Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DI RUANG


ANGGREK RUMAH SAKIT Tk. III BALADIKA HUSADA JEMBER

oleh:

Yuliani Sasmita, S.Kep

182311101103

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER 2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Aktivitas
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri,
berjalan, dan bekerja (Alimul, 2006). Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
(Asmadi, 2008). Kemampuan seseorang untuk melakukan suatu aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja merupakan salah satu dari tanda kesehatan individu
tersebut dimana kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
latihan biasanya menyangkut tentang kemampuan untuk mobilisasi secara
mandiri. Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan berbagai
gangguan pada sistem muskuloskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan
juga menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya (Potter & Perry,
2005). Jadi dapat diartikan bahwa gangguan aktivitas merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuha
hidupnya.
Beberapa faktor yang dapat mempegaruhi aktivitas dan latihan antara lain
(Mubarak, 2008):
1 Usia
2 Jenis kelamin
3 Status nutrisi
4 Budaya
5 Penyakit terutama yang menyerang sistem nervosa, sistem mulkuloskeletal
6 Penyakit kardiovaskuler dan pulmonary
Kondisi psikologis

B. Epidemiologi
Pemecahan protein, klien kehilangan massa tubuh yang tidak berlemak. Massa
otot berkurang tidak stabil untuk mempertahankan aktivitas tanpa meningkatnya
kelemahan (Asmadi, 2008). Kelemahan otot juga terjadi karena imobilisasi, dan
imobilisasi lama sering menyebabkan atrofi angguran, dimana atrofi angguran
(disuse atrophy) adalah respon yang dapat diobservasi terhadap penyakit dan
menurunnya aktifitas kehidupan sehari-hari.

C. Etiologi
1. Kelainan Postur
2. Gangguan Perkembangan Otot
3. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
4. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
5. Kekakuan Otot
6. Pengobatan
7. Terapi pembatasan gerak
8. Kurang pengetahuan tentang manfaat pergerakan fisik
9. IMT diatas 75% sesuai dengan usia
10. Kerusakan sensori persepsi
11. Nyeri, tidak nyaman
12. Intolerensi aktivitas/ penurunan kekuatan dan stamina
13. Depresi mood dan cemas
14. Keengganan untuk memulai gerak
15. Gaya hidup menetap, tidak fit
16. Malnutrisi umum dan spesifik
17. Kehilangan integrasi struktur tulang
18. Keterbatasan lingkungan fisik dan sosial
19. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler
20. Kepercayaan terhadap budaya berhubungan dengan aktivitas yang tepat
disesuaikan dengan umur (NANDA, 2014)

D. Tanda dan Gejala


Seseorang yang mengalami gangguan aktivitas mengalami beberapa tanda dan
gejala antara lain (Herdman dan Kamitsuru, 2015):
1. Tidak mampu bergerak secara mandiri atau perlu bantuan orang lain
2. Memiliki hambatan dalam berdiri dan berjalan
3. Kerusakan sensori persepsi
4. Ketidaknyaman, nyeri
5. Intoleransi aktivitas / penurunan kekuatan dan stamina
6. Depresi mood dan cemas
7. Keengganan untuk memulai gerak
8. Gaya hidup menetap, tidak fit
9. Malnutrisi umum dan spesifik
10. Kehilangan integritas struktur tulang
11. Keterbatasan daya tahan kardiovaskuler

E. Patofisiologi dan Clinical Pathway


Menurut (Hidayat, 2014) proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari
penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang dapat menyebabkan gangguan
tersebut, diantaranya adalah :
1. Kerusakan Otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang
merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligament, radang dan lainnya.
2. Gangguan pada skelet
Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu
pada kondisi tertentu hingga mengganggu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka
diantaranya adalah fraktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
3. Gangguan pada sistem persyarafan
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dank e otak.
Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak.
Jadi, jika syaraf terganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari
dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan
gangguan mobilisasi.

2. Clinical Pathway

Faktor pencetus (asma, bronkitis kronis, emfisema)

PPOK
Perubahan anatomis parenkim
paru
Pembesaran alveoli
Hipertropi kelenjar
mukosa
Penyempitan saluran udara secara
periodik
Ekspansi paru menurun
Oksigen ke jaringan

Kompensasi tubuh untuk memenuhi Suplai O2 ke jaringan ↓
kebutuhan O2 dengan
meningkatkan frekuensi pernapasan Metabolisme
Kontraksi otot pernapasan, anaerob
penggunaan energi untuk Asidosis metabolik
pernapasan↑
↑ kerja napas ATP ↓
Fatigue Kelemahan

Intoleransi ↓ kekuatan otot


aktivitas Gangguan Gangguan
F. Penatalaksanaan Medis mobilitas fisik mobilitas diatas
Penatalaksanaan medis untuk aktivitas antara lain: tempat tidur
a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama,
pentingnya latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah
ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
sendiri, semampu pasien.
c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mencapai target terapi.
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat
menyebabkan kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau
dihentkan bila memungkinkan.
f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung
serat, serta suplementasi vitamin dan mineral.
g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis
terjadi meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif,
aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik,
isometrik, isokinetik), latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi
terbatas.
h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri
dan ambulasi.
i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.

E. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan yang sering muncul (PES)
1. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan mobilitas fisik ditandai dengan klien tampak dibantu dalam
melakukan aktivitasnya;
2. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot ditandai dengan klien tampak dibantu ketika hendak melakukan
mobilisasi;
3. Gangguan mobilitas diatas tempat tidur (215) berhubungan dengatun
insufisiensi kekuatan otot ditandai dengan klien tampak dibantu oleh
keluarganya untuk bergerak.
4. Fatigue (00093) berhubungan dengan penurunan dalam penggunaan tenaga
fisik ditandai dengan klien tampak kelelahan ketika melakukan mobilisasi
yang minimal;
(NANDA, 2014)
b. Perencanaan/Nursing Care Plan :

No. Masalah NOC NIC Rasional


Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Peningkatan latihan : latihan Peningkatan latihan : latihan
tindakan keperawatan kekuatan kekuatan
selama 3x24 jam, klien 1. Berikan informasi mengenai jenis 1. Mempermudah pasien untuk
toleran terhadap aktivitas, latihan yang bisa dilakukan melakukan perpindahan dari tempat
dengan kriteria hasil: 2. Modifikasi gerakan dan metode tidur ke kursi roda atau sebaliknya.
1. Saturasi oksigen ketika dalam mengaplikasikan resistensi 2. Mempermudah pasien untuk
beraktivitas sedikit untuk pasien yang harus berada di menyesuaikan sikap tubuh yang
kursi roda atau tempat tidur diinginkan.
terganggu
3. Bantu mengembangkan program 3. Pasien mudah melakukan
2. Kekuatan tubuh bagian latihan kekuatan yang sesuai dengan perpindahan.
atas tidak terganggu tingkat kebugaran otot, hambatan 4. Membantu pasien dalam
muskuloskeletal seperti ROM, miring melakukan perpindahan
3. Kekuatan tubuh bagian kanan dan kiri;
bawah sedikit 4. Spesifikkan tingkat resistensi, jumlah Peningkatan tidur
terganggu pengulangan, jumlah latihan, dan 1. Membantu pasien meningkatkan
frekuensi dari sesi latihan menurut tidur
4. Frekuensi pernapasan level kebugaran dan ada atau 2. Mengetahui kebutuhan tidur
saat beraktivitas tidak tidaknya faktor risiko; pasien
terganggu 5. Instruksikan untuk beristirahat
5. Frekuensi nadi saat sejenak setiap selesai latihan, jika Bantuan perawatan diri
diperlukan. 1. Mempermudah pasien dalam
beraktivitas tidak
melakukan persiapan mandi
terganggu
Peningkatan tidur 2. Mempermudah pasien dalam
1. Tentukan pola tidur pasien melakukan oral higyene
2. Monitor partisipasi dala kegiatan 3. Membantu pasien untuk lebih
yang melelahkan selama terjaga mandiri dalam melakukan mandi
untuk mencegah penat yang 4. Menjaga kelembapan kulit
berlebihan
3. Monitor pola tidur pasien dan catat
kondis fisik dan atau psikologis
yang mengganggu tidur

Bantuan perawatan diri


1. Monitor kemampuan perawatan diri
secara mandiri;
2. Monitor kebutuhan klien terkait alat
kebersihan diri, alat bantu
berpakaian, berdandan, eliminasi,
dan makan;
3. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari sampai
batas kemampuan klien.

2. Hambatan Setelah dilakukan Peningkatan latihan Peningkatan latihan


mobilitas fisik tindakan keperawatan 1. Gali hambatan dalam melakukan 1 Memudahkan pasien dalam
selama 3x24 jam, klien aktivitas; berpindah
dapat pergerakan sendi 2. Dukung klien untuk memulai dan 2 Mengetahui hambatan aktivitas
dengan kriteria hasil : melanjutkan latihan sepeti ROM, yang dialami pasien
1. Keseimbangan tidak miring kanan dan kiri;
terganggu 3. Dampingi klien pada saat Terapi latihan: pergerakan sendi
2. Gerakan otot tidak mengembangkan program latihan 1 Mencegah pergerakan sendi yang
terganggu untuk memenuhi kebutuhannya; berlebihan
3. Bergerak dengan 4. Lakukan latihan bersama klien, jika 2 Membantu pasien dan keluarga
mudah diperlukan; tentang manfaat dan tujuan
5. Instruksikan klien terkait frekuensi, melakukan latihan gerak sendi
durasi dan intensitas program latihan 3 Mencegah terjadinya kekakuan
yang diinginkan. pada sendi
6. Libatkan keluarga yang memberi 4 Mengontrol nyeri
perawatan dalam merencanakan dan 5 Mempermudah pasien agar mampu
meningkatkan program latihan bergerak tanpa hambatan
7. Monitor respon individu terhadap
program latihan
Terapi latihan: pergerakan sendi
1. Tentukan batasan pergerakan sendi
dan efeknya terhadap sendi;
2. Jelaskan pada klien dan keluarga
mengenai manfaat dan tujuan
melakukan latihan sendi;
3. Instruksikan klien/keluarga cara
melakukan latihan ROM aktif atau
pasif.
4. Monitor lokasi dan kecenderungan
adanya nyeri
5. Pakaikan baju yang tidak
0enghambat pergerakan pasien
Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik. Kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor pencetus;
2. Pastikan perawatan analgesik bagi
klien dilakukan dengan pemantauan
yang ketat
3. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen
nyeri.
4. Observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan
5. Gali pengetahuan pasien terkait nyeri
6. Ajarkan pasien penggunaan teknik
farmakologi seperti terapi musik dan
relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.
Bulechek, et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Oxford:
Elsevier.
Herdman, T.H. & Kamitsuru S. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and
Classification. Oxford: Wiley Blackwell.
Moorhead, et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Oxford:
Elsevier.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, Aru. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisis keempat.
Jakarta: Internal Publishing

Anda mungkin juga menyukai