Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

TIMBANG TERIMA DAN KOMUNIKASI EFEKTIF SBAR


STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN

Tanggal November 2020

Oleh :
Raisa Melina, S.Kep
NIM. 2030913720011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2020
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Raisa Melina, S.Kep

NIM : 2030913720011

JUDUL LP : Timbang Terima dan Komunikasi Efektif SBAR

Banjarmasin, November 2020

Mengetahui,

Kepala Stase Manajemen Keperawatan Perseptor

Herry Setiawan, Ns., M.Kep Herry Setiawan, Ns., M.Kep


NIP. NIP.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................5

BAB III MANAJEMEN KEPERAWATAN DI ERA AKREDITASI RUMAH SAKIT....12

BAB IV PENUTUP..............................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................................13

B. Saran...........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

LAMPIRAN..........................................................................................................................15

3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insiden keselamatan pasien di dunia umumnya disebabkan karena permasalahan
komunikasi. Menurut Karen 2007 terdapat sebesar 67% dari 2.900 sentinel events di
Amerika Serikat pada 1995-2005 disebabkan oleh miskomunikasi. Dari 2004 hingga
2005, 25-41% dari kejadian sentinel di Australia disebabkan oleh kegagalan
komunikasi (Dewi dan Reva 2019). Bentuk komunikasi antar petugas kesehatan dapat
berupa timbang terima, dimana timbang terima ini berkaitan dengan upaya menjaga
mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang berhubungan dengan
keselamatan pasien. Dalam pelaksanaan timbang terima terdapat beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhi timbang terima adalah keterampilan komunikasi, strategi/
standar timbang terima, penggunaan teknologi, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan
staf serta kepemimpinan. Miskomunikasi antar petugas kesehatan dapat diatasi melalui
komunikasi yang efektif seperti komunikasi efektif berbasis SBAR. Komunikasi
efektif berbasis SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
berkomunikasi antar petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien. Timbang
terima klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
(Dewi dan Reva 2019).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan mahasiswa serta
pengenalan terhadap timbang terima dengan komunikasi efektif SBAR.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Timbang Terima

Menurut Ovari (2015) timbang terima merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan
klien. Menurut (Rushton 2010; Ovari, 2015) timbang terima pasien adalah salah satu
bentuk komunikasi perawat yang merupakan bagian dari aktivitas manajemen
keperawatan (Dewi dan Reva 2019).

Tujuan timbang terima adalah menyediakan informasi yang akurat tentang


rencana perawatan pasien, tindakan keperawatan yang telah dilakukan, terapi yang
telah diberikan kepada pasien, kondisi terbaru, perubahan yang akan terjadi dan
antisipasinya serta tindak lanjut rencana keperawatan yang akan dilaksanakan oleh
perawat shift jaga selanjutnya. Proses penyampaian informasi kondisi pasien antar shif
jaga perawat sangat penting dan harus berkesinambungan, sehingga perawat
membutuhkan instrumen yang khusus yang dapat memfasilitasi proses penyampaian
informasi yang efektif dan efisien (Sena WP 2020).

Menurut Nursalam tahun 2012 dalam Usnul AF 2017 tujuan dari timbang
terima adalah :

a. Mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.


b. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data focus).
c. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan kepada
pasien.
d. Menyampaikan hal yang penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas
berikutnya.
e. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

5
Beberapa bentuk dari timbang terima menurut Hidayatturahman dalam Usnul
AF 2017 adalah sebagai berikut.
a. On Call Responsibility yang merupakan bentuk timbang terima dalam bentuk
pertanggungjawaban atas informasi melalui telepon/informasi lisan.
b. Critical Report yaitu bentuk pencatatan atas informasi hasil pemeriksaan penunjang
seperti catatan laboratorium.
c. Hospital to community handover yaitu bentuk timbang terima dari fasilitas
kesehatan Rumah Sakit ke rumah/fasilitas pelayanan kesehatan di masyarakat.
Perpindahan pasien pada tingkat perawatan merupakan suatu bentuk timbang terima
yang ditujukan pada perpindahan pasien dari perawatan kritikal ke perawatan
medical.
d. Nursing shift merupakan bentuk timbang terima yang berhubungan dengan
pergantian shift dalam pelayanan keperawatan seperti pergantian dari dinas pagi ke
dinas sore.
e. Other trantition in care yang merupakan perpindahan dalam kegiatan pelayanan
yang bersifat sementara seperti ke pemeriksaan radiologi, fisioterapi atau ruang
operasi.

Menurut Nursalam dalam langkah-langkah dalam timbang terima yaitu :

a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.


b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi: kondisi atau keadaan pasien secara umum, tindak lanjut untuk dinas yang
menerima operan, rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan.
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-
buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung melihat
keadaan pasien.

6
Mekanisme dalam Timbang Terima Adapun prosedur pelaksanaan timbang terima
adalah sebagi berikut (Fidda Tazkiya, 2014) :
a. Pra Timbang Terima (Di Ruang Perawat)
1) Kedua kelompok dinas sudah siap.
2) Masalah keperawatan dan intervensi keperawatan semua pasien telah
dilaksanakan dan didokumentasikan oleh perawat pada dinas sebelumnya dan
siap untuk ditimbang terimakan.
3) Hal-hal yang khusus dicatat, untuk diserahterimakan kepada perawat (PP dan
PA) yang berdinas berikutnya.
b. Timbang Terima (Di Ruang Perawat)
1) Karu atau penanggung jawab membuka acara timbang terima.
2) PP (Perawat Primer) menyampaikan timbang terima :
 Identitas pasien dan diagnosa medis.
 Masalah keperawatan yang muncul.
 Tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.
 Tindakan keperawatan yang belum dilakukan.
 Rencana dan persiapan yang perlu dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan
penunjang, konsultasi atau prosedur tidak rutin).
3) PP penerima timbang terima melakukan klarifikasi.
c. Timbang terima (Di Ruang Pasien)
1) PP (Perawat Primer) dan PA (Perawat Asosiat) penerima timbang terima
melakukan klarifikasi, tanya jawab atau melakukan validasi terhadap hal-hal
yang telah ditimbang terimakan.
2) Sedapatnya mengupayakan penyampaian yang jelas, singkat dan padat.
3) Lamanya timbang terima tiap pasien tidak lebih dari 5 menit, kecuali dalam
kondisi khusus dan memerlukan keterangan yang lebih rinci.
d. Paska timbang terima (Di Ruang Perawat)
1) Diskusi untuk membahas permasalahan bila ada (dipimpin Karu atau
penanggung jawab).

7
2) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada format laporan
ruangan (CPPT).
3) Penandatanganan oleh Karu dan PP masing-masing kelompok dinas.
4) Acara timbang terima ditutup oleh Karu atau penanggung jawab.

Metode dalam Timbang Terima (Lailiyati AN 2013) :

a. Timbang terima dengan metode tradisional Berdasarkan penelitian yang dilakukan


oleh Kassesan dan Jagoo (2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang
masih tradisional adalah:
 Dilakukan hanya di meja perawat.
 Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan munculnya
pertanyaan atau diskusi.
 Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara umum.
 Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga proses
informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak up to date.
b. Timbang terima dengan metode bedside handover Menurut Kassean dan Jagoo
(2005) handover yang dilakukan sekarang sudah menggunakan model bedside
handover yaitu handover yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan
melibatkan pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya pada
handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
 Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait kondisi
penyakitnya secara up to date.
 Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan perawat.
 Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi pasien secara
khusus. Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit
atau persepsi medis yang lain.

8
Timbang terima memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya (Lailyati AN
2013) :
1. Menggunakan Tape recorder
Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali
saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way
communication.
2. Menggunakan komunikasi Oral atau spoken
Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
3. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain. Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan
untuk dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode untuk
dikombinasi.

2. Komunikasi Efektif SBAR

Menurut Supinganto dalam Miming dan Novi 2020, komunikasi efektif


merupakan unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena komunikasi adalah
penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety). Komunikasi yang
efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh penerima
mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Maka dalam komunikasi
efektif harus dibangun aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik bahasa
dan informasi, alur yang sistematis, dan budaya. Komunikasi yang tidak efektif akan
menimbulkan risiko kesalah dalam pemberian asuhan keperawatan.

. Komunikasi SBAR merupakan kerangka teknik komunikasi yang disediakan


dalam menyampaikan kondisi pasien kepada rekan kerja atau perawat lainnya dan
mrupakan model komunikasi khusus yang membentu mengefektifkan komunikasi
antara perawat dan dokter. Menurut Institute for Healthcare Improvement (IHI) teknik
komunikasi SBAR adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyelesaikan
project dengan lebih mudah dan menciptakan framework, teknik tersebut digunakan

9
untuk melaporkan kondisi pasien pada timbang terima keperawatan dalam situasi kritis
. Komunikasi SBAR dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang
rawat maupun melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain.
Komunikasi SBAR didefinisikan sebagai alat komunikasi yang dikembangkan sebagai
hasil dari penelitian yang mengidentifikasi perlunya meningkatkan komunikasi antara
dokter dan perawat . Komunikasi SBAR merupakan upaya menetapkan pemikiran
kritis terkait dengan mendefinisikan masalah pasien dengan merumuskan solusi
sebelum dokter menghubungi, sehingga penerima tahu bahwa percakapan akan
mencakup penilaian dan rekomendadi untuk perawatan yang relevan dengan status
pasien saat ini. Komunikasi SBAR merupakan kerangka kerja untuk mengatur
informasi dalam persiapan untuk berkomunikasi antara perawat dan dokter, perawat
dengan perawat, perawat dengan tim kesehatan lainnya dalam menyampaikan kondisi
pasien yang terkini baik yang kritis maupun tidak. Kerangka komunikasi SBAR
memuat informasi pasien tentang Situation, Background, Assessment dan
Recommendation. Komunikasi SBAR adalah cara sederhana yang secara efektif telah
mengembangkan komunikasi dalam setting lain dan efektif pula digunakan pada
pelayanan kesehatan (Celly DF 2017).
SBAR merupakan singkatan dari situation, background, assesment,
recommendation,  yaitu suatu teknik atau cara yang dapat digunakan untuk
memfasilitasi komunikasi yang efektif, cepat dan tepat. Komunikasi ini semakin
populer di bidang pelayanan kesehatan, khususnya di antara para profesional.
Misalnya, antar profesi kedokteran, keperawatan, konsul lisan atau melaporkan kondisi
kritis pada pasien. Penggunaan format SBAR akan membantu perawat fokus terhadap
aspek penting yang akan diinformasikan kepada teman sejawat selama proses timbang
terima sehingga timbang terima menjadi lebih efektif dan efisien (Sena WP 2020).
Situation  adalah kondisi terkini yang terjadi pada pasien. Situation berisi
mengenai data pasien yang meliputi nama pasien, tanggal lahir, tanggal masuk, hari
perawatan, dokter yang bertanggung jawab, perawat yang bertanggung jawab, nama
ruangan, gelang identitas, alasan masuk rumah sakit, diagnosa medis, masalah
keperawatan dan keluhan utama pasien (Sena WP 2020).

10
Background menjelaskan kondisi pasien secara lengkap. Perawat akan
menyebutkan riwayat penyakit dan pengobatan sebelumnya, riwayat alergi, hasil
laboratorium, hasil rontgent, pengobatan dan intervensi keperawatan yang telah
dilakukan dan respon pasien terhadap tindakan perawatan dan pengobatan (Sena WP
2020).
Assessment merupakan pengkajian kondisi pasien terkini. Informasi tersebut
meliputi tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, frekuensi nafas), tingkat kesadaran,
nyeri yang dirasakan, status nutrisi (berat badan, tinggi badan, index massa tubuh),
kemampuan buang air besar dan air kecil, keberadaan luka di tubuh (khususnya luka
dekubitus) dan  informasi klinis lain yang mendukung (Sena WP 2020).
Recommendation menginformasikan tindakan keperawatan yang seharusnya
berdasarakan data situation, background, dan assessment meliputi rencana tindakan
yang akan dilakukan, rencana tindak lanjut, solusi yang bisa perawat tawarkan kepada
dokter, apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien, dan
waktu yang diharapkan perawat saat tindakan itu terjadi (Sena WP 2020).
Instrumen timbang terima dengan metode SBAR ini meningkatkan kemampuan
perawat dalam mengidientifikasi keluhan dan kodisi pasien dengan cepat dan
sistematis sehingga segera diberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut
dalam bentuk pemberian perawatan dan pengobatan yang tepat berdasar keluhan
pasien. Selain itu, mempermudah penyampaian informasi antar perawat dan tim
kesehatan lain yang juga merawat pasien, seperti dokter, farmasi, dan ahli gizi.
Penggunaan instrumen yang tepat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dna
berdampak pada kepuasan pasien selama dirawat di rumah sakit (Sena WP 2020).

11
BAB III MANAJEMEN KEPERAWATAN DI ERA AKREDITASI RUMAH SAKIT

Pelaksanaan timbang terima dengan komunikasi efektif SBAR dapat meningkatkan


kemampuan perawat dalam mengidientifikasi keluhan dan kondisi pasien dengan cepat dan
sistematis sehingga segera diberikan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam
bentuk pemberian perawatan dan pengobatan yang tepat berdasar keluhan pasien. Selain
itu, mempermudah penyampaian informasi antar perawat dan tim kesehatan lain yang juga
merawat pasien, seperti dokter, farmasi, dan ahli gizi. Dimana hal ini dapat mendukung
dalam pemenuhan standar akreditasi rumah sakit. Dalam SNARS (Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit) disebutkan bahwa terdapat beberapa standar nasional akreditasi
RS, salah satunya adalah Sasaran keselamatan pasien, pada sasaran 2 yaitu meningkatkan
komunikasi efektif. Dimana komunikasi efektif diperlukan untuk mengurangi kesalahan-
kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Jadi pelaksanaan timbang terima dengan
komunikasi efektif SBAR dapat membantu rumah sakit dalam memenuhi standar akreditasi
rumah sakit sesuai dengan SNARS.

12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penerapan pelayanan sesuai Standar Akreditasi Nasional Rumah Sakit
(SNARS), salah satunya yang bertujuan pada keselamatan pasien terdapat beberapa
standar yang perlu diimplementasikan yaitu komunikasi efektif. Komunikasi efektif
merupakan unsur yang penting dalam sasaran keselamatan pasien untuk menghindari
risiko kesalahan pemberian asuhan keperawatan pasien dan meningkatkan
kesinambungan perawat dan pengobatan melalui komunikasi efektif perawat dengan
tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan komunikasi efektif dapat dilakukan adalah timbang
terima menggunakan komunikasi Situation, Background, Assesment dan
Recommendation (SBAR).
B. Saran
1) Untuk Mahasiswa
Mahasiwa dapat mempelajari dan memahami timbang terima dan komunikasi
efektif SBAR agar dapat menambah pengetahuan dan dapat diimplementasikan di
lapangan (tempat bekerja) nantinya.
2) Untuk Rumah Sakit
Meningkatkan pelaksanaan komunikasi efektif SBAR saat timbang terima untuk
mewujudkan sasaran keselamatan pasien sesuai dengan Standar Akreditasi Nasional
Rumah Sakit (SNARS).

13
DAFTAR PUSTAKA

Fauziah, UA. 2017. Pelaksanaan Timbang Terima Pasien dengan Dokumentasi


Keperawatan Metode SOAP ( Studi Korelasi di Ruang Mawar RSUD Kabupaten
Jombang). SKRIPSI. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika :
Jombang.

Febrianti, CD. 2017. Gambaran Tingkat Kepuasan Perawat Dalam Pelaksanaan


Komunikasi SBAR Pada Saat Timbang Terima Pasien di RSUD K.R.M.T
Wongsonegoro. PROPOSAL. Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro : Semarang.

Kusumaningsih D; Monica R, 2019. Hubungan Komunikasi SBAR Dengan Pelaksanaan


Timbang Terima Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo
Bandar Lampung Tahun 2019. Indonesian Journal of Health Development Vol. 1
No. 2

Lailiyyati, AN. 2013. Studi Desktiptif Pelaksanaan Timbang Terima di Unit Rawat Inap
RST Bhakti Wira Tamtama Semarang. SKRIPSI. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadyah : Semarang.

Purwanza SW, 2020. Nurses Shift Handover Instrument Development Evaluation Using
SBAR Effective Communication Method. International Journal of Psychosocial
Rehabilitation Vol. 24 Issue 09

Oxyandi M; Endayni N, 2020. Pengaruh Metode Komunikasi Efektif SBAR Terhadap


Pelaksanaan Timbang Terima. Jurnal Aisyiyah Medika Volume 5 Nomor 1

Tazkiya, Fidda. 2014. Analisis Persiapan Timbang Terima Perawat Pelaksana di RSUD
Haji Makassar. SKRIPSI. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

14
15

Anda mungkin juga menyukai