaman-
pengalaman hidup dan proses sosialisasi.
7. Fungsi sosial secara efektif berkaitan dengan dasar alami secara biologis, lingkungan sosial
dan tahapan khusus dari lingkaran hidup.
8. Fungsi sosial seseorang bisa berskala dari sangat efektif sampai tidak efektif sama sekali.
9. Disfungsi sosial dapat diperbaiki dengan intervensi terapeutik setelah mengukur dan menilai
faktor-faktor yang berkaitan, baik pada pribadi maupun lingkungannya.

2. Sebutkan dan jelaskan beberapa lembaga profesional yang kompeten memberikan


pendidikan bagi calon konselor atau terapis. 

Sebelum konselor terjun kelapangan untuk menjalankan tugasnya memberikan layanan bantuan,
diperlukan jenjang dan standar tertentu yang harus ditempuhnya dalam lembaga pendidikan yang
terkait. Pendidikan dasar bagi calon konselor/pelayan psikologis terkait dengan penguasaan
materi psikologi umum, metode eksperimen, statistik, pengukuran, perkembangan manusia,
psikologi, psikologi sosial, teori kepribadian, dan masalah- masalah perilaku. Dua organisasi
yang mendedikasikan pada pemberian bantuan adalah The American Psychological Association
dan The American Personel and Guidance Association.

Kriteria lainnnya dari profesi agar tetap bertahan adalah punlikasi  dan dedikasi dalam ilmu dan
praktik professional.Organisasi profesi merupakan wadah/tempat para anggotanya untuk
mengembangkan ilmu, keterampilan dan pengetahuan yang berkaitan dengan profesinya. Di
Amerika Serikat,  American Personel and Guidance Association adalah organisasi yang
dimaksudkan untuk memajukan atau mengembangkan pelayanan konseling, terutama pada
indtitusi pendidikan dan rehabilitasi. Banyak jurnal telah diterbitkan untuk mengembangkan
profesi konselor dan psikoterapis.
Di Amerika Serikat, American Broad of Professional Psychology mengeluarkan pendidikan
diploma untuk empat bidang yaitu: klinik, industri, konseling, dan psikologi sekolah. Di Amerika
Serikat lisensi untuk dapat membuka praktik dikeluarkan pemerintah.

Kemudian salah satu hal yang sangan penting dalam proses pendidikan konselor adalah menggali
karakter professional konselor pada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan bimbingan
dan konseliung sehingga citra yang diidamkan selama ini tergambar langsung melalui
performansi awal maupun kinerja. Perguruan tinggi sebagai slah satu lembaga pendidikan
mempunyai tugas untuk membentuk karakter kepribadian para siswa didiknya. Karakter
kepribadian ini merupkan proses dan hasil selama siswa didik menempuh masa pembelajarannya
di suatu institusi pendidikan

3. Jelaskan perbedaan antara simpati dan empati


Secara konsep empati agak berbeda sedikit dengan simpati. Keduanya memang menunjukkan
perasaan atau kondisi kejiwaan seseorang, namun demikian ada perbedaan; simpati berpadanan
kata dengan ‘feeling with’ sementara empati adalah ‘feeling in’ atau lebih dalam dari sekedar
simpati.
Empati merupakan dasar hubungan interpersonal. Hal yang juga penting diungkap dalam konteks
peningkatan mutu empati seseorang adalah berlatih menampakkan ekspresi-ekspresi atau isyarat-
isyarat non-verbal yang membuat orang lain merasa dimengerti dan diterima, karena kemampuan
empati terutama melibatkan kemampuan seseorang untuk membaca perasaan lewat pemahaman
terhadap isyarat-isyarat non verbal orang lain. Pemahaman seperti ini membuat hubungan antar
individu terjalin dengan baik. Dalam konteks konseling,  konselor wajib melakukan terapis
secara baik melalui pendekatan komunikasi yang baik. Sehingga tercipta bangunan interaksi
yang positif demi kesembuhan diri konseli (pasien) tentang keefektifan konseling (counseling
effectiveness) lebih ditentukan dari kecakapan konselor. Dari pengertian tersebut kita dapat
melihat bagaimana empati memegang peranan penting dalam proses interaksi. Karena
tinjauannya berkaitan dengan dunia psikologis maka ia menjelaskannya melalui perspektif
konseli – konselor. Namun demikian jika ditarik kedalam spectrum yang lebih luas – dalam
dunia social misalnya – pengertian itu memiliki kesamaan pandangan bahwa eksekusi empati
akan berjalan baik ketika dituangkan dalam langkah komunikasi dan tindakan yang baik. 

Jika empati adalah ‘feeling in’, maka simpati adalah proses yang mendahuluinya atau diluar
kedalaman perasaan itu (sekedar feeling with). Dalam salah satu jurnal psikologi  simpati
diartikan sebagai suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga
mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain. Dalam simpati, perasaan
memegang peranan penting. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian pada kedua
belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga,
atau hubungan pekerjaan. Seseorang merasa simpati dari pada orang lain karena sikap,
penampilan, wibawa, atau perbuatannya. Misalnya, mengucapkan selamat ulang tahun pada hari
ulang tahun merupakan wujud rasa simpati seseorang.

Berikut adalah perbedaan antara kedua istilah tersebut :


Simpati

1. Berasal dari bahasa yunani “ feeling with”


2. Proses yang terjadi kurang begitu mendalam
3. Didasarkan faktor kesamaan
4. Merupakan respons atas need for closeness and support
5. Lebih spontan, biasanya dalam bentuk reaksi emosional
6. Contoh dalam kehidupan sehari-hari : mengucapkan selamat ulang tahun pada hari ulang
tahun kawan atau saudara kita.

Simpati adalah melakukan sesuatu untuk orang lain, dengan menggunakan cara yang menurut
kita baik, menurut kita menyenangkan, menurut kita benar.
Empati

1. Berasal dari bahasa yunani “ feeling in”


2. Proses yang terjadi lebih mendalam
3. Didasarkan pada penerimaan perbedaan individual
4. Merupakan upaya-upaya pemahaman terhadap kondisi orang lain.
5. Berbasis pada faktor kognitif dan afektif
6. Contoh dalam kehidupan sehari-hari : Seseorang memiliki teman yang orang tuanya
meninggal. Sebagai wujud empati kita sebagai temannya merasakan kesedihan dan
kehilangan tersebut. Turut merasakan disini bukan sekedar larut dalam kesedihan namun
lebih jauh itu kita dapat menyampaikan supporting dengan menyampaikan hal yang baik
dan memberinya semangat (bias juga dalam bentuk materi/barang penyemangat, kegiatan
dan lain sebagainya). Tujuannya adalah agar kawan kita itu mampu menerima dengan
ikhlas dan move on, bangkit dari kesedihan dan menjalani hidup dengan baik.

Sebutkan dan jelaskan komunikasi non verbal dalam konseling


Gazda, et al (1977) yang dikutip oleh George & Christiani (1981) membagi komunikasi
nonverbal dalam empat kategori, yakni:

I. Perilaku komunikasi nonverbal dengan mempergunakan waktu.


Yakni sikap seseorang dalam mempergunakan waktu, apakah tepat atau terlambat berhubungan
dengan kehadiran seseorang atau sebagai reaksi terhadap cara berkomunikasinya. Demikian pula
cara seseorang mempergunakan sejunlah waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain
menunjukkan ada arti tersendiri dibelakangnya.

II. Perilaku komunikasi non verbal dengan mempergunakan badan


Hal ini dilakukan dengan:
1. Kontak melalui mata: mata yang menatap ke sesuatu objek tertentu, menatap kebawah,
menatap terus menerus ke konselor, menatap dengan sikap melawan atau menentang, pandangan
yang berpindah-pindah dari satu objek ke objek lain, menatap ke konselor tetapi segera
mengalihkan ke objek lain ketika konselor membalas menatap, menutup mata dengan tangan,
sering melihat ke sesuatu yang lain. 
2. Mata: bersinar-sinar, mengeluarkan air mata, terbuka lebar.
3. Kulit: pucat, berkeringat, merah. 
4. Postur: memperlihatkan kesiapan untuk mela- kukan sesuatu, lemah, kelihatan capai, menarik
diri, kedua tangan disilangkan seolah-olah ber- upaya melindungi diri, menumpangkan kaki,
duduk menghadap ke orang lain dan memandang ke lantai. 
5. Ekspresi muka: tidak berubah, berkerut pada dahi, hidung, bermuka asam, tersenyum, ter-
tawa, mulut sedih, menggigit lidah. 
6. Gerakan pada tangan dan lengan: gerakan ta- ngan dan lengan dengan simbol tertentu. 
7. Melukai atau memperlihatkan anggota badan: menggigit kuku, menggaruk-garuk, menarik-na-
rik rambut, mengusap-usap atau menggosok- gosok. 
8. Gerakan yang diulang-ulang [sering kali dinilai sebagai tanda dari adanya ketegangan dan
kege- lisahan, sekalipun ada kemungkinan karena se- bab organik]: mengetukkan kaki,
mengetukkan jam tangan, gelisah, gemetar, menarik-narik kan- cing baju atau pakaian. 
9. Tanda-tanda atau perintah seperti: menekan jari di bibir sebagai tanda untuk diam,
mengangkat bahu, menggoyangkan badan, mengangguk, menggelengkan kepala dan
memejamkan mata. 
10. Sentuhan: untuk memperoleh perhatian seperti menepuk bahu, afeksional, halus, menantang.
 III. PERILAKU KOMUNIKASI NONVERBAL
DENGAN NADA SUARA. 
1. Tekanan pada suara: mendatar, monoton, tak disertai perasaan, cerah, berubah-ubah,
kuat, penuh percaya diri, meyakinkan, lemah, kaget- kagetan, terpatah-patah. 
2. Kecepatan dalam ucapan: cepat, sedang atau lambat. 
3. Kekuatan suara: keras, sedang atau halus. 
4. Cara mengucapkan kata: rapi atau ceroboh, berubah-ubah atau menetap. 
IV. PERILAKU KOMUNIKASI NONVERBAL DENGAN MEMPERGUNAKAN
LINGKUNGAN. 
1. Menjauh kalau seseorang mendekat atau se- baliknya, mengambil inisiatif dalam gerakan
mendekat atau menjauh, jarak berangsur-angsur bertambah jauh
atau sebaliknya. 
2.Pengaturan lingkurgan isik: Rapi, teratur dan tersusun baik atau sebaliknya, acak-acakan dan
tidak teratur dan tidak tersusun dengan baik, warna cerah atau tenang, peralatan keras atau halus,
mewah atau sederhana, menarik atau tidak. 
3. Pakaian: meriah atau sederhana, mengikuti mode atau biasa. 
4. Posisi dalam ruangan: Terlindung oleh penga- turan posisi meja dan kursi dari orang lain atau
terbuka dan berhadapen langsung dengan orang lain tanpa terhalang alat-alat rumah
tangga, mengambil posisi menyerang atau menguasai, bergerak mendekat atau menjauh dari
tempat orang lain berada. Perilaku nonverbal ini haras dianggap sebagai pe- tunjuk dari adanya
sesuatu yang mendasari perilaku sebagaimana sesuatu perilaku biasa yang punya latar belakang
dan sebab-sebabnya yang mendorong dan menimbulkan perilaku pada seseorang. Hanya perilaku
yang akan dinilai dalam kaitan sebab- akibat atau aksi reaksi ini, bukan merupakan rumus yang
matematis, karena latar belakang yang mendasari munculnya perilaku pada seseorang, mes-
kipun sama tetapi akibat dan reaksinya bisa berbeda. Karena itu dalam hal ini juga berlaku dasar
beda perorangan, sesuatu yang khas dan unik yang kaitannya bisa luas sekali. 

Jelaskan perbedaan komunikasi massa dengan komunikasi interpersonal


1.     Komunikasi Intrapersonal (Intim)
Komunikasi intrapersonal (intim) merupakan penyampaian pesan seseorang kepada dirinya
sendiri. Misalnya: berbicara dalam hati seblum bertanya pada forum diskusi,atau berbicara dalam
hati menyesali keputusan yang telah diambil.

2.     Komunikasi Interpersonal


Arni Muhammad (2005:159) menyatakan bahwa“komunikasi interpersonal adalah proses
pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya
diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”. Mulyana(2000:
73)menyatakanbahwa “komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang,
seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan penyampaian pesan dari
seseorang kepada orang lain, bersifat dua arah, secara vebal atau non verbal. Misalnya : antara
konselor dan kliennya.

3.     Komunikasi Massa


Menurut Tan dan Wright, (dalam Liliweri, 1991), Komunikasi Massa adalah bentuk komunikasi
yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara
massal,  berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan
menimbulkan efek tertentu. Sedangkan Bittner menjelaskan pengertian komunikasi massa
sebagai pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
   Jadi dapat dipahami bahwa komunikasi massa adalah penyampaian pesan dari seseorang
kepada sekelompok besar orang, biasanya sebagian besar masyarakat. Misalnya : Pidato
kampanye atau khotbah
. Elizabeth Noelle Neuman (dalam Rakhmat, 1983 : 92 ) menyebutkan empat tanda pokok dalam
komunikasi massa yaitu :
a.    Komunikasi massa bersifat tidak langsung.
b.    komunikasi massa bersifat satu arah.
c.    Komunikasi massa bersifat terbuka.
d.   Memiliki publik yang secara geografis tersebar.
Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media In A Changing World menyebutkan perbedaan
komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain yakni:
a.    Proses umpan balik berjalan lamban dan interaksi antara komunikator dan komunikan
dibatasi.
b.    Komunikasi massa memiliki efek yang besar dan meluas.
c.    Proses encoding dan decoding melalui beberapa tahapan (multistages) dengan kemungkinan
gangguan semantik, alam dan mekanis.
d.   Pesan yang disampaikan bersifat publik, mahal dan mudah terputus.
e.    Komunikan memiliki jumlah yang besar dan dapat memilih pesan mana yang ingin ia akses.

Menurut kalian apa faktor-faktor yang berpengaruh dalam komunikasi interpersonal dan
Komponen komunikasi interpersonal

Menurut Rahmat (2007) komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh


persepsi interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal dan hubungan
interpersonal.
1) Persepsi interpersonal
Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli
yang berasal dari seseorang (komunikan) yang berupa pesan verbal dan
nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh
terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah
memberi makna terhadap pesan akan membuat komunikasi tidak berhasil
atau gagal.
2) Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri.
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi
interpersonal yaitu:
a) Setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan kosnep
dirinya.
b) Membuka diri.
c) Percaya diri.
3) Atraksi interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan ada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh atraksi
interpersonal dalam :
a) Penafsiran pesan dan penilaian.
b) Efektifitas komunikasi.
4) Hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seorang dengan orang lain. hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat
persepsinya dengan orang lain dan persepsi dirinya, sehingga
makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta komunikasi.

Komponen-komponen yang harus ada dalam komunikasi


interpersonal menurut Suranto A.W (2011), yaitu:
1. Sumber/ komunikator
2.Encoding
3. Pesan
4. Saluran
5. Penerima/komunikan
6. Decoding
7. Respon
8. Gangguan
9. konteks komunikasi

Jelaskan pengertian konseling

Rogers (1942) : suatu hubungan yang bebas dan berstruktur yang membiarkan klien memperoleh
pengertian sendiri yang membimbingnya untuk menentukan langkah-langkah positif ke arah
orientasi baru,
Smith (1955) : suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi antara seseorang yang
mengalami kesulitan dengan seseorang yang profesional yang latihan dan pengalamannya
mungkin dapat dipergunakan untuk membantu orang lain mampu memecahkan persoalan
pribadinya. 

Jelaskan mengenai 5 lima tahapan struktur wawancara dalam konseling menurut Ivey, et
al (1987)

1. RAPPORT. 
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang
akan dilakukan terhadap dar dengan klien, serta membawa klien merasa enak
menghadapi pewawancarsa. Acap kali penting menerangkan tu- juan dari wawancara dan apa
vang konselor bisa dan tidak bisa melakukan. 
2 PENGUMPULAN DATA 
Tahap untuk meru-muskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan
diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara dan
bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya. Perumusan masalah yang tepat akan
menghindari pembicaraan yang meloncat-loncat dan memperjelas tujuan wawancara. Juga untuk
mengidentifikasikan secara jelas kemampuan atau hal-hal yang positif pada klien. Wawancara
pertama pada umumnya didahului dengan wawancara pendahuluan yang dikenal dengan "intake
interview" yang bisa dilengkapi dengan pengumpulan data yang sudah ada seperti data pribadi
yang tersimpan atau hasil pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan. Selanjutnya tujuan dari
"intake interview" adalah untuk mengetahui latar belakang kehidupan klien yang merupakan
kumpulan dari faktor atau data keadaan sekarang atau yang sudah lewat mengenai klien secara
sistematis. Penekanan isi tergantung dari orientasi konselor atau hal-hal khusus yang akan
ditelusuri lebih lanjut
3. MENENTUKAN HASIL SESUAI DENGAN ARAH KE MANA KLIEN INGINKAN.
 Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah
diatasi. Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yang dikehendaki klien
dan yang senada atau tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh
pewawancara. 
4. MENGEMUKAKAN MACAM-MACAM ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH. 
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan dari macam-macam alternatif.
Sering kali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan
merupakan tahapan yang berlangsung paling lama. 
5. GENERALISASI DAN PENGALIHAN PROSES BELAJAR. 
Untuk memungkinkan klien mengubah cara berpikirnya, proses belajarnya, perasaannya dan
perilakunya dalam kehidupan sehari- hari. Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai proses
konseling itu sendiri. Kelima tahapan wawancara menurut Ivey, et al ini dapat di singkat dengan
lima pertanyaan sederhana dan singkat sebagai berikut: 1. Apa kabar ? 2. Apa masalahnya ? 3.
Apa yang Anda inginkan akan terjadi ? 4. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu ? 5.
Apakah Anda mau melakukan hal itu ?
Karena wawancara sudah merupakan bagian dari proses konseling, maka konseling juga
berfungsi terapeutik, disamping fungsi-fungsi seperti tersebut di atas. Fungsi terapeutik dari
wawancara bersumber terutama pada kehadiran dari keseluruhan pribadi konselor dengan
seluruh penampilannya yang
memberikan kesan dan efek tertentu pada klien. Cara meranyakan sesuatu yang dilatar belakangi
oleh sikap memahami akan dirasakan oleh klien sebagai penerimaan dan pengertian yang secara
langsung bisa meredakan suatu ketegangan dan memungkinkan untuk berpikir lebih jernih dan
rasional dan tidak mustahil muncul kemampuannya untuk mengatasi masalan yang sedang
dihadapi. Wawancara bisa dilakukan secara berstruktur dengan daftar pertanyaan yang tersedia
atau dilaku- kan secara bebas. Hal pertama akan menimbulkan kesan resmi, formal dan acap kali
malah memper- lambat terciptanya rapport, sebaliknya dengan wa- wancara bebas akan
menimbulkan kesan ramah dan santai, sehingga lebih mempermudah terungkapnya hal-hal yang
mungkin penting untuk dikemukakan aleh klien dan penting untuk memasuki proses konseling
selanjutnya.
Jelaskan karakteristik konseling

1.  Konseling sebagai kegiatan bantuan 


Pengertian bantuan bisa menimbulkan berbagai interpretasi karena banyak ragamnya, antara lain
bantuan non professional  seperti bantuan sesaat, bantuan yang mendasarkan belas kasihan atau
kasih sayang, bantuan materi, bantuan tenaga, bantuan moril, bantuan nasihat dan bantuan
professional dengan teknik konseling.
2. Konseling untuk perubahan perilaku
perubahan yang terjadi diharapkan bersifat menetap., jadi akan mengganti atau mengubah bagian
dari kepribadian yang tidak baik menjadi sesuatu yang baru yang baik dan bisa diterima oleh
pribadinya maupun lingkungan hidupnya kemudian perubahan perilaku dapat terjadi oleh
pengaruh lingkungan melalui proses belajar atau proses kondisioning sebagai akibat dari
hubungannya dengan lingkungan.
3. Pengaruh kondisi lingkungan hidup klien
Melalui perubahan lingkungan hidup ke arah yang diharapkan bisa berfungsi positif, sebagian
dari kepribadian seseorang diharapkan bisa terubah.
4.Pembatasan pada klien dalam konseling 
Memahami batas-batas mana yang yang boleh dilakukan atau yang tidak perlu dilakukan adalah
sesuatu yang diharapkan dan terbentuk sedikit demi sedikit melalui kualitas dan dan kuantitas
hubungan yang direncanakan konselor. Pembatasan bertujuan agar klien melatih diri dan
meninjau apa yang yang harus dilakukan, suatu latihan ke arah berfungsinya aspek rasion dan
pada sisi lain juga melatig klien untuk memahami dirinya sendiri, jelas merupakan latihan
pengendalian diri.
5. Wawancara dalam konseling
Sebagai metode pengumpulan data dan menjadi ciri dalam pengumpulan keterangan di lembaga-
lembaga yang berhubungan dengan kesejahteraan, ketenaga-kerjaan, penempatan dan konseling
mengani karier
6. Konselor dalam konseling sebagai pendengar
Konselor sebagai pendengar yang baik sering harus memakai seni tersendiri untuk mampu
mendengarkan. Mendengarkan dan mendengarkan mempunyai banyak arti karena dihubungkan
pula dengan mimik atau gerakamn tubuh yang bisa mengandung arti tertentu. Selama konselor
mendengarkan klien, selama itu mkonselor bisa melakukan penilaian, melakukan pengamatan
terhadap perilaku dan perubahannya, menentukan  apakah masih akan menanyakan lagi dan apa
yang akan ditanyakan, atau komentar yang akan diberikan dan langkah-langkah lain yang akan
dilakukan terhdap klien dalam rangka tujuan konseling yang diinginkan.
7. Konselor memahami klien 
Konselor mengerti secara lebih baik, lebih terperinci mengenai keadaan klien dan latar
belakangnya
8.Kerahasiaan dalam konseling
Masalah seseorang adalah masalah yang sangat pribadi , masalah yang kadang-kadang sulit
untuk diungkapkan. Karena itu konseling menangani masalah pada diri seseorang, jadi bersifat
pribadi, rahasia, dan tidak ingin diketahui oleh orang lain selain konselor yang dipercaya akan
bisa membantu
9. Komunikasi non verbal dalam konseling
Johnson(1981) menyatakan bahwa dari hasil suatu penelitian, menunjukkan bahwa dari
percakapan biasa antara dua oran, 65% dari poengertian yang diperolehnya, berasal dari pesan-
pesan yang disampaikan dengan cara nonverbal 
10.  Konselor sebagai pribadi
Dalam kegiatan konseling, seorang konselor berhadapan dan bertatapan langsung dengan orang
lain yang dalam hal ini berstatus klien. Dua pribadi saling bertemu dan bertatap muka, maka
terjadi interaksi yang melibatkan faktor-faktor kognitif maupun afektif. Dalam memberikan
maupun menerima, keduanya sangat besar dipengaruhi oleh konstelasi kepribadian masing-
masingyang amat pribadi atau singkatnya oleh faktor manusianya, Sama halnya dengan apa yang
telah disebut diatas, menyenangi orang lain akan meberikan dampak tertentu dalam interaksi
yang terjadi, antara lain berkurangnya ketegangan sehingga menjamin kelancaran interaksi yang
terjadi.
11.  Empati
Menurut Rogers, empati bukan hanya sesuatu yang sifatnya kognitif, namun meliputi emosi dan
pengalaman. Juga diartikan usaha mengalami dunia klien sebagaimana klien mengalaminya.

Jelaskan apa yang dimaksud dengan bantuan non professional dalam konseling
bantuan sesaat. seseorang yang membutuhkan sesuatu, kekurangan sesuatu dan memerlukan
bantuan dari orang lain agar apa yang diinginkan dan diperlukan pada sesuatu saat dapat segera
dipenuhi. Sifat bantuan seperti ini adalah pemberian sekali saja dan tidak diulang atau berlanjut.
Isi bantuan itu sendiri juga bisa bermacam-macam, baik dalam bentuk materi maupun tenaga
dalam arti pertolongan yang bisa diberikan kepada seseorang yang sedang membutuhkan.

Jelaskan ”empathic understanding” menurut Rogers


Kemampuan untuk memasuki dunia pribadi pada orang lain, adalah salah satu dari tiga atribut
yang penting dimiliki oleh terapis agar bisa membuat suasana untuk memungkinkan seseoreang
menumbuhkan atau meningkatkan kemampuannya agar menjadi sesuatu sebagaimana seseorang
itu pada dasarnya memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu.
Sebutkan 3 tujuan wawancara permulaan menurut Tyler (1969)
1. Menimbulkan suasana bahwa konseling dimulai
2. Membuka aspek-aspek psikis pada diri klien seperti kehidupan perasaan dan sikapnya
3. Menjelaskan struktur mengenai proses bantuan yang akan diberikan

Sebutkan 6 tujuan wawancara permulaan menurut Eisenberg & Delaney (1977)

1. Merangsang adanya sikap keterbukaan, kejujuran dan komunikasi secara penuh agar
kebutuhan yang dirasa perlu untuk dikemukakan serta faktor-faktor dan latar belakang yang
berkaitan dapat dibicarakan.
2. Melakukan kegiatan untuk menaikkan tingkat pemahaman, harga diri, dan kepercayaan antara
dirinya dengan klien
3. Memungkinkan klien memperoleh gambaran bahwa sesuatu yang berguna akan bisa diperoleh
selama mengikuti konseling
4. Perumusan masalah dan memperhatikan apa yang perlu diperhatikan dan dikerjakan
selanjutnya
5.Membentuk suatu keseluruhan [Gestalt] bahwa konseling adalah proses pada mana kedua
pihak harus bekerja keras untuk menjajagi dan memahami klien demi kepentingan klien sendiri.

Sebutkan dasar pentahapan proses konseling menurut Brammer (1979)


Tahap 1: Penciptaan Hubungan
1. Memasuki fase konseling: Mempersiapkan klien dan membuka hubungan
2. Penjelasan: Mengenai masalah dan yang ada kaitannya dengan masalah itu serta sebab-sebab
mencari bantuan
3.Menyusun struktur: Merumuskan kesepakatan apa yang akan dilakukan
4,. Membina hubungan yang bersifat bantuan

Tahap 2: Pengadaan fasilitas untuk untuk memungkinkan dilakukan langkah yang positif
5.Menjajagi masalah, merumuskan masalah, merencanakan strategi, merngumpulkan fakta,
pengungkapan perasaan yang mendalam dan mempelajari keterampilan baru.
6.Mengkonsolidasi dalam rangka menjajagi alternatif-alternatif, bekerja dengan dan melalui
perasaannya dan mempraktikan keterampilan baru
7. Menyusun rencana untuk melakukan langkah-langkah dengan mempergunakan strategi untuk
mengatasi  konflik, memgurangi perasaan yang menyakitkan dan mengkonsolidasi serta
menghimpun keterampilan dan atau perilaku untuk meneruskan aktifitas-aktifitas yang terarah
untuk diri sendiri.
8. Menghentikan konseling dengan melakukan penilaian terehadap hasil-hasil yang telah
diperoleh.
Singkatnya apa yang t6elah dikemukakan Brammer adalah sebagai berikut
Tahap 1:
Entry => Classification => Structure => Relationship
Tahap 2: 
Exploration=> Consolidation => Planning => Termination

Brammer [1979] menambahkan bahwa urutan tersebut diatas tidak tergantung pada gaya atau
teori tertentu, melainkan sebagai dasar umum dari proses biasa untuk menghadapi dan mengatasi
masalah. Thapan-tahapannya juga merupakan proses yang biasa terjadi, namun bukan
merupakan sesuatu urutan yang eksak, jadi tidak semua urutan harus ada, karena satu dan lain
tergantung pada klien yang mempengaruhi urutan maupun lamanya sesuatu tahapan dijalani.

Diskusikan mengenai terminasi konseling, apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang
harus dihindari untuk dilakukan

Yang sebaiknya dilakukan adalah konselor atau klien mengambil inisiatif untuk mengakhiri
konseling maksudnya adalah ketika klien sudah merasa mampu menggunakan suber-sumber
yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah,respon klien menjadi positif dan dapat menunjukkan
pemahaman diri sendiri dan bila sasaran dari kontrak sudah tercapai.
Yang harus dihindari menurut Yeo (2003) ada lima, yaitu:
(1)Sikap acuh tak acuh
Klien diperlakukan sebagai pasien atau kasus yang memandang mereka adalah orang yang tidak
memiliki kemampuan, menggangap remeh, ”sakit”. Ada satu perasaan tidak terlibat dan kurang
peduli pada mereka.
(2) Tak sabar dan amarah
Konselor akan marah dengan klien jika mereka tidak menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
atau tidak memperlihatkan kerjasama dalam pertemuan konseling. 
(3) Terus memberi nasehat
Terkadang konselor secara tidak sengaja memberikan nasehat kepada klien karena menganggap
dalam mengambil keputusan klien terlalu berbelit-belit
(4) Terpengaruh secara emosional
 Konselor dapat menjumpai dirinya sendiri merasa sangat sedih karena masalah-masalah yang
dialami kliennya dan akhirnya merasa tertekan.
(5)Tidak kreatif
Ada perasaan statis ketika konselor berhadapan dengan berbagai macam kasus. Konselor tidak
dapat membuat pembaharuan dan sebaliknya mempunyai kecenderungan untuk melakukan hal-
hal yang sama. Setiap kali konselor berhadapan dengan jenis klien yang sama, konselor
melakukan hal yang sama untuk kliennya. 
Diskusi teknik konseling

Diskusikan mengenai perbedaan ketiga teknik konseling yaitu pendekatan langsung,


pendekatan tidak langsung dan pendekatan eklektik

1. Pendekatan lansung (Directivr approach)


Konselor lebih banyak berperan untuk menentukan sesuatu, bertindak aktif dalam mengajarkan
sesuatu atau menanamkan pengertian baru pada klien

2.Pendekatan Tidak Langsung


Konselor memberikan kesempatan sebanyak mungkin agar klien mengutarakan permasalahan
yang dihadapinya

3.Pendekatan eklektik
Konselor menggunakan variasi teori konseling, prosedur dan teknik sehingga dapat melayani
masing-masing konseli sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri khas masalah yang
dihadapi

Jelaskan arti terapeutik dari konseling model Rogers menurut Carkhuff (1973) 
1. Tahap pertama: Eksplorasi Diri. Orang terdorong akan lebih berani memeriksa diri sendiri
akan keberadaannya dalam kehidupan ini.
2. Tahap Kedua: Orang mulai memahami hubungan antara keberadaannya dalam kehidupan dan
kemana arah kehidupan yang diharapkan.
3. Tahap ketiga: Tahap untuk melakukan tindakan-tindakan yang terarah dan punya tujuan yang
jelas.

Jelaskan langkah langkah konseling tidak langsung 

Rogers menjelaskan mengenai langkah-langkah khusus pada konseling dengan teknik tidak
langsung sebagai berikut:
1. Seseorang dartang untuk minta bantuan. Selanjutnya ia memasuki tahap yang penting, tahap
untuk merasakan kebebasan agar terapi bisa dilanjutkan
2. Perumusan mengenai suasana bantuan. Terhadap klien didasarkan bahwa konselor tidak punya
jawaban, tetapi melalui proses konseling klien akan memperoleh sesuatu, dengan bantuan, untuk
bisa melakukan pemecahan persoalannya sendiri.
3. Konselor meningkatkan keberanian klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya
sehubungan dengan masalahnya. Disatu pihak ini adalah berkat sikap ramah, penuh perhatian,
dan menerima dari konselor, dipihak lain melalui percakapan terapeutik dengan konselor; terjadi
kemajuan. 
4. Konselor menerima, mengenali dan menjelaskan berbagai perasaan negatif. Kalau konselor
menerima perasaan ini, ia harus siap untuk memberikan respons, tidak terhadap isi intelek
seseorang mengenai apa yang dibicarakan, tetapi terhadap perasaan yang mendasarinya.
Konselor berusaha melalui apa yang dibicarakan atau dilakukan, untuk menciptakan suasana
dimana klien bisa mengenali bahwa ia mempunyai perasaan-perasaan negatif dan bisa
menerimanya sebagai bagian dari dirinya dari pada ia memproyeksikan perasaan-perasaan itu ke
orang lain atau menyembunyikannya dibalik mekanisme pertahanan dirinya. Kadang-kadang
konselor menjelaskan perasaan ini ecara verbal, tidak untuk menilai sebabnya, namun semata-
mata meyakinkan bahwa hal tersebut: benar-benar ada dan ia menerimanya. 
5. Ketika perasaan-perasaan negatif telah diung- kapkan sepenuhnya, pada saat itu akan diikuti
oleh ekspresi dari dorongan positif untuk berkembang lebih lanjut. Ekspresi positif adalah tanda
yang jelas dan meyakinkan dari keseluruhan proses yang telah terjadi. 
6. Konselor menerima dan mengenali perasaan- perasaan positif yang diungkapkan, sama dengan
ketika menerima dan mengenali perasaan-perasaan negatif. Perasaan positif tidak diterima oleh
konselor sebagai sesuatu yang harus dipuji atau seperti layaknya sesuatu permintaan yang harus
dipenuhi, melainkan sebagai sesuatu yang biasa ada pada diri pribadi seseorang. Dengan
penerimaan seperti itulah klien belajar dan menya- dari diri sendiri sebagaimana keadaan
sebenarnya. 
7. Pemahaman, pengenalan dan penerimaan tentang diri sendiri, adalah langkah berikutnya yang
penting dari keseluruhan proses, yang menjadi dasar pada diri
seseorang untuk bisa maju ke tingkatan yang baru dari integrasinya. 
8. Bersama-sama dengan proses pemahaman ini adalah proses yang memperjelas kemungkinan-
kemungkinan keputusan atau tindakan yang akan dilakukan. 
9. Tindakan positif. Suatu keputusan untuk melakukan sesuatu tindakan yang
nyata, yang positif, yang tumbuh sedikit demi sedikit dari dirinya sendiri. 
10. Langkah selanjutnya yang tersisa tidak memakan waktu lama. Sekali seorang mencapai tahap
pemahaman dan melakukan tindakan positif, maka aspek yang tersisa dijadikan elemen untuk
perkembangan selanjutnya. 
11. Lambat laun tindakan positif dan terpadu pada klien meningkat. Ketakutan memutuskan
sesuatu berkurang dan lebih percaya diri dalam melakukan tindakan. Hubungan konselor dengan
klien pada saat ini mencapai puncaknya. 
12. Muncul pikiran dan kesadaran pada klien untuk mengurangi kebutuhan
akan bantuan dan bahwa hubungan dengan konselor akan berakhir. Konselor menghentikan
hubungan dengan klien sekalipun mungkin masih tersisa macam-macam perasaan pada klien,
yang telah melibatkannya dengan konselor, juga sebaliknya dari pihak konselor, namun harus
diterima sebagai keterlibatan emosi yang wajar dan harus bisa dihentikan secara baik dan sehat.

Jelaskan ciri ciri client centered therapy


Carl Rogers [1942] dalam bukunya "Counseling and Psychotherapy" menjelaskan mengenai ciri-
ciri dari client-centered therapy sebagai berikut: 
1. Perhatian diarahkan kepada pribadi klien dan bukan kepada masalahnya. Tujuannya bukan
memecahkan sesuatu masalah tertentu, tetapi membantu seseorang untuk tumbuh, sehingga ia
bisa mengatasi masalah, baik masalah sekarang maupun masalah yang akan datang dengan cara
yang lebih baik, lebih tepat. Jika seseorang ber- hasil mengatasi persoalan dalam suasana yang
lebih bebas, lebih bertanggung jawab, berkurang sikap-ragunya, dengan cara yang lebih teratur,
maka pada saat menghadapi masalah baru ia akan bisa mengatasinya dengan cara yang sama. 
2. Hal yang kedua ialah penekanan lebih banyak terhadap faktor emosi, daripada terhadap faktor
intelek. Dalam kenyataannya, banyak perbuatan dipengaruhi oleh emosi daripada oleh pikiran,
artinya seseorang bisa mengetahui bahwa se- suatu perbuatan sebenarnya tidak baik, jadi secara
rasional, intelektual, ia mengetahui itu, dan tahu pula bahwa ia tidak boleh melakukan hal itu,
namun kenyataannya lain. Pendekatan ini bekerja langsung terhadap kehidupan emosi dan
perasaan yang nyata daripada berusaha mereorganisasikan faktor emosi melalui pen- dekatan
intelektual. 
3. Hal yang ketiga memberi tekanan yang lebih besar terhadap keadaan yang ada sekarang
daripada terhadap apa yang sudah lewat. Pola emosi yang diperlihatkan seseorang sekarang ini
sama saja dengan pola emosi yang sudah ada dalam sejarah pribadinya. 
4. Hal yang keempat ialah penekanan pada hubungan terapeutik itu sendiri sebagai tumbuh- nya
pengalaman. Di sini seseorang belajar me mahami diri sendiri, membuat keputusan yang penting
dengan bebas dan bisa sukses berhubungan dengan orang lain secara lebih dewasa.

Jelaskan mengenai konseling kelompok ditinjau menurut Ohlsen.


Menurut Erle M. Ohlsen dalam bukunya group counselling: interaksi dalammkelompok
konseling mengandung banyak unsur terapeutik, yang paling efektif bila seluruh anggota
kelompok:
1)Memandang kelompok bahwa kelompoknya menarik
2)Merasa diterima oleh kelompoknya
3)Menyadari apa yang diharapkan dari mereka dan apa yang mereka harapkan dari orang lain
4)Merasa sungguh-sungguh terlibat
5)Merasa aman sehingga mudah membuka diri
6)Menerima tanggung jawab peranannya dalam kelompok
7)Bersedia membuka diri dan mengubah diri serta membatu anggota lain untuk berbuat yang
sama
8)Menghayati partisipasi sebagai bermakna bagi dirinya
9)Berkomunikasi sesuai isi hatinya dan berusaha menghayati isi hati orang lain
10)Bersedia menerima umpan balik dari otang lain, sehingga lebih mengerti akan kekuatannya
dan kelemahannya
11)Mengalami rasa tidak puas dengan dirinya sendiri, sehingga mau berubah dan menghadapi
tegangan batin yang menyertai suatu proses perubahan diri; dan
12)Bersedia menaati norma praktis tertentu yang mengatur interaksi dalam kelompok 

Diskusikan mengenai tata cara konseling kelompok

Tata cara konseling kelompok :


1. Tahap Permulaan :
Pada tahap permulaan ini konselor perlu mempersiapkan terbentuknya kelompok. Pada tahap ini
dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok. Pada pertemuan awal
adalah penting bagi konselor untuk membentuk kelompok dan menjelaskan tujuan konseling
kelompok dengan istilah yang mudah dipahami oleh siswa yang ada di dalam kelompok.

2. Tahap Transisi
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja
(kegiatan). Transisi dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing
dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok.

3. Tahap Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok. Di mana para
anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi
baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekkan perilaku-perilaku
baru

4. Tahap Pengakhiran
Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas arti dari
pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat
keputusan mengenai tingkah laku yang mereka inginkan untuk dilakukan di luar kelompok dan
dilakukan dikehidupan kelompok sehari-hari.

Diskusikan mengenai struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling dalam


lingkup pendidikan

Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak
mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan.
Struktur organisasi setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah satuan
pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.
2. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara pengambil
kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat dengan cepat diambil
tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan layanan/ kegiatan bimbingan dan
konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu.
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan yang
berguna bagi pelaksanaan dan tugas organisasi, yang semuanya itu bermuara pada kepentingan
seluruh peserta didik.
4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang dan
semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan
bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik.
5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat
terus dilakukan.
Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan
dari bawah ke atas), dan secara horizontal (penilaian sejawat).

Jelaskan kegiatan bimbingan konseling di sekolah dan di perguruan tinggi. Apakah ada
bedanya? 

Layanan konseling sekolah dibutuhkan siswa tidak hanya untuk bimbingan pelajaran saja.


Layanan konseling di sekolah dimaksudkan untuk membimbing anak ke arah yang lebih optimal
dan lebih berkembang. Di sekolah peran layanan konseling sebagai wadah pelayanan
bimbingan konseling bisa dilakukan dengan setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah)
keluarga, masyarakat, organisasi, industri dan lain sebagainya. 

Jenjang Sekolah Dasar 


 Tidak ditemukan posisi struktural di SD bagi konselor 
 Yang ada adalah konselor kunjung, yang bertugas membantu guru SD mengatasi perilaku
mengganggu (disruptive behavior), antara lain pendekatan direct behavioral consultation.

Jenjang Sekolah Menengah 


 Posisi konselor secara hukum di Indonesia pada tingkat sekolah menengah telah ada sejak
tahun 1975, yaitu sejak berlakunya kurikulum BK. 
 Konselor di Sekolah Menengah mendapat “tempat yang cukup leluasa”. 
 Peran konselor, salah satu komponen student support services, yaitu mensupport
perkembangan aspek pribadi-sosial, karir dan akademik siswa.

 Pengembangan menu program kurikulum BK (Guidance counseling curriculum), bantuan


kepada siswa dalam individual student planning, pemberian layanan responsif, dan
pengembangan system support 
 Konselor menjalankan semua fungsinya: preventif, developmental, kuratif

Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yang dihadapi oleh
para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar di perguruan tinggi memiliki beberapa
karakteristik yang berbeda dengan di sekolah lanjutan. Karakteristik utama dari studi tingkat ini
adalah kemandirian, baik dalam kegiatan belajar dan pemilihan program studi, maupun
pengolahan dirinya sebagai mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa
untuk memilih dan menentukan program studi bakat, minat dan cita-citanya. Mahasiswa juga
dituntut untuk belajar sendiri, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan oleh dosen-
dosennya. Dalam mengelola hidupnya, mahasiswa dipandang telah cukup dewasa untuk dapat
mengatur kehidupannya sendiri, umunya mereka yang sudah berkeluarga.
            Dalam usaha merealisasikan kemandirian tersebut, perkembangannya tidak selalu mulus
dan lancar, banyak hambatan dan problema yang mereka hadapi.  Struktur dan sistem perguruan
tinggi umumnya bercirikan adanya departementalisasi, spesialisasi, jaringan kerja (khususnya
akademis) yang ruwet dan kerenggangan hubungan manusiawi bahkan dalam
kemanusiaan mahasiswa terabaikan. Bimbingan tersebut meliputi layanan bimbingan akademik
yang diberikan oleh dosen-dosen bimbingan pada tingkat jurusan/program, dan bimbingan
sosial-pribadi yang diberikan oleh tim bimbingan dan konseling pada tingkat jurusan/program
studi, fakultas, dan universitas.

Perbedaan ciri khas ekspektasi konselor di setiap jenjang pendidikan


 Rentang usia peserta didik berbeda-beda memicu kebutuhan layanan BK yang berbeda,
sedangkan jalur pendidikan yang ditempuh sama-sama pendidikan formal 
 Sisi pengaturan birokratik, misal di SD oleh guru kelas dibantu konselor kunjung, di Sekolah
Menengah oleh konselor, di Perguruan Tinggi layanan akademik oleh dosen-dosen bimbingan
serta bimbingan sosial-pribadi oleh tim bimbingan dan konseling

Anda mungkin juga menyukai