Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19
Tanggal 21 Oktober 2020

Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep.
NIM.2030913320003

PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Banjarbaru
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19

Tanggal 22 Oktober 2020

Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep.
NIM.2030913320003

Banjarbaru, 22 Oktober 2020


Mengetahui

Pembimbing Akademik Penguji/Pembimbing Lahan

Nana Atriana, S. Kep, Ns,. M. Kes. Devi Rahmayanti, S. Kep, Ns,. M. Imun.
NIP. 19790317 201902 2 09001 NIP. 19780101 200812 2 002
ASUHAN PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19

A. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori Penurunan Hormone
1.2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

C. BENTUK-BENTUK PESALINAN
1. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui
jalan lahir.
2. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban

D. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri
turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor
pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah
bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil
pada bagian servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar

E. FAKTOR PERSALINAN
1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
2) Os. Sacrum = promotorium
3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

Pintu Panggul
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
Bidang-bidang:
a. Bidang Hodge I: dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b. Bidang Hodge II: sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c. Bidang Hodge III: sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d. Bidang Hodge IV: sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot-otot Rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

Perubahan-perubahan akibat his:


a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.

Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus


diperhatikan dari his:
1. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukurr dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
6. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga
pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang
jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot Rahim
a. Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula
kekuatannya sudah lemah
2) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah.
His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun
janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke
rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin
fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinanT
- Tauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim
c. Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau
pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi
otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita relatif tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas
3. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa, Janin merupakan passangge
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi
dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-
kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak
sungsang.
4. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-
olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap
sebagai suatu “keadaan yang belum pasti “sekarang menjadi hal yang
nyata.
Psikologis meliputi:
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.

F. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala
pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his
dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III adalah kala
pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam
setelah plasenta lahir.
a. Kala I
Partus dimulai apabila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
bloody show. Lendir ini berasal dari kanalis servikalis karena servik
mulai membuka. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks
dibagi dalam dua fase:
1. Fase Laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2. Fase Aktif, dibagi dalam 3 fase :
a. Fase akselerasi: Dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, yaitu dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan mencapai pembukaan lengkap.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3
menit sekali. Klien merasakan tekanan pada rektum dan terasa seperti
ingin BAB. Labia mulai membuka dan kepala janin tampak dalam
vulva waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum, kemudian badan sampai semuanya
keluar. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1 1/2 jam dan
pada multipara rata-rata ½ jam.
Mekanisme persalinan

Gambar mekanisme persalinan


a) Engagement
 Diameter biparietal melewati PAP
 Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan
 Multipara terjadi permulaan persalinan
 Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada
PAP-Flexi Ringan
b) Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
 Tekanan cairan ketuban
 Tekanan langsung oleh fundus uteri
 Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
 Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
c) Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul
atau dasar panggul, flexi (dagu lebih mendekati dada).
d) Rotation Internal
 Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
 Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir(Bidang tengah dan PBP)
 Terjadinya bersama dengan majunya kepala
 Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di
dasar panggul.
e) Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas.
f) Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak
untuk menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi
dalam.Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari
PBP.
g) Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu
belakang, bahu depan, badan seluruhnya.

c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dinding uterus. Biasanya plasenta lepas
selama 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.

d. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah plasenta
lahir. Dalam kala ini dilakukan observasi terhadap klien untuk
mengamati adanya perdarahan post partum dan adanya penyulit lain
pasca persalinan.

G. Patofiologi
PATHWAY
PERSALINAN NORMAL
Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

Nyeri Persalinan Partus Resiko Perdarahan Resiko Perdarahan

Kerja Jantung Defisien Volume Cairan Resiko Infeksi


Kelelahan (O2 )

Ketidakefektifan Pola Nafas

H. Pemeriksaan Penunjang
a. USG: Dilakukan untuk melihat dan mengetahui posisi janin, apakah janin
tumbuh secara normal atau tidak.
b. Pemeriksaan Hb: Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui apakah
seorang itu anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan
kecukupan suplai darah ke janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat
persalinan.

I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi
setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian
plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas
vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal
ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang
terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler
dalam paru-paru.

J. Penatalaksanaan
Diagnosis dan Penanganan Persalinan  
1. Kala I 
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik.
Penanganan :
 Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
 Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan , dll.
 Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
 Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
 Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.
 Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC, Kipas biasa dan menganjurkan ibu
mandi sebelumnya.
 Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
 Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin 

2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
Penanganan :
 Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum dan
memijat ibu
 Menjaga kebersihan diri
 Masage untuk menambah kenyamanan bagi ibu
 Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
 Mengatur posisi ibu
 Menjaga kandung kemih tetap kosong
 Memberikan cukup minum

Kelahiran kepala Bayi


 Mintalah ibu mengedan atau memberikan  sedikit dorongan saat kepala
bayi lahir
 Letakkan satu tangan kekepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
 Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan
 Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran
lendir/darah
Periksa tali pusat:
 Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali
pusat melalui kepala bayi
 Jika  lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat
kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi
leher bayi.

Kelahiran Bahu dan anggota seluruhnya


 Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya
 Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi
 Lakukan tarikan lembut  ke bawah untuk melahirkan bahu depan
 Lakukan tarikan lembut  ke atas untuk melahirkan bahu belakang
 Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi
sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke
punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
 Letakkan bayi tsb diatas perut ibunya
 Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai
pernafasan bayi
 Jika bayi menangis atau bernafas ( dada bayi terlihat naik turun paling
sedikit 30x/m ) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya
 Jika  bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan
segera mulai resusitasi bayi
 Klem dan pototng tali pusat
 Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan
kulit dada siibu.
 Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan
pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.
Melahirkan bahu depan Melahirkan bahu belakang

3. Kala III
Manajemen Aktif Kala III :
 Pemberian oksitosin dengan segera
 Pengendalian tarikan tali pusat
 Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan :
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan
ergometrin 0,2 mg. IM.
 Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
 Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
 Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva.
 Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat
( 2-3 menit )
 Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
 PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
 Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan
atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan
dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
 Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase
fundus agar menimbulkan kontraksi.
 Jika menggunkan manajemen aktif  dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam
jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
 Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.

4. Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa –
si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri
dari dalam perut ibu ke dunia luar.
Penanganan :
 Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
 Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
 Biarkan ibu beristirahat
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi
 Bayi sangat siap segera setelah  kelahiran
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
 Ajari ibu atau keluarga tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.

K. Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal dengan Covid 19


Prinsip tatalaksana secara keseluruhan menurut rekomendasi WHO yaitu:
Triase : identifikasi pasien segera dan pisahkan pasien dengan severe
acute respiratory infection (SARI) dan dilakukan dengan memperhatikan
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang sesuai, terapi
suportif dan monitor pasien, pengambilan contoh uji untuk diagnosis
laboratorium, tata laksana secepatnya pasien dengan hipoksemia atau
gagal nafas dan acute respiratory distress syndrome (ARDS), syok sepsis
dan kondisi kritis lainnya
Adapun standar yang harus dketahui sebelum melakukan layanan
persalinan (Protokol Gugus Covid 19, 2020):
a. Pelayanan di FKTP (Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama)
1. Rapid test wajib dilakukan oleh ibu hamil sebelum proses
persalinan (kecuali rapid test tidak tersedia)
2. Persalinan dilakukan ditempat yang memenuhi persyaratan dan
telah dipersiapkan dengan baik
3. FKTP memberikan layanan persalinan tanpa penyulit
persalinanatau tidak ada tanda bahayaatau bukan kasus
ODP,PDPatau terkonfirmsi positif
4. Jika didapatkan ibu bersalin dengan rapid test reaktif, maka
dirujuk ke Rumah sakit rujukan covid atau rumah sakit mampu
PONEK
5. Penolong persalinan di FKTP menggunakan APD level 2
6. Jika kondisi tidak memungkinkan merujuk, ODP, PDP dan
terkonfirmasi positif Covid 19 atau hasil skrining test positif
maka pertolongan persalinannya menggunakan APD level 3 dan
bersalin dilengkapi dengan delivery Chamber.
7. Bahan habis pakai dikelola sebagai samaph medis yang harus
dimusnahkan dengan incinerator
8. Alat medis yang telah digunakan serta tempat bersalin dialakukan
pembersihan disinfektan dengan menggunakan larutan Clorin
0,5%
9. Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi
udara dengan baik dan terkena sinar matahari

b. Pelayanan di FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat


Lanjutan)
1. Rapid test wajib dialkukan pada ibu hamil sebelum bersalin,
kecuali kasus rujukan yang telah dilakukan rapid test atau telah
terkonfirmasi positif Covid 19
2. Ibu hamil in-Partu dengan hasil skrining rapid test positif tetap
dilalakukan pengambilan specimen dan pemeriksaan PCR.
3. Persalinan pervaginan dengan rapid test negative dan tidak
didagnosa ODP/PDP dilayani oleh bidan/dokter menggunakan
APD level 2
4. Persalinan pervaginan dengan rapid test positif atau terkonfirmasi
positif covid 19 dialayani oleh dokter yang wajib menggunakan
APD level 3.
5. Persalinan Sectio Cesaria, penolong persalinan menggunakan
APD level 3 tanpa melihat status covid 19
6. Bahan habis pakai dikelola sebagai samaph medis yang harus
dimusnahkan dengan incinerator
7. Alat medis yang telah digunakan serta tempat bersalin dialakukan
pembersihan disinfektan dengan menggunakan larutan Clorin
0,5%
8. Pastikan ventilasi ruang bersalin yang memungkinkan sirkulasi
udara dengan baik dan terkena sinar matahari

Adapun rekomendasi yang dikeluarkan oleh perkumpulan Obstetri


Ginekologi Indonesia (POGI 2020) adalah:

1. Jika seorang wanita dengan COVID-19 dirawat di ruang isolasi di ruang


bersalin, dilakukan penanganan tim multi-disiplin yang terkait yang
meliputi dokter paru / penyakit dalam, dokter kandungan, anestesi,
bidan, dokter neonatologis dan perawat neonatal.
2. Upaya harus dilakukan untuk meminimalkan jumlah anggota staf yang
memasuki ruangan dan unit harus mengembangkan kebijakan lokal yang
menetapkan personil yang ikut dalam perawatan. Hanya satu orang
(pasangan/anggota keluarga) yang dapat menemani pasien. Orang yang
menemani harus diinformasikan mengenai risiko penularan dan mereka
harus memakai APD yang sesuai saat menemani pasien.
3. Pengamatan dan penilaian ibu harus dilanjutkan sesuai praktik standar,
dengan penambahan saturasi oksigen yang bertujuan untuk menjaga
saturasi oksigen > 94%, titrasi terapi oksigen sesuai kondisi.
4. Menimbang kejadian penurunan kondisi janin pada beberapa laporan
kasus di Cina, apabila sarana memungkinkan dilakukan pemantauan
janin secara kontinyu selama persalinan.

5. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah
satu cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan
masalah gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa
SC maupun tindakan operatif pervaginam.
6. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau
keadaan akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman,
induksi persalinan dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan pasca
persalinannya.
7. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan
sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila
operasi tidak dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar
dengan pencegahan infeksi sesuai standar APD lengkap.
8. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar
9. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala,
dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan
observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini
akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.
10. Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif
pervaginam untuk mempercepat kala II pada ibu dengan gejala
kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia

11. Perimortem cesarian section dilakukan sesuai standar dilakukan apabila


ibu dengan kegagalan resusitasi tetapi janin masih viable.
12. Ruang operasi kebidanan :
- Operasi elektif pada pasien COVID-19 harus dijadwalkan terakhir
- Pasca operasi ruang operasi harus dilakukan pembersihan penuh
ruang operasi sesuai standar.
- Jumlah petugas di kamar operasi seminimal mungkin dan
menggunakan alat perlindungan diri sesuai standar
13. Penjepitan tali pusat tunda/ beberapa saat setelah persalinan masih bisa
dilakukan asalkan tidak ada kontraindikasi lainnya. Bayi dapat
dibersihkan dan dikeringkan seperti biasa, sementara tali pusat masih
belum dipotong
14. Staf layanan kesehatan di ruang persalinan harus mematuhi Standar
Contact dan Droplet Precautions termasuk menggunakan APD yang
sesuai dengan panduan PPI.
15. Antibiotik intrapartum harus diberikan sesuai protokol.
16. Plasenta harus dilakukan penanganan sesuai praktik normal. Jika
diperlukan histologi, jaringan harus diserahkan ke laboratorium dan
laboratorium harus diberitahu bahwa sampel berasal dari pasien suspek
atau terkonfirmasi COVID- 19
17. Anestesi.
Berikan anestesi epidural atau spinal sesuai indikasi dan menghindari
anestesi umum kecuali benar-benar diperlukan.
18. Tim neonatal harus diberitahu tentang rencana untuk melahirkan bayi
dari ibu yang terkena COVID-19 jauh sebelumnya.

Asuhan Keperawatan Persalinan Normal

1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
3) Pengkajian fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi – metabolic
c. Pola eleminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f.Pola kognitif – persepsi
g. Pola persepsi diri – konsep diri
h. Pola seksualitas – reproduksi
i.Pola koping – toleransi stress
j.Pola peran – hubungan
k. Pola nilai - kepercayaan
4) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum dan kesadaran umum
- Tanda-tanda vital
- Pemeriksaan head to toe
5) Pemeriksaan Laboratorium
6) Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri Persalinan
2) Ketidakefektifan pola nafas
3) Risiko Infeksi
4) Defisien Volume Cairan

3. Rencana Keperawatan
Diagnosis NOC NIC
Ketidakefektifan pola  Status Pernapasan  Monitor Pernapasan
napas 1. Frekuensi pernafasan 1. Monitor kecepatan, irama, ke
klien dalaman dan kesulitan
2. Irama pernafasan klien bernafas.
3. Kepatenan jalan nafas 2. Monitor pola nafas
klien (misalnya, bradipneu,
takipneu, hiperventilasi).
 Kelelahan 3. Monitor saturasi oksigen
1. Penurunan energi pada pasien yang tersedasi
2. Gangguan dengan (seperti, SaO2, SvO2, SpO2)
aktivitas sehari-hari sesuai dengan protocol yang
3. Gangguan pada rutinitas
4. Gangguan aktivitas fisik ada.
4. Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya
ventilisa dan keberadaan
suara nafas tambahan.
5. Auskultasi suara nafas
setelah tindakan, untuk
dicatat

 Manajemen Energi
1. Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
2. Tentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga
Kesehatan
3. Monitor system
kardiorespirasi pasien selama
kegiatan
4. Bantu pasien untuk
memahami prinsip
konservasi energy (misalnya
kebutuhan untuk membatasi
aktivitas dan tirah baring)

Nyeri Persalinan  TingkatNyeri  Manajemen nyeri


1.Nyeri yang dilaporkan ringan 1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Frekuensi nafas PQRST
 Kontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
1. Mengenali kapan nyeri dari ketidaknyamanan
terjadi 3. Gunakan komunikasi
2. Menggambarkan faktor terapeutik
penyebab
4. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
5. Pilih penanganan nyeri non
farmakologi
6. Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi
7. Kurangi faktor presipitasi nyeri
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Monitor TTV sebelum dan
sesudah melakukan tindakan

Risiko Infeksi  Kontrol Risiko  Kontrol Infeksi


1. Mengidentifikasi faktor 1. Alokasikan kesesuaian luas
risiko ruang perpasien seperti
diindikasikan oleh pedoman
2. Mengembangkan strategi pusat pengendalian dan
afektif dalam mengontrol pencegahan penyakit
risiko
2. Ganti peralatan perawatan per
3. Menghindari paparan pasien sesuai protocol institusi
ancaman kesehatan
3. Pertahankan teknik isolasi
4. Mengenali perubahan status yang sesuai
kesehatan
4. Batasi jumlah pengunjung
5. Anjurkan orangtua/anggota
keluarga mencuci tangan pada
saat masuk dan keluar ruangan

 Perlindungan Infeksi
1. Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
3. Pantau adanya perubahan
tingkat energy atau malaise
4. Periksa kulit dan selaput
lender untuk kemerahan,
kehangatan ekstrem atau
drainase
5. Lapor dengan infeksi pada
personil pengendali infeksi
Defisien Volume  Keseimbangan Cairan  Manajamen Cairan
Cairan 1. Tekanan darah 1. Jaga intake/asupan yang
2. Denyut nadi radial akurat dan catat output
3. Keseimbangan intake dan 2. Monitor status hidrasi
output dalam 24 jam (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut
 Keparahan Kehilangan nadi adekuat dan tekanan
Darah darah ortostastik)
1. Kehilangan darah yang 3. Monitor hasil laboratorium
terlihat yang relevan dengan retensi
2. Perdarahan vagina cairan
3. Penurunan hemoglobin 4. Monitor tanda-tanda vital
5. Berikan terapi IV yang di
anjurkan.

Pencegahan Perdarahan
1. Monitor dengan ketat risiko
terjadinya perdarahan pada
pasien
2. Catat nilai hemoglobin dan
hematoktrit sebelum dan
sesudah pasien kehilangan
darah
3. Lindungi pasien dari trauma
yang dapat menyebabkan
perdarahan
4. Pertahankan pasien agar
tetap tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
5. Sediakan produk darah
dengan cara yang tepat

Asuhan Keperawatan Persalinan klien dengan covid 19


1. Pengkajian
- Riwayat bepergian daerah zona merah atau transmisi lokal
- Riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi positi covid 19
- Riwayat penyakit dahulu sebagai indikasi komirbid
- Keluhan pasien : Infeksi saluran nafas seperti sesak nafas , batuk, demam
(> 38,5 C), malaise kadang-kadang disertai diare, nyeri kepala dan
myalgia
- Telah dilakukan pemeriksaan PCR dengan konfirmasi positif Covid 19
- Pemeriksaan fisik terdapat tanda-tanda inpartu keluar darah becampur
lender, Terdapat kontraksi uterus dan dialatasi serviks

2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Persalinan berhubungan dialatasi serviks
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
3. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus yang
berlebihan

No Diagnosis Keperawatan NOC NIC


1. Nyeri Persalinan  TingkatNyeri  Manajemen nyeri
1.Nyeri yang dilaporkan ringan 1. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan dengan 2. Frekuensi nafas
secara komprehensip
dialatasi seviks 2. Ajarkan prinsip – prinsip
 Kontrol nyeri manajemen nyeri
1. Mengenali kapan nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
terjadi terapeutik untuk mengetahui
2. Menggambarkan faktor
pengalaman nyeri
penyebab
2. Hipertermi berhubungan  Termoregulasi  Perawatan Demam
dengan penyakit 1. Menggigil saat dingin 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
(sedikit terganggu) vital lainnya
2. Hipertermia (Ringan) 2. Monitor warna kulit dan
3. Dehidrasi (Ringan) suhu
3. Beri obat antipiretik yang
sesuai indikasi
4. Dorong Konsumsi cairan
5. Lembabkan bibir dan
mukosa hidung yang kering
 Pengaturan Suhu
1. Monitor suhu paling tidak 2
jam sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah,nadi
dan respirasi sesuai
kebutuhan
3. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi yang adekuat.
4. Monitor dan laporkan adanya
tanda dan gejala dari
hipotermia dan hipertermia
3. Ketidakefektifan  Status Pernafasan :  Manajemen Jalan Nafas
kepatenan jalan nafas 1.Posisikan pasien untuk
bersihan jalan nafas
1. Frekuensi pernafasan memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan 2. Irama pernafasan 2.Lakiukan fisioterapi dada
3. Kemampuan mengeluarkan 3.Auskultasi suara nafas
mucus yang berlebihan sekret
4. Suara nafas tambahan  Terapi Oksigen
5. Penggunaan otot Bantu 1. Monitor aliran oksigen
pernafasan 2. Monitor posisi alat
6. Pernafasan cuping hidung pemberian oksigen
7. Batuk 3. Monitor efektifitas terapi
8. Akumulasi sputum oksigen

 Pengaturan Posisi
1. Posisikan pasien untuk
mengurangi dyspnea
misalnya semifowler
2. Tinggikan kepala tempat
tidur

Daftar Pustaka
Moegni E,M, dkk (ed). 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi 1. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Wiknjosostro. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi ke-5. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Abdul bari saifuddin,.2010. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal


dan neonatal 2010. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Mitayani. (2012). Asuhan Keperawatan Maternitas edisi-1. Jakarta: Salemba


Medika

NANDA International Inc. 2015. Nursing Diagnosis: Definitions and


Classification 2018 – 2020. Ed.11. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.

Bulechek, G.M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6 th ed.


Mosbie Elsevier: USA.

Anda mungkin juga menyukai