Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peranan yang kuat dalam perkembangan suatu
bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Pemerintah sendiri telah mengatur pendidikan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan
Nasional Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Adapun pendidikan untuk anak yang
memiliki kebutuhan khusus ada dalam pasal 32 ayat 1 menyatakan bahwa
“Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
Lingkungan keluarga banyak mempengaruhi kepribadian anak. Kepribadian
mempunyai peranan penting bagi keberhasilan interaksi sosial anak karena
kepribadian banyak berkaitan dengan sikap, tingkah laku serta bagaimana
seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Abu Ahmadi dan

1
2

Munawar (2005:105) kepribadian merupakan keseluruhan pola (bentuk) tingkah


laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh serta unsur-unsur psiko fisik
lainnya yang selalu tampak dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, siswa A
memiliki sifat pemarah tetapi suka bergaul, ramah dan bekerja keras. Sedangkan
siswa B memiliki sifat penyabar, tenang, suka menolong, tetapi tidak suka bergaul
dan cenderung pendiam. Pola-pola sifat, kebiasaan di atas adalah contoh
kepribadian seseorang.
Kepribadian adalah suatu kesatuan dan kebulatan jasmani dan rohani dari
seseorang yang bersifat dinamis dan menjadi dasar kesatuan dan kebulatan
tindakan yang akan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui cita- cita,
sikap, pembicaraan, cara berpikir dan bertindak dengan berdasarkan falsafah
hidup yang diyakininya yang bersumber kepada agama yang dipercayai dan
diyakininya.
Kepribadian tumbuh dan berkembang sepanjang kehidupan terutama sejak
lahir, hingga masa remaja yang selalu dalam pengawasan dan perhatianorang tua
mulai dari pengasuhan orang tua serta bergaul dengan anggota keluarga lainnya.
Karena itu, dapat dikatakan bahwa pengaruh dan peranan keluarga serta orang tua
sangat besar dalam membentuk pribadi seorang anak. Setelah anak berumur 6 atau
7 tahun kemampuan berpikirnya sudah semakin tinggi karena anak sudah banyak
berinteraksi dengan teman-temannya baik di sekolah maupun di luar sekolah
sehingga memperoleh banyak pengalaman.Wright(dalam Christine Sujana, 2009 )
Menurut Carl Gustav Jung (dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2004: 145)
membedakan dua tipe manusia yaitu ekstravert dan intravert. Seseorang yang
memiliki tipe ekstravert cenderung lebih mendahulukan kepentingan
lingkungannya daripada kepentingan dirinya sendiri, tipe ini juga memiliki pribadi
yang terbuka dan memiliki pandangan yang obyektif. Seorang intravert
perhatiannya lebih banyak tertuju kepada nilai-nilai yang sesuai dengan dirinya,
dan tindakannya banyak didasari oleh cita-cita dan pemikirannya sendiri. Anak
dengan tipe kepribadian ekstravert akan lebih mudah untuk bergaul dengan
teman-temannya dibandingkan dengan anak yang memiliki tipe intravert yang
cenderung lebih suka menutup diri dari lingkungannya.
3

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi darinya kepribadian.
2. Menjelaskan type-type kepribadian.
3. Mengetahui Upaya apa saja yang dapat Membentuk Kepribadian Peserta
Didik.
4. Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik.
5. Hubungan perhatian orang tua/keluarga terhadap kepribadian peserta didik.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan
berinteraksi dengan individu lain paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Kemudian kepribadian juga
didefiniskan sebagai keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas
dan juga prilaku seseorang. Sikap perasaan ekspresi & tempramen tersebut akan
terwujud dalam tindakan seseorang kalau di hadapkan kepada situasi tertentu.
Setiap orang memiliki kecenderungan prilaku yang baku/berlaku terus menerus
secara konsisten dalam menghadapai situasi yang sedang di hadapi, sehingga jadi
ciri khas pribadinya.
Menurut Koentjaraningrat Kepribadian adalah beberapa ciri watak yang
diperlihatkan seseorang secara lahir, konsisten, dan konsukuen. Setiap manusia
melakukan proses sosialisasi. Proses sosialisasi berlangsung selama manusia
masih hidup di dunia ini. Kepribadian seseorang individu dapat terbentuk dalam
bertingkah laku, sehingga individu memiliki identitas khusus yang berbeda
dengan orang lain. Menurut George Herbert Mead kepribadian adalah tingkah
laku manusia berkembang melalui perkembangan diri. Perkembangan kepribadian
dalam diri seseorang berlangsung seumur hidup. Menurutnya, manusia akan
berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat.

B. Tipe Kepribadian
Kepribadian manusia sangat bermacam-macam oleh karena itu segolongan
ahli berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu karena
mereka berpendapat bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesama
manusia dengan baik. Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) membagi
tipe kepribadian menjadi tiga, yaitu:

4
5

1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat,


menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan,
ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri,
mempunyai kontrol diri yang baik.
3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-
kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya
seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan.
Wijaya (1988) menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat
dikelompokkan atas:
a. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
b. Anak yang biasa-biasa saja.
c. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam
melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah.

Beberapa kasus mengenai kepribadian:


1. Narsisme (cinta diri berlebihan)
Termasuk dalam gangguan kepribadian (Personality Disorder). Mereka
terpusat pada diri sendiri, diasyikkan oleh fantasi keberhasilan yang hebat dan
sangat menuntut pengarahan dan perhatian dari orang lain. Sangat peka
hubungan interpersonal terganggu karena kurang empati. Mengambil
keuntungan dari orang lain, dan merasa tidak berarti (harga dirinya rapuh).
Menginginkan orang lain melakukan yang terbaik, tanpa keinginan untuk
membalas kebaikan orang lain.
2. Masokisme (benci diri berlebihan)
Biasanya berhubungan dengan sadistik. Termasuk gangguan seksual
(Sexual Disorder). Sadistik mengalami kepuasan seksual dengan menyiksa
pasangannya dan masochistik puas dengan menjadi obyek yang disakiti.
6

3. Obsessive-Compulsive Disorder,
Termasuk dalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). Obsesif
biasanya diikuti oleh kompulsif. Obsesif: pikiran dan gambaran yang
teguh/menetap dan mengganggu yang menjadi “sesuatu yang tidak diundang”
atau datang secara tiba-tiba pada pikiran secara irasional dan tidak dapat
dikendalikan oleh individu yang mengalaminya. Obsesi juga dapat berupa
rasa ragu yang ekstrim, penundaan, dan ketidakmampuan mengambil
keputusan. Bentuk Obsesif: O. Doubts, O. thinking, O. impuls, O. Fears, O.
Images
4. Orientasi Diri (Form)
Orientasi yaitu tujuan (dan bertindak sesuai tujuan tersebut) yang
hendak dicapai oleh seseorang, kelompok, serta kumpulan atau organisasi.
Orientasi lebih luas dari sekedar tujuan (dan juga bukan tujuan akhir) karena
menyangkut keseluruhan tindakan, sikap, usaha, serta berhubungan erat
dengan misi dan visi yang akan (hendak) dicapai.
Setiap individu memiliki orientasi diri, antara lain sebagai berikut:
a. Produktif (pribadi sehat)
Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi
sepenuhnya. Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan
emosi, kebahagiaan atau kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari
pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih
bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk menjadi
”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau
berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan dirinya.
b. Tidak Produktif (pribadi tidak sehat)
Adalah pribadi penerima, pemeras, tertutup dan memasarkan apa yang ia
miliki.
Implikasi Mental Sehat, dan Cara Menciptakannya Mental sehat menurut
Thacheray (1979) memiliki ciri sebagai berikut:
a. Memiliki perasaan bahwa dirinya berharga
b. Kepuasan akan peranan dalam hidupnya
7

c. Hubungan baik dengan orang lain


Menurut Nana S. Sukmadinata (2003) upaya untuk menciptakan mental sehat
antara lain:
a. Lingkungan sosial psikologis yang sehat dan wajar.
b. Interaksi dengan kasih saying dan penghargaan.
c. Pemeliharaan kesehatan fisik.
d. Menyediakan berbagai bentuk kegiatan dan pengalaman belajar.

C. Upaya dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik


Upaya-upaya dalam pembentukan kepribadian peserta didik adalah dengan
memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :
1. Penyucian jiwa.
2. Kejujuran dan kebenaran.
3. Menguasai hawa nafsu.
4. Sifat lemah lembut dan rendah hati.
5. Berhati-hati dalam mengambil keputusan.
6. Menjadi teladan yang baik.
7. Beramal shaleh dan berlomba-lomba berbuat baik.
8. Menjaga diri, sabar.
9. Ikhlas.
10. Hidup sederhana.
11. Pintar mendengar kemudian mengikutinya.
Menanamkan sifat-sifat di atas terhadap peserta didik dapat disebut upaya
dalam membentuk kepribadian peserta didik serta merupakan suatu pembentukan
kebiasaan yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Sedangkan
aspek- aspek pembentukan kepribadian peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Aspek idiil atau dasar bersumber dari ajaran wahyu.
b. Aspek materiil atau bahan berupa pedoman dan ajaran yang terangkum.
dalam materi bagi pembentukan akhlakul karimah.
c. Aspek sosial menitik beratkan kepada hubungan yang baik antara
sesama makhluk khususnya manusia.
8

d. Aspek teologi pembangunan kepentingan manusia ditujukan pada


pembangunan nilai-nilai tauhid sehingga upaya untuk menjadikan
kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
Demostorial atas penghargaan terhadap paham lawan yang berbeda Fitrah
manusia, meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan jasmani
dan rohani ruh.
Jadi pembentukan kepribadian peserta didik itu harus seluruh aspek-
aspeknya supaya pembentukan kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh,
terarah dan berimbang. Selain upaya-upaya di atas, upaya pembentukan
kepribadian peserta didik yang dapat kita lakukan antara lain :
1. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah tempat tempat berlangsungnya pendidikan yang
pertama dan utama sebelum anak mengenai sekolah dan masyarakat. Oleh
karena itu pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
pribadi anak, sehingga sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam
keluarga adalah ayah dan ibu. Jadi baik dan buruknya pendidikan anak-anak
dalam keluarga tergantung orang tuanya. Hal ini sesuai firman Allah dalam
surat at Tahrim ayat 6 :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari
siksa api neraka.... (QS. at Tahrim : 6)".

Berdasarkan ayat di atas, jelaslah bahwa sebagai orang tua ham memberikan
pengaruh kepadanya, yakni dengan cara mendidiknya dengan ajaran Islam, seperti
tentang keimanan, ketaqwaan, serta akhlak Islam atau dengan kata lain bahwa
orang tua sebagai contoh yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Karena orang tua
kelak harus bertanggung jawab menyelamatkan keluarganya dari siksa api neraka.

2. Pendidikan di Sekolah
Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam pendidikan pengajaran,
belajar yang tidak didapatkan si anak dalam keluarga. Dengan adanya
pendidikan di sekolah maka pendidiknya adalah guru. Seorang guru di samping
memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pendidikan agama, juga
9

berfungsi sebagai pembantu keluarga untuk menjadi seorang pendidik dalam


usaha pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini guru agamalah yang
sangat berperan dalam membentuk kepribadian muslim pada anak didik atau
murid.
3. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung, yang
dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak didik itu sendiri maupun
masyarakat. Lembaga pendidikan masyarakat turut membantu pendidikan anak
didik dalam usaha membentuk sikap sosial, keagamaan dan menambah ilmu
pengetahuan. Pendidikan masyarakat juga disebut dengan pendidikan non
formal.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembentukan kepribadian peserta


didik di lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama pendidikan agama
Islam sangatlah mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada manusia. Setiap
orang Islam harus berusaha membentuk kepribadiannya karena dalam membentuk
kepribadian bukanlah hal yang mudah, melainkan sangat memerlukan waktu yang
lama, ketabahan, keuletan dalam mendidik anaknya hingga kepribadian akan
tercapai sesuai dengan ajaran Islam. Abdul Sani, dalam bukunya mengatakan
bahwa : Menanamkan pendidikan dalam jiwa si anak agar mempunyai akhlak
yang bermoral tinggi, berbudi luhur terhadap siapapun juga dan bila mana saja,
tidak mengenai ruang dan tempat, kalau berkata benar, berbicara jujur, hidup
mempunyai malu, jangan suka berdusta, penipu, memelihara amanah dan
menepati janji, sopan santun dalam bergaul sesama manusia, jangan bersifat
angkuh, sombong, tetapi jangan pula terlalu merendahkan diri, sebaiknya manusia
itu bersifat sederhana.

Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan kepribadian seorang


peserta didik tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun ditempuh dalam
waktu yang lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih berbuat dan bersikap
baik, yang tidak mengenai tempat, waktu dan situasi. Dengan memberikan
latihan-latihan berbuat baik diharapkan peserta didik kelak menjadi dewasa ia
10

mempunyai kepribadian muslim, yang dari aspek-aspek kepribadian tersebut


harus dilandasi dengan ajaran Islam.

D. Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik


Pendidikan agama yang diterima oleh anak didalam keluarga merupakan
bekal untuk melanjutkan pendidikan di sekolah, hal ini kita sadari karena sekolah
merupakan tindak lanjut dari pendidikan keluarga. Sebagai pendidik tentunya juga
menyadari hal tersebut bahwa anak datang dari berbagai lingkungan keluarga
yang berbeda, artinya berbagai pengalaman yang dibawa oleh anak dari keluarga
sehingga akan beraneka ragam corak kepribadiannya. Oleh karena itu seorang
pendidik di dalam menjalankan tugasnya, di samping mengajarkan ilmu
pengetahuan juga harus dapat membuat hubungan timbal balik terhadap anak
didik. Sebab pekerjaan guru itu menyangkut beberapa faktor yaitu :
a. Jiwa atau kepribadian anak yang satu sama lainnya berbeda keadaannya,
pertumbuhan dan perkembangannya serta wataknya, yang kesemua itu
membutuhkan bimbingan yang tepat dari guru.
b. Kepribadian guru itu sendiri merupakan alat yang sangat tajam bagi
pelaksanaan pendidikan anak di dalam pendidikan sekolah, sehingga
kepribadian guru menjadi ciri dari kesuksesannya.
c. Ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru,seperti metodologi
pengajaran, karena dengan ilmu pengetahuan inilah yang akan masuk pada
jiwa anak didik.

Dalam hal ini tentu saja peranan gurulah yang sangat' menentukan dalam
pembinaan kepribadian anak, karena di samping guru berperan sebagai pengajar,
guru juga berperan sebagai pendorong dan pengarah serta bertanggung jawab
untuk melihat segala yang terjadi pada diri peserta didik sehingga perilaku
keseharian peserta didik dapat selalu dipantau dan diawasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Slameto,
bahwa secara terperinci tugas guru itu berpusat pada :
11

a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian


tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai
c. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.

E. Hal-hal yang Mempengaruhi Kepribadian Siswa


Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, sehingga dalam
proses interaksinya selalu melibatkan orang lain, sehingga kepribadian yang
terbentuk tidak murni dari dirinya sendiri, melainkan ada faktor-faktor yang
mempengaruhi
Menurut Hendriati Agustiani (2006: 129), bahwa kepribadian juga berkaitan
dengan cara-cara seseorang menanggapi masalah yang dialaminya melalui proses
belajar yang panjang, oleh karena itu untuk mengetahui pribadi sanganak
hendaknya orang tua memahami betul pola yang terbentuk dari pengalaman-
pengalaman yang diperoleh anak tersebut baik pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari lingkungan maupun dari keluarganya sendiri.
Dalam bukunya, Hendriati Agustiani (2006: 129) menjelaskan tentang hal-
hal yang mempengaruhi kepribadian, yaitu:
a. Potensi Bawaan Orang tua mewariskan unsur-unsur penting kepada
anaknya, yang diwariskan sejak awal dari kandungan ibunya. Ada bayi yang
sejak lahir sudah memperlihatkan daya tahan tubuh yangkuat, tapi ada pula
bayi yang lemah. Ada yang responsif dan aktif tetapi ada pula yang relatif
lebih tenang. Proses ini akan menjadi awal pertumbuhan yang khas dan unik
dari masing-masing anak.
b. Pengalaman dalam Budaya/Lingkungan Tingkah laku seseorangakan
menyesuaikan dengan peran sosial di masyarakatnya, sehingga dalam proses
perkembangannya mencakup suatu proses belajar untuk bertingkah laku
sesuai dengan harapan masyarakatnya. Pengaruh nilai-nilai dari masyarakat
menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Akan tetapi nilai-nilai yang
12

dianggap baik tersebut belum tentu dapat diterima oleh orang yang
dibesarkan di budaya yang tidak menganggap nilai-nilai tersebut baik. Oleh
karena itu, setiap kelompok budaya memiliki keunikan yang berbeda antara
satu dengan yang lainnya dan semua karakteristik tersebut akan
mempengaruhi kepribadian yang khas. Pengalaman yang Unik Masing-
masing orang memiliki perasaan, reaksi emosi, dan daya tahan yang
berbeda-beda dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sehingga
rangsangan dari lingkungan akan mempengarhui kepribadiannya. Misalnya,
orang tua akan menetapkan suatu peraturan sebagai bentuk perhatian kepada
anaknya mengenai hukuman dan imbalan yang akan diterima dari tingkah
laku kesehariannya, maka anak akan memiliki suatu pengalaman yang unik
sebagai akibat dari tingka lakunya.

Selain beberapa faktor di atas, Sjarkawi (2009: 19) juga mengemukakan


faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, yaitu

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri,
dapat berupa faktor bawaan sejak lahir yang dipengaruhi keturunan dari
salah satu sifat orang tuanya atau keduanya.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar orang tersebut.
Biasanya merupakan pengaruh dari lingungan baik lingkungan terkecil,
seperi keluarga, teman, tetangga ,ataupun dari berbagai media audio
visual, seperti televisi, media cetak, dan internet.

Kepribadian seorang siswa dapat dipengaruhi oleh banyak hal, berdasarkan


uraian di atas maka ada dua faktor yang mempengaruhi kepribadian siswa yaitu
faktor internal yang dipengaruhi oleh potensi bawaan, keturunan, pengalaman
yang unik dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
termasuk pengalaman budaya.
13

F. Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Kepribadian peserta didik


Anak sejak lahir sampai masa remaja rata-rata berada dalam pengasuhan
orang tua dengan segala kasih sayang serta perhatian yang diberikan, dan hanya
menghabiskan waktu beberapa jam saja berada di luar rumah atau di sekolah.
Seorang anak yang memiliki orang tua yang bersikap positif akan menghasilkan
anak yang ramah dan pandai bekerja sama. Hal tersebut memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan antara perhatian yang diberikan oleh orang tua dengan
kepribadian anak.
Pembentukan kepribadian harus dilakukan secara kontinu dan selalu
dipelihara agar kepribadian yang terbentuk pada diri sang anak tidak berubah-
ubah lagi. Misalnya, anak sewaktu kecil tergolong rajin belajar dan membantu
orang tua di rumah, dalam prosesnya perhatian serta bimbingan dari orang tua
sangat diperlukan agar kepribadian yang sudah ada tersebut tidak menjadi rusak.
14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kepribadian juga didefiniskan sebagai
keseluruhan sikap, ekspresi, perasaan, temparmen, ciri khas dan juga prilaku
seseorang. Kepribadian seorang siswa dapat dipengaruhi oleh banyak hal,
berdasarkan uraian di atas maka ada dua faktor yang mempengaruhi kepribadian
siswa yaitu faktor internal yang dipengaruhi oleh potensi bawaan, keturunan,
pengalaman yang unik dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar termasuk pengalaman budaya.

B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalh ini masih banyaknya terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari setiap pembaca
15

DAFTAR PUSTAKA

http://alfinpink1.blogspot.com/2010/01/macam-macam-karakteristik-
kepribadian.html

Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta.

Sujanto, Agus dkk. 2004. Psikologi Kepribadian. Bumi Aksara: Jakarta.

Agus Sujanto dan Halem Lubis Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, Bumi Aksara
Jakarta, 2001,

Sarlito Wirawan Sanvono, Pengantar Umum Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta,


1997,

Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, Raja Grafmdo, Jakarta, 2002,

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982,

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Grafindo Persada, Jakarta,
1996,

Departemen Agama RL, Al Quran dan Terjemahnya,

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Renika Cipta,


Jakarta, 2003,

Abdul Sani, Anak yang Sholeh, Bulan Bintang, Jakarta, 1974,

Anda mungkin juga menyukai