Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat serta
perlindunganNYA, penulis dapat menyelesaikan tugas “Makalah Perspektif Keperawatan
Jiwa”. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi nilai tugas dan
untuk menambah pengetahuan kami selaku mahasiswa – mahasiswi Prodi Keperawatan Tual.
Pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada Ns. Lucky H. Noya, S.Kep.,M. Kep,
yang mana telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini, dan
bagi semua teman-teman yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan berbagai kritik
dan saran yang membangun sanga kami butuhkan untuk menyempurnakan makalah ini
kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1.1. Latar
Belakang ..............................................................................................................1
1.2. Rumusan
Masalah .........................................................................................................2
1.3. Tujuan
Penulisan ...........................................................................................................2
Bab 2 Pembahasan
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut undang-undang no.3 tahun 1966, tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang
lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat harmonis (serasi) dan memperhatikan
semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian internal dari kesehatan dan
merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik dan social individu secara
optimal dan yang selaras dengan perkembangan dengan orang lain.
Kesehatan social, yaitu: aktivitas social seseorang. Kemampuan sseorang untuk
menyelesaikan tugas, berperan dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara
adaptif didalam masyarakat.indikator mengenai status sehat social yang minimal adalah
kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran
seseorang. Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara
efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut diatas, menekankan pada kemungkinan
kemampuan , sumber daya dan bakat dan talenta internal seseorang, yang mungkin tidak
dapat/akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa didalam diri seseorang terdapat
potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan dimensi lain dari dirinya,
hal yang tidak bersifat instrumental dan yang memungkinkan perkembangan optimal
1
seseorang. Inidikator minimal dari kesehatan pribadi adalah minat yang nyata terhadap
aktivitas dan pengalaman yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan
“status quo”.
Menurut undang-undang no.3 tahun 1966 tentang kesehatan jiwa , gangguan jiwa
adalah keadan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses
piker, emosi, kemauan, dan prilaku psikomotorik, termasuk bicara. Dalam pedoman
penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDG) III gangguan jiwa diartikan sebagai
adanya kelompok gejala atau perilaku yang ditemukan secara klinis, yang disertai adanya
penderitaan “distress” pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi
seseorang”. yang tidak termasuk disini adalah penyimpanan konflik social yang tanpa
disertai disfungsi seseorang.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. WHO
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung
berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
4. Rosdahl
Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan
keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.
3
c. Integrasi
Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang
positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek
merupakan satu kesatuan.
d. Otonomi
orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima
masukan dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun
bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri
e. Persepsi sesuai dengan kenyataan
Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan
adat
2. A. H. Maslow
Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:
4
c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
d. Otonomi
e. Persepsi realitas
5
kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk mendengar, tidak hanya
menyalahkan, memberikan penguatan atau dukungan, memahami dan memberikan
dorongan.
6
dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai
berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang
yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan
adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut
sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang
hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada
saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan
untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau
hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan
pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic
Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur
Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam
terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti
Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-
prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah
Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama
untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk
memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
7
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang
salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai
perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami
berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
8
3) Manajemen RS
4) Mengembangkan pendidikan keperawatan
5) Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
6) Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Negara-negara yang berpengaruh dalam perkembangan keperawatan jiwa
1. Peru
Dari zaman purbakala telah terdapat tanda- tanda yang menunjukkan bahwa
pada waktu itu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan
jiwa. Ditemukan beberapa tengkorak yang di lubangi, mungkin pada penderita
penyakit ayan atau yang menunjukan perilaku kekerasan dengan maksud untuk
mengeluarkan roh jahat. Kepercayaan bahwa gangguan jiwa itu timbul karena
masuknya roh nenek moyang ke dalam tubuh seseorang lalu menguasainya
merupakan suatu hal yang universal.
2. Mesir
Kira –kira dalam tahun 1500 SM terdapat tulisan tentang orang yang sudah tua,
sebagai berikut: “... hati menjadi berat dan tidak dapat mengingat lagi hari
kemarin”. Dalam tahun-tahun berikutnya di sana di dirikan beberapa buah kuil
yang terkenal dengan nama “Kuil Saturn” untuk merawat orang dengan
gangguan jiwa
3. Yunani
9
sebuah tong lalu di gulingkan dari atas bukit ke bawah ada yang di
cemplungkan ke dalam sungai secara mendadak dari atas jembatan.
5. Eropa
Pada abad ke -17 dan 18 di dirikan rumah perawatan penderita gangguan jiwa
yang dinamakan “rumah amal”, “ rumah kontrak” atau “suaka duniawi”. Cara
pengobatan yang populer pada waktu itu ialah “ pengeluaran darah “, penderita
di pakaikan “ “pakaian gila” dan di cambuk.
6. Prancis
Pada akhir revolusi abad ke- 18 terjadi perubahan dalam tempat penampungan
penderita gangguan jiwa. PHILLIPE PINEL (1745- 1826) menjadi pengawas
rumah sakit Bicetre ( untuk penderita pria) dan kemudian pada Salpetriere
( untuk penderita wanita). Keduanya di huni oleh penjahat , penderita retradasi
mental dan penderita gangguan jiwa. Tindakan pertama pinel ialah melepaskan
penderita gangguan jiwa dari belenggu mereka.
10
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial
Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas
Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan
Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda
a. pencacaran umum
b. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
c. kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan
penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok
Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit – rumah sakit
hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS.
ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu
berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit
dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah
perawat setimgkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan
11
tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan
(FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu
Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di
Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian
muncul PSIK-PSIK baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
1. Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada
klien
2. Mendemontrasikan penerimaan
3. Respek
4. Memahami klien
5. Mempromosikan ketertarikan klien dan beradaptasi dalam interaksi
Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:
1. Sebagai pendidik
2. Sebagai pemimpin dalam situasi yang bersifat lokal, nasional dan internasional
3. Sebagai ”surrogate parent”
4. Sebagai konselor.
Dan yang lain dari peran perawat adalah:
12
BEHAVIORAL PROCES PATIENT &
DEVIATION THERAPIST
Terapist:
menggali system
social klien
13
kesadaran diri klien
Terapist:
therapy, repport
effects, diagnose
illness, therapeutic
approach
1. Psychoanalitycal (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), maka
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of behavioral)
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya konflik
interpsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan pada masa
oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya
stimulus untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk
14
memasukan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatik yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatik masa lalu. Misalnya
klien dinbuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman bawah sadarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatik masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotik
yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus
2. Interpersonal (Sullivan, Peplau)
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat
adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas
timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan
orang lain (interpersonal).
15
Proses terapi menurut konsep ini adalah build feeling security (berupaya
membangun rasa aman bagi klien), trusting relationship and interpersonal
satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam berrgaul dengan orang lain dehingga klien merasa berharga dan dihormati.
3. Social (Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya faktor sosial dan faktor lingkungan
yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental
factors create stress, which cause anxiety and symptom). Akumulasi stressor yang
ada pada lingkungan seperti: bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga
barang yang mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin,
ancaman penyakit, polusi, sampah akan mencetus stress pada individu.
Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini
adalah environmen manipulation and social support (pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial). Sebagai contoh dirumah harus bersih,
teratur, harum, tidak bising, ventilasi cukup, panataan alat dan perabotan yang
teratur. Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada tanaman, tata lampu yang
indah, hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang memuaskan.
16
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah paien
harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapist
berupaya: menggali sistem sosial klien seperti suasana di rumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial (Ellis, Rogers)
Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu
tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam body image-nya.
17
seperti: sering sakit maag, migrain, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami
banyak keluhan seperti :mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah,
ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul,
menarik diri, tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan dan
sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa.
Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmampuan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini da tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Stressor pada saat ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting
sekali seperti ujian PNS, ujian saringan masuk PTN, tes masuk pekerjaan.
Ketidakmampuan beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya
maksimal, menyebabkan individu menjdi stress.
6. Medical (Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul
akibat multifactor yang komplek meliputi: aspek fisik, genetik, lingkungan dan
faktor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui
pemeriksaan diagnostik, terapi somatik, farmakologik dan teknik interpersonal.
Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan
prosedur diaognostik dan terapi jangka panjang, terapist berperan dalam
pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menetukan diagnosa, dan
menentukan jenis pendekatan tarapi yang digunakan. (therapy, repport effects,
diagnose illness, therapeutic approach)
18
Usaha-usaha ini meliputi usaha promosi dan pencegahan terjadinya gangguan mental
dengan kegiatan-kegiatan berikut:
19
Yaitu usaha untuk mengurangi gejala sisa dan atau bahaya akibat
adanyapenyakit/gangguan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
I. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat perlu mengkaji data demografi, riwayat kesehatan dahulu, kegiatan hidup klien
sehari-hari, keadaan fifik, status mental, hubungan interpersonal serta riwayat personal dan
keluarga
a. Data demografi
Pengkajian data demografi meliputi nama, tempat dan tanggal lahir klien, pendidikan,
alamat orang tua, serta data lain yang dianggap perlu diketahui. Riwayat kelahiran,
alergi, penyakit dan pengobatan yang pernah diterima klien, juga perlu dikaji. Selain
itu kehidupan sehari-hari klien meliputi keadaan gizi termasuk berat badan, jadwal
makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur termasuk kebiasaan dan kualitas
tidur, eliminasi meliputi kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi,
kecacatan dan keterbatasan lainnya.
b. Fisik
Dalam pengkajian fisik perlu diperiksa keadaan kulit, kepala rambut, mata, telinga,
hidung, mulut, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan neurologis klien.
Pemeriksaan fisik lengkap saat diperlukan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
gangguan fisik terhadap perilaku klien. Misalnya klien yang menderita DM atau asma
sering berperilaku merusak dalam usahanya untuk mengendalikan lingkungan. Selain
itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai dasar dalam menentukan pengobatan yang
diperlukan. Bahkan untuk mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah
dialami klien.
20
Pemeriksaan status mental klien bermanfaat untuk memberikan gambaran mengenai
fungsi ego klien. Perawat membandingkan perilaku dengan tingkat fungsi ego klien
dari waktu ke waktu. Oleh karena itu status mental klien perlu dikaji setiap waktu
dengan suasana santai bagi klien
Pemeriksaan status mental meliputi: keadaan emosi, proses berfikir dan isi pikir,
halusinasi dan persepsi, cara berbicara dan orientasi, keinginan untuk bunuh diri dan
membunuh. Pengkajian terhadap hubungan interpersonal klien dilihat dalam
hubungannya dengan orang lain yang penting untuk mengetahui kesesuaian perilaku
dengan usia. Pertanyaan yang perlu diperhatikan perawat ketika mengkaji hubungan
interpersonal klien antara lain:
1) Apakah klien berhubungan dengan orang lain dengan usia sebanya dan dengan
jenis kelamin tertentu.
2) Apa posisi klien dalam struktur kekuasaan dalam kelompok
3) Bagaimana ketermpilan sosial klien ketika menjalin dan berhubungan dengan
orang lain.
4) Apakah klien mempunyai teman dekat.
d. Riwayat personal dan keluarga
Riwayat personal dan keluarga meliputi faktor pencetus masalah, tumbuh kembang
klien, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat diperlukan untuk
mengerti perilaku klien dan membantu menyusun tujuan asuhan keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
Setelah pengkajian selesai dan maslah utama yang dialami klien telah teridentifikasi,
rencana perawatan dan pengobatan yang komprehensif.
21
Untuk klien yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan umumnya adalah sebagai
berikut:
Berbagai bentuk terapi pada klien dan keluarga dapat diterapkan, antara lain:
a. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi klien untuk mengekspresikan
konflik yang belum terselesaikan, selain juga berfungsi untuk:
1). Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak dapat
dikendalikan sebelumnya
4). Menggali dan mencoba belajar bagaimana hubungan dengan diri sendiri, dunia
luar dan orang lain.
b. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga. Orang tua
perlu belajar secara bertahap tentang peran meraka dalam permasalahan yang
dihadapi dan bertanggungjawab terhadap perubahan yang terjadi pada klein dan
keluarga. Biasanya cukup sulit bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan
22
dalam keluarga turut menimbulkan gangguan pada anggota keluarganya. Oleh
karena itu perawat perlu berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan kegiatan atau
berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan uji realitas,
mengendalikan impuls (dorongan internal), meningkatkan harga diri, memfasilitasi
pertumbuhan, kematangan dan keterampilan sosial klien. Kelompok dengan
lingkungan yang terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan
dan pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang terkendali.
d. Psikofarmakologi
e. Terapi individu
Pendidikan pada orang tua merupakan hal penting untuk mencegah gangguan
kesehatan jiwa klien, begitu pula untuk peningkatan kembali penyembuhan setelah
dirawat. Orang tua diajarkan tentang tahap tumbang klien, sehingga orang tua
dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan klien. Keterampilan berkomunikasi
juga meningkatkan pengertian dan empati antara orang tua dan anaknya.
g. Terapi lingkungan
23
penyembuhan dengan berfokus pada modifikasi perilaku. Kegiatan yang terstruktur
secara formal seperti: belajar, terapi kelompok dan terapi rekreasi. Kegiatan ruti
meliputi: bangun pagi hari, makan dan jam tidur.
5. Evaluasi
Pada umumnya pengamatan perawat berfokus pada perubahan perilaku klien. Apakah
klien menunjukan kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi
diri dan meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
24
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara umum diketahui bahwa
gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara
pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi
stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang.
Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung
dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas
perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.
3.2. Saran
Semoga makalah ini tidak hanya sebagai tugas semata namun dijadikan sebagai
bahan pembelajaran sehinga dapat menambah pengetahuan kita semua dalam
mempraktekannya dalam dalam masyarakat.
Daftar Pustaka
26