Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI

Tanggal 24-29 Agustus 2020

Oleh:
Tazkia Rahman, S.Kep
NIM. 2030913320017

PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI

Tanggal 24-29 Agustus 2020

Oleh :
Tazkia Rahman, S.Kep
NIM. 2030913320017

Banjarmasin, Agustus 2020


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Devi Rahmayanti, S.Kep.,Ns.,M.Imun Devi Rahmayanti, S.Kep.,Ns.,M.Imun


NIPK. 19780101 200812 2 002 NIPK. 19780101 200812 2 002

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI

A. KONSEP MOBILISASI
1. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi
(Mubarak, 2008).
Mobilisasi merupakan kebutuhan manusia untuk melakukan aktivitas
karena aktivitas dilakukan secara bebas dari satu tempat ke tempat lain
(Suratun, dkk, 2006). Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana
individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi
juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak,
2008). 

2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi yaitu (Mubarak, 2008):
 Gaya hidup, mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang
budaya, nilai-nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal
(masyarakat).
 Ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental akan menghalangi
seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara
umum ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau
trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada
medula spinalis).
b. Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah
baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
 Tingkat energi, energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya
mobilisasi. Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-
masing individu bervariasi.
 Usia, usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk
melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan
penuaan.

3. Manifestasi Klinik
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuai kebutuhan.
b. Keterbatasan menggerakan sendi.
b. Adanya kerusakan aktivitas.
c. Penurunan ADL dibantu orang lain.
d. Malas untuk bergerak atau mobilitas
(Mubarak, 2008).

4. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh neomuskuler, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligamen, tendon, kartilago dan saraf. Otot skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi
yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot
(Perry-Potter 2006).:
a. Isotonik : Peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
b. Isometrik : Peningkatan tekanan otot menyebabkan kerja otot tetapi
tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot. Misalnya :
Menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep, gerakan volunter adalah
kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometric tidak menyebabkan otot memendek namun pemakaian energi
meningkat
5. Pathway

6. Pemeriksaan Penunjang
 Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan
perubahan hubungan tulang.
 CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang
tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan
lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk
mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
 MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus,
noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas (mis: tumor atau
penyempitan jalur jaringan lunak melalui tulang dll).
 Pemeriksaan Laboratorium: Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi
lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT ↑ pada kerusakan otot.
(Mubarak, 2008).

B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien dan penanggung jawab
2. Keluhan utama
3. Data Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
5. Pemeriksaan laboratorium
6. Data lain-lain :
a. Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan
selama dirawat di RS.
b. Data psikososial.
c. Status sosio-ekonomi
b. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Intoleransi aktivitas
3. Defisit perawatan diri: Eliminasi
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Hambatan Pergerakan Manajemen Energi
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam, 1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
masalah teratasi dengan kriteria hasil: kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
1. Keseimbangan perkembangan
2. Koordinasi 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
3. Cara berjalan secara verbal mengenai keterbatasan yang
4. Gerakan otot dialami
5. Gerakan sendi 3. Gunakan instrumen yang valid untuk mengukur
Skala: kelelahan
1: Sangat terganggu 4. Bantu pasien memprioritaskan kegiatan yang
2: Banyak terganggu mengakomodasi energi yang diperlukan
3: Cukup terganggu 5. Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara
4: Sedikit terganggu bergantian
5: Tidak terganggu 6. Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan
ketegangan otot
Keseimbangan 7. Bantu pasien untuk memantau secara mandiri
Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam, dengan mencatat intake/asupa kalori dan energi
masalah teratasi dengan kriteria hasil: yang digunakan sesuai kebutuhan
1. Mempertahankan keseimbangan dari
posisi duduk ke posisi berdiri
2. Mempertahankan keseimbangan ketika Terapi Latihan: Keseimbangan
berdiri 1. Tentukan kemampuan pasien untuk
3. Mempertahankan keseimbangan ketika berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
berjalan membutuhkan keseimbangan
4. Mempertahankan keseimbangan ketika 2. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan
berdiri dengan satu kaki faktor-faktor yang mempengaruhi ketakutan
5. Mempertahankan keseimbangan akan jatuh
sementara menggeser berat badan dari 3. Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan
satu kaki ke kaki lain 4. Instruksikan pasien mengenai pentingnya terapi
Skala: latihan dalam menjaga dan meningkatkan
1: Sangat terganggu keseimbangan
2: Banyak terganggu 5. Dorong program latihan intensitas rendah
3: Cukup terganggu dengan memberikan kesempatan untuk berbagi
4: Sedikit terganggu perasaan
5: Tidak terganggu 6. Bantu dengan program penguatan pergelangan
kaki dan berjalan
7. Bantu pasien untu berpartisipasi dalam latihan
peregangan sambil berbaring, duduk, atau
berdiri

Terapi Latihan: Kontrol otot


1. Tentukan kesiapan pasien untuk terlibat dalam
aktivitas atau protokol latihan
2. Sediakan privasi selama latihan, jika diinginkan
3. Urutkan aktivitas perawatan harian untuk
meningkatkan efek dari terapi latihan tertentu
4. Bantu pasien untuk membuat protokol latihan
kekuatan, ketahan dan kelenturan
5. Sediakan lingkungan yang baik untuk
beristirahat bagi pasien setelah periode latihan
6. Masukan kegiatan sehari-hari dalam protokol
latihan, jika diperlukan
7. Dorong pasien untuk mempraktikan latihan
secara mandiri, sesuai indikasi
2. Intoleransi Toleransi Terhadap Aktivitas Terapi Aktivitas
aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pertimbangan kemampuan klien dalam
selama 1x24 jam, masalah teratasi dengan berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
kriteria hasil: 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas yang diinginkan
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas yang bermakna
4. Tekanan darah sistolik ketika
4. Bantuk klien untuk menjadwalkan waktu-waktu
beraktivitas spesifik terkait dengan aktivitas harian
5. Tekanan darah diastolik ketika
5. Dorong keterlibatan dalam aktivitas kelompok
beraktivitas maupun terapi, jika memang diperlukan
Skala: 6. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
1: Sangat terganggu 7. Bantu klien dan keluarga memantau
2: Banyak terganggu perkembangan klien terhadap pencapaian tujuan
3: Cukup terganggu yang diharapkan
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu Manajemen Energi
1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
Daya Tahan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perkembangan
selama 1x24 jam, masalah teratasi dengan 2. Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan
kriteria hasil: secara verbal mengenai keterbatasan yang
1. Melakukan aktivitas dialami
rutin 3. Gunakan instrumen yang valid untuk
2. Aktivitas fisik mengukur kelelahan
3. Daya tahan otot 4. Bantu pasien memprioritaskan kegiatan yang
4. Konsentrasi mengakomodasi energi yang diperlukan
5. Tenaga yang terkuras 5. Anjurkan periode istirahat dan kegiatan secara
Skala: bergantian
1: Sangat terganggu 6. Lakukan ROM aktif/pasif untuk
2: Banyak terganggu menghilangkan ketegangan otot
3: Cukup terganggu 7. Bantu pasien untuk memantau secara mandiri
4: Sedikit terganggu dengan mencatat intake/asupa kalori dan energi
5: Tidak terganggu yang digunakan sesuai kebutuhan
Manajemen Lingkungan
1. Ciptakan lingkungan
yang aman bagi pasien
2. Identifikasi
kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan
fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku
di masa lalu
3. Sediakan tempat tidur
dengan ketinggian yang rendah, yang sesuai
4. Sediakan perangkat-
perangkat adaptif (misalnya bangu, pijakan
atau pegangan tangan) yang sesuai
5. Kurangi rangsangan
lingkungan yang sesuai
6. Batasi pengunjung
7. Izinkan
keluarga/orang terdekat untuk tinggal bersama
pasien
3. Defisit Tingkat Ketidaknyamanan Bantuan Perawatan Diri
perawatan diri: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pertimbangkan budaya pasien ketika
Eliminasi selama 1 x 24 jam masalah teratasi dengan meningkatkan aktivitas perawatan diri
kriteria hasil: 2. Pertimbangkan usia pasien ketika
1. Nyeri meningkatkan aktivitas perawatan diri
2. Cemas 3. Monitor kemampuan perawatan diri secara
3. Tidak dapat beristirahat mandiri
4. Posisi tubuh yang buruk 4. Berikan bantuan sampai pasien mampu
5. Otot pegal melakukan perawatan diri mandiri
Skala: 5. Bantu pasien menerima kebutuhan pasien
1: Berat terkait dengan kondisi ketergantungannya
2: Cukup berat 6. Berikan peralatan kebersihan pribadi
3: Sedang 7. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri
4: Ringan Bantuan Perawatan Diri: Eliminasi
5: Tidak ada 1. Pertimbangkan budaya pasien saat
mempromosikan aktivitas perawatan diri
Perawatan diri: Eliminasi 2. Pertimbangkan usia pasien saat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan mempromosikan aktivitas perawatan diri
selama 1 x 24 jam masalah teratasi dengan 3. Lepaskan baju yang diperlukan sehingga bisa
kriteria hasil: melakukan elminasi
1. Merespon saat kandungkemih penuh 4. Bantu pasien ke toilet atau tempat lain untuk
dengan tepat waktu elminasi pada interval waktu tertentu
2. Menanggapi dorongan untuk buang air 5. Beri privasi selama eliminasi
besar secara tepat waktu 6. Ganti pakaian pasien setelah elminasi
3. Masuk dan keluar dari kamar mandi 7. Monitor integritas kulit pasien
4. Memposisikan diri di toilet atau alat Transfer
bantu eliminasi 1. Tinjau permintaan tindakan
5. Membuka pakaian 2. Tentukan tingkat mobilitas dan keterbatasan
Skala: gerak
1: Sangat terganggu 3. Tentukan tingkat kesadaran dan kemampuan
2: Banyak terganggu untuk bekerja sama
3: Cukup terganggu 4. Rencanakan jenis dan metode pergerakan
4: Sedikit terganggu 5. Tentukan jumlah dan jenis bantuan yang
5: Tidak terganggu diperlukan
6. Pastikan peralatan berfungsi dengan baik
sebelum digunakan
7. Berikan privasi, tidak berain-main selama
prosedur dan menjaga kesopanan
DAFTAR PUSTAKA

Bluechek, G. M., Butcher, H. M., Dochterman, J. M. & Wagner, C. M., 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. 6 ed.
Yogyakarta: Mocomedia.

Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Keperawatan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L. & Swanson, E., 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. 5 ed. Yogyakarta:
mocomedia.

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Suratun, dkk. 2006. Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai