Anda di halaman 1dari 5

Definisi Trend dan Issu

Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa dianggap ancaman atau tantangan yang mau
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Secara
umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya ialah sebagai berikut :

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6. Kecenderungan penyakit jiwa
7. Meningkatnya post traumatik sindrom
8. Meningkatnya kasus psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Kasus AIDS & NAPZA
11. Pattern of parenting (cara mendidik anak yang dianggap terbaik menurut orang tua )
12. Perspektif life span history
13. Kekerasan
14. Kasus ekonomi & kemiskinan

1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang syarat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambar ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masayarakat.

Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

Beberpa contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :

Penggunaan Narkoba bagi generasi muda


Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan, mengurangi
stres, mengurangi kecemasan, agar bebas dari murung, mengurangi keletihan, dan mengatasi
masalah pribadi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, remaja memakai narkoba karena narkoba
membuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada awal pemakaian. Alasan remaja memakai
narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan
menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
2. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi
ketegangan, \cemas, dan depresi akibat stresor psikososial.
3. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba
merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai,
sehingga dapat diterima.
Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan, atau keyakinan keliru yang
tumbuh di masyarakat. Maka tidak mau memahami atau tidak mau menerima kenyataan dan
fakta yang dapat dibuktikan secara ilmiah dan sah menurut hukum.

Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?

Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)

Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk mengubah suasana hati,
sehingga pemakaian jenis narkoba diterima dengan tangan terbuka. Contoh : rokok, alkohol,
dan juga obat penghilang rasa nyeri yang mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau akhir
pekandilalui dengan minuman beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula faktor
kemudahan untuk memperolehnya.

Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya penyalahgunaan narkoba
pada remajabersifat hedonistik, yakni bertujuan mencari kesenangan. Alasan yang sering
dikemukakan adalah ingin tahu dan ingin mencari kesenangan atau kenikmatan.

Kepribadian Remaja

Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu berada sekitar
ekspoitasi masa remaja yang mengandung resiko. Contoh : berselancar, ngebut, dan mencoba
narkoba. Remaja berada diantara masa kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis
maupun psikologis. Di satu pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain
pihak belum memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan


seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar daripada orang dewasa.
Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan. Narkoba memperlemah kemauan,
mendorong pemuasan keinginan segera, dan melemahkan daya pikir ke depan.

Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan kemampuan untuk


berpartisipasi terhadap bahaya dan kemampuan untuk menangkal kenikmatan sesaat. Remaja
yang terlalu dikendalikan dengan orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang
dewasa, sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mendiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan terhadap tekanan kelompok
sebaya. Mereka akan menyerahkan diri terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari
kebebasan semu dan kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi
orang tua.

Tekanan Kelompok Sebaya


Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Semua orang pasti merasan cemas jika ditolak oleh lingkungan sehingga berusaha mencari
persetujuan kelompoknya. Konflik orang tua dan remaja sebenarnya adalah konflik loyalitas,
yaitu loyalitas terhadap orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.

Remaja sangat peka terhadap nilai – nilai kelompok sebaya dalam penampilan, perilaku, dan
sikap. Jarang seorang remaja yang memiliki kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari
nilai – nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar berasal dari perjuangan
terus – menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan
dengan kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba digunakan untuk
maksud rekreasi atau bersenang – senang sebagai kegiatan sosial yang diterima remaja.
Karena itu, remaja rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.

Keterasingan Remaja
Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang tua dan masyarakat secara
cita – cita , tradisi, dan kerohanian. Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi spiritual,
karena meliputi penolakan terhadap nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi atau
memimpin sesorang melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen
emosional pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah remaja yang marah, yang secara
tidak sadar meluapkan perasaan dikhianati karena merasa nilai – nilainya ditolak. Dengan
perkataan lain, remaja yang terasing adalah remaja yang diabaikan atau tidak dipedulikan
oleh keluarga atau masyarakat. Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba –
coba berteman dengan narkoba.

Stres
Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri merupakan interaksi faktor
luar sebagai penyebab stres (disebut stresor) dan faktor dalam yang disebut keterampilan
mengatasi masalah (coping skills). Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti kehilangan,
penyakit, dan trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang yang
kurang terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat stres’ dibandingkan orang
lain yang lebih terampil mengatasi masalah. Gejala stres termasuk gelisah dan cemas, mudah
tersinggung dan teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit berkonsentrasi,
mengalami gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.

Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak berfungsi baik dan kejadian –
kejadian yang membuat stres, berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada
sejumlah siswa penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat stres
yang tinggi, penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai ‘penuh
permusuhan dan kebencian’, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan terlalu banyak
menuntut.

Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak berfungsi baik. Namun,
faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan. Umumnya remaja memakai narkoba guna
menghilangkan stres, sebagai cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan
keluarga.

Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah


Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, penilaian diri
rendah mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba. Proses yang menyebabkan seseorang
memiliki penilaian diri rendah adalah dinamika yang dibangun sejak usia dini. Penilaian diri
dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan memenangkan tantangan
dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi, motivasi terbentuknya penilaian diri berasal
dari dalam. Orang tua berperang penting dalam membangun penilaian diri. Bimbingan,
intruksi, dan bantuan orang tua yang efektif dan melibatkan diri dalam kehidupan anak, akan
mendukunga terbentuknya penilaian diri.

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi yang mengakibatkan peningkatan masalah
kesehatan jiwa .
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa
di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi
didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif..Apalagi untuk individu yang rentan
terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-
kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan
bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang
mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain
itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami
stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak
jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang
sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat
kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik
dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau
masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien
yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap
mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang
lain, seperti mengamuk.Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO
wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami
gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei
Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264
dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.

Definisi Issu
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hokum,
pembanguanan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian ataupun tentang krisis.
Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya atau
buktinya.
Beberapa contoh issu dalam keperawatan jiwa di antaranya, yaitu :

Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan pelayanan
kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan teknologi digital
membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di
akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan
isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme (paham atau etika yang diwujudkan dalam gaya hidup) dan kesenangan duniawi
mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama
tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku
tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan –
tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu.
Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting
ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : “agar kelihatan kaya
melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan
debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri
agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan”. Kejaran dari debt collector
bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.

Pemasungan penderita gangguan jiwa .


Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita
gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan
salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat
perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia.
Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap
pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan
yang dianggap berbahaya (Broch, 2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik
terhadap individu dengan gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.

Alasan seseorang malakukan pemasungan, yaitu :


1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka
panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya
meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat,
jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah
sakit dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).

Dampak dari pemasungan, yaitu :


Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang
dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa.
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai lalu diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan

1. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita hingga
menambah beban mental dan penderitaannya.
2. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat menggerakkan
anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi atrofi.Tindakan ini sering dilakukan
pada seseorang dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi
lingkungannya atau dirinya sendiri (Maramis, 2006).

Anda mungkin juga menyukai