Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR PADA

KONSEP PSIKOSOSIAL

Dosen Pembimbing:

Ns. Imelda Pujiharti, S.Kep.M.Kep.Sp.Kep.An

Disusun oleh:

Nurshyfa Fauzyah 1720210007

Ratu Zilva Nadira 1720210016

Rahmadatul Ilmi 1720210017

Jihandanu Pratama 1720210018

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM ASYAFI’IYAH

JAKARTA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFiNISI
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu
untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan
sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan
keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai
kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif.

B. STATUS EMOSI
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan
cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz
(1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi,
control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa
perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian
dan rasa tidak pasti. Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang
saling tumpang tindih dan berkesinambungan.
a. Kebutuhan akan inklusi
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang
memuaskan dengan orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan
inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasi dan menjawab semua
pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalm memberi perawatan dan
mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
b. Kebutuhan akan kontrol
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan
yang memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan,
pembuatan keputusan dan otoritas. Contoh: Saat orang melepaskan tanggung
jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang
selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan
dan bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas,
bermusuhan dan kurang percaya terhadap orang lain atau diri sendiri. Intervensi
keperawatan yang membantu pasien menerima tanggung jawab untum membuat
keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan control.
c. Kebutuhan Afeksi
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima
berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka,
akrab secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.

C. RENTANG RESPON EMOSIONAL


Respon Adaptif
Respon Malatif

Kepekaan Reaksi berduka Supresi Penundaan Depresi/Mania


Emosional takterkomplikasi Emosi Reaksi Berduka

Pengertian :

a) Kepekaan emosiaonal
Adalah Respons emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif
dalam dunia internal dan eksternal sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut
terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.
b) Reaksi berduka takterkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang
sedang menghadapi suatu kehilngan yang nyata serta terbenam dalam proses
berdukanya.
c) Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri,
pelepasan  pelepasan dari keterikatandengan keterikatandengan emosi atau
penalaran penalaran terhadap terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
d) Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan yang persisten respons emosional terhadap kehilangan . ini
dapat terjadi pada awal proses berkabung dan menjadi nyata pada kemunduran
proses, mulai terjadi atau keduanya. Penundaan dan penolakan proses berduka
kadang terjadi bertahun-tahun.
e) Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Dapat digunakan
untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan
emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f) Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan dan mudah tersinggung.

D. KONSEP DIRI (KD)


KD adalah Semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Berkembang secara bertahap, Berkembang secara bertahap, saat bayi mulai saat bayi
mulai mengenal dan membedakan diri dengan mengenal dan membedakan diri
dengan orang lain. Pembentukan KD dipengaruhi asuhan orang tua dan lingkungan
Tercapai aktualisasi diri ( Hirarkhi maslow) → Perlu KD yang sehat.
a) Komponen Komponen Konsep diri:
1. Body Image ( Citra tubuh)
Merupakan sikap terhadap tubuh secara sadar dan tidak sadar
Mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh dulu dan sekarang.
2. Ideal diri
a. Persepsi individu → bagaimana harus berprilaku sesuai standar prilaku
Kepekaan emosiaonal adalah Respons emosional termasuk dipengaruhi
oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal sesorang.
Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya
sendiri.
b. Akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3. Harga diri (HD)
a. Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana
prilaku memenuhi ideal diri.  
b. Sukses → HD tinggi, gagal → HD rendah.
c. HD diperolah dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran diri (PD).
Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
5. Identitas Diri Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek dari KD
sebagai suatu kesatuan yang utuh.

b) Faktor yang mempengaruhi KD :


1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak.
2. Budaya
Usia anak → nilai diadopsi dari orang tua.
3. Sumber eksternal dan internal
Eksternal → Dukungan masyarakat, ekonomi yang bagus.
Internal → humoris, agamis, berpendidikan.
4. Pengalaman sukses dan gagal → meningkatkan/menurunkan KD.
5. Stresor esor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika koping
tidak efektif → depresi, menarik diri dan kecemasan.
6. Usia, keadaan sakit dan trauma → Usia, keadaan sakit dan trauma →
mempengaruhi perse mempengaruhi persepsi diri.

c) Kriteria Kepribadian sehat :


1. Citra tubuh yang positif dan kuat.
2. Ideal dan realitas.
3. Konsep diri yang positif.
4. Harga diri yang tinggi.
5. Kepuasan penampilan peran.
6. Identitas jelas.

d) Ciri konsep diri rendah (carpenito, 1995)


a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca.
c. Menghindari diskusi tentan topic dirinya.
d. Menolak usaha rehabilitasi.
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat.
f. Menginglari perubahan pada dirinya.
g. Peningkatan ketergantungan pada orang lain.
h. Adanya tanda keresahan seperti marah, putus asa, menangis.
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan diri.
j. Tingkah laku merusak, seperti penggunaan narkoba.
k. Menghindari kontak social.
l. Kurang percaya diri.

E. DEFINISI COPING
Strategi Strategi coping merupakan suatu coping merupakan suatu upaya
individu untuk menangg upaya individu untuk menanggulagi stress yang ulagi stress
yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan
kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri. Coping
yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk
mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak
dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

Jenis koping yang konstruktif :

1. Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai
macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif
yang dianggap paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional
dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga
meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan
yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan
yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang
dihadapi, schingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan
tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi
yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian tau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang
bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan rang bagi ketidak
jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati
juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati
dan dirasakan oleh orang lain.

Koping Sehat ( SEHAT) :

1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu
perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau
pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-
akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon
atau solusi yang paling sesual.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu
dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu
pada sat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari
sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan
3. Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan
kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari
dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada
kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self asser tion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres
dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara
lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian
secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan
terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan
pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

F. HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan
disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif,
artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas
kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat
negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau
solidaritas kelompok yang telah terbangun. Hubungan sosial asosiatif adalah proses
interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota
kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini.
1. Kerja sama
2. Akomodasi
Dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai
keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi
antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan
nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
3. Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan
latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam
jangka waktu lama.
4. Akulturasi
Adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam
kebudayaan sendiri.
2. Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif
a. Persaingan
Adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau
kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tampa adanya
ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
b. Kontravensi
Merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara
persaingan dengan pertentangan tau pertikaian. Kontravensi adalah sikap
mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya
kelompok lain.
c. Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu atau
kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan tau kekerasan
untuk mencapai suatu tujuan.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut
Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah :
a. Status emosional.
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir.
2) Keterampilan yang mampu dilakukan.
3) Pekerjaan klien.
4) Status keuangan.
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien.
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang
lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut :
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.

3. INTERVENSI
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah :
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan : Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan


tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.


Tujuan : Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil :
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.


Tujuan : Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil :
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan
dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
4. EVALUASI
1. Pasien menunjukkan mekanisme koping yang positif.
2. Pasien mampu membangun konsep dir yang baik.
3. Pasien mampu membina hubungan sosial yang schat
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai