Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta
perlindunganNYA. Penulis dapat menyelesaikan tugas “Makalah Perspektif Keperawatan Jiwa”.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi nilai tugas dan untuk menambah
pengetahuan kami selaku mahasiswa-mahasiswi Prodi Keperawatan Tual.

Pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada Ns. Lucky H. Noya, S.Kep..M. Kep.

Yang mana telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini, dan

Bagi semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan berbagai kritik dan saran yang
membangun sanga kami butuhkan untuk menyempumakan makalah ini kedepannya.

Langgur, 10 Mei 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman depan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan

1.1.
Latar

Belakang

Rumusan

Masalah

Yang1.2.

1.3.

25

Tujuan

Penulisan

Bab 2 Pembahasan

Perspektif Keperawatan Jiwa

Bab 3 Penutup.............

3.1. Kesimpulan.

3.2. Saran

Daftar Pustaka.

26
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan undang-undang no.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa terjadi “modernisasi” karena
upaya kesehatan jiwa dilaksanakan secara komprehensif (promotif. Preventif, kuratif, rehabilitative),
pelayanan ditujukan pada individu dan masyarakat Melalui program kesehatan jiwa selama pelita I-V,
pelayanan kesehatan jiwa menjadi lebih luas. Rumah sakit jiwa menjadi pusat pembinaan kesehatan
jiwa masyarakat. Pelayanan perawatan kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien gangguan
jiwa tetapi juga pada klien dengan berbagai masalah psikososial yang ditujukan pada semua orang
dan lapisan masyarakat sehingga tercapai sehat mental dan hidup harmonis serta produktif.

Menurut undang-undang no.3 tahun 1966, tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa
mempunyai sifat-sifat harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan
manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan
jiwa adalah bagian intemal dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik dan social individu secara optimal dan yang selaras dengan perkembangan
dengan orang lain.

Kesehatan social, yaitu: aktivitas social seseorang. Kemampuan seorang untuk menyelesaikan tugas,
berperan dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif didalam masyarakat
indikator mengenai status sehat social yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas
dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang. Kesehatan pribadi adalah suatu
keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut diatas,
menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber daya dan bakat dan talenta internal
seseorang, yang mungkin tidak dapat/akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.

Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa didalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan
untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental
dan yang memungkinkan perkembangan optimal
Seseorang. Inidikator minimal dari kesehatan pribadi adalah minat yang nyata terhadap aktivitas dan
pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.

Menurut undang-undang no.3 tahun 1960 tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa adalah keadan
adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses piker, emosi, kemauan, dan
prilaku psikomotorik, termasuk bicara. Dalam pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa
(PPDG) III gangguan jiwa diartikan sebagai adanya kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan
secara klinis, yang disertai adanya penderitaan “distress” pada kebanyakan kasus dan berkaitan
dengan terganggunya fungsi seseorang”. Yang tidak termasuk disini adalah penyimpanan konflik
social yang tanpa disertai disfungsi seseorang.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Perspektif Keperawatan Jiwa?

1.3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui Perspektif
keperawatan jiwa.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian kesehatanan jiwa

Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya
menurut

1. WHO

Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik
yang positif yang menggambarkan keselarasan dan

Keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.


2. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996 Kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelectual, emocional secara

Optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.

3. Stuart & Laria

Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam
beradaptasi dengan lingkungan

4. Rosdahl

Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan

Keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.

B. Kriteria Sehat Jiwa

1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total contoh: membendingkan dengan
teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki
atau tidak. Ingat, jangan

Mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan. B. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan
puncaknya adalah aktualisasi diri

e. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang
negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.

d. Otonomi

orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima

masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun

bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri

e. Persepsi sesuai dengan kenyataan Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar
karena perbedaan

adat

2. A. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:

a. Persepsi akurat terhadap realitas

b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi c. Mewujudkan


spontanitas

c. Promblem centered yang akhimya memerlukan self centered

d. Butuh privasi

e. Otonomi dan mandin


Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri

h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi

i. Benninat terhadap kesejahteraan manusia j. Hubungan intim dengan orang terdekat

j. Demokrasi

L. Etik kuat

m. Humor/tidak bermusuhan

n. Kreatif

o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

3. Yahoda

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri


c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)

d. Otonomi

e. Persepsi realitas

f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)


C. Rentang Sehat Jiwa

1. Dinamis bukan titik statis

2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati

3. Ada tahap tahap

4. Menggambarkan kemampuan adaptasi

5. Berfungsi secara efektif: sehat

D. Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa

1. Menurut Dorothy, Cecelia

Perawatan Psikiatric/Keperawatan Kesehatan Jiwa adalah proses dimana perawat membantu


individu kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Meningkatkan pola hubungan
antar pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan lebih produktif di masyarakat.

2. Menurut ANA

Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada

3. Menurut Kaplan Sadock


Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan prilaku yang akan
mendukung integrasi Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau
komunitas

4. Caroline dalam Basic Nursing, 1999

Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental.
Dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan

Kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan,
memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.

5. Menurut Stuart Sundeen

Keperawatan mental adalah proses interpersonal dalam meningkatkan dan mempertahankan


perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien tersebut biasa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik keperawatan mental yaitu perawatan langsung,
komunikasi dan management.

E. Sejarah Keperawatan Kesehatan Jiwa Di Dunia dan Indonesia

a) Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa Di Dunia

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada
munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia.

Perkembangan keperawatan diawali pada:

1. Zaman Purbakala (Primitive Culture) Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri
sendiri (tercemmin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan
adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instine). Dari masa Mother Instic
kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya
kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal
dengan nama Animisme Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena
kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung
tinggi.

Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa. Sehingga kuil-kuil didirikan
sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua

Dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu
keperawatan. 2. Zaman Keagamaan

Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama. 3.
Zaman Maschi

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit
sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang
meninggal.

Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoccim atau hospes yaitu tempat
penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic

Hospital. 4. Pertengahan abad VI Maschi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan
perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Abad VII Maschi, di Jazirah
Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada
masa ini mulai muncul prinsip- prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan
diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah
Rufaidah

5. Permulaan abad XVI


Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu
perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup,
padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat.
Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat

Bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas
rangkap sebagai perawat.

Pengaruh perang salib terhadap keperawatan: a. Mulai dikenal konsep P3K

b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang


kerja bagi perawat dibidang sosial.

Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan

Keperawatan : a. Hotel Dieu di Lion Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah
bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui

Pendidikan keperawatan di RS ini. B. Hotel Dieu di Paris

Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde

Agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS
ini adalah Genevieve Bouquet.

e. ST. Thomas Hospital (1123 M) Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada
masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk
oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi
peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian
Florence dijuluki dengan nama “The Lady of the Lamp”.

c. Perkembangan keperawatan di Inggris


Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan
besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah perawat
modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia.

Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. 1:

1) Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.

2) Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit

3) Manajemen RS

4) Mengembangkan pendidikan keperawatan

5) Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran

6) Pendidikan berlanjut bagi perawat. Negara-negara yang berpengaruh dalam perkembangan


keperawatan jiwa

1. Peru

Dari zaman purbakala telah terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu itu
manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa
tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan
perilaku kekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa
gangguan jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu
menguasainya merupakan suatu hal yang universal.

2. Mesir

Kira-kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai
berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin. Dalam tahun-
tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil
Saturn” untuk merawat orang dengan gangguan jiwa

Yunani

3.
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang
terkenal karena rumus sumpah doktemya telah menggambarkan gejala-gejala melancholia
dan berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi
mempunyai penyebab alamiah seperti penyakit lain. Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai
tempat perawatan pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar
matahari serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu Dalam jaman
romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah
jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran.
Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di
masukan ke dalam

Sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam
sungai secara mendadak dari atas jembatan.

3. Negara-negara Arab

Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian, diit,
obat-obatan, wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.

4. Eropa

Pada abad ke-17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang
dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang
populer pada waktu itu ialah pengeluaran darah”, penderita di pakaikan pakaian gila” dan di
cambuk.

5. Prancis

Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita
gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre (untuk
penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere (untuk penderita wanita). Keduanya di huni
oleh penjahat. Penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama
pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.

b). Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Jiwa di Indonesia

Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan

Belanda sampai pada masa kemerdekaan

1. Masa Penjajahan Belanda

Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu


pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu
Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya
hanya untuk kepentingan tentara Belanda

2. Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)

Gurbemur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan
rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai
upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain:

a. Pencacaran umum

b. Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa

c. Kesehatan para tahanan

Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada
tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke
Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816-1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit
hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS ST. Boromeus di Bandung.
RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.

3. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)

Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak
terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga
timbul wabah.

4. Zaman Kemerdekaan

Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan
Tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985
didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan
keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK Ul. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.

F. Peran Perawat Kesehatan Jiwa

Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:

1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada

Klien

2. Mendemontrasikan penerimaan

3. Respek

4. Memahami klien

5. Mempromosikan ketertankan klien dan beradaptasi dalam interaksi

Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:

1. Sebagai pendidik

2.

Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
2. Sebagai “surrogate parent”

3. Sebagai konselor.

Dan yang lain dari peran perawat adalah

1. Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental

2. Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan

3. Memberikan pelayanan pada klien di luar klinik

4. Aktif melakukan penelitian 5. Membantu pendidikan masyarakat.

G. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa

MODEL

VIEW OF

THERAPEUTIC

ROLES OF

Anda mungkin juga menyukai