Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA 1


(GANGGUAN KONSEP DIRI)

DOSEN PEMBIMBING:

Ns.NURFADHILAH,S.KEP

OLEH :

WAHYUNI SYARIFUDDIN(P.18.014)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2019/2020

KATA PENGANTAR

i
Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat-Nya dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
pembuatanMakalah ini yang berjudul “Gangguan Konsep Diri” oleh Saudari
Wahyuni Syarifuddin
Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini dan dapat memanfaatkan sebagaimana
mestinya.
Semoga segala bantuannya dibalas oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih
baik. Penulis menyadari akan berbagai keterbatasan dan kelemahan yang ada pada
penulis, sehingga tidak menutup kemungkinan terhadap kekurangan, kelemahan
bahkan mungkin kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Sekian dan terima kasih atas kami
ucapannya.

Manding,3 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG......................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH................................................................. 1

C. TUJUAN ......................................................................................... 2

D. MANFAAT ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. LAPORAN PENDAHULUAN......................................................4

B. ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI........................................13

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ........................................................................... 21

B. SARAN .........................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................22

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawa sadar maupun sadar. Konsep diri
memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita
terhadap situasi dan hubungan kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan
orang lain. Kita mulai membentuk konsep diri saat usia muda. Masa remaja
adalah waktu yang kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi
konsep diri. Jika seseorang anak mempunyai masa kanak-kanak yang aman
dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak tersebut secara mengejutkan
aka sangat stabil. Ketidaksesuaian antara aspek tertentu dari kepribadian dan
konsep diri dapat menjadi sumber stress atau konflik.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagi organisme yang memiliki
dorongan untuk0berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya.Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian
membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan
individu bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang ia miliki. Padahal segala
keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi gangguan konsep diri?
2. Apa saja penyebab gangguan konsep diri?
3. Apa saja jenis gangguan konsep diri?
4. Bagaimana tanda dan gejala konsep diri?
5. Bagaimana mekanisme koping gaangguan konsep diri?

2
C. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengerti definisi gangguan konsep diri
2. Agar mahasiswa mengerti penyebab gangguan konsep diri
3. Agar mahasiswa mengerti jenis gangguan konsep diri
4. Agar mahasiswa mengerti tanda dan gejala konsep diri
5. Agar mahasiswa mengerti mekanisme koping gaangguan konsep diri

D. MANFAAT
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan konsep diri dalam mengembangkan ilmu yang sudah kita
dapat. Agar pembaca mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan
gangguan konsep diri ilmu dengan benar.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN

1) Definisi

Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial


yang tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil
dari pengalaman seseorang terhadap dirinya. Konsep diri Ini
berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan
psikososial seseorang. Secara umum konsep diri adalah semua tanda,
keyakinan dan pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu
tentang dirinya yang dapat memengaruhi hubungannya dengan orang
lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide dan tujuan (Hidayat,
2006:238). Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua
kualitas manusia. Diri adalah kerangka acuan dimana seseorang
mempersepsi dan mengevaluasi dunia.Konsep diri terdiri semua nilai-
nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi terhadap pengetahuan
diri dan memengaruhi hubungan seseorang tentang karakteristik dan
kemampuan pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang
(Stuart,2016:213).

2) Penyebab

a) Faktor predisposisi

1)Biologi :Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang


tidak tercapai karena dirawat atau sakit. Stresor fisik atau jasmani
yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising, rasa nyeri
atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai da
pencemaran (polusi) udara atau zat kimia.

4
2) Psikologi.Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan
kegagalan

3) Sosio kultural.Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja,


harapan peran budaya, tekanan dari kelompok sebaya dan
perubahan struktur sosial.

4) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh

a) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.

b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.

c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap


struktur maupun fungsi tubuh.

d) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi,


kemoterapi

5) Faktor predisposisi gangguan harga diri

a) Penolakan dari orang lain.

b) Kurang penghargaan.

c) Pola asuh yang salah

d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.

6) Faktor predisposisi gangguan peran

5
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses
perkembangan, perubahan situasi dan keadaan sehat – sakit.

b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua


harapan yang bertentangan secara terus menerus yang tidak
terpenuhi.

c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya


tentang harapan peran yang spesifik dan bingung tentang
tingkah laku peran yang sesuai.

d) Peran yang terlalu banyak.

7) Faktor predisposisi gangguan identitas diri

a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.

b) Tekanan dari teman sebaya.

c) Perubahan struktur sosial (Stuart,2016 : 221).

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau


faktor dari luarindividu terdiri dari :

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau


menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.

2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu


merasa tidak adekuat melakukan peran atau melakukan peran yang
bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok dalam
melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :

6
a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk
tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau
keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.

b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau


berkurangnya anggota keluarga melalui peristiwa penting
dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari


keadaan sehat ke keadaan sakit.

3) Jenis

a. Persepsi diri.
Persepsi seseorang tentang realitas dipilih dan didasarkan pada
pengalaman konsisten dengan pandangan seseorang saat ini terhadap
diri. Cara seseorang berperilaku adalah hasil dari bagaimana seseorang
mempersepsikan situasi. Bukan peristiwa itu sendiri yang memunculkan
respons tertentu melainkan pengalaman subjektif individu terhadap
peristiwa itu. Persepsi diri sulit untuk berubah namun ada cara untuk
mengubah persepsi, termasuk memodifikasi proses kognitif,
mengkonsumsi obat-obatan, mengalami gangguan sensorik, dan
menciptakan perubahan biokimia dalam tubuh (Stuart,2016:214).
b. Citra tubuh
Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang
terhadap tubuh sendiri. Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa
lalu serta perasaan tentang ukuran, fungsi, bentuk/penampilan, dan
potensi. Citra tubuh terus berubah saat persepsi dan pengalaman baru
terjadi dalam kehidupan. Eksistensi tubuh menjadi penting dalam
mengembangkan citra tubuh seseorang. Pakaia menjadi identitas tubuh,
seperti halnya barang milik seseorang (Stuart,2016:214).
c. Ideal diri
Merupakan persepsi seseorang mengenai bagaimana berperilaku
berdasarkan standar pribadi tertentu. Standar ini mungkin
menggambarkan tipe seseorang yang diinginkan atau aspirasi, tujuan,
atau nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri menimbulkan harapan diri

7
berdasarkan norma-norma masyarakat, yang dicobanya untuk
menyesuaikan diri (Stuart,2016:214-215).
d. Harga diri
Merupakan penilaian harga diri pribadi seseorang, berdasarkan
seberapa baik perilakunya cocok dengan ideal diri. Seberapa sering
seseorang mencapai tujuan secara langsung mempengaruhi perasaan
kompeten (harga diri tinggi) atau rendah diri (harga diri rendah). Harga
diri tinggi adalah perasaan penerimaan diri, tanpa syarat, meskipun
salah, kalah dan gagal, sebagai pembawaan yang berharga dan penting.
Harga diri yang tinggi telah dikaitkan dengan ansietas yang rendah,
fungsi kelompok yang efektif, penerimaan, dan toleransi dari yang lain
(Stuart,2016:215-216).

4) Tanda dan gejala

Perilaku yang berhubungan dengan gangguan konsep diri antara lain:

a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain

b. Perasaan dirinya sangat penting yang berlebih-lebihan

c. Perasaan tidak mampu

d. Rasa bersalah

e. Sikap negatif pada diri sendiri

f. Sikap pesimis pada kehidupan

g. Keluhan sakit fisik

h. Pandangan hidup yang terpolarisasi

i. Menilak kemampuan diri sendiri

j. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri

k. Perasaan cemas dan takut

l. Merasionalisasi penolakan atau menjauh dari umpan balik positif

m. Ketidakmampuan menentukan tujuan (Wijayaningsih, 2015 : 50).

8
5) Akibat

1. Perubahan penampilan peran

Mekanisme : Berubah atau berhentinya fungsi peran seseorang


yang disebabkan oleh penyakit merupakan akibat dari gangguan
konsep diri.

2. Keputusasaan

Mekanisme : merupakan persepsi bahwa tindakan seseorang tidak


akan mempengaruhi hasil karena kurang percaya diri dengan
kemampuan karena menganggap dirinya tidak mampu.

3. Menarik diri

Mekanisme : perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk


menghindari interaksi dengan orang lain, karena menganggap
dirinya tidak pantas berada di lingkungan tersebut yang merupakan
akibat dari gangguan konsep diri ( Keliat, 2001 )

6) Mekanisme koping gangguan konsep diri

Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping jangka pendek atau


jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini :

a. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis


identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi secara
obsesif ).

9
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
(misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng ).

c. Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan


perasaan diri yang tidak menentu ( misal : olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas ).

d. Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat


identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini ( misalnya:
penyalahgunaan obat ). Pertahanan jangka panjan g mencakup
berikut ini Stuart ( 2016 ) :

a. Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur


yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.

b. Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak


sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.

c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan


fantasi, “ disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan
( displacement ), Splitting, berbalik marah terhadap diri
sendiri, dan amuk (Stuart,2016 : 224).

7) Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Keperawatan Dibagi menjadi empat yaitu :

1) Memberi kesempatan untuk berhasil

2) Menanamkan gagasan

10
3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

b. Penatalaksanaan Medis

1) Clorpromazine ( CPZ ) Untuk sindrom psikosis yaitu berat


dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu,
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak
bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin. Efek
saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin (Keliat,
2001).

2) Trihexyphenidyl ( THP ) Untuk segala jenis penyakit Parkinson,


termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efeksamping :
hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,
psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna (Keliat, 2001)

3) Haloperidol ( HPL ) Berdaya berat dalam kemampuan menilai


realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efe samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin (Keliat,
2001).

4) Terapi okupasi / rehabilitasi Terapi yang terarah bagi pasien,


fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih
sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang
direncanakan sesuai tujuan (Keliat, 2001) Tidak efektifnya koping
individu Isolasi sosial menarik diri

5) Psikoterapi Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah


psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan
yang praktis dengan maksu untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat (Keliat, 2001)

11
B. ASKEP GANGGUAN KONSEP DIRI

A. PENGKAJIAN

pengkajian terhadap masalah konsep diri atau pola konsep diri,pola


berhubungann atau peran,pola reproduksi,koping terhadap stress,serrta
adaanya nilai keyakinan dan tanda tandaa ke aarah perubahan fisik,sseperti
kecemasan,ketakutan,rasa marah,rasa bersalah,,dan lain-lain.

1. Citra tubuh.
Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang,
serta perasaan tentang ukuran, fungsi, penampilan dan potensi. Yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan persepsi dan pengalaman yang
baru. Yang perlu dikembangkan dalam citra tubuh pasien sebagai berikut :
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Bentuk tubuh
d. Tanda-tanda pertumbuhan sekunder
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya
berperilaku berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal
tertentu. Yang perlu dikembangkan dalam ideal diri pasien sebagai berikut :
a. cita cita pasien
b. harapan pasien
c. identifikasi pada orang tua
d. Aspirasi pasien
e. Nilai-nilai yang ingin dicapai
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. Yang
perlu dikembangkan dalam harga diri pasien sebagai berikut :
a. percaya diri
b. penghargaan dari orang lain
4. Peran
Penampilan peran adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok
sosial. Yang perlu dikembangkan dalam peran sebagai berikut :
a. Minat dan bakat
b. Aktualisasi diri
5. Identitas

12
Identitas adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang
bertanggung jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsisten dan
keunikan individu. Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa
remaja. Yang perlu dikembangkan dalam identitas diri :
a. Nama pasien
b. Usia pasien
c. Agama pasien
d. Jenis kelamin pasien
e. Status pasien

B. DIAGNOSA

1. Diagnosa : ketidak efektifan Koping berhubungan dengan


gangguan konsep ( Harga diri rendah) diri dikarenakan harapan
diri yang tidak realistis.

2. Diagnosa : Kehilangan harapan berhubungan dengan gangguan


konsep diri (ideal diri) dikarenakan harapan orang tua yang tidak
realistis.

3. ketidakefektifan Performa peran, berhubungan dengan gangguan


konsep diri ( peran ) dikarenakan ketidakmampuan menerima
peran baru dalam diri.

C. RENCANA INTERVENSI

1. Diagnosa : Koping, ketidak efektifan berhubungan dengan


gangguan konsep diri dikarenakan harapan diri yang tidak
realistis.

Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadap


stressor, pilihan yang tidak adekuat terhadap respons untuk
bertindak dan ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang
tersedia.

13
Tujuan Umum : Klien dapat meningkatkan harga diri yang realistis

Tujuan Khusus : Klien dapat menunjukkan penyelesaian masalah


yang ia hadapi

Kriteria Evaluasi :

1. Menunjukkan koping yang efektif

2. Menggunakan perilaku untuk menurunkan stress

3. Menggunakan strategi koping yang paling efektif

4. Berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari hari

5. Mengungkapakan secara verbal tentang rencana


penerimaan atau mengubah situasi

Intervensi :

1. Peningkatan koping

Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi


stressor, perubahan atau ancaman yang menggangu
pemenuhan tuntutan dan peran hidup

2. Konseling

Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada


kebutuhan, masalah, atau perasaan pasien dan orang
terdekatuntuk meningkatkan atau mendukung koping,
penyelesaian masalah, dan berhubungan interpersonal.

3. Bantuan emosi

14
Memberikan penenangan, penerimaan dan dorongan selama
periode stress

4. Peningkatan peran

Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota


keluarga untuk memperbaiki hubungan dengan
mengklarifikasi dan menambahkan perilaku peran tertentu

5. Peningkatan harga diri

Membantu pasien untuk meningkatkan personal terhadap


harga dirinya

Rasional :

1. Kebiasaan dan psikologis respon terhadap stress


dapat berbeda beda dan menunjukkan tingkatan
ketidakefektifan koping.

2. Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian


dari strategi koping yang sesuai. Pasien yang memiliki
status kesehatan yang berubah ubah bukan berarti kesulitan
koping yang dialami pasien menjadi satu satunya penyeban
yang berhubungan.

3. Keberhasilan penyesuaian disebabkan oleh koping


yang dialami sebelumnya berhasil.

4. Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping


bisa membutuhkan sumber tamabahan seperti ; kemampuan
koping sebelumnya dapat mencukupi dalam situasi yang
ada.

15
5. Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah
disiapkan seperti saat perawatan dirumah sakit, sebelum
pasien diizinkan pulang tanpa dukungan yang cukup untuk
keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya seperti
perawat yang ada dirumah, komunitas, dan konseling
spiritual.

6. penyelesaian masalah yang sesuai memerlukan


informasi yang akurat dan pilihan yang sesuai. Pasien
dengan ketidakefektifan koping yang tidak dapat
mendengar dan mengasimilasi informasi yang dibutuhkan

7. pasien dapat merasakan perawatan lebih baik dari


pada mereka mengatasi sendiri dan merasa sedikit lepas
kendali dalam menyelesaikan masalah.

Aktifitas Kolaboratif:

1. Awali dengan diskusi tentang perawatan pasien


untuk meninjau mekanisme koping pasien dan untuk
menyusun rencana perawatan

2. Libatkan sumber sumber dirumah sakit dalam


memberi dukungan emosional untuk pasien dan keluarga

3. Perawat berperan sebagai penghubung antara


pasien, penyedia layanan kesehatan laindan sumber
komunitas.

2. Diagnosa : Kehilangan harapan gangguan konsep diri (ideal diri)


dikaren

16
Definisi :Kehilangan harapan dapat terjadi seiring dengan sakit yang di
derita. Itu dapat terjadi dua kali dengan kejadian yang lebih parah yang
dapat mengakibatkan keadaan yang permanen atau menjadikan
penyebab stress yang lebih akut, sehingga pasien tidak dapat membuat
keputusan dalam dirinya.

Tujuan Umum : Menentukan ideal diri yang realistis

Tujuan Khusus :Dapat berperilaku yang sesuai dengan ideal diri yang
ia harapkanakan harapan yang tidak realistis

Kriteria Evaluasi :

1. Pasien mulai mengenali pilihan dan alternatif lain yang


akan diambil.

2. Pasien mulai memobilisasi energi dalam dirinya (membuat


keputusan )

Intervensi :

1. Mengkaji peran penyakit dalam kehilangan harapan


pasien

2. Mengkaji penampilan secara fisik

3. Mengkaji selera, latihan dan pola tidur

4. Mengkaji dukungan lingkungan sosial

Rasional :

1. Tingkat dari fuungsi fisik, daya tahan untuk


beraktifitas, perawatan yang akan berkontribusi untuk
kehilangan harapan.

17
2. Kehilangan harapan pasien memungkinkan tidak
mempunyai energi atau ketertarikan untuk menjalankan
aktifitas

3. Mengubah Perilaku yang menyimpang dari standart


normal yang terbukti sesuai dengan kehilangan harapan

4. Pasien dapat didukung dengan strstegi yang sudah


disiapkan seperti saat perawatan dirumah sakit, sebelum
pasien diizinkan pulang tanpa dukungan yang cukup untuk
keefektifan koping. Misalnya ; pelayanan kesehatan dapat
dilakukan oleh orang orang yang perduli dengannya seperti
perawat yang ada dirumah, komunitas, dan konseling
spiritual.

3. Diagnosa : Performa peran, ketidakefektifan berhubungan dengan


gangguan konsep diri dikarenakan ketidakmampuan menerima peran baru
dalam diri.

Definisi : Pola perilaku dan ekspresi diri yang tidak sesuai dengan konteks
lingkungan, norma, dan harapan.

Tujuan umum : Menunjukkan performa peran

Tujuan khusus : Mengubah perilaku yang tidak sesuai dengan peran

Kriteria evaluasi :

1. Kemampuan untuk memenuhi harapan peran

2. Pengetahuan tentang periode transisi peran

3. Penampilan perilaku peran dalam keluarga, persahabatan,


dan tempat karier

18
4. Melaporkan strategi perubahan peran

Intervensi :

1. Peningkatan koping

Membantu pasien untuk beradaptasi dengan presepsi stressor,


perubahan, atau ancaman, yang menghambat pemenuhan tuntutan
dan peran hidup

2. Penumbuhan harapan

3. Peningkatan peran

Membantu pasien, orang terdekat paseien, atau anggota keluarga


untuk memperbaiki hubungan dengan mengklarifikasi dan
menambahkan perilaku peran tertentu

Rasiolnal :

1. Penilaian yang akurat dapat memfasilitasi pencarian dari


strategi koping yang sesuai. Pasien yang memiliki status kesehatan
yang berubah ubah bukan berarti kesulitan koping yang dialami
pasien menjadi satu satunya penyeban yang berhubungan.

2. Pasien dengan riwayat gangguan beradaptasi koping bisa


membutuhkan sumber tamabahan seperti ; kemampuan koping
sebelumnya dapat mencukupi dalam situasi yang ada

3. Memfasilitasi perkembangan cara pandang yang positif


terhadap situasi tertentu

19
D. IMPLEMENTASI

5 (lima) tingkat keperawatan pada ganggaun konsep diri :

- Memperluas kesadaran diri.

- Menyelidiki / eksplorasi diri.

- Mengevaluasi diri.

- Perencanaan realitas.

- Tanggung jawab bertindak.

E. EVALUASI

1. Apakah ancaman terhadap integritas fisik / system diri klien telah


menurun dalam sifat, jumlah, asal atau waktu.

2. Apakah perilaku klien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan


persetujuan diri yang lebih besar.

3. Apakah klien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan


eksplorasi dan evaluasi diri.

4. Apakah klien menggunakan respons koping yang adaptif.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang
tidak didapat sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman seseorang terhadap dirinya. Terdapat beberapa penyebab
gangguan konsep diri yang dibagi atas jenis-jenisnya. Gangguan konsep diri
dibagi menjadi persepsi diri, citra tubuh, harga diri, penampilan peran, dan
identitas diri

B. SARAN
Kita harus mengerti, tahu dan memahami mengenai gangguan konsep
diri. Aga tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai
sesuai dengan keinginan

21
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.
keliat, B. (2001). Gangguan Konsep Diri. Jakarta: EGC.
Stuart, G. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore: Elsevier.
wijayaningsih, K. s. (2015). Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media
H. Aziz Alimul, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dalam Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Gulanict, M and Myers, J.L., 2011. Nursing Care Plans : Diagnoses, Interventions
and Outcomes. 7th edition. Mosby Elseiver.

NANDA, Intervensi NIC, & Kriteria Hasil NOC .2011. Edisi 9 Edisi Revisi.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

IW Dwija – JPP Undiksa, 2008 – ejournal. Undiksa.ac.id diakses pada tanggal 02


Maret 2015 pukul 12.30

E Widyawati – 2012 – publication.gunadarma.ac.id diakses pada tanggal 02 Maret


pukul 13.45

22

Anda mungkin juga menyukai