Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL

1.1 Pengertian
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang
dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus membina
hubungan interpersonal positif (Mirzal Tawi, 2008)
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan dan
kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan
sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa
(Depkes, 2011).
Kebutuhan psikososial adalah kebutuhan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi
social seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Contohnya, hubungan antara
ketakutan yang dimiliki seseorang (psikologis) terhadap bagaimana cara ia berinteraksi
dengan orang lain di lingkungan sosialnya (Schultz, 2008).

1.2 Kebutuhan Fisiologis Psikososial


1. Konsep diri
Konsep diri adalah semua perasaan kepercayaan dan nilai yang diketahui tentang
dirinya dan memengaruhi individu dalam bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri
berkembang secara bertahap saat bayi molai mengenal dan membedakan dirinya dengan
orang lain.
Pembentukan konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh asuhan orang tua dan
lingkungannya.
a. Komponen konsep diri
1) Citra diri
adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup presepsi dari pasangan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan
tubuh saat ini dan masa lalu.

2) Ideal diri
Presepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar
perilaku. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

3) Harga diri
Harga diri adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh
mana perilaku memenuhi ideal diri. Jika individu selalu sukses maka cenderung
harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga diri
menjadi rendah. Harga diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.

4) Peran diri
Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang
berdasarkan posisinya di masyarakat.

5) Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi
dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu
kesatuan yang utuh.

2. Stress dan Adaptasi


Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif
yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stress adalah kondisi
dimana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan
stressor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor
dapat berasal dari internal misalnya, perubahan hormon, sakit maupun eksternal
misalnya, temperatur dan pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul. Respons yang
tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu keadaan
dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila
adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi
misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara
fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.

a. Fisiologi Stress dan Adaptasi


Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan,
baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan. Maupun
lingkungan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons
normal atau tidak normal. Keadaan diman terjadi mekanisme relatif untuk
mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis dibagi menjadi dua
yaitu homeostatis fisiologis misalnya, respons adanya peningkatan pernapasan saat
berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya, perasaan mencintai dan dicintai,
perasaan aman dan nyaman.

b. Respons fisiologi terhadap stress


Respons fisiologi terhadap stress dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu local
adaptation syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stressor misalnya kalau
kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya ada proses
peradangan maka reaksi lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi
peradangan dan general adaptation syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap
stressor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1) Pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktifitas neuroendokrin yang
berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa dan
dilatasi pupil.
2) Kedua, fase resisten dimana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan
mekanisme pertahan.
3) Ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah,
panik, krisis.

Dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional
terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk. Ada
empat tingkatan kecemasan, yaitu :

1) Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari–hari.
Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati–hati dan waspada.
Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi
meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat
duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.

2) Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas sedang
seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia,
gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara
banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3) Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat seperti
napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat dan perasaan ancaman
meningkat.
4) Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun telah
diberi pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,
sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis,
agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak–teriak, blocking, kehilangan kendali
dan persepsi kacau.

1.3 Faktor Yang Berpengaruh


1. Factor yang mempengaruhi konsep diri
1) Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti perkembangan menta, perlakuan, dan pertumbuhan anak
akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya, dan
lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat
pada lingkungannya.
3) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri.
Pada sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif.
Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang
kuat.
4) Pengamatan sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian
pula sebaliknya.
5) Sensor
Stresor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan kekuatan.
Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri,
dan kecemasan.
6) Usia, keadaaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.

2. Factor yang mempengaruhi Stress dan Adaptasi


1) Lingkungan yang asing
2) Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan
bantuan orang lain
3) Berpisah dengan pasangan dan keluarga
4) Masalah biaya
5) Kurang informasi
6) Ancaman akan penyakit yang lebih parah
7) Masalah pengobatan

1.4 Masalah Pada Gangguan Psikososial


a. Gangguan konsep diri : citra tubuh negative
Kondisi dimana seseorang mengalami status negative terhadap dirinya sendiri. Gangguan
konsep diri meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, performa peran, atau identitas
personal.
b. Situasional (personal, lingkungan)
Biasanya berhubungan dengan perasaan terlantar atau kegagalan.
c. Maturasional
Biasanya dialami oleh usia pertengahan dan lansia : kehilangan peran dan tanggung
jawab.
d. Cemas
Perasaan tidak menyenangkan disebabkan oleh sumber yang tidak jelas atau tidak
spesifik.

1.5 Konsep Keperawatan


1.5.1 Pengkajian
A. Pengkajian psikologis
1. Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
- Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
2. Konsep Diri
- Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri klien?
- Apakah klien suka akan dirinya?
3. Cara Komunikasi
- Apakah klien mudah merespon?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah klien menolak untuk memberi respons?
4. Pola interaksi
- Kepada siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
B. Pengkajian Sosial
1. Pendidikan
- Pendidikan terakhir
- Keterampilan yang mampu dilakukan
- Pekerjaan klien
- Status keuangan
2. Hubungan social
- Teman dekat klien
- Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
- Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3. Faktor kultural social
- Apakah agama dan kebudayaan klien?
- Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
- Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
4. Pola Hidup
- Dimana tempat tinggal klien?
- Bagaimana tempat tinggal klien?
- Dengan siapa klien tinggal?
- Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
5. Keluarga
- Apakah yang klien sudah menikah?
- Apakah klien sudah punya anak?
- Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
- Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
- Bagaimana tingkat kecemasan klien?

1.5.2 Diagnosa Keperawatan


1. Distress Spiritual
2. Ansietas
3. Ketidakefektifan Koping
4. Keputusasaan

1.5.3 Kriteria Hasil Dan Intervensi

No Diagnosa Tindakan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Distres Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya indicator langsung


Spiritual keperawatan selama 3x24 status spiritual pasien
jam diharapkan pasien 2. Komunikasikan kebutuhan
menunjukkan kesehatan nutrisi dengan ahli gizi
spiritual dengan kriteria 3. Buat peubahan yang
hasil : diperlukan segera untuk
membantu memenuhi
1. Mengungkapkan tentang
kebutuhan pasien
keyakinan, arti hidup dan
4. Jaga privasi dan beri waktu
kedamaian diri kepada pasien untuk
2. Memahami bahwa mengamati praktik keagamaan
penyakit adalah sesuatu 5. Terbuka terhadap ungkapan
tantangan terhadap pasien tentang kesepian dan
system keyakinan ketidakberdayaan
3. Memahami bahwa terapi 6. Ungkapkan empati terhadap
bertentangan dengan perasaan klien
system kepercayaan 7. Beri jaminan kepada pasien
4. Menunjukkan teknik bahwa perawat selalu ada
koping untuk untuk mendukung pasien saat
menghadapi distress pasien merasakan penderitaan
spiritual 8. Anjurkan kunjungan
5. Mengungkapkan pelayanan keagamaan
penerimaan terhadap 9. Beri artikel keagamaan yang
keterbatasan ikatan diinginkan
budaya atau keagamaan
6. Mendiskusikan praktik
dan keluhan spiritual
7. Pasien menjelang ajal
akan :
a. Mengungkapkan
penerimaan atau
kesiapan menghadapi
kematian
b. Berbahagia dengan
hubungan
sebelumnya
c. Mengungkapkan
kasih sayang
terhadap orang
terdekat
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda tanda vital dan
keperawatan selama 3x24 ansietas
jam diharapkan ansietas 2. Instrusikan pasien tentang
berkurang dengan kriteria penggunaan teknik relaksasi
hasil : 3. Berikan obat untuk
mengurangi ansietas
1. Klien mampu
4. Gunakan pendekatan yang
mengidentifikasikan dan
tenang dan meyakinkan
mengungkapkan gejala
5. Nyatakan dengan jelas tentang
cemas
harapan terhadap perilaku
2. Mengidentifikasi,
pasien
mengungkapkan dan
6. Bantu pasien untuk
menunjukkan teknik
mengidentifikasikan situasi
untuk mengontrol cemas
yang mencetutaskan ansietas
3. Vital sign dalam batas
7. Dorong pasien untuk
normal
mengungkapkan secara verbal
4. Postur tubuh, ekspresi
pikiran dan perasaan untuk
wajah, bahasa tubuh dan
mengekteralisasikan ansietas
tingkat aktivitas
8. Dampingi pasien untuk
menunjukkan
meningkatkan keamanan dan
berkurangnya ansietas
mengurangi rasa takut
9. Dorong keluarga untuk
menemani klien
10. Sarankan terapi alternative
untuk mengurangi ansietas
yang dapat diterima pasien
11. Jelaskan prosedur dan semua
yang dirasakan selama
prosedur

3. Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan 1. Menginformasikan pasien


an Koping keperawatan selama 3x24 alternative atau solusi lain
jam diharapkan pasien penanganan
menunjukkan koping yang 2. Memfasilitasi pasien untuk
efektif dengan kriteria hasil : membuat keputusan
3. Bantu pasien
1. Mengidentifikasikan
mengidentifikasikan
pola koping yang efektif
keuntungan, kerugian dari
2. Mengungkapkan secara
keadaan
verbal tentang koping
4. Bantu pasien untuk identifikasi
yang efektif
bermacam macam nilai
3. Mengatakan penurunan
kehidupan
stress
5. Bantu pasien identifikasi
4. Klien mengatakan telah
strategi positif untuk mengatur
menerima tentang
pola nilai yang dimiliki
keadaannya
6. Anjurkan pasien untuk
5. Mampu
mengidentifikasi gambaran
mengidentifikasikan
perubahan peran yang realistis
strategi tentang koping
7. Gunakan pendekatan tenang
dan meyakinkan
8. Hindari pengambilan
keputusan pada saat pasien
berada dalam stress berat
9. Berikan informasi aktual yang
terkait dengan diagnosis terapi
dan prognosis
10. Bantu penyaluran kemarahan
dan rasa bermusuhan secara
konstruktif

4. Keputusasaan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau afek dan kemampuan


keperawatan selama 3x24 membuat keputusan
jam diharapkan 2. Ajari pengenalan terhadap
keputusasaan pasien realita dengan meninjau situasi
berkurang dengan kriteria dan membuat rencana yang
hasil : mungkin
3. Dukung partisipasi aktif dalam
1. Menunjukkan semangat
aktivitas kelompok untuk
untuk hidup
memberikan kesempatan
2. Segera menampilkan
terhadap dukungan social dan
perilaku yang dapat
penyelesaian masalah
menurunkan perasaan
4. Gali bersama pasien factor
keputusasaan
yang berkontribusi terhadap
3. Percaya pada diri sendiri
perasaan keputusasaan
dan orang lain
5. Beri penguatan positif
terhadap perilaku yang
menunjukkan inisiatif, seperti
kontak mata, membuka diri,
penurunan jumlah waktu tidur,
perawatan diri, peningkatan
nafsu makan
DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. 2008. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Ambarawati, Fitri Respati dan Nita Nasution.2012. Buku Pintar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta : Cakrawala Ilmu

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan nanda nic noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Anda mungkin juga menyukai