Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta
perlindunganNYA. Penulis dapat menyelesaikan tugas “Makalah Perspektif Keperawatan Jiwa”.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi nilai tugas dan untuk menambah
pengetahuan kami selaku mahasiswa-mahasiswi Prodi Keperawatan Tual.
Pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada Ns. Lucky H. Noya, S.Kep..M. Kep.
Yang mana telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini, dan
Bagi semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan berbagai kritik dan saran yang
membangun sanga kami butuhkan untuk menyempumakan makalah ini kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
1.1.
Latar
Belakang
Rumusan
Masalah
Yang1.2.
1.3.
25
Tujuan
Penulisan
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup.............
3.1. Kesimpulan.
3.2. Saran
Daftar Pustaka.
26
BAB 1 PENDAHULUAN
Berdasarkan undang-undang no.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa terjadi “modernisasi” karena
upaya kesehatan jiwa dilaksanakan secara komprehensif (promotif. Preventif, kuratif, rehabilitative),
pelayanan ditujukan pada individu dan masyarakat Melalui program kesehatan jiwa selama pelita I-V,
pelayanan kesehatan jiwa menjadi lebih luas. Rumah sakit jiwa menjadi pusat pembinaan kesehatan
jiwa masyarakat. Pelayanan perawatan kesehatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien gangguan
jiwa tetapi juga pada klien dengan berbagai masalah psikososial yang ditujukan pada semua orang
dan lapisan masyarakat sehingga tercapai sehat mental dan hidup harmonis serta produktif.
Menurut undang-undang no.3 tahun 1966, tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah suatu
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa
mempunyai sifat-sifat harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan
manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan
jiwa adalah bagian intemal dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik dan social individu secara optimal dan yang selaras dengan perkembangan
dengan orang lain.
Kesehatan social, yaitu: aktivitas social seseorang. Kemampuan seorang untuk menyelesaikan tugas,
berperan dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif didalam masyarakat
indikator mengenai status sehat social yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas
dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang. Kesehatan pribadi adalah suatu
keadaan yang melampaui berfungsinya secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut diatas,
menekankan pada kemungkinan kemampuan, sumber daya dan bakat dan talenta internal
seseorang, yang mungkin tidak dapat/akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa didalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan
untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental
dan yang memungkinkan perkembangan optimal
Seseorang. Inidikator minimal dari kesehatan pribadi adalah minat yang nyata terhadap aktivitas dan
pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Menurut undang-undang no.3 tahun 1960 tentang kesehatan jiwa, gangguan jiwa adalah keadan
adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses piker, emosi, kemauan, dan
prilaku psikomotorik, termasuk bicara. Dalam pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa
(PPDG) III gangguan jiwa diartikan sebagai adanya kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan
secara klinis, yang disertai adanya penderitaan “distress” pada kebanyakan kasus dan berkaitan
dengan terganggunya fungsi seseorang”. Yang tidak termasuk disini adalah penyimpanan konflik
social yang tanpa disertai disfungsi seseorang.
Dari latar belakang diatas maka makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Perspektif Keperawatan Jiwa?
1.3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui Perspektif
keperawatan jiwa.
Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya
menurut
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik
yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
Optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam
beradaptasi dengan lingkungan
4. Rosdahl
Keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total contoh: membendingkan dengan
teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki
atau tidak. Ingat, jangan
Mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan. B. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan
puncaknya adalah aktualisasi diri
e. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang
negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.
d. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima
masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun
e. Persepsi sesuai dengan kenyataan Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar
karena perbedaan
adat
2. A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
d. Butuh privasi
j. Demokrasi
L. Etik kuat
m. Humor/tidak bermusuhan
n. Kreatif
3. Yahoda
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
2. Menurut ANA
Keperawatan Jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik dalam meningkatkan,
mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana
klien berada
Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat seseorang dengan penyimpangan mental.
Dimana memberikan kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan
Kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya menyalahkan,
memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada
munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia.
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture) Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri
sendiri (tercemmin pada seorang ibu). Harapan pada awal perkembangan keperawatan
adalah perawat harus memiliki naluri keibuan (Mother Instine). Dari masa Mother Instic
kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya
kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal
dengan nama Animisme Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan karena
kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-gunung
tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa. Sehingga kuil-kuil didirikan
sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua
Dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai berkembanglah ilmu
keperawatan. 2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama. 3.
Zaman Maschi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit
sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang
meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoccim atau hospes yaitu tempat
penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah
Sakit di Roma yaitu Monastic
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan
perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Abad VII Maschi, di Jazirah
Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada
masa ini mulai muncul prinsip- prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan
diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah
Rufaidah
Bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas
rangkap sebagai perawat.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan
Keperawatan : a. Hotel Dieu di Lion Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah
bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde
Agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS
ini adalah Genevieve Bouquet.
e. ST. Thomas Hospital (1123 M) Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada
masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk
oleh negara Inggris untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi
peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian
Florence dijuluki dengan nama “The Lady of the Lamp”.
3) Manajemen RS
1. Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda-tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu itu
manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa. Ditemukan beberapa
tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita penyakit ayan atau yang menunjukan
perilaku kekerasan dengan maksud untuk mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa
gangguan jiwa itu timbul karena masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu
menguasainya merupakan suatu hal yang universal.
2. Mesir
Kira-kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua, sebagai
berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari kemarin. Dalam tahun-
tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil yang terkenal dengan nama “Kuil
Saturn” untuk merawat orang dengan gangguan jiwa
Yunani
3.
Hippocrates (460-357 SM) yang sekarang di anggap sebagai bapak ilmu kedokteran yang
terkenal karena rumus sumpah doktemya telah menggambarkan gejala-gejala melancholia
dan berpendapat bahwa penyakit ayan itu bukanlah suatu penyakit keramat akan tetapi
mempunyai penyebab alamiah seperti penyakit lain. Dalam kuil-kuil yang di pakai sebagai
tempat perawatan pasien dengan gangguan jiwa di gunakan hawa segar, air murni dan sinar
matahari serta musik yang menarik dalam pengobatan para penderita itu Dalam jaman
romawi pada waktu itu di lakukan “pengeluaran darah dan mandi belerang”. Setelah
jatuhnya kebudayaan yunani dan romawi, dan ilmu kedokteran mengalami kemunduran.
Penderita gangguan jiwa di ikat, di kurung, di pukuli atau dibiarkan kelaparan. Ada yang di
masukan ke dalam
Sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di cemplungkan ke dalam
sungai secara mendadak dari atas jembatan.
3. Negara-negara Arab
Di pakai cara-cara yang lebih berprikemanusiaan. Mereka memakai tempat pemandian, diit,
obat-obatan, wangi-wangian, dan musik yang halus dalam suasana yang santai.
4. Eropa
Pada abad ke-17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa yang
dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara pengobatan yang
populer pada waktu itu ialah pengeluaran darah”, penderita di pakaikan pakaian gila” dan di
cambuk.
5. Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan penderita
gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas rumah sakit Bicetre (untuk
penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere (untuk penderita wanita). Keduanya di huni
oleh penjahat. Penderita retradasi mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama
pinel ialah melepaskan penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
Gurbemur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan
rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan berbagai
upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain:
a. Pencacaran umum
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada
tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke
Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816-1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit
hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS ST. Boromeus di Bandung.
RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak
terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga
timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan
Tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985
didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan
keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK Ul. Kemudian muncul
PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
Menurut Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen dalam Principles and Practice of Psychiatric
Nursing Care (1995), peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni:
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada
Klien
2. Mendemontrasikan penerimaan
3. Respek
4. Memahami klien
1. Sebagai pendidik
2.
Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
2. Sebagai “surrogate parent”
3. Sebagai konselor.
MODEL
VIEW OF
THERAPEUTIC
ROLES OF