Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DEMAM BERDARAH

Disusun oleh :
Kata Pengantar

 Puji dan syukur  yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan  makalah ini.    

Adapun judul dari Makalah ini “demam berdarah dengue“. Penyusunan Makalah


ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi tugas Ilmu Dasar Keperawatan.

Kami  menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri dan semua
pihak yang membacanya. Amin.
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD/Dengue Hemmoragic Fever)
merupakan masalah kesehatan yang ditemukan di daerah tropis dan
subtropis,terutama di daerah perkotaan. DBD merupakan penyakit
dengan potensi fatalitas yang cukup tinggi, yang ditemukan pertama
kali pada tahun 1950an di Filipina dan Thailand, saat ini dapat
ditemukan di sebagian besar negara di Asia. Jumlah negara yang
mengalami wabah DBD telah meningkat empat kali lipat setelah tahun
1995. Sebagian besar kasus DBD menyerang anak-anak. Angka
fatalitas kasus DBD dapat mencapai lebih dari 20%, namun dengan
penanganan yang baik dapat menurun hingga kurang dari 1 % (WHO,
2008).

Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat


selama 30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun 2007 telah
mencapai 139.695 kasus, dengan angka kasus baru (insidensi rate) 64
kasus per 100,000 penduduk. Total kasus meninggal adalah 1.395
kasus /Case Fatality Rate sebesar 1% (Depkes RI, 2008a). Pada
saat ini kasus DBD dapat ditemukan di seluruh propinsi di Indonesia
dan 200 kota telah melaporkan Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD
(Depkes RI, 2008b) Pola penularan DBD dipengaruhi iklim dan
kelembaban udara. Kelembaban udara yang tinggi dan suhu panas
justru membuat nyamuk Aedes aegypti bertahan lama. Sehingga
kemungkinan pola waktu terjadinya penyakit mungkin akan
berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung
dari iklim dan kelembaban udara. Di Jawa, umumnya kasus DBD
merebak mulai awal Januari sampai dengan April-Mei setiap tahun

Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari demam berdarah
2.      Mengetahui karakteristik penyakit demam berdarah
3.      Mengetahui etiologi demam berdarah
4.      Mengetahui pathogenesis demam berdarah
5.      Mengenal manifestasi klinik pada penyakit demam berdarah
6.      Mengetahui komplikasi dan cacat pada demam berdarah

Rumusan Masalah
1. Apa itu demam berdarah ?
2. Penyebab demam berdarah
3. Karakteristik demam berdarah
4. Pathogenesis demam berdarah
5. Bagaimana cara menanggulangi demam berdarah
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk
dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai, dan ruam (Brooker,
2001).

Demam dengue/dengue fever adalah penyakit yang terutama pada anak,


remaja, atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau
sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam (rash) dan limfadenophati,
demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakkan bola mata, rasa
menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan, dan bintik-bintik perdarahan
(ptekie) spontan (Noer, dkk, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).

B. Karakteristik Penyakit
memahami ciri – ciri atau karakteristik dari penyakit menyeramkan ini tidak
hanya dibutuhkan oleh pihak kesehatan saja, tapi semua masyarakat
termasuk anak – anak. Tujuannya tentu saja mengarahkan pada bagaimana
upaya maksimal melakukan pencegahan agar penyakit demam dapat
dihindari dari lingkungan. Berikut ini beberapa ciri dari penyakit demam
berdarah yang dapat dicek di lingkungan sekitar kita, yaitu:

1.  Demam tinggi terus menerus selama 2 – 7 hari dengan suhi di atas 38


derajat Celsius. Demam seperti ini umumnya tidak bias diturunkan dengan
obat penurun panas atau dikompres. Oleh karena itu, jangan menganggap
remeh cirri pertama ini. Silakan segera mengkonsultasikan dengan dokter
jika dibutuhkan segera

2.  Seluruh persendian tubuh terasa sakit, nyeri, pegal, dan linu. Jika anak –
anak yang mengalami, biasanya mereka hanya tampak semakin rewel
dengan tangisannya karena belum dapat menyampaikan dengan pasti apa
yang mereka rasakan di tubuhnya
3.  Perut terasa nyeri dan mual. Ciri inipun sama dengan sebelumnya jika
terjadi pada anak – anak. Karena itu, para orang tua hendaknya mewaspadai
sejak dini

4.    Kepala terasa sangat pusing. Jangan sembarangan memilih serta


meminum obat pusing jika cirri ini anda alami selain cirri lainnya. Segera
periksakan ke dokter agar tidak terjadi hal di luar dugaan

5.   Wajah akan memerah karena demam, dan mata terasa panas. Hal ini
dapat diamati secara langsung oleh orang di sekitar anda juga. Hendaknya
cirri ini menjadikan anda tidak mudah menggunakan obat luar untuk
mengobatinya

6.  Sulit BAB atau malah diare

7.  Muncul bintik-bintik merah dipermukaan kulit. Salah satu siri bintiknya


adalah tidak akan hilang walaupun ditekan oleh jari

8.  Mimisan, perdarahan seperti ini sebenarnya adalah tanda-tanda penyakit


DBD yang sudah cukup terlambat untuk ditangani

Ciri – ciri atau karakteristk demam berdarah menurut medis

1.  Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3 (normal : 150 – 450/mm3)

2.  Adanya pembesaran organ hati dan limfa

3.  Terjadinya pengentalan darah, nilai hematokrit atau Hct meningkat 20 %

Itulah beberapa ciri DBD yang hampir tidak ada bedanya dengan demam
biasa. Bila anda atau orang terdekat anda mengalami cirri-ciri penyakit
DBD seperti diatas , sebaiknya jangan ragu untuk segera ke dokter dan
melakukan periksa darah. Alasannya tentu saja karena penyakit DBD hanya
bias diketahui lewat pemeriksaan kadar trombosit dalam darah.

C. Etiologi penyakit
1. Virus Dengue
Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan
virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus
(Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2,
DEN-3, DEN-4.
2. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam
dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan
sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau
sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap
darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia
dari pada binatang. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada
siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00)
sampai petang hari (16.00-17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasan
mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan
darah.
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia
akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi
virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya atau lebih dan dapat pula terjadi pada bayi yang mendapat
infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat
imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta.

D. Pathogenesis dan patofisiologi


Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang
kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag.
Hipotesis ini disebut dengan antibodi dependent enchancement (ADE)
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam
respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu
TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan
TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL 6, dan IL-10;
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi.Namun proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag;
d. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya
C3a dan C5a.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan
aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non
netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi
makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T
sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon
gamma akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator
inflamasi seperti TNF-_, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6, dan
histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi
kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh
kompleks virusantibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran
plasma.
Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
a. Supresi sumsum tulang
b. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan
keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir
tercapai akan terjadi peningkatan hematopoiesis
termasuk megakariopoiesis. Kadar tromobopoietin dalam darah pada saat
terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan. Hal ini
menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme
kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi
trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi
VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di
perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan
pelepasan ADP, peningkatan kadar b-tromboglobulin dan PF4 yang
merupakan pertanda degranulasi trombosit. Koagulopati terjadi sebagai
akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsiendotel.
Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya koagulopati konsumtif pada
demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada
demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur intrinsik (tissue
factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor

E. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF


dengan masa inkubasi anatara 13 – 15 hari, tetapi rata-rata 5 – 8 hari.
Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada
otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit
kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan
retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut
ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi,
fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik
ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 – 12 jam
sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang
berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh
pasien.

Ruam berikutnya mulai antara hari 3 – 6, mula – mula berbentuk makula


besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul
bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan
kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke
normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya
kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal
atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5.

Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa


penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa
petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi
syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara
hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari,
telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil
dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau
kurang.

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.


Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan
yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga
yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS), (Soegijanto,
2000).

Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan berdasarkan kriteria


diagnosis menurut WHO tahun 1997, terdiri dari kriteria klinis dan
laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (overdiagnosis).

Manifestasi klinis DBD sangat bervariasi, WHO (1997) membagi


menjadi 4 derajat, yaitu:

Ø  Derajat I:

Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi


perdarahan spontan satu-satunya adalah uji tourniquet positif.
Ø  Derajat II :

Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan


atau manifestasi perdarahan yang lebih berat.

Ø  Derajat III:

Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan


nadi menyempit (< 20 mmHg), hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit
dingin dan lembab, gelisah.

Ø  Derajat IV :

Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah
tidak terukur.

F.   KOMPLIKASI DAN CACAT

         Komplikasi akibat DBD 

Kebanyakan orang yang menderita DBD pulih dalam waktu dua


minggu. Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut untuk
selama beberapa minggu hinga berbulan-bulan. Gejala klinis yang
semakin berat pada penderita DBD dan dengue shock syndromes dapat
berkembang menjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan hati. Hal
ini tentu dapat mengancam jiwa.

1.      Sindrom Syok Dengue (SSD)

Seluruh kriteria Demam Berdarah Dengue (DBD) disertai kegagalan


sirkulasi dengan manifestasi: 

-          Nadi yang cepat dan lemah

-          Tekanan darah turun (≤ 20 mmHg)

-          Hipotensi (dibandingkan standar sesuai umur)

-          Kulit dingin dan lembab

-          Gelisah

Sindrom syok dengue, menurut sumber lain3: pada penderita DBD yang
disertai syok, setelah demam berlangsung selama beberapa hari, keadaan
umum penderita tiba-tiba memburuk. Pada sebagian besar penderita
ditemukan tanda kegagalan peredaran darah yaitu kulit teraba lembab
dan dingin, sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lemah, kecil
sampai tidak dapat diraba. Tekanan darah menurun menjadi 20 mmHg
atau kurang, dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih
rendah. Penderita kelihatan lesu, gelisah, dan secara cepat masuk dalam
fase kritis syok. Penderita seringkali mengeluh nyeri di daerah perut
sesaat sebelum syok timbul. Nyeri perut hebat seringkali mendahului
perdarahan gastrointestinal, dan nyeri di daerah retrosternal tanpa sebab
yang dapat dibuktikan memberikan petunjuk terjadinya perdarahan
gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode demam
biasanya mempunyai prognosis buruk. 

Tatalaksana sindrom syok dengue sama dengan terapi DBD, yaitu


pemberian cairan ganti secara adekuat. Pada sebagian besar penderita,
penggantian dini plasma secara efektif dengan memberikan cairan yang
mengandung elektrolit, ekspander plasma, atau plasma, memberikan
hasil yang baik. Nilai hematokrit dan trombosit harus diperiksa setiap
hari mulai hari ke-3 sakit sampai 1-2 hari setelah demam menjadi
normal. Pemeriksaan inilah yang menentukan perlu tidaknya penderita
dirawat dan atau mendapatkan pemberian cairan intravena.

Komplikasi menurut sumber lain:

1.      Ensefalopati Dengue 

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang


berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD
yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti hipoksemia,
hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat sementara, maka
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh darah –
otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar
darah-otak. Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan
dengan kegagalan hati akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis, maka bila


syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang tidak mengandung
HC03- danjumlah cairan harus segera dikurangi. Larutan laktat ringer
dektrosa segera ditukar dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) =
1:3. Untuk mengurangi udem otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg
BB/kali tiap 8 jam, tetapi bila terdapat perdarahan saluran cerna
sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati,
maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula
darah diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan
intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan
diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan nafas dengan
pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak
dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan
obat-obat yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk
mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah segar
atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila perlu
dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat diberikan asam
amino rantai pendek.

2.      Kelainan ginjal 

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai
akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai
sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk mencegah gagal
ginjal maka setelah syok diobati dengan menggantikan volume
intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah teratasi
dengan baik. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Diuresis
diusahakan > 1 ml / kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum
teratasi dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat
terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai
acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan
kadar ureum dan kreatinin.

3.      Udem paru 

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat


pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit
ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak
akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang
ekstravaskuler, apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila
hanya melihat penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa
memperhatikan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab pada kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran
udem paru pada foto rontgen dada. 

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin


beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Komplikasi paling serius walaupun jarang terjadi adalah
sebagai berikut:

-   Dehidrasi

-   Pendarahan

-    Jumlah platelet yang rendah

-    Hipotensi

-   Bradikardi

-   Kerusakan hati

Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan


penyakit, bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba (just palpable)
sampai 2-4 cm di bawah lengkung iga kanan, derajat pembesaran hati
tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Untuk menemukan pembesaran
hati ,harus dilakukan perabaan setiap hari. Nyeri tekan di daerah hati
sering kali ditemukan dan pada sebagian kecil kasus dapat disertai
ikterus. Nyeri tekan di daerah hati tampak jelas pada anak besar dan ini
berhubungan dengan adanya perdarahan.

4.      Gangguan neurogik (kejang, ensephalopati)

G.   PROGNASIS

Prognosis DBD berdasarkan kesuksesan dalam tetapi dan


penetalaksanaan yang dilakukan. Terapi yang tepat dan cepat akan
memberikan hasil yang optimal. Penatalaksanaan yang terlambat akan
menyebabkan komplikasi dan penatalaksanaan yang tidak tapat dan
adekuat akan memperburuk keadaan. 

Kematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/SSD


mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya,
Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan
penyakit umumnya lebih ringan pada orang dewasa dibandingkan pada
anak-anak. 

DBD Derajat I dan II akan memberikan prognosis yang baik,


penatalaksanaan yang cepat, tepat akan menentukan prognosis.
Umumnya DBD Derajat I dan II tidak menyebabkan komplikasi
sehingga dapat sembuh sempurna. 

DBD derajat III dan IV merupakan derajat sindrom syok dengue dimana
pasien jatuh kedalam keadaan syok dengan atau tanpa penurunan
kesadaran. Prognosis sesuai penetalaksanaan yang diberikan Dubia at
bonam.

H.     EPIDEMIOLOGI

Demam berdarah dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit


di Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru
diperoleh pada tahun 1970. Demam berdarah dengue pada orang dewasa
dilaporkan pertama kali oleh Swandana (1970) yang kemudian secara
drastis meningkat dan menyebar ke seluruh Dati I di Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus Demam


Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu (1) Pertumbuhan penduduk
yang tinggi (2) Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali (3)
Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan (4)
Peningkatan sarana transportasi.

Di Indonesia, karena suhu udara dan kelembaban tidak sama di setiap


tempat, maka pola terjadinya penyakit agak berbeda untuk setipa tempat.
Di Jawa pada umumnya infeksi virus dengue terjadi mulai awal Januari,
meningkat terus sehingga kasus terbanyak terdapat pada sekitar bulan
April – Mei setiap tahun.

I. Pencegahan dan penanggulangan DBD


Pengembangan vaksin untuk penyakit DB masih sulit, karena proteksi
terhadap 1-2 virus dengue akan meningkatkan risiko penyakit DBD
menjadi lebih berat (WHO, 2008). Halstead pada tahun 1973 mengajukan
hipotesis secondary heterologous infection yang menyatakan bahwa DHF
terjadi bila seseorang terinfeksi ulang virus dengue dengan tipe yang
berbeda. Re-infeksi menyebabkan reaksi anamnestic antibodi sehingga
mengakibatkan konsentrasi komplek imun yang tinggi (Suhendro, et.al.,
2006). Oleh karena itulah, maka pencegahan dan penanggulangan penyakit
DBD dilakukan secara promotif dan preventif, dengan pemberantasan
nyamuk vektor (hewan perantara penularan).
BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Demam berdarah dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya
memburuk pada hari kedua.

Virus dengue tergolong dalam grup Flaviviridae dengan 4 serotipe, DEN – 3,


merupakan serotie yang paling banyak.

Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes Aegypti. Gejala utama demam
berdarah dengue (DBD) adalah demam, pendarahan, hepatomegali dan syok.
Kriteria diagnosis terdiri dari kriteria klinis dan kriteria laboratoris. Dua criteria
klinis ditambah trombosipenia dan peningkatan hmatokrit cukup
untukmenegakkan diagnosis demam berdarah dengue.

B.     SARAN

Untuk mengetahui lebih jauh dan lebih banyak bahkan lebih lengkap tentang
demam berdarah, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku – buku yang
berhubungan dengan demam berdarah.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh daari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun dan
menyempurnakan penulisan makalah – makalah selanjutnya sangat diharapkan.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

last3arthtree.files.wordpress.com/2009/02/dbd1.pdf

http://www.berbagimanfaat.com/2011/04/komplikasi-dan-pencegahan-
demam.html

http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/04/definisi-dan-etiologi-penyebab-
demam.html

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/07/demam-berdarah-
dengue-dbd.html

http://www.nurseid.web.id/2010/04/askep-demam-berdarah-dengeu-dhf.html

http://onlineallarticles.blogspot.com/2011/01/makalah-demam-berdarah-dbd.html

http://rahayuwijayanti87.blogspot.co.id/2014/01/makalah-demam-berdara.html

MODUL FIELD LAB


PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR : DEMAM BERDARAH DENGUE FK UNS 2013

Anda mungkin juga menyukai