Disusun Oleh :
A. Latar belakang
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem terbuka
serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit
dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri, keluarga,
maupunlingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang
paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai
aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui
individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat
bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari
beberapa komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas.
Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri,
malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan cenderung menarik
diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut tidak segera ditangani akan berdampak yang sangat
negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku
bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan peran
perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya
perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien
sebagai support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.
Berdasarkan hal di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus fiktif yaitu ”Asuhan
Keperawatan pada Tn. T. dengan Gangguan Konsep Diri: Peran di Ruang 1 RSUP
Fatmawati” sebagai judul makalah kelompok.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2. Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar psikososial
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan psikososial
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
C. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Metode Studi Kasus Fiktif
Berdasarkan dari kasus fiktif mengenai gangguan konsep diri: peran pada Tn. T di ruang melati
kamar 1 RSUP Fatmawati dengan post operasi kaki kiri.
2. Metode Kepustakaan
Dalam membahas kasus tersebut, penulis menggunakan studi kepustakaan dari berbagai literatur
yang berkaitan dengan kasus fiktif pada klien dengan gangguan konsep diri.
D. Sistematika penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari empat bab yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II
Tinjauan Teori yang terdiri dari: konsep dasar dan asuhan keperawatan. BAB III Tinjauan
Kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implmentasi serta
evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta saling
berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal
dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri,
lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia
adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang
sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri
berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. (Tarwoto,
2003)
2. Komponen Konsep Diri
Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup persepsi
dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar prilaku.
c. Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi
ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat.
e. Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya, kelompoknya dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian sebaliknya.
e. Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping
individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f. Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
4. Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan
diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang
yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara
intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina
hubungan interdependen.
f. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
5. Karakteristik konsep diri rendah
Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab
6. Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai
b. Gangguan citra tubuh (Body image)
1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahaan perkembangan
3) Kecacatan
c. Gangguan harga diri
1) Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran
7. Stress dan Adaptasi
Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif
dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan stresor berasal dari
internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Misalnya
perubahan hormon, sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon yang tidak
disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi yaitu optimalnya semua
fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi,
kemampuan mentolelir perubahan situasi.
8. Fisiologi
Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung dengan lingkungan,
baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernafasan eksternal seperti cuaca
dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan dimana
terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis.
Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis fisiologis misalnya respons adanya peningkatan
pernafasaan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan
dicintai, perasaan aman dan nyaman.
9. Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya kalau
kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada.
Melalui tiga fase yaitu:
1) Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah,
nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3) Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
10. Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan
kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti
ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat kecemasan ada 4, yaitu:
a. Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari -hari. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti sesekali bernafas
pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir
bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, duduk tidak tenang.
b. Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal yang
penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut
kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah tidur dan perasaan
tidak enak.
c. Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja
mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih banyak pengarahan/tuntutan.
Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit
kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, bloking, perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan
tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan. Respons panik seperti napas
pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak
dapat berfikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan
persepsi kacau.
11. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang
lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan
12. Kehilangan Dan Berduka
Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka adalah respons emosi yang di
ekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas,
sesak napas, susah tidur dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a. Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b. Tahap perkembangan
c. Kekuatan/koping mekanisme
d. Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a. Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih dan
pucat.
b. Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah,
suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku agresif.
c. Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul
seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d. Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek
kehilangan mulai berkurang.
B. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan
jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan
jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan
jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah dibuat dan sesuai
dengan kondisi klien.
5. Evaluasi
a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.
b. Gambaran diri klien positif.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Initial : Tn. T
Umur : 26 Th
Alamat : JL. Cipete, No: 17, RT: 21, RW: 13, Jakarta Selatan
Agama : Islam
Informan : Keluarga dan klien
B. ALASAN MASUK RS
Tn. T masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada
tanggal 13 Desember 2011 karenakecelakaan sepeda motor.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg,
N : 82x/mnt,
S : 36,6 C,
RR : 19x/mnt
2. Ukur : TB : 165 cm, BB : 50 kg
3. Keluhan fisik : ( √ ) ya
Jelaskan
DS: Klien mengatakan : nyeri di sekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala nyeri
8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit,
nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.
DO : Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
D. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Gambaran diri
DS: Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus hitam, dan
kulitnya hitam.
DO: Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien tampak malu dengan
kondisinya saat ini.
b. Identitas Diri
DS: Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya Tn. T, umur 26 th,
dan beragama islam.
DO: Klien tampak mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan agamadengan benar dan
Klien adalah seorang laki-laki.
c. Peran
DS: Klien mengatakan: Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagai ayah dari
tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah.
DO: Klien terlihat sering termenung melihat kakinya saat ini dan saat keluarga datang berkunjung,
klien tampak lebih banyak diam.
d. Ideal diri
DS: Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
DO: Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.
e. Harga diri
DS : Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa dirinya sudah
tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, khawatir bagaimana dengan
pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek yang harus menghidupi keluarganya.
DO : Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat keluarganya
datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
2. Hubungan Sosial :
a. Orang yang Berarti
DS : Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga keluarga adalah hal
yang terpenting dalam kehidupannya.
DO : Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara nada suara klien
bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan air mata.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
DS : Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja sebagai tukang ojek dan aktif dalam
kegiatan masyarakat.
DO : Klien terlihat sering dikunjungi oleh rekan-rekan organisasinya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
DS : Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain.
DO : Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang berbincang-bincang dengan
pasien lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
DS : Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit jarang
melakukan ibadah sholat.
DO : Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
b. Kegiatan Ibadah :
DS : Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.
DO : Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak pernah berdoa.
Masalah keperawatan : Distress spiritual.
4. Sistem pendukung :
YA TIDAK YA TIDAK
Keluarga ( √ ) ( ) Teman sejawat ( √ ) ( )
Profesional ( √ ) ( ) Kelompok sosial ( √ ) ( )
DS : Klien mengatakan keluarga, perawat, teman dan tetangganya selalu memberi motivasi untuknya.
DO : Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
( √ ) Bicara dengan orang lain ( - ) Minum alcohol
( - ) Mampu menyelesaikan masalah ( - ) Reaksi lambat/berlebih
( √ ) Teknik relaksasi ( - ) Bekerja berlebihan
( - ) Aktifitas konstruksi (√ ) Menghindar
( - ) Lain-lain ( - ) Mencederai diri
Masalah keperawatan : Tidak ada
E. ASPEK MEDIK
Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri
Terapi Medik : Analgetik
Kelompok 1
DATA FOKUS
ANALISA DATA
Nama / Umur : Tn.T / 26 thn
Ruang / Kamar : Melati / 1
DO:
Klien terlihat meringis dan memegangi
daerah dekat luka post op.
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg, N :
82x/mnt, S : 36,6 ˚C, RR : 19x/mnt
Diagnosa medik : Post operasi
amputasi kaki kiri
Terapi medik : analgetik.
2 DS: Nyeri di sekitar Gangguan Kelompok
Klien mengatakan : kaki kiri kebutuhan I
Badannya terasa lemas istirahat & tidur
Sudah 2 hari tidak dapat tidur karena
memikirkan luka postoperasi pada
kakiu kirinya
DO:
Klien terlihat:
wajahnya pucat
DO:
Klien tampak malu dengan kondisinya
saat ini.
Klien terlihat melamun.
muram.
Klien terlihat tidak bersemangat
orang lain.
Klien terlihat diam.
kiri.
Postur tubuh klien tinggi, kurus.
DIAGNOSA
INTERVENSI
NO Rencana
Tanggal Data Rasional Paraf
Dx tindakan
13 Des 1 Tujuan : 1. Kaji keluhan 1. Membantu dalam Kelompok
2011 Nyeri klien nyeri klien mengidentifikasi rasa ketidak I
berkurang setelah perhatikan nyamanan : nyeri.
dilakukan tindakan intensitas skala
intervensi dalam nyeri (1-10). 2. Meningkatkan relaksasi
waktu 3 x 24 jam. 2. Berikan tindakan danmeningkatkan rasa
KH : kenyamanan nyaman klien.
- Nyeri klien dasar dan
berkurang aktivitas hiburan.
- Klien merasa lebih3. Anjurkan klien 3. Mengalihkan perhatian klien
nyaman untuk relaksasi dan mengurangi rasa nyeri.
- Klien tidak terlihat tarik nafas dalam
kesakitan dan hembuskan 4. Meningkatkan kenyamanan
- Klien menjadi perlahan serta klien dan mengurangi
lebih rileks distraksi peningkatan rasa nyeri.
- TTV : TD = terhadap nyeri. 5. Peningkatan frekuensi nadi
130/80mmHg, 4. Atur posisi yang indikasi adanya nyeri.
Nadi = 82x/mnt, nyaman yang 6. Mengurangi rasa nyeri.
RR = 18x/mnt, S = dapat
36,6 ºC mengurangi
nyeri.
5. Kaji TTV
meliputi TD,
Nadi, RR dan
suhu.
6. Kolaborasi
dengan dokter :
pemberian obat
analgetik sesuai
program.
13 Des 2 Tujuan : 1. Lakukan kajian 1. Memberikan informasi dasar Kelompok
2011 Kebutuhan gangguan dalam menentukan rencana I
istirahat dan tidur masalah tidur, keperawatan.
klien kembali karakteristik, dan
terpenuhi setelah penyebab kurang2. Meningkatkan relaksasi otot
dilakukan tidur klien. untuk beristirahat.
intervensi dalam 2. Lakukan mandi 3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
waktu 3 x 24 jam. air hangat yang cukup untuk
KH : sebelum tidur. meningkatkan kualitas
- Badan klien 3. Anjurkan makan istirahat.
menjadi segar yang cukup satu 4. Meningkatkankelelapan tidur.
- Klien dapat tidur jam sebelum
6 – 8 jam setiap tidur. 5. Lingkungan yang tidak
malam tenang dapatmengganggu
- Klien menjadi 4. Berikan susu kebutuhan istirahat.
rileks dan lebih hangat sebelum 6. Meningkatkan kebutuhan
nyaman tidur. istirahat dan tidur.
- Mata klien tidak 5. Jaga ketenangan
terdapat lingkaran lingkungan klien.
hitam bawah di
bawah mata
- Wajah klien telihat6. Kolaborasi
tidak pucat dengan dokter :
- Klien tidak pemberian obat
menguap. tidur, seperti
- Klien tidaktampak diazepam.
lemas.
13 Des 3 Tujuan : 1. Pantau intake 1. Mengidentifikasi defisiensi Kelompok
2011 Nutrisi klien makanan setiap nutrisi. I
kembali terpenuhi hari.
dalam 2. Dorong pasien 2. Membantu dalam identifikasi
waktu 3 x 24 jam. untuk makan diet malnutrisi protein-kalori.
KH : tinggi kalori
- Nafsu makan klien kaya nutrient,
bertambah dengan masukan 3. Mempercepat perbaikan
- Klien cairan adekuat. jaringan yang rusak dan
menghabiskan 1 3. Anjurkan untuk memperlancar pencernaan.
porsi makanan banyak
yang diberikan mengonsumsi 4. Membuat waktu makan lebih
rumah sakit makanan yang menyenangkan, yang dapat
- Badan klien tidak tinggi protein meningkatkan intake yang
lemas dan kaya serat. adekuat.
- Konjungtiva emis 4. Ciptakan 5. Mengidentifikasi yang
- TTV : TD = suasana makan menyebabkan tidak nafsu
130/80mmHg, yang makan.
Nadi = 60 – menyenangkan.
80x/mnt, RR =
18x/mnt, S = 36,6 6. Mengetahui status gizi dan
ºC kebutuhan nutrisi klien.
- TB: 165 cm, BB: 5. Dorong 7. Meningkatkan nafsu makan
55 kg komunikasi klien.
terbuka
mengenai
masalah
anoreksia.
6. Timbang berat 8. Meningkatkan nafsu makan
badan klien klien.
setiap hari.
7. Tawarkan 9. Membantu mengkaji keadaan
makanan yang klien.
disukai klien
selama tidak 10. Mengidentifikasi kebutuhan
bertentangan diet klien.
dengan diet
klien.
8. Hidangkan
makanan selagi
hangat.
9. Kaji TTV
meliputi: TD,
Nadi, suhu, RR.
10. Kolaborasi
dengan tim gizi
13 Des 4 Tujuan : 1. Bina hubungan 1. Dasar mengembangkan Kelompok
2011 Harga diri klien saling percaya tindakan keperawatan. I
meningkat setelah dan menjelaskan
dilakukan tindakan semua prosedur
intervensi selama dan tujuan
3 x24 jam. dengan singkat 2. Merencanakan intervensi
KH : dan jelas. lebih lanjut.
- Klien tidak merasa2. Kaji penyebab
malu lagi jika gangguan harga 3. Motivasi dapat meningkatkan
bertemu dengan diri rendah, body kepercayaan diri.
orang lain image, peran.
- Klien mau 3. Berikan motivasi
menerima keadaan kepada klien 4. Penerimaan oleh orang lain
dirinya sekarang dengan meningkatkan perasaan
- Klien dapat melibatkan orang makna diri
berinteraksi terdekat. 5. Jalan untuk mendekatkan diri
dengan baik 4. Sampaikan hal-
padaperawat hal positif sesuai 6. Support sistem dapat
- Klien dapat realita memotivasi dalam
melaksanakan peningkatan harga diri klien
hubungan sosial 5. Gunakan
secara bertahap sentuhan tangan
- Kepercayaan diri jika perlu 7. Meningkatkan kepercayaan
klien meningkat 6. Libatkan diri.
- Klien dapat keluarga dan
melakukan orang terdekat
perannya sebagai untuk
ibu rumah tangga memberikan
- Percaya diri klien support.
meningkat 7. Berikan
reinforcement
yang positif
IMPLEMENTASI
20.00
22.00
EVALUASI
Selasa / 13
Desember 2011 :Klien mengatakan nafsu Kelompok I
11.00 makannya bertambah.
:Klien terlihat menghabiskan satu
porsi makanan.
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Kaji TTV klien, ciptakan suasana
makan yang menyenangkan, pantau
intake makanan setiap hari, dorong
pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat, dan
4 mendorong komunikasi terbuka
mengenai masalah anoreksia.
Selasa / 13
Desember 2011 :Klien mengatakan lebih percaya Kelompok I
16.00 diri dengan kondisi tubuhnya saat
ini.
:Klien terlihat termotivasi.
:Masalah teratasi sebagian.
:Lanjutkan intervensi
Motivasi kepada klien dengan
melibatkan orang terdekat.
EVALUASI
EVALUASI
Kelompok I