LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TRAUMA DADA
DAN TRAUMA ABDOMEN
Oleh:
KELOMPOK A
Ainun Kamilah,S.Kep NIM. 1930913320013
Nur Miftahul Jannah,S. Kep NIM. 1930913320023
Retno Febriyanti, S.Kep NIM. 1930913320020
Yulia Yunara, S.Kep NIM. 1930913320021
Muhammad Hapi, S.Kep NIM. 1930913310015
Oleh:
KELOMPOK A
Ainun Kamilah,S.Kep NIM. 1930913320013
Nur Miftahul Jannah,S. Kep NIM. 1930913320023
Retno Febriyanti, S.Kep NIM. 1930913320020
Yulia Yunara, S.Kep NIM. 1930913320021
Muhammad Hapi, S.Kep NIM. 1930913310015
Mengesahkan,
Pembimbing Akademik
Klasifikasi
1. Cedera Liver Pemeriksaan Penunjang
2. Cedera Limpa 1. Foto Thoraks
3. Cedera Ginjal 2. Pemeriksaan darah rutin
4. Cedera Kandung kemih dan 3. Pemeriksaan urin
Urethra 4. Intravenous Pyelogram (Vp)
5. Cedera Organ Berongga 5. DPL ( Diagnostik Peritoneal Lavage)
PATHWAY
Traum benda tajam (pisau, Trauma paksa (jatuh, benda
peluru,dll) tumpul, kompresi,dll)
Trauma abdomen
Trauma tajam,
Trauma Tumpul
trauma tembus
Perpindahan energi kinetik dari objek penyebab trauma ke jaringan tubuh. Energi kinetik
ini dipengaruhi oleh massa dan kecepatan objek tersebut. Perpindahan energi yang
Nyeri akut
besar menyebabkan kerusakan / trauma pada jaringan tubuh
Mengenai dinding dada Risiko Infeksi mengenai paru dan rongga pleura Ruptur / cedera
trakeobronkial
Fr clavikula, Fr
Fr costae mulitiple
sternum Luka penetrasi menimbulkan Laserasi paru Perdarahan pd sal nafas
luka terbuka pada pleura
Flail chest
Gangguan pada Obstruksi darah
pergerakan Kena pembuluh darah sistemik,
Open pneumotoraks pembuluh darah pada hilus paru, pemb
dinding dada Tulang yg patah
drh intercosta
mendesak jaringan
sekitarnya Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
Thorax
bergerak Darah terkumpul di rongga pleura
asimetris dan Patahan tulang
tidak menusuk paru
terkoordinasi hematothoraks
Pneumothorax
tertutup Perdarahan < 20%
Gerakan dari volume darah
pernafasan
buruk Pola nafas tdk efektif
Gangguan Perfusi jaringan
ASUHAN KEPERAWATAN
NIC : Incission Site Care NIC : Manajemen Cairan NIC : Manajemen Nutrisi
1. Kaji luka insisi (kemerahan dan 1. Monitor status hidrasi 1. Kaji adanya alergi makanan
pemasangan selang drainase) 2. Monitor vital sign 2. Monitor adanya penurunan BB
2. Monitor luka insisi untuk 3. Monitor intake output 3. Monitor mual muntah
menentukan tanda gejala infeksi 4. Anjurkan keluarga untuk memberikan 4. Kolaborasi dengan ahli gizi : pemberian
3. Lakukan perawatan luka steril masukan nutrisi dan cairan diet dan pemberian suplemen makanan
4. Gunakan antiseptic sesuai indikasi 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Dorong asupan oral
5. Ajarkan pasien/keluarga cara pemberian cairan intravena 6. Anjurkan makan sedikit tapi sering
merawat luka 6. Monitor status cairan, respon pasien 7. Monitor intake nutrisi
6. Jelaskan pada klien/keluarga tanda terhadap cairan 8. Kolaborasi dengan yim medis kolaborasi
gejala infeksi pemberian cairan IV line
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi farmakologi
Intervensi Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Ketidakefektifan Pola Pernapasan Gangguan Perfusi Jaringan
dan NOC : NOC : NOC :
outcome Status pernafasan pertukaran Status pernapasan : ventilasi dan Energy Conservation
Trauma gas jalan napas paten Activity tolerance
Dada Airway status Tanda-tanda vital Self care : ADLs
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x60 menit, bersihan jalan napas selama 3x60 menit, pola napas kembali selama 1x24 menit, gangguan perfusi
teratasi dengan kriteria hasil : normal dengan kriteria hasil : jaringan teratasi dengan kriteria hasil :
1. Suara napas bersih, tidak ada sianosis, 1. Suara nafas bersih, tidak ada dyspnea 1. Berpartisipasi aktif dalam ajtivitas fisik
mampu bernapas dengan mudah (mampu bernapas dengan mudah dan tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
2. Menunjukan jalan napas yang pasten tidak ada pursed lips) nadi dan RR
(irama napas dalam rentang normal, 2. Menunjukan jalan napas yang paten 2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
tidak ada suara napas abnormal) ( klien tidak merasa tercekik, irama (ADLs) secara mandiri
3. Mampu mengidentifikasi dan napas, frekuensi pernapasan dalam 3. Tanda-tanda vital normal
mencegah factor yang menghambat rentang normal tidak ada suara napas 4. Energy psikomotor
jalan nafas. abnormal) 5. Level kelemahan
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal 6. Mampu berpindah dengan atau tanpa
(tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60- bantuan alat
100 x/menit, dan pernapasan 16- 20 x/ 7. Status kardiopulmonari adekuat
menit) 8. Sirkulasi status baik
NIC : Airway Management NIC : NIC : Activity Therapy
1. Pastikan kebutuhan oral/suction Airway Management 1. Kolaborasikan dengan tenaga medis
2. Auskultasi suara napas sebelum 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik dalam merencanakan program terapi
dan sesudah suction chin lift atau jaw thrust bila perlu yang tepat
3. Berikan oksigen menggunakan 2. Posisikan pasien untuk 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
nasal kanul memaksimalkan ventilasi aktivitas yang mampu dilakukan
4. Monitor status napas dan oksigen 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 3. Bantu untuk memilih aktivitas
5. Buka jalan napas gunakan tekhnik 4. Keluarkan secret dengan batuk atau konsisten yang sesuai dengan
chin lift suction kemampuan fisik, psikologi dan social
6. Posisikan pasien untuk 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya 4. Bantu untuk mendapatkan alat
memaksimalkan ventilasi keluarkan suara tambahan bantuan aktivitas seperti kusi roda,
secret dengan cara suction 6. Atur intake untuk cairan krek
7. Monitor respirasi dan status mengoptimalkan keseimbangan 5. Bantu untuk membuat jadwal latihan
oksigen 7. Monitor respirasi dan status O2. diwaktu luang
6. Bantu pasien/keluarga untuk
Respiratory Monitoring mengidentifikasi kekurangan dalam
1. Monitoring rata-rata,kedalaman, beraktivitas.
irama dan usaha respirasi
2. Catat gerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostals
3. Monitor suara napas seperti dengkur
4. Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan/tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
5. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui hasilnya.
Intervensi Nyeri Akut Risiko infeksi
dan NOC : NOC :
outcome Kontrol Nyeri Risk Control
Setelah di lakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
keperawatan selama 3 x 60 menit, selama 1 x 24 jam diharapkan tidak terjadi
pasien tidak mengalami nyeri, dengan infeksi pada klien dengan kriteria hasil:
kriteria hasil: 1. Klien tidak menunjukan adanya
1. Mengenali serangan nyeri tanda-tanda infeksi
2. Menggunakan tindakan 2. TTV dalam rentang normal
pencegahan nyeri
3. Menggunakan analgetik yang
dianjurkan
4. Melaporkan nyeri berkurang
NIC : Manajemen Nyeri NIC : Infection Control
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Monitor TTV
komprehensif termasuk lokasi, 2. Pertahankan teknik aseptif,
karakteristik, durasi, frekuensi, kebersihan tangan atau
kualitas dan faktor presipitasi menggunakan alkohol sebelum
2. Observasi reaksi nonverbal dari kontak dengan pasien
ketidaknyamanan 3. Mengkaji warna, turgor,
3. Gunakan teknik komunikasi kelenturan serta suhu kulit,
terapeutik untuk mengetahui membran mukosa terhadap
pengalaman nyeri pasien kemerahan dan panas
4. Kurangi faktor presipitasi nyeri 4. Monitor tanda dan gejala infeksi
5. Pilih dan lakukan penanganan sistemik dan lokal. Evaluasi
nyeri keadaan pasien terhadap tempat-
6. Ajarkan tentang teknik tempat munculnya infeksi seperti
nonfarmakologi tempat penusukan jarum intravena.
7. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 5. Kolaborasi pemberian antibiotik
8. Tingkatkan istirahat sesuai ketentuan
9. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
10. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
Administrasi Analgetik
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
3. Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic
pertama kali
4. Evaluasi efektivitas analgesic,
tanda dan gejala
Tretmen Cedera Dada
1. Flail Chest
• Pastikan jalan nafas terbuka Manajemen ABC’s with c-spine control as
indicated
• Berikan bantuan ventilasi
• High Flow oxygen that may include BVM
• Stabilize the flail segment with manual pressure. Then stabilize it with
bulky dressings taped to the chest wall
• Load and Go
• Transport rapidly to the appropriate hospital
• Informasikan Rumah Sakit yang dituju
• Pain Killer
• If Shock Fluid therapy Jangan overload hypoxemia
2. Open Pnuemothorax
• Pastikan Jalan nafas terbuka Manajemen ABC’s with c-spine control as
indicated
• Berikan High Flow oxygen
• Tutup luka dengan plester 3 sisi
• Load and go
• Pasang iv line 2 jalur
• Monitoring jantung & saturasi oksigen (Capnography untuk asidosis)
• Rujuk ke rumah sakit yang sesuai
• Informasikan rumah sakit yang dituju
3. Hemothorax
• Amankan jalan nafas manajemen ABC’s with c-spine control as
indicated
• Berikan high-flow oxygen
• Load and go
• Ingatkan rumah sakit yang dituju
• Manajemen shock maintain systolic peripheral pulse 80-90 mmHg
• Observasi jika terjadi tension hemopneumothorax acute chest
decompression
4. Tension Pneumothorax
• Amankan jalan nafas manajemen ABC’s with c-spine sesuai indikasi
• Berikan High Flow oxygen
• Menangani tanda dan gejala Shock
• Emergency decompression Needle decompression
• Load and Go
• Rujuk kerumah sakit yang sesuai
• Beritahu rumah sakit yang dituju
DAFTAR PUSTAKA