Oleh :
Raisa Melina, S.Kep
NIM. 2030913720011
NIM : 2030913720011
Mengetahui,
DAFTAR ISI...........................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14
LAMPIRAN..........................................................................................................................15
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insiden keselamatan pasien di dunia umumnya disebabkan karena permasalahan
komunikasi. Menurut Karen 2007 terdapat sebesar 67% dari 2.900 sentinel events di
Amerika Serikat pada 1995-2005 disebabkan oleh miskomunikasi. Dari 2004 hingga
2005, 25-41% dari kejadian sentinel di Australia disebabkan oleh kegagalan
komunikasi (Dewi dan Reva 2019). Bentuk komunikasi antar petugas kesehatan dapat
berupa timbang terima, dimana timbang terima ini berkaitan dengan upaya menjaga
mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang berhubungan dengan
keselamatan pasien. Dalam pelaksanaan timbang terima terdapat beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi timbang terima adalah keterampilan komunikasi, strategi/
standar timbang terima, penggunaan teknologi, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan
staf serta kepemimpinan. Miskomunikasi antar petugas kesehatan dapat diatasi melalui
komunikasi yang efektif seperti komunikasi efektif berbasis SBAR. Komunikasi
efektif berbasis SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
berkomunikasi antar petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Timbang
terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
(Dewi dan Reva 2019).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan mahasiswa serta
pengenalan terhadap timbang terima dengan komunikasi efektif SBAR.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Timbang Terima
Menurut Ovari (2015) timbang terima merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Menurut (Rushton 2010; Ovari, 2015) timbang terima pasien adalah salah satu
bentuk komunikasi perawat yang merupakan bagian dari aktivitas manajemen
keperawatan (Dewi dan Reva 2019).
Menurut Nursalam tahun 2012 dalam Usnul AF 2017 tujuan dari timbang
terima adalah :
5
Beberapa bentuk dari timbang terima menurut Hidayatturahman dalam Usnul
AF 2017 adalah sebagai berikut.
a. On Call Responsibility yang merupakan bentuk timbang terima dalam bentuk
pertanggungjawaban atas informasi melalui telepon/informasi lisan.
b. Critical Report yaitu bentuk pencatatan atas informasi hasil pemeriksaan penunjang
seperti catatan laboratorium.
c. Hospital to community handover yaitu bentuk timbang terima dari fasilitas
kesehatan Rumah Sakit ke rumah/fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
Perpindahan pasien pada tingkat perawatan merupakan suatu bentuk timbang terima
yang ditujukan pada perpindahan pasien dari perawatan kritikal ke perawatan
medical.
d. Nursing shift merupakan bentuk timbang terima yang berhubungan dengan
pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi ke
dinas sore.
e. Other trantition in care yang merupakan perpindahan dalam kegiatan pelayanan
yang bersifat sementara seperti ke pemeriksaan radiologi, fisioterapi atau ruang
operasi.
6
Mekanisme dalam Timbang Terima Adapun prosedur pelaksanaan timbang terima
adalah sebagi berikut (Fidda Tazkiya, 2014) :
a. Pra Timbang Terima (Di Ruang Perawat)
1) Kedua kelompok dinas sudah siap.
2) Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah
dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan
siap untuk ditimbang terimakan.
3) Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP dan
PA) yang berdinas berikutnya.
b. Timbang Terima (Di Ruang Perawat)
1) Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.
2) PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :
Identitas pasien dan diagnosa medis.
Masalah keperawatan yang muncul.
Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
Tindakan keperawatan yang belum dilakukan.
Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, konsultasi atau prosedur tidak rutin).
3) PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.
c. Timbang terima (Di Ruang Pasien)
1) PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima
melakukan klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan.
2) Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
3) Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.
d. Paska timbang terima (Di Ruang Perawat)
1) Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu atau
penanggung jawab).
7
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan
ruangan (CPPT).
3) Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4) Acara timbang terima ditutup oleh Karu atau penanggung jawab.
8
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya (Lailyati AN
2013) :
1. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
2. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
3. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan
untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.
9
untuk melaporkan kondisi pasien pada timbang terima keperawatan dalam situasi kritis
. Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang
rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain.
Komunikasi SBAR didefinisikan sebagai alat komunikasi yang dikembangkan sebagai
hasil dari penelitian yang mengidentifikasi perlunya meningkatkan komunikasi antara
dokter dan perawat . Komunikasi SBAR merupakan upaya menetapkan pemikiran
kritis terkait dengan mendefinisikan masalah pasien dengan merumuskan solusi
sebelum dokter menghubungi, sehingga penerima tahu bahwa percakapan akan
mencakup penilaian dan rekomendadi untuk perawatan yang relevan dengan status
pasien saat ini. Komunikasi SBAR merupakan kerangka kerja untuk mengatur
informasi dalam persiapan untuk berkomunikasi antara perawat dan dokter, perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya dalam menyampaikan kondisi
pasien yang terkini baik yang kritis maupun tidak. Kerangka komunikasi SBAR
memuat informasi pasien tentang Situation, Background, Assessment dan
Recommendation. Komunikasi SBAR adalah cara sederhana yang secara efektif telah
mengembangkan komunikasi dalam setting lain dan efektif pula digunakan pada
pelayanan kesehatan (Celly DF 2017).
SBAR merupakan singkatan dari situation, background, assesment,
recommendation, yaitu suatu teknik atau cara yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi komunikasi yang efektif, cepat dan tepat. Komunikasi ini semakin
populer di bidang pelayanan kesehatan, khususnya di antara para profesional.
Misalnya, antar profesi kedokteran, keperawatan, konsul lisan atau melaporkan kondisi
kritis pada pasien. Penggunaan format SBAR akan membantu perawat fokus terhadap
aspek penting yang akan diinformasikan kepada teman sejawat selama proses timbang
terima sehingga timbang terima menjadi lebih efektif dan efisien (Sena WP 2020).
Situation adalah kondisi terkini yang terjadi pada pasien. Situation berisi
mengenai data pasien yang meliputi nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk, hari
perawatan, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab, nama
ruangan, gelang identitas, alasan masuk rumah sakit, diagnosa medis, masalah
keperawatan dan keluhan utama pasien (Sena WP 2020).
10
Background menjelaskan kondisi pasien secara lengkap. Perawat akan
menyebutkan riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil
laboratorium, hasil rontgent, pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah
dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan perawatan dan pengobatan (Sena WP
2020).
Assessment merupakan pengkajian kondisi pasien terkini. Informasi tersebut
meliputi tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nafas), tingkat kesadaran,
nyeri yang dirasakan, status nutrisi (berat badan, tinggi badan, index massa tubuh),
kemampuan buang air besar dan air kecil, keberadaan luka di tubuh (khususnya luka
dekubitus) dan informasi klinis lain yang mendukung (Sena WP 2020).
Recommendation menginformasikan tindakan keperawatan yang seharusnya
berdasarakan data situation, background, dan assessment meliputi rencana tindakan
yang akan dilakukan, rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat tawarkan kepada
dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien, dan
waktu yang diharapkan perawat saat tindakan itu terjadi (Sena WP 2020).
Instrumen timbang terima dengan metode SBAR ini meningkatkan kemampuan
perawat dalam mengidientifikasi keluhan dan kodisi pasien dengan cepat dan
sistematis sehingga segera diberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut
dalam bentuk pemberian perawatan dan pengobatan yang tepat berdasar keluhan
pasien. Selain itu, mempermudah penyampaian informasi antar perawat dan tim
kesehatan lain yang juga merawat pasien, seperti dokter, farmasi, dan ahli gizi.
Penggunaan instrumen yang tepat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dna
berdampak pada kepuasan pasien selama dirawat di rumah sakit (Sena WP 2020).
11
BAB III MANAJEMEN KEPERAWATAN DI ERA AKREDITASI RUMAH SAKIT
12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penerapan pelayanan sesuai Standar Akreditasi Nasional Rumah Sakit
(SNARS), salah satunya yang bertujuan pada keselamatan pasien terdapat beberapa
standar yang perlu diimplementasikan yaitu komunikasi efektif. Komunikasi efektif
merupakan unsur yang penting dalam sasaran keselamatan pasien untuk menghindari
risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan pasien dan meningkatkan
kesinambungan perawat dan pengobatan melalui komunikasi efektif perawat dengan
tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan komunikasi efektif dapat dilakukan adalah timbang
terima menggunakan komunikasi Situation, Background, Assesment dan
Recommendation (SBAR).
B. Saran
1) Untuk Mahasiswa
Mahasiwa dapat mempelajari dan memahami timbang terima dan komunikasi
efektif SBAR agar dapat menambah pengetahuan dan dapat diimplementasikan di
lapangan (tempat bekerja) nantinya.
2) Untuk Rumah Sakit
Meningkatkan pelaksanaan komunikasi efektif SBAR saat timbang terima untuk
mewujudkan sasaran keselamatan pasien sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional
Rumah Sakit (SNARS).
13
DAFTAR PUSTAKA
Lailiyyati, AN. 2013. Studi Desktiptif Pelaksanaan Timbang Terima di Unit Rawat Inap
RST Bhakti Wira Tamtama Semarang. SKRIPSI. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadyah : Semarang.
Purwanza SW, 2020. Nurses Shift Handover Instrument Development Evaluation Using
SBAR Effective Communication Method. International Journal of Psychosocial
Rehabilitation Vol. 24 Issue 09
Tazkiya, Fidda. 2014. Analisis Persiapan Timbang Terima Perawat Pelaksana di RSUD
Haji Makassar. SKRIPSI. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
14
15