Anda di halaman 1dari 15

PKONSEP DASAR

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


A. PengertianKesehatanJiwa
Pengertiankesehatanjiwa .
1. WHO
Kesehatanjiwabukanhanyatidakadagangguanjiwa, melainkanmengandungberbagaikarakteristik yang
positif yang menggambarkankeselarasan dan keseimbangankejiwaan yang
mencerminkankedewasaankepribadiannya.
2. UU KesehatanJiwa No 3 tahun 1996
Kondisi yang memungkinkanperkembanganfisik, intelectual, emocional secara optimaldariseseorang
dan perkembanganiniberjalanselarasdenganoranglain.
3. Stuart &Laraia
Indikatorsehatjiwameliputisifat yang positifterhadapdirisendiri, tumbuh, berkembang,
memilikiaktualisasidiri, keutuhan, kebebasandiri, memilikipersepsisesuaikenyataan dan
kecakapandalamberadaptasidenganlingkungan
4. Rosdahl
Kondisijiwaseseorang yang terustumbuhberkembang dan mempertahankankeselarasan,
dalampengendaliandirisertaterbebasdari stress yang serius.

B. Kriteria Sehat Jiwa


1. WHO, mengemukakanbahwakriteriasehatjiwaterdiridari:
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total
contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah
kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya
kelemahan.
b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri
Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang
negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.
c. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain
dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka
yang memilih sendiri
d. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan adat
2. A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
a. Persepsi akurat terhadap realitas
b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi
c. Mewujudkan spontanitas
d. Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered
e. Butuh privasi
f. Otonomi dan mandiri
g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri
h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi
i. Berminat terhadap kesejahteraan manusia
j. Hubungan intim dengan orang terdekat
k. Demokrasi
l. Etik kuat
m. Humor/tidak bermusuhan
n. Kreatif
o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang
3. Yahoda
a. Sikap positif terhadap diri sendiri
b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

C. Rentang Sehat Jiwa


1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati
3. Ada tahap tahap
4. 4 Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif: sehat
Jarak sehat optimal – kematian
Rentang sehat – sakit terdiri atas rentang sehat yang dimulai dari sejahtera, sehat sekali, sehat normal,
sedangkan rentang sakit dimulai dari setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir pada kematian.

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa


a. Menurut Dorothy, Cecelia
Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu
individu/kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola hubungan
antar pribadi yang lebih harnonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.
b. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada
c. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan
mendukung integrasi. Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas
d. Caroline dalam Basic Nursing, 1999
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental,
dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan kemampuannya, harus
peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan
atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.
e. Menurut Stuart Sundeen
Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan
perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung,
komunikasi dan management.

E. Peran Perawat Kesehatan Jiwa


Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric Nursing
Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien
2. Mendemontrasikan penerimaan
3. Respek
4. Memahami klien
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:
1. Sebagai pendidik
2. Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
3. Sebagai ”surrogate parent”
4. Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah:
1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
3. Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik
4. Aktif melakukan penelitian
5. Membantu pendidikan masyarakat.
STRES

KONSEP STRES
1. Setiap orang dalam hidupnya akan mengalami stres.
2. Umumnya orang dapat menghadapi stres jangka panjang dan menghadapi stres jangka pendek.
3. Stres dapat memberikan rangsangan terhadap perubahan dan pertumbuhan (positif).
4. Stres berlebihan dapat mengakibatkan penyakit fisik, dan ketidakmampuan mengatasi masalah
(negatif).
5. Hasil penelitian menyebutkan ada hubungan stres dgn kelainan fisik dan psikiatrik.

STRES DAN STRESOR


1. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik menghrskan individu berespon atau
melakukan tindakan (Selye, 1976) .
2. Stres dpt menyebabkan perasaan negatif/berlawanan dgn apa yg diinginkan atau mengancam
kesejahteraan emosional.
3. Stres dpt mengganggu cara org dlm menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berpikir,
mengganggu pandangan hdp, sikap pd org yg disayangi, dan status kesehatan.
4. Persepsi atau pengalaman individu thdp perub. besar menimbulkan stres.
5. Stimulus yg mengawali/mencetus perubahan disebut stresor.
6. Stresor menunjukkan suatu kebutuhan yg tdk terpenuhi.
7. Kebutuhan tersebut dpt berupa kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan,
spiritual, dan kultural.
8. Stresor dpt diklasifikasikan mjd stresor internal dan stresor eksternal.

KLASIFIKASI STRESOR
1. Stresor Internal berasal dari diri sendiri, stresor ini dpt timbul dari beban yg berat, tuntutan pekerjaan,
keuangan, ketdkpuasan dgn bentuk tubuh, penyakit, pubertas, kehamilan, menophause, dll
2. Stresor Eksternal berasal dari luar diri, dpt berasal dari keluarga, masy, dan lingkungan. Cth
perselisihan klrg, perceraian, atasan yg tdk pernah puas, polusi udara, sampah, dll

JENIS STRES
Ditinjau dari jenisnya stres dapat dibedakan menjadi:
1. Stres fisik : stres yg disebabkan keadaan fisik, spt suhu yg tinggi atau sangat rendah, suara bising,
sinar matahari atau tegangan arus listrik.
2. Stres kimiawi : stres yg disebabkan krn zat kimia spt obat2an, zat beracun, asam, basa, faktor
hormon, atau gas (prinsipnya krn pengaruh senyawa kimia).
3. Stres mikrobiologi : stres yg disebabkan krn kuman, spt virus, bakteri atau parasit.
4. Stres fisiologi : stres yg disebabkan krn ggn fungsi organ tubuh, spt ggn struktur tbh, fungsi jaringan,
organ dll.
5. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan : stres yg disebabkan krn proses pertumbuhan dan
perkembangan, spt pubertas, pernikahan dan proses lanjut usia.
6. Stres psikis/emosional : stres yg disebabkan krn ggn psikologis atau ketdkmampuan kondisi
psikologis utk menyesuaikan diri, spt stres dlm hub.interpersonal, sosial budaya, dan keagamaan

MODEL STRES
Model stres dpt digunakan untuk membantu pasien mengatasi respon yg tdk sehat dan tdk
prodiktif thdp stresor
a. MODEL BERDASAR RESPON (Slye, 1976)
 Model stres ini menjlskan respon atau pola respon tertentu yg dpt mengindikasikan stresor
 Menguraikan stres sebagai respon yg tdk spesifik dari tbh thdp tuntutan yg dihadapinya
 Stres ditunjukkan oleh reaksi fisiologis tertentu yg disbt sindrom adaptasi umum (general
adaptation syndrom/ GAS)

b. MODEL BERDASAR ADAPTASI (Mechanic, 1962)


Empat faktor yg menunjukkan apakah suatu situasi menimbulkan stres atau tidak, yaitu:
 Kemampuan untuk mengatasi stres. Bergantung pd pengalaman mengatasi stres serupa, sistem
pendukung dan persepsi keseluruhan terhadap stres
 Praktik dan norma dari klmpk. Jika klmpk menganggap wajar untuk membicarakan stresor, maka
dapat mengeluhkan/mendiskusikan hal tersebut. Respon ini dapat membantu proses adaptasi stres
 Pengaruh lingk. sosial dlm membantu seorg individu u beradaptasi thdp stresor.
 Sumber daya yg dpt digunakan untuk mengatasi stresor.

c. MODEL BERDASAR STIMULASI (Holmes dan Rahe, 1976)


 Model berdasar stimulus berfokus pada karakteristik yg menggangu dalam lingkungan
 Model ini mengfokuskan pada asumsi berikut ini:
1. Peristiwa perubahan dlm kehidupan adl normal, dan perub. ini membutuhkan tipe dan durasi
penyesuaian yg sama.
2. Individu adl penerima pasif dari stres, dan persepsi mrk terhadap suatu peristiwa tidaklah
relevan.
3. Semua orang mempunyai ambang batas stimulus yg sama dan sakit akan timbul setelah
ambang batas tersebut terlampaui.
d. MODEL BERDASAR TRANSAKSI (Lazarus dan Folkman)
1. Model ini menganggap stres sbg respon perseptual seseorang yg berakar dari proses
psikologis dan kognitif
2. Stres berasal dari hubungan antara orang dan lingkungannya

FAKTOR YG MEMPENGARUHI RESPON TERHADAP STRESOR


o Sifat stresor
 Sifat stresor merupakan faktor yg dpt mempengaruhi respons tbh thdp stresor. Sifat stresor dpt
berupa tiba-tiba atau berangsur dan sifat ini berbeda pd setiap individu tergantung pemahaman arti
stresor.
o Durasi stresor
 Lama stresor yg dialami individu dpt mempengaruhi respon tbh. Apabila stresor yg dialami lbh
lama, maka respon juga lbh lama, dan hal ini akan mempengaruhi fungsi tbh.
o Jumlah stresor
 Jumlah stresor yg dialami seseorang dpt menentukan respons tubuh. Semakin banyak stresor yg
dialami maka akan semakin besar dampak yg ditimbulkan bagi fungsi tbh. Apabila jumlah stresor
yg dialami banyak dan kemampuan adaptasi baik, maka seseorang akan memiliki kemampuan dlm
mengatasi.
o Pengalaman masa lalu
 Pengalaman dpt mempengaruhi respons tubuh thdp stresor yg dimiliki. Semakin banyak stresor dan
pengalaman yg dialami dan mampu menghadapinya maka kemampuan adaptifnya akan semakin
baik pula.

o Tipe kepribadian
 Tipe kepribadian dpt mempengaruhi respon thdp stresor. Tdpt 2 tipe kepribadian :
Tipe A memiliki ciri : ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang dan tersinggung,
mudah marah, kewaspadaan yg berlebihan, bicara cepat, bekerja tdk kenal waktu, pandai
berorganisasi dan memimpin, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku thdp waktu, tdk
mudah dipengaruhi, dan sulit santai.
Tipe B memiliki sifat berkebalikan dari tipe A
Ciri : tidak agresif, ambisinya wajar-wajar, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, tidak
mudah marah, cara berbicara tdk tergesa-gesa, perilaku tdk interaktif, lebih suka kerjasama, mudah
bergaul.

o Tingkat perkembangan
 Tingkat perkembangan individu dpt mempengaruhi respon tubuh yaitu semakin matang dlm
perkembangannnya semakin baik pula kemampuan mengatasinya.Kemampuan individu dlm
mengatasi stresor dan respons terhadap stresor tsb berbeda-beda, dan stresor yang dihadapi juga
berbeda-beda.

Tahap Jenis stresor


perkembangan
Anak Konflik mandiri dan ketergantungan dg orangtua

Remaja Mulai sekolah


Dewasa muda Hubungan dengan teman sebaya
Dewasa tengah Kompetensi dengan teman
Dewasa tua Perubahan tubuh
Hubungan dg teman
Seksualitas
Mandiri
Menikah
Meninggalkan rumah
Mulai bekerja
Melanjutkan pendidikan
Membesarkan anak
Menerima proses penuaan
Status sosial
Usia lanjut
Perubahan tmpt tinggal
Penyesuaian diri pada masa pensiun
Proses kematian

TAHAPAN STRES
Menurut Robert J Van Amberg 1979, stres dpt dibagi mjd 6 tahapan:
1. Tahap pertama
Merupakan tahap yang ringan dari stres dan biasanya ditandai dengan adanya semangat bekerja
yang berlebihan, penglihatan tajam, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak
seperti biasanya, merasa senang akan pekerjaan tetapi kemampuan yang dimiliki semakin berkurang.
2. Tahap kedua
Pada tahap ini seseorang memiliki ciri : perasaan letih saat bangun pagi, terasa lelah sesudah makan
siang, cpt lelah menjelang sore, sering mengeluh perut atau lambung tdk nyaman, denyut jantung
berdebar-debar lbh dari biasanya, otot punggung dan tengkuk semakin tegang.
3. Tahap ketiga
Pada tahp ini seseorang mengalami gangguan lambung dan usus spt gastritis, buang air besar tdk
teratur, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tdk tenang, ggn pola tidur spt sukar tidur, bangun
tengah malam dan sukar tidur kembali, lemah, terasa spt tdk memiliki tenaga.
4. Tahap keempat
Pada tahap ini akan mengalami gejala : segala pekerjaan yg menyenangkan terasa membosankan,
semula tanggap thdp situasi mjd kehilangan kemampuan utk merespons scr adekuat, tdk mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari, ggn pola tidur, sering menolak ajakan krn tdk bergairah,
kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun krn adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yg
tdk diketahui penyebabnya.
5. Tahap kelima
Tahap ini ditandai dgn kelelahan fisik scr mendalam, tdk mampu menyelesaikan pekerjaan ringan
dan sederhana, ggn pd sistem pencernaan semakin berat, perasaan ketakutan dan kecemasan semakin
meningkat.
6. Tahap keenam
Ini mrpkn tahap puncak, ditandai dgn rasa panik dan takut mati dg gejala spt detak jantung semakin
keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan bisa terjadi
kolaps/ pingsan.

REAKSI TUBUH TERHADAP STRES


1. Perubahan warna rambut yg semula hitam menjadi kecoklatan dan kusam.
2. Perubahan ketajaman mata krn kekenduran otot-otot mata.
3. Gangguan pada telinga : suara berdenging
4. Penurunan konsentrasi
5. Sering sakit kepala dan pusing
6. Ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, berkeringat dan kadang2 panas.
7. Sistem pernafasan : sesak krn penyempitan saluran nafas.
8. Sistem kardiovaskuler : berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit kdg2 tjd
kepucatan atau kemerahan pada muka , terasa kedinginan dan kesemutan pada jari tangan atau
kaki.
9. Sistem pencernaan : gangguan spt lambung, terasa kembung, mual dan pedih.
10. Sistem perkemihan : gangguan spt BAK yg sering.
11. Sistem endokrin/hormonal : peningkatan kadar gula dan tjd penurunan libido dan penurunan
kegairahan pada seksual.
TEKNIK MANAJEMEN STRES
Manajemen stres adalah teknik mengelola stres dgn lbh baik, berusaha mencegah dan mengatasi
stres agar tdk sampai ke tahap yg paling berat sehinga dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengatur diet dan nutrisi. Cara efektif u mengatasi stres. Dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan yg halal dan tdk berlebihan, mengatur jadwal makan scr teratur, menu bergizi dan
bervariasi, hindari makanan dingin dan monoton.
2. Istirahat dan tidur. Obat yg baik u mengatasi stres. Istirahat dan tidur yg cukup dpt
memulihkan keletihan fisik dan keadaan tbh,memberikan kegairahan dlm hidup memperbaiki
sel-sel yg rusak.
3. Olahraga atau latihan teratur. Salah satu cara utk meningkatkan daya tahan dan kekebalan
fisik serta mental. Dapat dilakukan dg cara jalan pagi, lari pagi minimal 2 minggu sekali.
4. Berhenti merokok. Dapat menanggulangi stres,krn dpt meningkatkan status kesehatan,
mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh
5. Tdk mengkonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol mrpk pencetus stres. Dengan
menghindarinya kekebalan dan ketahanan tbh semakin baik, segala penyakit dpt dihindari krn
minuman tsb banyak mengandung alkohol.
6. Mengatur berat badan. Peningkatan BB merupakan faktor yg dpt menyebabkan timbulnya
stres. Keadaan tubuh yg seimbang dpt menurunkan ketahanan dan kekebalan tubuh thd stres.
7. Mengatur waktu. Mengatur waktu merupakan cara tepat dlm mengurangi dan menanggulangi
stres. Segera lakukan pekerjaan yg dpt dikerjakan dan jangan menunda pekerjaan yg ada.
8. Terapi psikofarmako. Menggunakan obat-obatan dlm mengatasi stres. Obat yg digunakan
anticemas dan antidepresi.
9. Terapi somatik. Terapi dilakukan pada gejala yg terjadi akibat stres yg dialaminya shg tdk
menganggu sistem tubuh yg lain, cth diare krn stres, maka yg diobati diarenya.
10. Psikoterapi. Terbagi menjadi:
a. Psikoterapi suportif, yaitu memberikan motivasi dan dukungan agar pasien percaya
diri
b. Psikoterapi reedukatif, yaitu memberikan pendidikan scr berulang.
c. Psikoterapi rekonstruktif, yaitu memperbaiki kepribadian yg tergoncang
d. Psikoterapi kogitif, yaitu memulihkan kognitif pasien
11. Terapi psikoreligius. Menggunakan pendekatan agama dlm mengatasi stres. Mengatasi atau
mempertahankan kehidupan seseorang hrs sehat secara fisik, psikis, sosial dan sehat spiritual.

ADAPTASI TERHADAP STRESOR


1. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam merespon
terhadap stres
2. Adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal
3. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis u perlindungan, mekanisme koping, dan
idealnya mengarah pada penyesuaian dan penguasaan situasi
4. Agar adaptasi berfungsi optimal, seseorg hrs mampu berespon thdp stresor dan beradaptasi thdp
tuntutan atau perubahan yg dibutuhkan
Respon stres terbagi mjd 4:
1. Adaptasi fisiologis
2. Adaptasi psikologis
3. Adaptasi sosial budaya
4. Adaptasi spiritual
1. Adaptasi fisiologis
Selye 1976 membagi adaptasi fisiologis mjd 2 :
1. Sindrom adaptasi lokal (local adaptation syndrome/LAS)
2. Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS)

ADAPTASI FISIOLOGIS TERHADAP STRES


 Sindrom adaptasi lokal (local adaptation syndrome/LAS)
merupakan proses adaptasi yg bersifat lokal, msl ketika kulit terkena infeksi, maka daerah sekitar
kulit akan menjadi kemerahan, bengkak, terasa nyeri, panas, kram. Ciri LAS :
a. Bersifat lokal, yaitu tdk melibatkan keseluruhan sistem tubuh
b. Bersifat adaptif, yaitu diperlukan stresor untuk menstimulinya
c. Bersifat jangka pendek, yaitu tdk berlangsung selamanya
d. Bersifat restoritif, yaitu membantu memperbaiki homeostasis daerah atau bag. tubuh
 Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS)
Proses adaptasi yang bersifat umum atau sistematik. GAS terjadi ketika LAS tidak teratasi dgn
baik, dapat berupa peningkatan suhu tubuh, keringat dingin dll. GAS terbagi mjd 3 tahap:
a. Tahap reaksi alarm
b. Tahap resistensi
c. Tahap terakhir (kelelahan)
a. Tahap reaksi alarm
 Merupakan tahap awal dari proses adaptasi
 Individu siap menghadapi stresor yg akan masuk ke dalam tubuh.
 Diawali dg kesiagaan dimana tjd perubahan fisiologis yaitu ditandai dgn ekskresi hormon
adrenalin yg dpt meningkatkan denyut jantung dan pernafasan cepat dan dangkal
 Pengeluaran hormon adrenokortikotropik yg dpt merangsang pengeluaran kortikoid yg dpt
mempengaruhi tekanan darah
 Aktifitas hormon mempersiapkan individu untuk“fight or flight”
b.Tahap resistensi
 Tubuh akan melakukan proses penyesuaian.
 Terjadi berbagai perubahan dalam tubuh utk mengatasi stresor yang ada sepertijantung bekerja
lebih keras untuk mendorong darah yang pekat melewati arteri dan vena yang menyempit.
c. Tahap terakhir (kelelahan)
 Tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan
 Apabila selama proses adaptasi tidak mampu mengatasi stresor yg ada, maka dpt menyebar ke
seluruh tubuh.
 Dapat berakibat pada kematian
2. Adaptasi Psikologis
 Proses penyesuian secara psikologis akibat stresor yg ada
 Bersifat konstruktif dan destruktif
 Konstruktif dpt membantu individu utk menyelesaikan masalah
 Destruktif berkebalikan dg konstruktif, spt memilih narkoba sbg pelarian
 Dalam proses adapatsi scr psikologis utk mempertahankan diri dari berbagai stresor dg cara
melakukan koping
Mekanisme koping, terbagi menjadi 2:
1. Reaksi yg berorientasi pada tugas. Melibatkan penggunaan kognitif dalam memecahkan masalah
dan mengurangi stres. Tiga jenis perilaku yg umum:
 Menyerang, bertindak menghilangkan, mengatasi stresor, contoh dengan berkonsultasi pada ahli
 Menarik diri dari stresor baik secara fisik atau emosi
 Berkompromi, mengubah metode yang digunakan, mengganti tujuan dll
2. Reaksi yg berorientasi pada ego. Mekanisme ini adalah:
 Rasionalisasi. Berusaha memberikan alasan yg rasional shg masalah yg dihadapi dpt teratasi
 Displacement (pengalihan). Mengatasi stres dgn mengalihkan pada tngkah laku pd objek lain,cth
seseorg yg tdk dpt berkonsentrasi krn keributan temannya, maka dia akan menyalahkan temannya
tsb
 Kompensasi. Mengatasi masalah dgn mencari kepuasan pada kondisi lain, putus asa krn sulit
mengingat dan berhitung, maka mencari bakat lain yg lbh menonjol seperti melukis
 Proyeksi. Menempatkan sifat batin sendiri ke dalam sifat batin orang lain.
 Represi. Melupakan masa lalu yg buruk dan menguburnya dalam alam bawah sadar
 Supresi. Berusaha menekan masalah yg secara sadar tdk diterima dan tdk memikirkan hal-hal yg
tidak menyenangkan
 Denial (penyangkalan). Menyangkal masalah yg dialami atau tdk mau menerima kenyataan yg
terjadi, cth menolak kenyataan telah di PHK dengan tetap melakukan kegiatan rutinitas seolah-
olah msh bekerja
3. Adaptasi sosial budaya
Proses adaptasi degan melakukan penyesuaian perilaku yg sesuai degan norma di masyarakat
(berkumpul dg masyarakat dlm kegiatan kemasyarakatan), cth : org yg tinggal di desa akan berusaha
mengikuti budaya yang ada di masyarakatnya, seperti gotong royong.
4. Adaptasi spiritual

Proses adaptasi dengan perubahan perilaku sesuai dgn agama yang dianut, contoh : apabila
mengalami stres seseorg akan giat beribadah, seperti sholat, puasa.

KONSEP SEHAT – SAKIT MENTAL (JIWA)


1. Definisi Kesehatan Mental (Jiwa)
 Menurut Jinis kesehatan mental merupakan kemampuan individu untuk mengatasi stres secara
fungsional dengan baik
 Menurut WHO kesehatan mental merupakan suatu keadaan yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional seseorang individu secara optimal dan sejauh ini cocok dengan
perkembangan optimal individu-individu yang lain
 Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan Jiwa Pasal 24 ayat 1 ”Kesehatan jiwa
diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun
emosional”.
2. Kondisi Sehat Jiwa dan Kriteria-Kriterianya
a. Menurut Maria Johada
Kondisi sehat jiwa menurut Maria Johada :
 Sehat jiwa tak dapat dijelaskan dengan konsep sederhana dan item tunggal dari perilaku tidak
adekuat
 Kriteria untuk menilai sehat jiwa harus dalam bentuk yang operasional dengan skala dan utama.
 Masing-masing kriteria dengan rentang.
 Kriteria sehat jiwa menunjukan kecenderungan kearah sehat atau sakit.
 Kriteria ini memuat atribut individu.
 Kriteria sehat jiwa di katakan optimal bukan absolut.
Kriteria sehat jiwa menurut Maria Johanda :
 Sikap positif pada diri sendiri, menerima diri sendiri identitas diri yang memadai, penilaian yang
realistik terhadap kemampuan dan kekurangannya.
 Serapan terhadap kenyataan.
 Integrasi kesatuan kepribadian.
 Kemampuan pengembangan kemampuan dasar secara fisik, intelegtual, emosional dan sosial.
b. Kriteria sehat menurut WHO, seseorang dikatakan sehat jiwa :
 Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
 Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
 Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
 Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan.
 Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
 Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari.
 Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
c. Kriteria sehat-sakit jiwa menurut American Psychiatriy Association :
Menilai kesehatan jiwa terdiri dati 6 dimensi:
 Ketidak bahagian.
 Kehilangan kegembiraan.
 Ketegangan.
 Perasaan muda tersinggung.
 Kurang percaya diri.
 Keragu-raguan.
d. Kriteria sehat-sakit mental A. Maslow :
 Memiliki persepsi realitas yang efektif.
 Menerima diri, orang lain, lingkungan.
 Spontan.
 Sederhana dan wajar.

3. Upaya Pemeliharaan Kesehatan Mental (Jiwa)


 Asertif menyatakan diri, pandangan-pandangan dalam dirinya, keinginan dan perasaannya
secara langsung, spontan, bebas dan jujur tanpa merugikan diri sendiri dan melanggar hak-hak
orang lain
 Solitude (nyepi)
 Kesehatan diri sendiri.
 Merawat dan memperhatikan tanda-tanda stress internal.

F. PENCEGAHAN PENYAKIT
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan dengan menerapkan sebuah atau sejumlah
intervensi yang telah dibuktikan efektif (Kleinbaum, et al., 1982; Last, 2001).
Pencegahan mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian
1. Riwayat Alamiah Penyakit
a. Periode prepatogenesis
Tingkat pencegahan primer meliputi : promosi kesehatan, perlindungan khusus
b. Periode patogenesis
 Tingkat pencegahan sekunder meliputi : diagnosis dini dan pengobatan segera serta
pembatasan ketidakmampuan (disability)
 Tingkat pencegahan tersier meliputi : rehabilitasi
2. Tahap Pencegahan
Tingkat pencegahan disesuaikan dengan riwayat alamiah penyakit :
 Pencegahan primordial
Tujuan : menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan kultural yang diketahui
mempunyai kontribusi untuk meningkatkan resiko penyakit. Pencegahan primordial yang efektif
memerlukan adanya peraturan yang ketat dari pemerintah.
 Pencegahan primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai (pada periode pre
patogenesis) dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit dan mengurangi insiden penyakit
dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor resikonya. Terdiri dari : health promotion,
specific protection.
Promosi kesehatan meliputi : pendidikan kesehatan, penyuluhan, gizi yang cukup sesuai dengan
perkembangan, penyediaan perumahan yang sehat, rekreasi yang cukup, pekerjaan yang sesuai,
konseling perkawinan, genetika dan pemeriksaan kesehatan yang berkala. Sedangkan perlindungan
khusus meliputi : imunisasi, kebersihan perorangan, sanitasi lingkungan, perlindungan terhadap
kecelakaan akibat kerja, penggunaan gizi tertentu, perlindungan terhadap zat yang dapat
menimbulkan kanker dan menghindari zat-zat alergenik
 Pencegahan sekunder
Adala upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum
timbul tanda / gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut dengan
tujuan menghentikan prose penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi. Terdiri dari : deteksi dini
dan pemberian pengobatan yang tepat.
Diagnosa dini dan pengobatan segera meliputi penemuan kasus (individu / masal), skrining,
pemeriksaan khusus dengan tujuan (menyembuhkan & mencegah penyakit berlanjut, menular,
mencegah komplikasi serta memperpendek masa ketidakmampuan).
Contoh : PMS kultur rutin bakteriologis untuk infeksi asimptomatis pada kelompok resiko tinggi,
Sifilis tes serologis untuk infeksi preklinis pada kelompok resiko tinggi, kanker leher
rahim hapusan pap, kanker payudara skrining dengan mammografi.
 Pencegahan tersier
Adalah pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis)
dengan tujuan untuk mencegah cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat. Dengan tujuan
menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan membantu penderita-penderita
untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Terdiri dari : disability
limitation, rehabilitation.
Rehabilitasi meliputi : penyediaan fasilitas untuk pelatihan hingga fungsi tubuh dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya, pendidikan pada masyarakat dan industriawan agar menggunakan mereka yang telah
direhabilitasi, penempatan secara selektif, memperkerjakan sepenuh mungkin, terapi kerja di rumah
sakit dan menyediakan temat perlindungan khusus. Contoh : penyakit vaskuler diabetik pada
kaki perawatan kaki (pediatric care) rutin pasien diabetes, Fraktura & cedera memasang rel
pergelangan tangan (handralis) di rumah orang yang mudah jatuh, Ulserasi kulit kronis penyediaan
matras khusus untuk penyandang cacat berat.

G. Faktor Pengaruh Status Kesehatan


Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan seseorang dalam batas rentang sehat – sakit
yang bersifat dinamis yang dapat dipengaruhi oleh :
1. Perkembangan
Faktor usia (tumbuh kembang seseorang dari mulai bayi hingga usia lanjut) yang memiliki
respon dan pemahaman yang berbeda terhadap perubahan kesehatan.
2. Sosial kultural
Terkait dengan pemikiran dan keyakinan yang menimbulkan perubahan dalam perilaku
kesehatan.
3. Pengalaman masa lalu
4. Harapan seseorang tentang dirinya
Terkait dengan motivasi akan perilaku hidup bersih dan sehat dan mencegah kemungkinan
terkena penyakit.
5. Keturunan
6. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah sanitasi, personal hygiene, tempat pembuangan limbah /
kotoran, rumah yang sehat yang akan merubah perilaku kesehatan seseorang.
7. Pelayanan kesehatan
Contoh : tempat pelayan yang terlalu jauh, kualitas pelayanan yang kurang memadai yang
dapat mempengaruhi perubahan kesehatan seseorang

H. RESPON PERAWAT / TENAGA KESEHATAN UNTUK KLIEN DAN KELUARGA


Respon perawat / tenaga kesehatan untuk klien dan keluarga meliputi :
1. Bantu menurunkan aspek negatif yang membuat klien sakit.
2. Menguatkan proses adaptasi klien untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Membantu klien dan keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.
4. Membantu klien dan keluarga bagaimana kalau terjadi dan tindakannya.

I. COPING / PERTAHANAN DIRI / MEKANISME PENYESUAIAN


Definisi Coping menurut Lazarus & Folkman (1986) adalah sebagai usaha untuk mengurangi stres
yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai
beban yang melampaui batas kemampuan seseorang.
Sistem coping / pertahanan diri / mekanisme penyesuaian individu (Carpenito, 2001 dan Rasmun,
2001) meliputi :
1. Konstruktif (Adaptif)
Adalah suatu keadaan dimana individu dapat mengatur berbagai tugas dan mempertahankan
konsep diri, mempertahankan hubungan dengan orang lain, mempertahankan emosi dan
pengaturan stres.
2. Destruktif (Mal adaptif)
Adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman atau mengalami keadaan
yang beresiko tinggi atau suatu ketidakmampuan untuk mengatasi stressor. Coping mal
adaptive menggambarkan individu yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap-
terhadap kejadian-kejadian yang sangat menekan.

Anda mungkin juga menyukai