Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN NORMAL DAN BAYI BARU


LAHIR DI UPT PUSKESMAS NARMADA
TAHUN 2022

Untuk memenuhi persyaratan Stase Holistik Asuhan Persalinan Normal


dan Bayi Baru Lahir

Oleh:
NURRAHIMA SERANANI
NIM P07124222030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MATARAM
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Stase Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir
di UPT Puskesmas Narmada telah diperiksa dan disahkan pada tanggal ….
Oktober 2022.

Mataram, Oktober 2022

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(Hj. Hilwati, S.Keb.Bd) (Yunita Marliana, SSiT.M.Keb)


NIP.19709152001122003 NIP.197906062006042004

2
LAPORAN PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medias


1. Konsep Persalinan Normal
a. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan mencakup proses
fisiologi yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun janin (Jannah, 2017).
Menurut Sukarni dan Margareth (2016) persalinan adalah proses
membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin.
Persalinan adalah suatu proses yang fisiologis, dimana terjadi
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup di luar
kandungan dimulai dengan adanya kontraksi uterus, penipisan dan
pembukaan serviks, kelahiran bayi dan plasenta melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain (abdomen), dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri) (Luh Putu W., 2018).
b. Faktor-Faktor Penyebab Dimulainya Persalinan
1) Faktor Hormonal
Satu sampai dua minggu sebelum persalinan terjadi penurunan
hormone esterogen dan progresteron. Dimana progresteron bekerja
sebagai relaksasi otot polos. Sehingga aliran darah berkurang dan hal

3
ini menyebabkan atau merangasang pengeluaran prostaglandin
merangsang dilepaskannya oksitosin. Hal ini juga merangsang
kontraksi uterus. Faktor struktur uterus atau rahim membesar dan
menekan, menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga menganggu
sirkulasi otot plasenta yang berakibat degenerasi.
2) Faktor syaraf
Karena pembesaran janin dan masuknya janin ke panggul maka
akan menekan dan menggesek ganglion servikalis yang akan
merangsang timbulnya kontraksi uterus.
3) Faktor kekuatan plasenta
Plasenta yang mengalami degenerasi akan mengakibatkan
penurunan produk hormon progrestero dan esterogen.
4) Faktor nutrisi
Suplai nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan
dikeluarkan.
5) Faktor partus
6) Partus sengaja ditimbulkan oleh penolong dengan menggunakan
oksitosin, amniotomo gagang laminaria. (Prawirohardjo,1997)
7) Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan
terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di
dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun
sehingga timbul his.
8) Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
9) Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul
kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim,

4
maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-
otot rahim makin rentan.
10) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama
dari biasa.
11) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara
intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium
pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya
kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah
perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
c. Tanda Permulaan Persalinan
Tanda-tanda permulaan yang timbul dalam persalinan adalah:
1) Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)
terutama pada primi para.
2) Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.
3) Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian
bawah janin.
4) False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena
adanya kontraksi lemah dari uterus.
5) Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,
darah dari vagina (bloedy show). (Praworohardjo, 2015)
d. Tanda Dan Gejala Inpartu
Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih
hebat.
1) Keluar lendir dan darah lebih banyak.
2) Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

5
3) Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan
lengkap.(Praworohardjo, 2015).
e. Faktor Esensial Persalinan
1) Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri
dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar
janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka
jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
a) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
(1).Os. Coxae
(a) Os illium
(b) Os. Ischium
(c) Os. Pubis
(2).Os. Sacrum = promotorium
(3).Os. Coccygis
b) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
       Pintu Panggul
1) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet.
3) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus
pubis, disebut outlet.
4) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara
inlet dan outlet.
       Bidang-bidang (Hodge):
1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan
bagian atas symphisis dan promontorium.
2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir
bawah symphisis.

6
3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina
ischiadika kanan dan kiri.
4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os
coccygis
2) Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
a) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim
bekerja dengan baik dan    sempurna. Pada waktu kontraksi otot
– otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
b) Kontraksi otot-otot dinding perut
c) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
d) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum
rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
a) Kontraksi simetris
b) Fundus dominan
c) Relaksasi
d) Involuntir : terjadi di luar kehendak
e) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling).
f) Terasa sakit
g) Terkoordinasi
h) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan
psikis

7
Perubahan-perubahan akibat his:
a) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena
kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
b) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim.
Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
c) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter
kurang, maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin
melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang
harus diperhatikan dari his:
a) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau  persepuluh menit.
b) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas
dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan,
semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
c) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik.
d) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya
his datang tiap 2 sampe 3 menit.
f) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau
spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang
terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan

8
sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu
dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan
sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik
fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi Otot Rahim
a) Inertia Uteri
(1).His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang
normal yang    terbagi menjadi: Inertia uteri primer: apabila
sejak semula kekuatannya sudah lemah.
(2).Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi
pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan
mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga
memerlukan  konsultasi atau merujuk penderita ke rumah
sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak
terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri
dapat terjadi :
(1).Persalinan Presipitatus
(2).Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
(3).Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
(a) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan
dalam persalinan.
(b) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahan  inversion  uteri.
(c) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai
kematian janin  dalam Rahim.

9
c) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam
rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
(1). Faktor usia penderita elative tua
(2). Pimpinan persalinan
(3). Karena induksi persalinan dengan oksitosin
(4). Rasa takut dan cemas
3) Passanger
Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala
karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala
janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak
passangger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti
hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka
atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan
lintang atau letak sungsang.
4) Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya
rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka
seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula
dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi
hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
a) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b) Pengalaman bayi sebelumnya
c) Kebiasaan adat
d) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

10
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
a) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c) Medikasi persalinan
d) Nyeri persalinan dan kelahiran
5) Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada
ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
f. Fisiologi Persalian
1) Kala I
Menurut Jannah (2017) perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu
bersalin kala I sebagai berikut :
a) Perubahan Serviks
Kala I persalinan dimulai dari awal munculnya kontraksi
persalinan yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif
dan diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap. Kala I dibagi
menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten berlangsung mulai dari
pembukaan serviks 0 sampai berakhir di pembukaan serviks 3 cm.
Pada fase ini, kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan
intensitasnya dari setiap 10-20 menit, 15-20 detik, lalu
intensitasnya cukup tinggi menjadi 5-7 menit, hingga durasi 30-40
detik dengan intensitas yang kuat. Fase aktif dimulai dari
pembukaan serviks 4 cm yang diakhiri dengan pembukaan serviks
10 cm. Pada fase ini, kontraksi uterus menjadi efektif, ditandai
dengan peningkatan frekuensi, durasi, dan kekuatan kontraksi. Di
akhir fase aktif, kontraksi berlangsung 2-3 menit sekali selama 60
detik. Fase aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, dilatasi
maksimal, deselerasi. Fase akselerasi, pembukaan serviks dari 3

11
cm menjadi 4 cm. fase tersebut merupakan fase persiapan menuju
fase berikutnya. Fase dilatasi maksimal, fase yang ditandai dengan
peningkatan cepat dilatasi serviks, dari pembukaan 4 cm menjadi 9
cm selama 2 jam. Normalnya, pembukaan serviks pada fase
tersebut konstan, yaitu 3 cm per jam untuk multipara dan 1-2 cm
untuk primipara. Fase deselerasi, merupakan akhir fase aktif
dengan dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10
cm). Dilatasi serviks pada fase tersebut lambat rata – rata 1 cm per
jam, tetapi pada multipara lebih cepat.
b) Perubahan Kardiovaskular
Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus
dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal tersebut dapat
meningkatkan curah jantung 10-15%.
c) Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi (kenaikan
sistolik rata-rata 15 mmHg dan diatolik 5-10 mmHg). Tekanan
darah di antara kontraksi kembali normal seperti sebelum
persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas dapat juga meningkatkan
tekanan darah.
d) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan, metabolisme aerob maupun anaerob
terusmenerus meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas
otot. Peningkatan metabolisme tersebut ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, nadi pernafasan, curah jantung dan
kehilangan cairan.
e) Perubahan Suhu
Suhu tubuh dapat sedikit naik (0,5-10C) selama persalinan
dan segera turun setelah persalinan. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan metabolisme dalam tubuh.

12
f) Perubahan Nadi
Frekuensi nadi di antara dua kontraksi lebih meningkat
dibandingkan sesaat sebelum persalinan. Perubahan tersebut
disebabkan oleh metabolisme yang meningkat.
g) Perubahan Pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan pemakaian oksigen terlihat
dari peningkatan frekuensi pernafasan. Hiperventilasi dapat
menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia, dan
hipokapnea (CO2 menurun).
h) Perubahan Ginjal
Poliuri dapat terjadi selama persalinan. Hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan curah jantung selama persalinan dan
filtrasi glomerulus serta aliran plasma ginjal.
i) Perubahan Gastrointestinal
Pergerakan lambung dan absorbsi pada makanan padat
sangat berkurang saat persalian. Hal itu diperberat dengan
penurunan produksi asam lambung yang menyebabkan aktivitas
pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi
sangat lamban. Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut
dengan tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa terjadi sampai
akhir kala I.
j) Perubahan Hematologik
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 g/100 ml selama
persalinan dan akan kembali pada tingkat sebelum persalinan
sehari setelah pasca bersalin, kecuali ada perdarahan pasca partum.
2) Kala II
a) Kontraksi, dorongan otot-otot dinding Menurut Sumarah, kontraksi
uterus pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Sifat khas dari
kontraksi persalinan, yaitu : Rasa sakit di fundus merata keseluruh
uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.

13
Menurut Sari dan Rimandini (2014) penyebab rasa nyeri belum
diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab antara lain :
1) Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada miometrium.
2) Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus bagian bawah.
3) Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
4) Peregangan peritoneum sebagai organ yang menyelimuti
uterus.
b) Uterus Menurut Myles, otot rahim saling beranyaman sehingga
pembuluh darah dapat tertutup dengan kuat saat terjadi kontraksi.
Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
1) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi
akan teraba keras saat kontraksi.
2) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks, merupakan
daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan
pemendekan segmen bawah uterus.
3) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk
lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi
uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis
yang dinamakan cincin bandl.
c) Pergeseran organ dasar panggul Menurut Prawirohardjo, pada kala
satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin
memainkan peran penting untuk membuka bagian atas vagina.
Namun, setelah ketuban pecah, perubahanperubahan dasar panggul
seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang diberikan oleh bagian
terbawah janin. Perubahan yang paling nyata yaitu penipisan
bagian tengah perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan
terbentuk baji setebal 5 cm menjadi (kalau tidak diakukan
episiotomi) struktur membran tipis yang hampir transparan dengan
tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal, anus
menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2
sampai 3 cm dan disini dinding anterior rectum menonjol.

14
Sejumlah besar pembuluh darah yang memelihara vagina dan dasar
panggul menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak kalau
jaringan ini robek (Sari dan Rimandini, 2014).
d) Ekspulsi janin Setelah terjadinya rotasi luar, bahu depan berfungsi
sebagai hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian
setelah kedua bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan
belakang sampai lahir seluruhnya. Gerakan kelahiran bahu depan,
bahu belakang dan badan seluruhnya (Sari dan Rimandini, 2014).
3) Kala III
Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak
bayi lahir sampai plasenta lahir. Persalinan kala tiga dimulai setelah
lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban (Sari dan Rimandini, 2014). Pada kala III, otot uterus
(miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan
berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat
perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah
uterus atau ke dalam vagina. Setelah jalan lahir, uterus mengadakan
kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri,
tempat implantasi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari tempat
implantasinya (Sari dan Rimandini, 2014).
Tanda-tanda Pelepasan Plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi
dan plasenta terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau
seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui
vulva.

15
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di
bantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan
dalam plasenta melebihi kapasitas tampungannya maka darah
tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Penyebab
terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kotraksi uterus
(spontan atau dengan stimulus) setelah kala dua selesai. Berat
plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang
terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta
menentukan kecepatan pemisahan dan metode ekspulsi
plasenta.Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian
ibu atau bagian janin (Sari dan Rimandini, 2014).
4) Kala IV
Kala IV Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan
maternal terjadi pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan
dan kelahiran mereda dan ibu memasuki penyembuuhan pascapartum
dan bonding (ikatan). Pada saat ini bidan harus memfasilitasi fase
taking in dan memastikan kemampuan ibu berpartisipasi adalah
langkah-langkah vital dalam proses bonding. Pada periode ini bidan
harus mengkaji setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu,
sebagai tanda-tanda vital, uterus, serviks, vagina dan perineum (Sari
dan Rimandini, 2014). Menurut Sari dan Rimandini (2014) setelah
kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan ditengah-tengah abdomen
kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat antara simpisis pubis
dan umbilikus. Jika uterus ditemukan berada di atas umbilicus dan
bergeser, paling umum ke kanan, cenderung menandakan kandung
kemih penuh dan perlu dikosongkan. Perubahan fisiologi yang terjadi :
a) Tanda Vital
Tekanan darah, nadi, dan pernapasan, harus menjadi stabil
pada level pra-persalinan selama jam pertama pascapartus,

16
pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval ini
adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah
berlebihan. Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya
dibawah 38°C (Sari dan Rimandini, 2014).
b) Gemetar
Umum bagi wanita mengalami tremor selama kala empat
persalinan. Gemetar seperti itu dianggap normal jika tidak disertai
demam lebih dari 38°C atau tanda-tanda infeksi lain. Respon ini
dapat diakibatkan hilangnya ketegangan dan sejumlah energi saat
melahirkan. Respon fisiologis terhadap penurunan volume intra
abdomen dan pergeseran hematologic juga memainkan peranan
(Sari dan Rimandini, 2014).
c) Sistem Gatrointestinal
Mual dan muntah, jika ada selama persalinan, harus diatasi.
Banyak ibu yang melaporkan haus dan lapar segera setelah
melahirkan (Sari dan Rimandini, 2014).
d) Sistem Renal
Kandung kemih yang hipotonik disertai retensi urine dan
pembesaran umum terjadi. Tekanan dan kompresi pada kandung
kemih dan uretra selama persalinan adalah penyebabnya.
Mempertahankan kandung kemih harus tetap kosong guna
mencegah uterus berubah posisi dan atoni. Uterus yang
berkontraksi dengan buruk meningkatkan perdarahan dan
keparahan nyeri (Sari dan Rimandini, 2014).
e) Evaluasi Uterus
Tindakan pertama bidan setelah kelahiran plasenta adalah
mengevaluasi konsistensi uterus dan melakukan massase uterus
sesuai kebutuhan untuk memperkuat kontraksi. Perlunya
ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan
aliran lochia serta membantu massase uterus. Jika ibu bermaksud
menyusui dan menempatkan bayi pada dada dapat menstimulasi

17
kontraksi uterus dan meningkatkan tonus yang kuat. Kebanyakan
uterus yang sehat dapat berkontraksi dengan sendirinya. Uterus
yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh (Sari dan
Rimandini, 2014).
f) Pemeriksaan Serviks,
Vagina dan Perineum Untuk mengetahui apakah ada
tidaknya robekan jalan lahir periksa daerah perineum, vagina dan
vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh
kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak
terluka dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah,
bengkak dan mengalami lecet-lecet. Segera setelah kelahiran bayi,
serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat
pembedahan kalau diperlukan. Serviks, vagina dan perineum dapat
diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada
perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan. Setelah kelahiran
plasenta, perhatian atau arahan harus ditujukan pada setiap
perdarahan rahim yang mungkin berasal dari tempat implantasi
plasenta (Sari dan Rimandini, 2014). Menurut Sari dan Rimandini
(2014) laserasi dapat dikategorikan dalam:
(1).Derajat I : mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
(2).Derajat II : mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum.
(3).Derajat III : mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
sfingter ani.
(4).Derajat IV : mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan
sfingter ani yang meluas hingga ke rectum, rujuk segera.
Selama kala IV bidan harus meneruskan proses
penatalaksanaan kebidanan yang telah mereka lakukan selama
kala I, II, III untuk memastikan ibu tidak menemui masalah
apapun. mereka mengumpulkan data, menginterpretasikan
data, serta membuat rencana asuhan berdasarkan interpretasi

18
mereka atas data tersebut. Kemudian mengevaluasi rencana
asuhan dengan cara mengumpulkan data lebih banyak (Sari dan
Rimandini, 2014). Karena terjadi perubahan fisiologis, maka
pemantauan dan penanganan yang dilakukan oleh bidan adalah:
(1).Tanda Vital Pantau tanda vital ibu yang meliputi Tekanan
Darah (TD), Nadi (Pols) dan Respiration Rate (RR) selama
kala IV segera setelah plasenta lahir. Tanda tersebut
dievaluasi setiap 15 menit sampai keadaan ibu stabil seperti
sebelum melahirkan atau lebih sering jika terdapat indikasi.
Jika TD rendah atau <90/60 mmHg, sedangkan denyut
nadinya normal, maka tidak akan menjadi masalah. namun,
jika TD <90/60 mmHg dan nadinya >100 x/i, ini
mengidentifikasi adanya suatu masalah. bidan harus
mengumpulkan data lain untuk membuat diagnosis.
Mungkin ibu sedang mengalami demam atau terlalu banyak
mengeluarkan darah (Sari dan Rimandini, 2014).
(2).Suhu Pantau suhu ibu satu kali/jam.Suhu ibu dicek paling
sedikit satu kali selama kala IV. Jika suhu meningkat
pantau lebih sering. Suhu tubuh yang normal adalah
<38°C.Jika suhunya >38°C, bidan harus mengumpulkan
data-data lain untuk memungkinkan identifikasi masalah.
Suhu yang tinggi tersebut mungkin disebabkan oleh
dehidrasi (karena persalinan yang lama dan tidak cukup
minum) atau ada infeksi) (Sari dan Rimandini, 2014).
(3).Tonus otot dan tinggi fundus uterus Jika kontraksi tidak
baik maka uterus teraba lembek, tinggi fundus uterus
normal, sejajar pusat atau dibawah pusat. Jika uterus teraba
lembek, lakukan masase uterus, bila perlu berikan injeksi
oksitosin atau methergin. Lakukan masase uterus untuk
memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam 1

19
jam pertama, dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV
(Sari dan Rimandini, 2014).
(4).Perdarahan Perdarahan yang normal setelah kelahiran
selam 6 jam pertama mungkin hanya akan sebanyak satu
pembalut perempuan per jam, atau seperti darah haid yang
banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini, ibu
hendaknya diperiksa lebih sering dan penyebab-penyebab
perdarahan berat harus diidentifikasi (Sari dan Rimandini,
2014).
(5).Kandung Kemih Kandung kemih harus dievalusi dan
dikosongkan jika teraba penuh. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandung kemihnya setiap kali
diperlukan.Jika kandung kemih penuh dengan air seni,
uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik (Sari dan
Rimandini, 2014).

20
2. Konsep Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Pengertian BBL
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia
satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat
badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2018).
Asuhan Bayi Baru Lahir (BBL) adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran walaupun sebagian besar
proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut
merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka
penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan berhasil apabila
selama ibu dan bayi yang dilahirkannya juga dalam kondisi yang
optimal. (Buku Panduan Praktis Yankes Maternal dan Neonatal, 2014)
Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstrauterin (Saifuddin 2012). Neonatal adalah masa bayi selama 28
hari pertama setelah bayi lahir (usia 0-28 hari) (Pusdiknakes, 2013).
b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-
4000 gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis,
bergerak aktif, kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan
tidak ada cacat bawaan (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm,
lingkar dada 30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut
jantung 120-160 x/menit, pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak
terlihat dan rambut kepala tumbuh sempurna, kuku agak panjang dan
lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah terbentuk dengan baik
(rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada bayi laki-laki
testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan
mayora, mekonium sudah keluar dalam24 jam pertama berwarna

21
hitam kecoklatan (Dewi, 2017).
Menurut saifuddin, bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir
selama satu jam pertama kelahiran. Menurut M. Sholeh Kosim, bayi baru
lahir normal adalah berat bayi lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat (Marmi dan Rahardjo, 2015).
c. Fisiologi
Fisiologi Adaptasi menurut teori (Varney,2011) ialah dimulai saat
bayi dilahirkan dan sirkulasi fetoplasenta berhenti berfungsi, bayi
mengalami perubahan fisiologis yang besar sekali dan sangat cepat. Segera
setelah pola pernafasan bergeser dari satu inspirasi episodic dangkal
menjadi pola inhalasi lebih dalam dan teratur.
Neonatus mulai bernafas dan menangis segera setelah lahir yang
menunjukkan terbentuknya mekanisme pada thoraks sewaktu melalui jalan
lahir. Penurunan kadar oksigen dan kenaikan karbondioksida merangsang
kemoreseptor pada sinus karotis (stimulasi kimiawi) dan rangsangan
dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan
(stimulasi sensorik).
Dengan terpotongnya tali pusat bayi maka sirkulasi plasenta
terhenti. Aliran darah ke atrium kanan menurun sehingga tekanan jantung
menurun, tekanan darah di aorta hilang sehingga tekanan jantung kiri
meningkat. Paru-paru mengalami retensi dan aliran darah keparu-paru
meningkat yang menyebabkan tekanan ventrikel kiri meningkat. Hal
tersebut mengakibatkan duktus botalii tidak berfungsi dan foramen ovale
menutup.
Dalam 24 jam pertama neonatus akan mengeluarkan tinja yang berwarna
hijau kehitam-hitaman. Ini dinamakan mekonium. Frekuensi pengeluaran
tinja pada neonatus dipengaruhi oleh pemberian makanan atau minuman.
Enzim pada saluran pencernaan biasanya sudah ada pada neonatus kecuali
enzim amilase.

22
Neonatus memiliki luas permukaan tubuh yang luas sehingga metabolisme
perkilogram berat badannya besar. Pada jam-jam pertama, energi
didapatkan dari pembakaran karbohidrat dan pada hari kedua energi
berasal dari pembakaran lemak.
Apabila neonatus mengalami hipotermia, tubuhnya akan mengadakan
penyesuaian suhu terutama dengan cara pembakaran cadangan lemak
cokelat yang memberikan energi lebih banyak dari pada lemak biasa.
Hormon yang didapatkan dari ibu masih berfungsi, hal ini terlihat dari
adanya pembesaran kelenjar mammae, kadang-kadang adanya pengeluaran
darah dari vagina yang menyerupai darah haid.
Ginjal pada neonatus baru bisa memproses air yang didapat setelah 5 hari
kelahiran. Ginjal pada neonatus belum sepenuhnya berfungsi karena
jumlah nefronnya masih belum sebanyak orang dewasa dan tidak
seimbangnya antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal. Aliran darah ginjal pada neonatus relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
Bayi baru lahir cukup bulan yang sehat dan memiliki berat badan yang
sesuai berat badan rata-rata bayi pada usia gestasinya dapat diperkirakan
mengalami peningkatan berat badan sebesar satu ons perhari dalam 3
bulan pertamanya. Bayi yang disusui dapat meningkat berat badannya
sedikit kurang dari satu ons perhari. Selama 3-5 hari atau minggu pertama
kehidupan, bayi baru lahir kehilangan 5-10% berat badan lahirnya, Berat
harus dicapai kembali pada hari ke-10 kehidupan bayi.
d. Penilaian Klinik
Tujuannya adalah mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi
terhadap tindakan resusitasi. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan
sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk
berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut
jantung, sirkulasi dan refleks-refleks primitif seperti menghisap dan
mencari putting susu.
APGAR SCORE

23
No Aspek yang Nilai
Dinilai 0 1 2
1 Appearance Biru/pucat Badan merah, Seluruh badan
ekstremitas dan ekstremitas
biru merah
2 Pulse rate Tidak ada Tidak teratur Teratur
<100x/mnt >100x/mnt
3 Grimace Tidak ada Menyeringai Menangis kuat
4 Activity Lemas Fleksi sedikit Aktivitas kuat
5 Respiration Tidak Lemah Teratur
Bernafas
Tabel 2.1. Penilaian awal BBL menggunakan APGAR Score
(Manuaba IBG, 2012)
Catatan :
NA 1 menit lebih atau sama dengan 7 tidak perlu resusitasi
NA 1 menit 4-6 bayi mengalami asfiksia sedang – ringan
NA 1 menit 1-3 asfiksia berat
e. Penanganan BBL
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, ialah:
1) Membersihkan jalan napas
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
a) Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan
identifikasi adalah rutin segera dilakukan, kecuali bayi dalam
keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi khusus.

f. Penilaian Refleks BBL

24
Refleks Babinski : Menggores permukaan plantar kaki dengan benda
runcing, (+) bila ibu jari akan terangkat, jari lainnya
meregang.
Refleks rooting : Menyentuhkan sesuatu ke sudut mulut (+) bila bayi
menengok ke arah rangsangan dan berusaha
memasukannya ke dalam mulut.
Refleks suching : (+) bila bayi menghisap kuat.
Grasp reflex : Meletakkan sesuatu di telapak tangan bayi, (+) bila bayi
menggenggam benda yang diletakkan pada telapak
tangan.
Refleks morro : Mengejutkan bayi, (+) bila kaget disertai lengan
direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan
disertai gerakan lengan adduksi dan fleksi.

Refleks tonic : Menengokkan kepala bayi ke kiri/ke kanan, (+) bila


neck kepala ditengokkan ke kanan, (+) bila kepala
ditengokkan ke kiri, anggota gerak bagian kanan akan
melakukan ekstensi dan anggota gerak lainnya
melakukan fleksi.
Refleks plantar : Meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, (+) bila
grasp terjadi fleksi pada jari-jari kaki.
Refleks palmar : Meletakkan sesuatu pada telapak tangan bayi, (+) bila
grasp terjadi fleksi pada jari-jari tangan.

g. Pengukuran Antropometri
Pengukuran Antropometri menurut teori (PP IBI, 2012) diantaranya :
a) Berat badan normal adalah 2500-4000 gram, apabila berat badan kurang
dari 2500 gram disebut bayi prematur dan apabila berat badan lahir lebih
dari 4000 maka bayi disebut makrosomia.
b) Panjang badan normal adalah 47-52 cm.
c) Lingkar kepala normal adalah 33-35 cm.

25
d) Lingkar dada normal adalah 30-38 cm, apabila diameter kepala lebih
besar 3 cm dari lingkar dada maka bayi mengalami hidocephalus dan
apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada maka bayi
mengalami microsephalus.
e) Lingkar Lengan normal adalah 9-11 cm
H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik menurut teori (PP IBI, 2012) diantaranya :
1. Tanda-tanda vital
a. Laju napas normal 40-60 x/menit.
b. Laju jantung normal 120-160 x/menit.
c. Suhu normal 36,5-37,5 oC.
2. Kepala
a. Lingkar kepala oksipito-frontal harus selalu diukur dan dicatat
pada semua neonatus.
b. Deteksi apakah ada caput suksedanum (cairan efusion terletak di
atas periosteum dan terdiri dari cairan edema, melewati batas
sutura, tidak tampak jelas), atau sefalohematoma (cairan yang
berupa darah terletak di bawah periosteum dan tidak melewati
sutura, tampak jelas dan lembek jika diraba).
c. Sutura tulang tengkorak harus diperiksa untuk melihat apakah
sutura melebar atau tumpang tindih. Fontanella yang terbuka penuh
menunjukkan adanya kenaikan tekanan intrakranial (TIK) yang
bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, edema otak, atau
hidrosefalus.
d. Periksa adanya massa di garis tengah yang keluar dari tulang
kepala mungkin suatu omfalokel dan perlu pemeriksaan yang
lengkap.
e. Ubun-ubun yang cekung menandakan bayi dehidrasi dan terlalu
cembung disertai badan demam menandakan bayi terkena infeksi.

3. Mata

26
Adanya perdarahan subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak,
kesimetrisan kedua mata, keluarnya sekret mata, pergerakan kelopak
mata yang seimbang.
4. Telinga
a. Posisi, rotasi dan letak telinga harus dicatat. Letak telinga yang
lebih rendah harus cepat diperiksa dengan teliti kemungkinan
adanya tanda dismorfik lainnya.
b. Pada bayi sangat prematur, pinnanya pendek, datar, dan mudah
terlipat ke belakang.
c. Pada bayi matur, heliks luar dari pinna akan membentuk kurvatura
yang jelas.
d. Telinga harus diamati dengan teliti untuk memastikan tidak ada
kelainan pada kanalis auditoris eksterna.
5. Mulut
Pemeriksaan yang harus diperiksa meliputi lengkung palatum dan bibir
(labioskisis atau labiognatopalatoskisis), bentuk dan gerakan lidah,
adanya massa abnormal di daerah mulut dan faring membutuhkan
perhatian segera terhadap kemungkinan terjadi obstruksi jalan napas.
6. Leher
Apakah ada gumpalan atau pembengkakan pada leher, deteksi adanya
kemungkinan hematoma sternokleidomastoideus, duktus tiroglosus,
higroma koli.
7. Dada
a. Bentuk, pembesaran buah dada, adanya massa pada dinding dada.
b. Pernapasan
Napas yang bunyi (grunting) terjadi karena udara yang dikeluarkan
bayi mengenai glotis yang tertutup sebagian dan merupakan
petunjuk terjadinya proses-proses yang menyebabkan kolaps atau
atelektasis. Stridor terjadi karena berbagai sebab obstruksi jalan
nafas, akan tetapi pada bayi yang pernapasannya sangat lemah
mungkin tidak terdengar atau sulit didiagnosis.

27
1) Gerakan dinding dada yang asimetris pada pernapasan terjadi
pada beberapa lesi diafragma atau ruangan intra pleura
unilateral. Retraksi supra renal bisa terjadi pada distres
respirasi berat.
2) Mendengarkan suara jantung bayi dengan menggunakan
stetoskop, irama dan keteraturannya untuk mendeteksi kelainan
bunyi jantung, normalnya 120 – 160 kali/menit.
3) Pernapasan normalnya 40-60 kali/menit.
8. Abdomen
a. Inspeksi apakah ada pembesaran pada perut (membuncit yang
terjadi kemungkinan karena pembesaran hati, limfe, tumor, asites).
Pembesaran hati tampak dari pemebesaran 1-2 cm di bawah batas
kosta kanan. Sedang limpa biasanya tidak teraba.
b. Hernia diafragmatika dapat menyebabkan abdomen membentuk
skapoid akibat protrusi isi abdomen ke dalam rongga toraks. Usus
yang tampak di permukaan usus memberikan adanya obstruksi
usus, khususnya bila terjadi emesis bilius (muntah empedu) atau
aspirat lambung.
c. Periksa tali pusat, jangan sampai terjadi pedarahan dari tali pusat,
bernanah, ataupun berbau. Permukaan tali pusat juga perlu
diperhatikan, warna kemerahan disertai suhu meningkat
merupakan tanda infeksi tali pusat.
9. Alat kelamin
a. Perempuan, bila cukup bulan. Labia mayora lebih menonjol
dibandingkan labia minora dan umumnya menutupi labia minora.
Tonjolan mukosa vagina umumnya tejadi karena pengaruh
hormonal ibu terhadap janin. Pada bayi prematur, labia minoranya
lebih menonjol dan klitoris relatif mengalami protusi ke dalam
lipatan labia.
b. Laki-laki : harus diperiksa apakah ada hipospadia atau epispodia.
Penis yang terlalu kecil menunjukkan hipopituitarisme. Testis bayi

28
laki-laki cukup umur biasanya berada dalam kantong skrotum.
Penurunan skrotum yang tidak komplet dan testis pada kanalis
inguinalis dapat diketahui melalui palpasi.
c. Pastikan pula bahwa tidak ada kelainan, misalnya bayi wanita tidak
mengalami maskulinisasi, atau bayi yang memiliki alat kelamin
dua, jenis kelamin tidak dapat ditentukan sampai dilakukan
pemeriksaan yang lebih komplit lagi.
10. Punggung
Punggung harus diinspeksi dan kolumna vertebralis harus dipalpasi. Harus
dicatat keabnormalannya seperti: meningomielokel, skoliosis dan
defek kulit pada linea mediana. Deteksi pula adanya spina bifida,
pilonidal sinus atau dimple.
11. Ekstremitas
Inspeksi untuk memastikan apakah bentuk ekstremitas baik. Beberapa
abnormalitas struktur yang jelas atau pemendekan anggota gerak dapat
dievaluasi lebih lanjut dengan palpasi dan pemeriksaan radigrafi.
Abnormalitas jari-jari (pemendekan, lancip, sindaktili, polidaktili),
lipatan palmar, hipoplasi kuku merupakan petunjuk penting adanya
sindrom dismorfik.
12. Anus
Diperhatikan apakah ada lubang pada anus atau tidak, ini bisa kita tunggu
sampai bayi mengeluarkan mekonium dalam 24 jam (asuhan sayang
bayi). Pastikan tidak terjadi atresia ani dan obstruksi usus.
13. Kulit
a. Pada bayi prematur (usia kehamilan 23-28 minggu) dengan sedikit
lemak subkutan, kulit bayi akan transulen dan terlihat vena-vena
superfisial. Karena stratum korneum sangat tipis, kulit bayi
prematur mudah terluka oleh karena tindakan atau manipulasi yang
tampaknya tidak berbahaya sehingga menyebabkan kerusakan
stratum korneum dan permukaan kasar.

29
b. Saat usia kehamilan 35-36 minggu, bayi dilapisi verniks. Lapisan
verniks tipis muncul pada kehamilan matur dan biasanya
menghilang pada postmatur.
c. Bayi postmatur memiliki kulit seperti kertas dengan kerut-kerut
tajam pada badan dan ekstremitas. Pada bayi postmatur juga
terdapat kuku jari atau pengelupasan kulit pada distal ekstremitas.
d. Kulit bayi juga ditumbuhi oleh lanugo, yang banyak terdapat pada
punggung.
e. Perlu diinspeksi seluruh kulit untuk mencari adanya tanda lahir,
ataupun bercak-bercak pada kulit seperti milia (papula keputihan 1-
2 mm, umumnya ditemukan pada wajah bayi) dan bercak
mongol(suatu daerah hiperpigementasi yang tidak menonjol
(datar), lebih banyak terjadi di seluruh pantat atau badan;
umumnya terjadi pada bayi kulit hitam atau oriental.
i. Kebijakan Kunjungan BBL
Kebijakan Kunjungan Bayi Baru Lahir dan Program dan Kebijakan Teknis,
menurut (PWS KIA, 2014) yaitu :
1) Kunjungan Neonatal I : 6- 48 jam setelah persalinan
2) Kunjungan Neonatal II : hari ke 3-7 setelah persalinan
3) Kunjungan Neonatal III : hari ke 8-28 setelah persalinan
j. Penatalaksanaan BBL
1) Segera setelah bayi lahir, nilai pernafasannya. Letakkan bayi diatas
perut ibu.
2) Keringkan bayi dengan kain bersih dan kering. Periksa ulang
pernafasan bayi.
3) Klem tali pusat dengan 2 klem dan potong diantara kedua klem dan
pertahankan kebersihannya.
4) Pastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
5) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut
hangat.

30
6) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki bayi setiap
15 menit.
7) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya.
8) Berikan obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah
penyakit karena klamidia.
9) Hindari memandikan bayi dalam 24 jam pertama.
10) Lakukan perawatan tali pusat :
a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan tutupi dengan kain bersih yang longgar
b) Cuci tali pusat dengan sabun dan air bersih lalu keringkan sampai
betul-betul kering
11) Ajarkan tanda-tanda bahaya dan segera rujuk apabila ditemukan tanda
bahaya, seperti berikut:
a) Pernafasan sulit atau > 60x/mnt
b) Hipotermi atau hipertermia
c) Hisapan lemah dan atau muntah
d) Tali pusat merah, bengkak, bernanah dan atau berbau busuk
e) Tidak buang air kecil dalam 24 jam, tinja lembek, kering serta
terdapat lendir dan darah dalam tinja
f) Aktivitas lemah, lunglai, atau kejang
12) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayinya sehari-hari
a) Berikan ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam mulai hari kelima
b) Pertahankan bayi selalu dengan ibu
c) Jaga bayi selalu dalam keadaan bersih
d) Jaga tali pusat agar selalu bersih dan kering
e) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit
f) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi
(Prawirohardjo, 2014)

k. Profilaksis Perdarahan BBL


Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan

31
vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding bayi yang
lebih besar. Sementara itu pasokan vitamin K dari ASI rendah,
sedangkan pasokan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran
belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir cenderung
mengalami defisiensi vitamin K sehingga beresiko tinggi untuk
mengalami perdarahan intracranial.
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuscular di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah
perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat
dialami sebagian bayi baru lahir (APN, 2008).
l. Pemberian Imunisasi HB 0
Centre for Desease Control merekomendasikan agar semua bayi baru
lahir mendapatkan rangkaian imunisasi untuk Hepatitis B segera setelah
lahir. Sebagai alasannya adalah tindakan ini memberikan perlindungan
bagi bayi baru lahir yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis
B yang tidak terdiagnosis pada saat kelahiran, dengan pemajanan
selanjutnya pada bayi baru lahir. Vaksin tersebut efektif untuk
mencegah penularan perinatal bayi baru lahir.
Bayi-bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif harus mendapatkan
imunisasi Hepatitis B dan 0,5 ml Hepatitis B Immuno Globulin (HBIG)
dalam 12 jam setelah lahir. Dosis kedua dianjurkan pada usia 1-2 bulan.
Dosis terakhir dalam rangkaian vaksinasi tidak boleh diberikan sebelum
usia 6 bulan. Bayi-bayi ini harus di uji untuk HbsAg dan anti-HBs pada
usia 9-15 bulan.Bayi yang lahir dari ibu dengan status HbsAg tidak
diketahui harus menerima dosis pertama rangkaian Hepatitis B dalam
12 jam setelah lahir.

32
m. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini merupakan proses membiarkan bayi
mencari dan mnum ASI sendiri segera setelah lahir. Di luar negeri
sudah menyadari hal ini sejak 1987 namun di Idonesia baru menyadari
pada tahun 2006. Proses Inisiasi Menyusui Dini merupakan
prosesalami yang seharusnya dilakukan setelah seorang ibu melahirkan
bayinya. Ada beberapa hal yang akan terjadi selama proses ini adalah :
1) Sesaat setelah ari-ari dipotong, bayi langsung diletakkan didada ibu
tanpa membersihkan bayi kecuali tangannya, kulit bertemu kulit.
Suhu badan ibu yang baru melahirkan 1 derajat lebih tinggi.
Namun jika si bayi kedinginan, otomatis suhu badan ibu menjadi 2
derajat dan jika si bayi kepanasan, suhu badan ibu akan turun 1
derajat. Setelah diletakkan didada ibu, biasanya bayi akan diam
selama 20-30 menit, hal ini terjadi karena bayi sedang menetralisir
keadaannya setelah terauma melahirkan.
2) Bayi merasa lebih tenang, otomatis kaki bayi mulai bergerak-gerak
seperti hendak merangkak.Gerakan ini pun bukanlah gerakan tanpa
makna karena kaki bayi pasti akan menginjak-menginjak perut
ibunya diatas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan
perdarahan ibu. Lama dari proses ini tergantung dari bayi
3) Bayi mencium tangannya
Bau tangan bayi sama dengan bau air ketuban dan wilayah sekitar
putting ibu juga memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium
bau tangannya membantu mengarahkan kemana dia akan bergerak.
Ketika sudah mendekati puting ibu, bayi akaan menjilat-jilat dada
ibu. Jilatan ini berfungsi membersihkan dada ibu dari bakteri-
bakteri jahat dan begitu masuk ketubuh bayi akan di ubah menjadi
bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan ini juga
tergantung dari bayi karena hanya bayi yang tahu seberapa banyak
dia harus membersihkan dada ibu

33
4) Bayi meremas-remas putting susu ibu. Ini untuk merangsang ASI
segera berproduksi dan bisa keluar. Lamanya kegiatan ini juga
tergantung dari bayi.
5) Mulailah bayi menyusu
n. Penilaian Bayi Untuk Tanda-Tanda Kegawatdaruratan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit. Bayi baru lahir
dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau beberapa tanda-
tanda berikut:
1) Sesak napas
2) Frekuensi pernapasan 60 kali/menit
3) Gerak retraksi di dada
4) Malas minum
5) Panas atau suhu badan bayi rendah
6) Kurang aktif
7) Berat lahir rendah (1500-2500 gram) dengan kesulitan minum
o. Tanda-Tanda Bayi Sakit
Apabila terdapat salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
1) Sulit minum
2) Sianosis sentral (lidah biru)
3) Perut kembung
4) Kejang/periode kejang-kejang kecil
5) Merintih
6) Perdarahan
7) Sangat kuning
8) Berat badan lahir < 1500 gram

34
B. Konsep Manejement Asuhan Kebidanan
1. Asuhan Persalinan Normal
Mengenali Gejala Dan Tanda Kala Dua
a. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2) Ibu merasakan ada tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina
3) Perineum tampak menonjol
4) Vulva dan sfingter ani membuka
b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
1) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan menatalaksana segera pada ibu
dan bayi baru lahir. Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi,
siapkan :
a) Tempat datar, rata, bersih, kering, dan hangat
b) 3 handuk atau kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu
bayi)
c) Alat penghisap lendir
d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
2) Untuk ibu :
a) Menggelar kain diperut bawah ibu
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit
c) Alat suntik steril sekali pakai didalam partus set.
3) Persiapan Penolong
a) Pakai celemek plastic atau dari bahan yang tidak tembus cair
b) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,
cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadai yang bersih dan kering.
c) Memakai sarung tangan Steril pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam

35
3. Masukkan oksitosin ke dalam sabun suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan Streril dan steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
4. Memastikan Bukaan Lengkap Dan Keadaan Janin
5. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kassa atau
kapas yang sudah dibasahi air DTT
a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja ,
bersihkan dengan seksama dari arah depak ke belakang.
b) Buang kassa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% (Langkah ke 9).
Pakai sarung tangan steril untuk melaksanakan langkah lanjutan.
6. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
7. Jika selaput ketuban masih utuh pada saat bukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
8. Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai
sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan
dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin selama 10 menit).
Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
a) Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi)untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120-
160x/menit)
b) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
c) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
9. Menyiapkan Ibu Dan Keluarga Untuk Membantru Proses Meneran
10. Beritahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisiyang
nyaman dan sesuai keinginannya.

36
a) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada.
b) Jelaskan anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung
dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar.
11. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman
12. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu meneran atau timbul
kontraksi yang kuat:
a) Bimbing ibu agar bisa meneran secara benar dan efektif
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
g) Menilai DJJ setiap kontraksi selesai
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥120 menit (2 jam)
pada primi gravida atau ≥60 menit (1 jam) pada multi gravida
13. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman , jika ibu belur merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit
Persiapan Untuk Melahirkan Bayi
14. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi ) di perut bawah
ibu , jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu

37
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
18. Pakai sarung tangan steril pada kedua tangan
Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain
menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksidan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau
bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
Perhatikan!
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan melalui
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit secara kuat,klem tali pusat di dua tempat dan
potong tali pusat diantara dua klem tersebut.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan
Lahirnya bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparental.anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kea rah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya bahu dan tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran lengan atas , berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

38
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang
lain agar bertemu dengan jari telunjuk
Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjutkan ke langkah resusitasi
pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat panutan belajar resusitasi
bayi asfiksia). Bila semua jawaban “YA” maka lanjutkan ke 26
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali kedua telapak tangan)tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk /kain yang kering, pastikan bayi dalam
posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Pastikan kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gameli)
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
dengan baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit(intramuscular) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
30. Setelah 2 menit sejak (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari
tengah lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusar bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini
pada posisinya, gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan lain untuk
mendorongisi tali pusat kea rah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusar
pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.

39
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
Penundaan penjepitan dan pemotongan tali pusat memiliki definisi
menunda sampai beberapa waktu untuk dilakukannya penjepitan dan
pemotongan talipusat atau mencegah dilakukannya penjepitan tali pusat secara
dini. Untuk lama waktu penundaan, World Health Organization (WHO) pun
memberikan rekomendasi. WHO menyatakan waktu yang optimal untuk
penjepitan dan pemotongan tali pusat pada semua bayi tanpa memandang usia
kehamilan atau berat badan janin adalah ketika sirkulasi atau denyutan di tali
pusat telah berhenti dan tali pusat terlihat mendatar yaitu dengan kisaran waktu
3 menit setelah bayi lahir (Riksani, 2012).
Semenjak tahun 2012, WHO merekomendasikan penundaan penjepitan
serta pemotongan tali pusat paling tidak 1 sampai 3 menit pasca persalinan dan
ini berlaku untuk seluruh bayi baru lahir tanpa memandang umur kehamilan
ataupun berat badan bayi serta tidak direkomendasikan melakukan penjepitan
dan pemotongan tali pusat kurang dari 1 menit kecuali bila terjadi asfiksia dan
membutuhkan tindakan segera.
Bayi baru lahir atau neonatus akan terpisah dari plasenta lewat penjepitan
dan pemotongan tali pusat. Penjepitan dan pemotongan talipusat merupakan
salah satu kegiatan dari manajemen aktif kala III pada Asuhan Persalinan
Normal (APN). Pada APN penjepitan dan pemotongan tali pusat dilakukan
sekitar 2-3 menit setelah bayi dilahirkan. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap
bayi yang dilahirkan diberikan pelayanan asuhan delayed cord clamping
(JNPK-KR, 2017).
Adapun Langkah-langkad dalam pemotongan tali pusat sebagai berikut:
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem
tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang Steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan legi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul
kunci pada sisi lainnya
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan dada bayi sehingga bayi menempel di dada ibunya. Usahakan

40
kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
putting susu atau areola mamae ibu.
a) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi
b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit ibu paling sedikit 1 jam
c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30 menit – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit .bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
d) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
Manejemen Aktif Kala Tiga Persalinan (MAK III)
33. Pindahkan klem tali pusat hinga berjarak5-10 cm dari vulva
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis) untuk mendeteksi kontraksi .tangan yang lain memegang
klem untuk meneganggakan tali pusat.
35. Selain uterus berkontraksi, tegangan tali pusat kearah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus kea rah bawah-atas (dorsal-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah insersio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga tilbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur di atas.
a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal
maka lanjutkan dorongan kea rah kranial hingga pladenta dapat
dilahirkan.
a) Ibu boleh meneran tapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi)

41
sesuai dengan sumbu jalan lahir (kea rah bawah-sejajar lantai-
atas)
b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit secara IM
2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi tekanan dorsal-kranial dan penegangan tali pusat
selama 15 menit berikutnya
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta
manual
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan pada wadah yang telah
disediakan
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput
yang tertinggal
Rangsangan taktil
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan massase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
a) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal,
kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus

42
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelahrangsangan taktil/
massase.
Menilai Perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastic
atau tempat khusus
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.lakukan
penjahitan bila terjadi lasetasi yang luas dan menimbulkan
pedarahan.
Bila ada perdarahan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera
lakukan penjahitan
Asuhan Pascapersalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan
secara terbalik dan rendam sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering.
Evaluasi
43. Pastikan kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilai kontraksi
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernapas dengan baik (40-
60x/menit)
a) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi diresusitasi dan
segera rujuk ke rumah sakit

43
b) Jika bayi bernapas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke
rumah sakit rujukan
c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu
selimut
Kebersihan dan keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dn cairan tubuh dengan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lender dan darah di ranjang atau disekitar
ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyama. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberikan minum dan makan yang diinginkan.
52. Dekontaminasi ruang bersalin dengan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam kedalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit
54. Cuci kedua tangan menggunakan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
55. Pakai sarung tangan bersih untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata frofilaksis infeksi,
vitamin K, 1 mg IM di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir, pernapasan (normal 40-60x/menit) dan temperature
tubuh (normal 36,5-37,5 ◦C) setiap 15 menit.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K, berikan suntikan imunisasi
hepatitis B di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusui.

44
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV persalian.
8. Dukungan Dalam Proses Persalinan
Dukungan selama persalinan meliputi :
a. Lingkungan
Suasana yang rileks dan bernuansa rumah akan sangat membantu ibu
dan pasangannya untuk cepat merasa nyaman, namun sikap para staf
sangatlah penting dibanding dengan kondisi fisik ruangan.
b. Teman yang mendukung
Seorang teman yang mendukung merupakan sumber kekuatan yang
besar dan memberikan kesinambungan dukungan dimana teman yang
mendukung tersebut tidak bisa digantikan oleh siapapun. Bidan yang
berarti “bersama wanita”, ia harus berusaha untuk menjadi teman yang
mendukung, bekerja dengan wanita tersebut dan keluarga.
c. Mobilitas
Diusahakan ibu didorong untuk tetap tegar dan bergerak, persalinan
akan berjalan lebih cepat dan ibu akan merasa dapat menguasai
keadaan, terutama jika ibu didorong untuk berusaha berjalan bila
memungkinkan dan berusaha merubah posisi tidur (miring ke kiri,
jongkok, dan merangkak).
d. Memberi informasi
Ibu dan keluarga harus diberi informasi selengkapnya tentang
kemajuan persalinan dan semua perkembangannya selama proses
persalinan. Setiap tindakan atau intervensi yang akan dilakukan harus
diantisipasi dan dijelaskan. Ibu harus dilibatkan dalam pengambilan
keputusan klinis.
e. Teknik relaksasi

45
Diharapkan ibu pernah mendapat penyuluhan tentang teknik relaksasi
pada saat ANC, bila ibu belum pernah maka harus diajarkan dulu
teknik relaksasi, penyuluhan itu diberikan pada saat ANC harus sama
dengan penyuluhan saat inpartu agar ibu tidak bingung.
f. Percakapan
Seorang ibu dalam masa inpartu membutuhkan waktu untuk bercakap-
cakap dan ada waktunya untuk diam. Bagi ibu yang sedang dalam
proses persalinan benar, maka kesunyian yang bersikap akrab dan
simpatik sudah pasti disukainya. Pada tahap ini ibu akan merasa lelah,
setiap kontraksi akan memerlukan konsentrasi penuh dan semua
cadangan emosional dan fisik dikerahkannya, ibu mungkin akan
menutup semua pembicaraan yang tidak perlu dan berkonsentrasi
terhadap kemajuan persalinan.
g. Dorongan semangat
Sebagian besar ibu akan mencapai tahap dimana mereka merasa tidak
bisa melanjutkan lagi dan putus asa. Bidan harus berusaha untuk
memberi dorongan semangat kepada ibu selama proses persalinan.
Dengan beberapa kata yang diucapkan secara lembut setelah kontraksi
atau beberapa pujian Non-Verbal pada saat terjadi kontraksi akan
sangat memberi semangat/dorongan ibu.

46
47
Lembar Partograf Bagian Lembar I & II
Sumber: Pusdeknakes, WHO, JNPK-JR., 2017

48
DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:
USAID
Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification
(NIC). United States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United
States of America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Setiono, Wiwing. (2014). Laporan pendahuluan persalinan normal.
Dimuatdalam ttp://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-
pendahuluan-persalinan-normal.html#.U_h8ZMWSw0o (Diakses
tanggal 24 Agustus 2014).
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima
pustaka Sarwana Prawirohardjo

49

Anda mungkin juga menyukai