ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19
Tanggal 21 Oktober 2020
Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep.
NIM.2030913320003
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19
Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep.
NIM.2030913320003
Nana Atriana, S. Kep, Ns,. M. Kes. Devi Rahmayanti, S. Kep, Ns,. M. Imun.
NIP. 19790317 201902 2 09001 NIP. 19780101 200812 2 002
ASUHAN PERSALINAN NORMAL PADA PASIEN COVID 19
A. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal,
namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi
abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang
cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
B. ETIOLOGI
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori Penurunan Hormone
1.2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot
–otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang
dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
C. BENTUK-BENTUK PESALINAN
1. Persalinan Spontan
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, dan melalui
jalan lahir.
2. Persalinan Bantuan
Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio sesario.
3. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban
E. FAKTOR PERSALINAN
1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
2) Os. Sacrum = promotorium
3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
Bidang-bidang:
a. Bidang Hodge I: dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b. Bidang Hodge II: sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c. Bidang Hodge III: sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d. Bidang Hodge IV: sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot-otot Rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
F. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
Pada kala I serviks membuka sampai 10 cm. Kala I dinamakan kala
pembukaan. Kala II disebut kala pengeluaran karena berkat kekuatan his
dan berkat kekuatan mengejan janin dapat dilahirkan. Kala III adalah kala
pengeluaran plasenta. Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam
setelah plasenta lahir.
a. Kala I
Partus dimulai apabila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
bloody show. Lendir ini berasal dari kanalis servikalis karena servik
mulai membuka. Darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran-
pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks
dibagi dalam dua fase:
1. Fase Laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran 3 cm.
2. Fase Aktif, dibagi dalam 3 fase :
a. Fase akselerasi: Dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, yaitu dari 4 cm menjadi 9 cm.
c. Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan mencapai pembukaan lengkap.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 – 3
menit sekali. Klien merasakan tekanan pada rektum dan terasa seperti
ingin BAB. Labia mulai membuka dan kepala janin tampak dalam
vulva waktu his. Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala
janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka,
dan dagu melewati perineum, kemudian badan sampai semuanya
keluar. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1 1/2 jam dan
pada multipara rata-rata ½ jam.
Mekanisme persalinan
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dinding uterus. Biasanya plasenta lepas
selama 6 – 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
d. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam setelah plasenta
lahir. Dalam kala ini dilakukan observasi terhadap klien untuk
mengamati adanya perdarahan post partum dan adanya penyulit lain
pasca persalinan.
G. Patofiologi
PATHWAY
PERSALINAN NORMAL
Kehamilan (37-42 Minggu)
Tanda-Tanda Inpartu
Proses persalinan
H. Pemeriksaan Penunjang
a. USG: Dilakukan untuk melihat dan mengetahui posisi janin, apakah janin
tumbuh secara normal atau tidak.
b. Pemeriksaan Hb: Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahui apakah
seorang itu anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan
kecukupan suplai darah ke janin dan risiko jika terjadi perdarahan saat
persalinan.
I. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi dalam persalinan adalah:
1. Infeksi
Pada pemeriksaan dalam untuk mengetahui kemajuan persalinan
kemungkinan dapat menyebabkan infeksi apabila pemeriksa tidak
memperhatikan teknik aseptik.
2. Ruptur Perineum
Pada wanita dengan perineum yang kaku kemungkinan besar akan terjadi
ruptur perineum, sehingga dianjurkan untuk melakukan episiotomi.
3. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak bisa berkontraksi
setelah janin lahir sehingga menyebabkan perdarahan hebat.
4. Retensi Plasenta / Retensi Sisa Plasenta
Retensi plasenta adalah kondisi dimana plasenta belum lahir selama 1 jam
setelah janin lahir sedangkan retensi sisa plasenta adalah terdapat sebagian
plasenta yang masih tertinggal setelah plasenta lahir.
5. Hematom Pada Vulva
Hematom dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah dalam dinding
lateral vagina bagian bawah waktu melahirkan.
6. Kolpaporeksis
Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas
vagina sehingga sebagian uterus dan serviksnya terlepas dari vagina. Hal
ini dapat terjadi pada persalinan dengan disproporsi kepala panggul.
7. Robekan serviks
Dapat terjadi pada serviks yang kaku dan his yang kuat.
8. Ruptur Uteri
Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan kondisi yang sangat
berbahaya dalam persalinan karena dapat menyebabkan perdarahan hebat.
9. Emboli Air Ketuban
Emboli air ketuban merupakan peristiwa yang timbul mendadak akibat air
ketuban masuk ke dalam peredaran darah ibu melalui sinus vena yang
terbuka pada daerah plasenta dan menyumbat pembuluh-pembuluh kapiler
dalam paru-paru.
J. Penatalaksanaan
Diagnosis dan Penanganan Persalinan
1. Kala I
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4
cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik.
Penanganan :
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan;
lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan , dll.
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan
cara : gunakan kipas angina/AC, Kipas biasa dan menganjurkan ibu
mandi sebelumnya.
Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
2. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
Penanganan :
Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan :
mendampingi ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum dan
memijat ibu
Menjaga kebersihan diri
Masage untuk menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
Mengatur posisi ibu
Menjaga kandung kemih tetap kosong
Memberikan cukup minum
3. Kala III
Manajemen Aktif Kala III :
Pemberian oksitosin dengan segera
Pengendalian tarikan tali pusat
Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir
Penanganan :
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau
susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan
ergometrin 0,2 mg. IM.
Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara :
Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan
dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu.
Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva.
Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat
( 2-3 menit )
Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.
PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi
Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan
atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan
gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan
dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase
fundus agar menimbulkan kontraksi.
Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir
dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam
jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama.
Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada
serviks atau vagina atau perbaiki episotomi.
4. Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa –
si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri
dari dalam perut ibu ke dunia luar.
Penanganan :
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30
menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus
sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan
menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan .
Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15
menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan
kering
Biarkan ibu beristirahat
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan
bayi
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Ajari ibu atau keluarga tentang :
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
5. Sampai saat ini belum ada bukti klinis kuat merekomendasikan salah
satu cara persalinan, jadi persalinan berdasarkan indikasi obstetri dengan
memperhatikan keinginan ibu dan keluarga, terkecuali ibu dengan
masalah gagguan respirasi yang memerlukan persalinan segera berupa
SC maupun tindakan operatif pervaginam.
6. Bila ada indikasi induksi persalinan pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda samapai infeksi terkonfirmasi atau
keadaan akut sudah teratasi. Bila menunda dianggap tidak aman,
induksi persalinan dilakukan di ruang isolasi termasuk perawatan pasca
persalinannya.
7. Bila ada indikasi operasi terencana pada ibu hamil dengan PDP atau
konfirmasi COVID-19, dilakukan evaluasi urgency-nya, dan apabila
memungkinkan untuk ditunda untuk mengurangi risiko penularan
sampai infeksi terkonfirmasi atau keadaan akut sudah teratasi. Apabila
operasi tidak dapat ditunda maka operasi sesuai prosedur standar
dengan pencegahan infeksi sesuai standar APD lengkap.
8. Persiapan operasi terencana dilakukan sesuai standar
9. Apabila ibu dalam persalinan terjadi perburukan gejala,
dipertimbangkan keadaan secara individual untuk melanjutkan
observasi persalinan atau dilakukan seksio sesaria darurat apabila hal ini
akan memperbaiki usaha resusitasi ibu.
10. Pada ibu dengan persalinan kala II dipertimbangkan tindakan operatif
pervaginam untuk mempercepat kala II pada ibu dengan gejala
kelelahan ibu atau ada tanda hipoksia
1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat kesehatan dahulu
- Riwayat kesehatan keluarga
3) Pengkajian fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi – metabolic
c. Pola eleminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola istirahat dan tidur
f.Pola kognitif – persepsi
g. Pola persepsi diri – konsep diri
h. Pola seksualitas – reproduksi
i.Pola koping – toleransi stress
j.Pola peran – hubungan
k. Pola nilai - kepercayaan
4) Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum dan kesadaran umum
- Tanda-tanda vital
- Pemeriksaan head to toe
5) Pemeriksaan Laboratorium
6) Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri Persalinan
2) Ketidakefektifan pola nafas
3) Risiko Infeksi
4) Defisien Volume Cairan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosis NOC NIC
Ketidakefektifan pola Status Pernapasan Monitor Pernapasan
napas 1. Frekuensi pernafasan 1. Monitor kecepatan, irama, ke
klien dalaman dan kesulitan
2. Irama pernafasan klien bernafas.
3. Kepatenan jalan nafas 2. Monitor pola nafas
klien (misalnya, bradipneu,
takipneu, hiperventilasi).
Kelelahan 3. Monitor saturasi oksigen
1. Penurunan energi pada pasien yang tersedasi
2. Gangguan dengan (seperti, SaO2, SvO2, SpO2)
aktivitas sehari-hari sesuai dengan protocol yang
3. Gangguan pada rutinitas
4. Gangguan aktivitas fisik ada.
4. Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadi
penurunan atau tidak adanya
ventilisa dan keberadaan
suara nafas tambahan.
5. Auskultasi suara nafas
setelah tindakan, untuk
dicatat
Manajemen Energi
1. Anjurkan pasien
mengungkapkan perasaan
secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
2. Tentukan jenis dan
banyaknya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga
Kesehatan
3. Monitor system
kardiorespirasi pasien selama
kegiatan
4. Bantu pasien untuk
memahami prinsip
konservasi energy (misalnya
kebutuhan untuk membatasi
aktivitas dan tirah baring)
Perlindungan Infeksi
1. Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
local
2. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
3. Pantau adanya perubahan
tingkat energy atau malaise
4. Periksa kulit dan selaput
lender untuk kemerahan,
kehangatan ekstrem atau
drainase
5. Lapor dengan infeksi pada
personil pengendali infeksi
Defisien Volume Keseimbangan Cairan Manajamen Cairan
Cairan 1. Tekanan darah 1. Jaga intake/asupan yang
2. Denyut nadi radial akurat dan catat output
3. Keseimbangan intake dan 2. Monitor status hidrasi
output dalam 24 jam (misalnya, membrane
mukosa lembab, denyut
Keparahan Kehilangan nadi adekuat dan tekanan
Darah darah ortostastik)
1. Kehilangan darah yang 3. Monitor hasil laboratorium
terlihat yang relevan dengan retensi
2. Perdarahan vagina cairan
3. Penurunan hemoglobin 4. Monitor tanda-tanda vital
5. Berikan terapi IV yang di
anjurkan.
Pencegahan Perdarahan
1. Monitor dengan ketat risiko
terjadinya perdarahan pada
pasien
2. Catat nilai hemoglobin dan
hematoktrit sebelum dan
sesudah pasien kehilangan
darah
3. Lindungi pasien dari trauma
yang dapat menyebabkan
perdarahan
4. Pertahankan pasien agar
tetap tirah baring jika terjadi
perdarahan aktif
5. Sediakan produk darah
dengan cara yang tepat
2. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri Persalinan berhubungan dialatasi serviks
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
3. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus yang
berlebihan
Pengaturan Posisi
1. Posisikan pasien untuk
mengurangi dyspnea
misalnya semifowler
2. Tinggikan kepala tempat
tidur
Daftar Pustaka
Moegni E,M, dkk (ed). 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Edisi 1. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Wiknjosostro. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi ke-5. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.