Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA GANGGUAN KONSEP DIRI


Disusun dalam rangka memenuhi tugas Keperawatan Kesehatan Jiwa I

DOSEN PEMBIMBING :
Riny Apriani, S.Kep, Ners, M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. Liza Zuliana (20142011855)
2. Nurul Ikhwana (20142011854)
3. Jihan Fadillah Mr (201420011853)

STIKes BINALITA SUDAMA MEDAN


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Riny
Apriany, S.Kep, Ners, M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa I. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Medan, Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem
terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan mental
baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan
Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah
tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang
sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang
secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, haraga diri,
penampilan peran dan identitas. Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri
yaitu cenderung kurang percaya diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap
dirinya kurang berharga dan cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut
tidak segera ditangani akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan
aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan
peran perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-
spiritual. Dalam fungsinya perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta
mampu menempatkan keluarga klien sebagai support system dalam mencapai tujuan
yang maksimal.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2.Tujuan Khusus Diharapkam mahasiswa mampu :
a. Memahami konsep dasar psikososial
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan
psikososial
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e. Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f. Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta
saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan
seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan
lingkungannya. (Tarwoto, 2003) Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres
fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan maupun keluarga.

Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan
manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan
konsep diri yang sehat.

Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain. (Tarwoto, 2003)

2. Komponen Konsep Diri Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003)


terdiri dari:
a. Citra Tubuh ( Body Image ) Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar, mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b. Ideal Diri Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan
standar prilaku.
c. Harga Diri Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana
perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d. Peran Diri Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.
e. Identitas Diri Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Tingkat perkembangan dan kematangan Perkembangan anak yaitu dukungan mental,
perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
b. Budaya Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya,
kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak
lebih dekat pada lingkungannya.
c. Sumber eksternal dan internal Sumber internal misalnya orang yang humoris koping
individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat
dan ekonomi yang kuat.
d. Pengalaman sukses dan gagal Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan
meningkatkan konsep diri demikian sebaliknya.
e. Stresor Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan.
Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan
kecemasan.
f. Usia Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi
persepsi dirinya.

4. Kriteria kepribadian yang sehat Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut


(Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Citra tubuh positif dan akurat Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan
perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b. Ideal dan realitas Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan
hidup yang dapat dicapai.
c. Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d. Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai
seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e. Kepuasan penampilan peran Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat
berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat
mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
f. Identitas jelas Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan
dalam mencapai tujuan.

5. Karakteristik konsep diri rendah Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003)
adalah:
a. Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Tidak mau berkaca
c. Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d. Menolak usaha rehabilitasi
e. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f. Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g. Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h. Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i. Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j. Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k. Menghindari kontak sosial
l. Kurang bertanggung jawab

6. Faktor resiko gangguan konsep diri Faktor resiko gangguan konsep diri menurut
(Tarwoto, 2003) adalah:
a. Gangguan identitas diri
1) Perubahan perkembangan
2) Trauma
3) Jenis kelamin yang tidak sesuai
4) Budaya yang tidak sesuai

b. Gangguan citra tubuh (Body image)


1) Hilangnya bagian tubuh
2) Perubahaan perkembangan
3) Kecacatan

c. Gangguan harga diri


1) Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2) Kegagalan perkembangan
3) Kegagalan mencapai tujuan hidup
4) Kegagalan dalam mengikuti aturan moral

d. Gangguan peran
1) Kehilangan peran
2) Peran ganda
3) Konflik peran
4) Ketidakmampuan menampilkan peran

7. Stress dan Adaptasi Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan
yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan.
Sedangkan stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon, sakit maupun eksternal seperti
temperatur dan pencernaan. Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor
disebut adaptasi. Respon yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping.
Contoh adaptasi yaitu optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan
normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan
situasi.
8. Fisiologi Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung
dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah,
pernafasan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal
atau tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan
fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis fisiologis
misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat berolahraga dan homeostatis
psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.

9. Respons Fisiologis Terhadap Stres Respon fisiologis terhadap stress menurut


(Tarwoto, 2003) adalah:
a. Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya
kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b. General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang
ada. Melalui tiga fase yaitu:
1) Fase reaksi peringatan Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa
peningkatan pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2) Fase resisten Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme
pertahanan.
3) Fase kelelahan Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik,
kritis.
10. Respons Psikologis Terhadap Stress Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis
terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons
emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya
jelek. Tingkat kecemasan ada 4, yaitu: a. Cemas ringan Berhubungan dengan ketegangan
akan peristiwa sehari -hari. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang
persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, duduk tidak tenang. b. Cemas sedang Tingkat
ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal yang
penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah tidur dan
perasaan tidak enak. c. Cemas berat Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung
hanya memikirkan hal yang kecil saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat
dan harus lebih banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan
tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan,
lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking, perasaan
ancaman meningkat. d. Panik Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah
diberikan pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit
dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis,
mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
11. Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress Faktor-faktor yang dapat
menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a. Lingkungan yang asing
b. Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d. Masalah biaya
e. Kurang informasi
f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g. Masalah pengobatan

.
B. Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial
menurut Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

2. Diagnosa Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah
sebagai berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
b.d kesehatan. b. Gangguan konsep diri: Body Image
b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran
b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3. Intervensi Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan. Tujuan: Klien menunjukkan
harga diri yang positif. Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa tidak percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain. Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh. Tujuan: Gambaran
diri klien positif. Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.

c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan. Tujuan: Klien dapat melakukan
perannya. Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan. Tujuan: Klien dapat
menidentifikasi identitasnya yang positif. Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.

Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan
singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah dibuat dan
sesuai dengan kondisi klien.

5. Evaluasi

a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.

b. Gambaran diri klien positif.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

A. IDENTITAS KLIEN Initial : Tn. T Umur : 26 Th Alamat : JL. Cipete, No: 17, RT: 21, RW:
13, Jakarta Selatan Agama : Islam Informan : Keluarga dan klien
B. ALASAN MASUK RS Tn. T masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada tanggal 13
Desember 2011 karena kecelakaan sepeda motor.

C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg, N : 82x/mnt, S : 36,6 C, RR :


19x/mnt 2. Ukur : TB : 165 cm, BB : 50 kg 3. Keluhan fisik : ( √ ) ya Jelaskan DS: Klien
mengatakan : nyeri di sekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala nyeri 8,
dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit,
nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.
DO : Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.

D. PSIKOSOSIAL 1. Konsep Diri

a. Gambaran diri DS: Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus,
rambutnya lurus hitam, dan kulitnya hitam. DO: Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi,
kurus dan klien tampak malu dengan kondisinya saat ini.

b. Identitas Diri DS: Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya
Tn. T, umur 26 th, dan beragama islam. DO: Klien tampak mampu menyebutkan nama, jenis
kelamin, umur dan agama dengan benar dan Klien adalah seorang laki-laki.

c. Peran DS: Klien mengatakan: Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya
sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah. DO: Klien
terlihat sering termenung melihat kakinya saat ini dan saat keluarga datang berkunjung, klien
tampak lebih banyak diam.

d. Ideal diri DS: Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
DO: Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.

e. Harga diri DS : Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan
merasa dirinya sudah tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, khawatir
bagaimana dengan pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek yang harus menghidupi
keluarganya. DO : Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat
keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka. Masalah keperawatan :
Harga Diri Rendah.
2. Hubungan Sosial :

a. Orang yang Berarti DS : Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti
baginya juga keluarga adalah hal yang terpenting dalam kehidupannya. DO : Klien terlihat sedih
saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara nada suara klien bergetar dan mata
klien terlihat mengeluarkan air mata.

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : DS : Keluarga klien mengatakan sebelum
sakit klien bekerja sebagai tukang ojek dan aktif dalam kegiatan masyarakat. DO : Klien terlihat
sering dikunjungi oleh rekan-rekan organisasinya.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : DS : Klien mengatakan malu bertemu
dengan orang lain. DO : Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang
berbincang-bincang dengan pasien lain. Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.

3. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : DS : Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat
di rumah sakit jarang melakukan ibadah sholat. DO : Klien terlihat tidak melakukan shalat 5
waktu.

b. Kegiatan Ibadah : DS : Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena
merasa frustasi. DO : Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan
terlihat tidak pernah berdoa. Masalah keperawatan : Distress spiritual.

4. Sistem pendukung : YA TIDAK YA TIDAK Keluarga ( √ ) ( ) Teman sejawat ( √ ) ( )


Profesional ( √ ) ( ) Kelompok sosial ( √ ) ( ) DS : Klien mengatakan keluarga, perawat, teman
dan tetangganya selalu memberi motivasi untuknya. DO : Klien terlihat sangat semangat setelah
mendapat dukungan oleh semua pihak Masalah keperawatan : Tidak ada

5. Mekanisme Koping Adaptif Maladaptif ( √ ) Bicara dengan orang lain ( - ) Minum alcohol ( - )
Mampu menyelesaikan masalah ( - ) Reaksi lambat/berlebih ( √ ) Teknik relaksasi ( - ) Bekerja
berlebihan ( - ) Aktifitas konstruksi (√ ) Menghindar ( - ) Lain-lain ( - ) Mencederai diri Masalah
keperawatan : Tidak ada

E. ASPEK MEDIK Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri Terapi Medik : Analgetik
DATA FOKUS Nama / Umur : Tn.T / 26 thn Ruang / Kamar : Melati /

DATA SUBJEKTIF

DATA OBJEKTIF Klien mengatakan nyeri disekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri,
dengan skala nyeri 8, dengan Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit, nyerinya
timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.

Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus hitam, dan
kulitnya hitam. Klien mengatakan dirinya seorang lakilaki dan klien mengatakan namanya Tn. T,
umur 26 th, dan beragama islam. Klien mengatakan : Cemas karena klien tidak mampu
melaksanakan perannya sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam
mencari nafkah. Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa dirinya sudah
tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, khawatir bagaimana dengan
pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek yang harus menghidupi keluarganya. Klien
mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga keluarga adalah hal yang
terpenting dalam kehidupannya. Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien
tampak malu dengan kondisinya saat ini. Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya
tampak muram. Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat
keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka. Klien terlihat sedih saat
mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara nada suara klien bergetar dan mata klien
terlihat mengeluarkan air mata. Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak
jarang berbincang-bincang dengan pasien lain. Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak pernah
berdoa. Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak Keluarga
klien mengatakan sebelum sakit klien bekrja sebagai tukang ojek dan aktif dalam kegiatan
masyarakat. Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain. Klien mengatakan seorang
muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit jarang melakukan ibadah sholat. Klien
mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.

ANALISA DATA Nama / Umur : Tn.T / 26 thn Ruang / Kamar : Melati / 1 N O DATA
ETIOLOGI MASALAH PARAF 1

DS: Klien mengatakan nyeri disekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala
nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5
menit, nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan
distraksi.

DO: Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op. Luka post operasi
amputasi kaki kiri Nyeri Kelompok I Tanda vital: TD : 130/80 mmHg, N : 82x/mnt, S : 36,6 ˚C,
RR : 19x/mnt Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri Terapi medik : analgetik. 2 DS:
Klien mengatakan : Badannya terasa lemas Sudah 2 hari tidak dapat tidur karena memikirkan
luka post operasi pada kakiu kirinya

DO: Klien terlihat: wajahnya pucat Mata klien terlihat cekung dan terdapat lingkaran hitam pada
kelopak mata bagian bawah. Klien kadang terlihat menguap. Klien tampak lemas. Nyeri di
sekitar kaki kiri Gangguan kebutuhan istirahat & tidur Kelompok I 3 DS: Klien mengatakan :
Tidak nafsu makan Badannya terasa lemas

DO: Klien terlihat hanya makan ½ dari porsi yang disediakan di rumah sakit. Klien tampak
lemas. Tanda-tanda vital : TD = 130/80 MmHg, Nadi = 82x/mnt, RR = 19x/mnt, S = 36,6ºC TB :
165 cm, BB : 50 kg Konjungtiva tampak anemis. Intake yang tidak adekuat : anoreksia Resiko
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Kelompok I 4

DS: Klien mengatakan : malu dan sedih dengan kondisinya saat ini. malu bertemu dengan orang
lain dirinya sudah tidak berarti lagi cemas, dan siapa yang akan mengurus anak dan istrinya
kalau tidak sembuh penyakitnya dan beraktifitas seperti keadaan normal. cemas memikirkan
penyakitnya malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi. terdapat benjolan di
kaki sebelah kiri.

DO: Klien tampak malu dengan kondisinya saat ini. Klien terlihat melamun. Klien terlihat sedih
karena tidak bisa beraktifitas seperti dulu. Klien terlihat raut wajahnya tampak muram. Klien
terlihat tidak bersemangat Klien terlihat malu bertemu dengan orang lain. Klien terlihat diam.
Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya. Saat berbicara nada suara klien
bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan air mata. Terdapat benjolan pada kaki sebelah kiri.
Perubahan status kesehatan: post op amputasi kaki kiri Gangguan konsep diri: Peran Kelompok I
Postur tubuh klien tinggi, kurus.

DIAGNOS DIAGNOSA Nama / Umur : Tn. T / 26 thn Ruang / Kamar : Melati / I NO


MASALAH DIAGNOSA TANGGAL NAMA Keperawatan Ditemukan Teratasi Jelas 1 2 3 4
Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d pertumbuhan jaringan abnormal di kaki kiri.

Gangguan istirahat dan tidur b.d nyeri disekitar kaki kiri. Resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat : anoreksia.
Gangguan konsep diri : peran, harga diri rendah, body image b.d post operasi amputasi kaki kiri.
13 Desember 2011 13 Desember 2011 13 Desember 2011 13 Desember 2011 15 Desember 2011
15 Desember 2011 15 Desember 2011 15 Desember 2011 Kelompok I Kelompok I Kelompok I
Kelompok I INTERVENSI Nama / Umur : Tn. T / 26 thn Ruang / Kamar : Melati / I Meliputi
tindakan keperawatan independen dan interpenden Tanggal NO Dx Data Rencana tindakan
Rasional Paraf 13 Des 2011 1 Tujuan : Nyeri klien berkurang setelah dilakukan tindakan
intervensi dalam waktu 3 x 24 jam. KH : - Nyeri klien berkurang - Klien merasa lebih nyaman -
Klien tidak terlihat kesakitan - Klien menjadi lebih rileks -TTV : TD = 130/80mmHg, Nadi =
82x/mnt, RR = 18x/mnt, S = 36,6 ºC 1. Kaji keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala nyeri
(1-10). 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan. 3. Anjurkan klien untuk
relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri. 4. Atur posisi
yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri. 5. Kaji TTV meliputi TD, Nadi, RR dan suhu. 6.
Kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program. 1. Membantu dalam
mengidentifikasi rasa ketidak nyamanan : nyeri. 2. Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
rasa nyaman klien. 3. Mengalihkan perhatian klien dan mengurangi rasa nyeri. 4. Meningkatkan
kenyamanan klien dan mengurangi peningkatan rasa nyeri. 5. Peningkatan frekuensi nadi
indikasi adanya nyeri. 6. Mengurangi rasa nyeri. Kelompok I 13 Des 2011 2 Tujuan : Kebutuhan
istirahat dan tidur klien kembali terpenuhi setelah dilakukan intervensi dalam waktu 3 x 24 jam.
KH : 1. Lakukan kajian gangguan masalah tidur, karakteristik, dan penyebab kurang tidur klien.
2. Lakukan mandi air hangat sebelum 1. Memberikan informasi dasar dalam menentukan
rencana keperawatan. 2. Meningkatkan relaksasi otot untuk beristirahat. Kelompok I - Badan
klien menjadi segar - Klien dapat tidur 6 – 8 jam setiap malam - Klien menjadi rileks dan lebih
nyaman - Mata klien tidak terdapat lingkaran hitam bawah di bawah mata - Wajah klien telihat
tidak pucat - Klien tidak menguap. - Klien tidak tampak lemas. tidur. 3. Anjurkan makan yang
cukup satu jam sebelum tidur. 4. Berikan susu hangat sebelum tidur. 5. Jaga ketenangan
lingkungan klien. 6. Kolaborasi dengan dokter : pemberian obat tidur, seperti diazepam. 3.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas istirahat. 4.
Meningkatkan kelelapan tidur. 5. Lingkungan yang tidak tenang dapat mengganggu kebutuhan
istirahat. 6. Meningkatkan kebutuhan istirahat dan tidur. 13 Des 2011 3 Tujuan : Nutrisi klien
kembali terpenuhi dalam waktu 3 x 24 jam. KH : - Nafsu makan klien bertambah - Klien
menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan rumah sakit -Badan klien tidak lemas -
Konjungtiva emis -TTV : TD = 130/80mmHg, Nadi = 60 – 80x/mnt, RR 1. Pantau intake
makanan setiap hari. 2. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan
masukan cairan adekuat. 3. Anjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang tinggi protein
dan kaya serat. 4. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan. 1. Mengidentifikasi defisiensi
nutrisi. 2. Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori. 3. Mempercepat perbaikan
jaringan yang rusak dan memperlancar pencernaan. 4. Membuat waktu makan lebih
menyenangkan, yang dapat meningkatkan Kelompok I = 18x/mnt, S = 36,6 ºC - TB: 165 cm,
BB: 55 kg 5. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. 6. Timbang berat badan
klien setiap hari. 7. Tawarkan makanan yang disukai klien selama tidak bertentangan dengan diet
klien. 8. Hidangkan makanan selagi hangat. 9. Kaji TTV meliputi: TD, Nadi, suhu, RR. 10.
Kolaborasi dengan tim gizi intake yang adekuat. 5. Mengidentifikasi yang menyebabkan tidak
nafsu makan. 6. Mengetahui status gizi dan kebutuhan nutrisi klien. 7. Meningkatkan nafsu
makan klien. 8. Meningkatkan nafsu makan klien. 9. Membantu mengkaji keadaan klien. 10.
Mengidentifikasi kebutuhan diet klien. 13 Des 2011 4 Tujuan : Harga diri klien meningkat
setelah dilakukan tindakan intervensi selama 3 x 24 jam. KH : - Klien tidak merasa malu lagi jika
bertemu dengan orang lain - Klien mau menerima keadaan dirinya sekarang - Klien dapat
berinteraksi dengan baik pada perawat 1. Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua
prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. 2. Kaji penyebab gangguan harga diri rendah,
body image, peran. 3. Berikan motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat. 4.
Sampaikan hal-hal positif sesuai realita 1. Dasar mengembangkan tindakan keperawatan. 2.
Merencanakan intervensi lebih lanjut. 3. Motivasi dapat meningkatkan kepercayaan diri. 4.
Penerimaan oleh orang lain meningkatkan perasaan makna diri 5. Jalan untuk Kelompok I -
Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap - Kepercayaan diri klien meningkat -
Klien dapat melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga - Percaya diri klien meningkat 5.
Gunakan sentuhan tangan jika perlu 6. Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan
support. 7. Berikan reinforcement yang positif mendekatkan diri 6. Support sistem dapat
memotivasi dalam peningkatan harga diri klien 7. Meningkatkan kepercayaan diri. I

IMPLEMENTASI Nama / Umur : Tn. T / 26 Kamar / Ruang : Melati / 1 Hari / Tanggal Pukul
NO Dx CATATAN NAMA JELAS Selasa / 13 Desember 2011 08.00 08.15 09.00 09.30 1 dan 3
1 1 3 4 - Mengkaji TTV R = TTV Klien TD : 130/80mmHg RR : 18x/mnt N : 82x/mnt S : 36,6
°C - Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri (1-10). R = Klien mengatakan
nyerinya dengan skala 8. - Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter. R = Klien
mengatakan nyeri sudah agak berkurang setelah diberi obat analgetik. - Mendorong pasien untuk
makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat. R = Klien mengatakan
menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit. - Membina hubungan saling percaya dan
menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. R = Klien mengerti dan
percaya pada perawat serta K E L O M P O K I 10.15 13.00 15.30 18.20 19.00 19.25 21.00 22.05
Rabu / 14 Desember 2011 07.00 07.30 08.40 09.30 2 3 1 1 3 4 2 1 dan 3 1 3 4 1 2 meminta
perawat untuk memberikan dukungan mental. - Memberikan susu hangat sebelum tidur. R =
Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu. - Mendorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat. R = Klien mengatakan menghabiskan satu
porsi makanan dari rumah sakit. - Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas
hiburan. R = Klien mengatakan sedikit agak rileks. - Mengatur posisi klien yang nyaman yang
dapat mengurangi nyeri. R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang. - Mendorong pasien
untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat. R = Klien
mengatakan selera makannya membaik. - Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan
semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. R = Klien mengatakan kekhawatirannya
dengan kondisinya sekarang. - Memberikan susu hangat sebelum tidur. R = Klien mengatakan
ingin tidur setelah minum susu. - Mengkaji TTV R = TTV klien TD : 125/80mmHg RR :
18x/mnt N : 82x/mnt S : 37,1 °C - Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan
hembuskan perlahan. R = Klien lebih rileks dan lebih lega. - Mendorong pasien untuk makan
diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat. R = Klien mengatakan lahap
mengonsumsi makanan yang disediakan. - Memberikan motivasi kepada klien dengan
melibatkan orang terdekat. R = Klien mengatakan terima kasih dan lebih bersemangat. K E L O
M P O K I 10.30 13.10 15.30 15.45 16.00 18.30 18.45 19.30 20.30 21.40 Kamis / 15 Desember
2011 08.00 08.25 09.15 1131134211134 - Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat
mengurangi nyeri. R = Klien mengatakan nyerinya semakin berkurang. - Memandikan klien
dengan air hangat sebelum tidur. R = Klien mengatakan lebih segar . - Menganjurkan klien untuk
relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan. R = Klien mengatakan lebih rileks setelah
menghembuskan nafas perlahan-lahan. - Memberikan reinforcement yang positif. R = Klien
mengatakan lebih percaya diri. - Menciptakan suasana makan yang menyenangkan. R = Klien
mengatakan merasa sangat nyaman dan senang untuk makan. - Mengkaji keluhan nyeri klien
dengan intensitas nyeri (1-10). R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan skala 5 . -
Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan. R = Klien
mengatakan lebih rileks dan lebih nyaman . - Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan senang untuk makan. - Memberikan motivasi
kepada klien dengan melibatkan orang terdekat. R = Klien mengatakan terima kasih dan keluarga
klien mengatakan akan mengikuti saran perawat. - Memberikan susu hangat sebelum tidur. R =
Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu. - Mengkaji TTV R = TTV klien TD : 1 20/
80mmHg RR : 19x/mnt N : 83x/mnt S : 37,2 °C - Mengkaji keluhan nyeri klien dengan
intensitas nyeri (1-10). R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan skala 3. - Memberikan
analgetik sesuai dengan anjuran dokter. R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang.
KELOMPOKI 10.15 11.00 13.15 16.00 17.00 17.30 19.00 20.00 22.00 2 3 1 1 3 4 2 -
Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit. - Membina hubungan
saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas. R = Klien
mengerti dan percaya pada perawat serta meminta perawat untuk memberikan dukungan mental.
- Memberikan susu hangat sebelum tidur. R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu.
- Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan
adekuat. R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit. -
Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan. R = Klien mengatakan sedikit
agak rileks. - Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri. R = Klien
mengatakan nyerinya agak berkurang. - Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya
nutrient, dengan masukan cairan adekuat. R = Klien mengatakan selera makannya membaik. -
Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas. R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan kondisinya sekarang. - Memberikan
susu hangat sebelum tidur. R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum susu.

EVALUASI

Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun Kamar / Ruang : Melati / 1 Hari / Tanggal / No. CATATAN
Paraf/Nama Pukul Dx Selasa / 13 Desember 2011 09.00 Selasa / 13 Desember 2011 16.30 Selasa
/ 13 Desember 2011 11.00 1 2 3 :Klien mengatakan rasa nyeri sedikit berkurang. O :Klien
terlihat sedikit nyaman da rileks. A :Masalah teratasi sebagian. :Lanjutkan intervens Kaji TTV
dan keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala nyeri (1-10), berikan tindakan kenyamanan
dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan
perlahan serta distraksi terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter :
pemberian obat analgetik sesuai program. :Klien mengatakan tidak bisa tidur dengan
nyenyak. :Klien terlihat lebih nyaman namun tidak dapat tidur. :Masalah teratasi
sebagian. :Lanjutkan intervensi Lakukan mandi air hangat sebelum tidur, berikan susu hangat
sebelum tidur, dan jaga ketenangan lingkungan klien. :Klien mengatakan nafsu makannya
bertambah. :Klien terlihat menghabiskan satu porsi makanan. :Masalah teratasi sebagian.
Kelompok I Kelompok I Kelompok I Selasa / 13 Desember 2011 16.00 4 :Lanjutkan intervensi
Kaji TTV klien, ciptakan suasana makan yang menyenangkan, pantau intake makanan setiap
hari, dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan
adekuat, dan mendorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia. :Klien mengatakan
lebih percaya diri dengan kondisi tubuhnya saat ini. :Klien terlihat termotivasi. :Masalah teratasi
sebagian. :Lanjutkan intervensi Motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
Kelompok I

EVALUASI

Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun Kamar / Ruang : Melati / 1 Hari / Tanggal / Pukul No. Dx
CATATAN Paraf/Nama Rabu / 14 Desember 2011 07.00 1 :Klien mengatakan rasa nyeri
berkurang dengan skala 6. :Klien terlihat lebih nyaman dan rileks. : Masalah teratasi sebagian. :
Lanjutkan intervensi Kaji TTV dan keluhan nyeri klien Kelompok I Rabu / 14 Desember 2011
08.30 Rabu / 14 Desember 2011 15.00 2 3 perhatikan intensitas skala nyeri (1-10), berikan
tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas
dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman,
kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program. :Klien mengatakan bisa
tidur dengan nyenyak. :Klien terlihat lebih nyaman dan lebih lelap. :Masalah teratasi
sebagian. :Lanjutkan intervensi Lakukan mandi air hangat sebelum tidur, berikan susu hangat
sebelum tidur, dan jaga ketenangan lingkungan klien. :Klien mengatakan nafsu makannya
bertambah. :Klien terlihat menghabiskan 1 porsi makanan dari rumah sakit :Masalah
teratasi. :Pertahankan intervensi Kaji TTV klien, ciptakan suasana makan yang menyenangkan,
pantau intake makanan setiap hari, dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient,
dengan masukan cairan adekuat, dan mendorong komunikasi terbuka mengenai masalah
anoreksia. Kelompok I Kelompok I Rabu / 14 Desember 2011 20.00 4 :Klien mengatakan lebih
percaya diri dengan kondisi tubuhnya saat ini. :Klien terlihat sangat termotivasi. :Masalah
teratasi sebagian. :Lanjutkan intervensi Motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
Kelompok I EVALUASI Nama / Umur : Tn. T / 26 Tahun Kamar / Ruang : Melati / 1 Hari /
Tanggal / Pukul No. Dx CATATAN Paraf/Nama Kamis / 15 Desember 2011 08.00 1 :Klien
mengatakan tidak merasakan nyeri lagi. :Klien terlihat sangat nyaman dan rileks. :Masalah
teratasi. :Pertahankan intervensi Kaji TTV dan keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala
nyeri (1 10), berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk
relaksasi tarik Kelompok I Kamis / 15 Desember 2011 09.00 Kamis / 15 Desember 2011 13.00
Kamis / 15 2 3 nafas dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri, atur posisi
yang nyaman, kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program. :Klien
mengatakan bisa tidur dengan lelap. :Klien terlihat lebih nyaman dan lebih lelap. : Masalah
teratasi. : Pertahankan intervensi Lakukan mandi air hangat sebelum tidur, berikan susu hangat
sebelum tidur, dan jaga ketenangan lingkungan klien. :Klien mengatakan nafsu makannya
bertambah. :Klien terlihat menghabiskan 1 porsi makanan dari rumah sakit. :Masalah
teratasi. :Pertahankan intervensi dx Kaji TTV klien, ciptakan suasana makan yang
menyenangkan, pantau intake makanan setiap hari, dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori
kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat, dan mendorong komunikasi terbuka mengenai
masalah anoreksia. :Klien mengatakan percaya diri dengan kondisi tubuhnya saat ini. Kelompok
I Kelompok I Desember 2011 16.00 4 :Klien terlihat sangat termotivasi. :Masalah
teratasi. :Pertahankan intervensi Motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
Kelompok

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Tahap pertama yang kami lakukan adalah melaksanakan pengkajian dengan mencari dan
mengkaji data subjektif yang dapat kita peroleh dari klien maupun keluarga klien dan
data objektif yang dapat kita lihat dari pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan. Di
dalam pengkajian penulis melakukan beberapa tahap diantaranya adalah tahap penjajakan
yang terdiri dari pengumpulan data, menentukan masalah kesehatan dan juga menentukan
dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan.
Tahap kedua, setelah melakukan pengkajian, maka penulis menganalisa data tersebut
dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan. Adapun masalah
keperawatan yang ditemukan pada Tn. T, adalah :

Resiko gangguan rasa nyaman : nyeri b.d pertumbuhan jaringan abnormal di kaki kiri,
gangguan istirahat dan tidur b.d nyeri disekitar kaki kiri, resiko gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat : anoreksia,
gangguan konsep diri : peran, harga diri rendah, body image b.d post operasi amputasi kaki
kiri. Tahap ketiga dari keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan selama
3 hari melakukan implementasi dari tanggal 13 Desember 2011 sampai dengan 15 Desember
2011, pada hari ini rencana keperawatan melibatkan pihak keluarga klien dengan harapan
tercapai dan rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis. Pada tahap
perencanaan meliputi penetapan tujuan dan standar evaluasi yang diharapkan setelah itu
penulis menyusun rencana yang akan dilakukan serta menemukan rasionalnya. Rencana
tindakan yang dilaksanakan adalah melalui tindakan keperawatan, informasi kesehatan dan
kolaborasi dengan yang lain. Tahap keempat dari proses keperawatan adalah melaksanakan
tindakan yang telah ditetapkan dan menuliskan respon, baik secara subjektif maupun secara
objektif yang dilaksanakan dari tanggal 13 Desember 2011 sampai dengan 15 Desember
2011. Tahap kelima atau tahap terakhir dari proses keperawatan, yang penulis lakukan adalah
tahap di mana penulis menilai perkembangan dan keberhasilan dari keseluruhan tindakan
keperawatan yang penulis lakukan, hasil dari tindakan yang telah dilakukan oleh penulis

Saran
Adapun saran diharapkan dapat memahami dan menguasai teori tentang psikososial dan
kebutuhan lainnya. Mahasiswa harus dapat melakukan tindakan keperawatan secara
benar dan terampil. Mahasiswa perlu ditingkatkan keaktifannya dalam bertanya kepada
pembimbing ataupun kakak perawat lainnya. Mahasiswa diharapkan dapat meluangkan
waktunya untuk berkumpul d alam pembuatan makalah untuk seminar. Mahasiswa
diharapkan dapat lebih teliti dalam membuat Asuhan Keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC Doenges, M.E,
dkk.1996. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC Keliat, B.A. 1992. Gangguan
Konsep Diri. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC Stuart G.W, dkk. 1995. Keperawatan Jiwa, Buku
Kedokteran. Jakarta : EGC Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Ed 1. http://putricutik.blogspot.co.id/2012/01/askep-
gangguan-konsep-diri-peran.html

Anda mungkin juga menyukai