Anda di halaman 1dari 22

PEMBANGUNAN

KARAKTER
Oleh: Novita, SE, MM
03
Hubungan Karakter dan
Kepribadian Manusia
a. Pengertian Karakter dan
Kepribadian Manusia
Pengertian karakter menurut Saunders merupakan suatu
sifat nyata serta berbeda yang ditunjukan oleh seorang
individu. Karakter dari seorang individu dapat terlihat dari
berbagai macam atribut dalam tingkah lakunya dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah
bawaan, jiwa, hati, kepribadian, perilaku, budi pekerti,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan watak (Jusnidar,
2021). Menurut Syarif (2014) dalam Jusnidar (2021)
karakter didefinisikan sebagai akhlak atau kepribadian.
merupakan sifat kejiwaan, tabiat, akhlak atau budi pekerti
seseorang yang membedakan seorang individu dengan individu
lainnya.
Dari pengertian karakter yang telah dijelaskan oleh para
ahli, maka dapat disimpulkan bahwa beberapa ahli berpendapat
karakter seseorang ditentukan oleh sikap seorang individu.
Apakah itu baik atau jelek, maka akan ikut berpengaruh pula
pada karakternya.
Menurut para ahli, karakter seseorang bukanlah suatu
bawan dari lahir, akan tetapi dibentuk secara pelan-pelan dan
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, orang sekitar ataupun
keluarga.
Selain keluarga dan lingkungan sekitar, ada beberapa unsur
yang saling mempengaruhi sehingga membentuk karakter
seseorang.
1. Emosi
Pada umumnya, definisi dari emosi merupakan suatu
perasaan atau suatu gejolak jiwa yang muncul dari dalam diri
seseorang sebagai akibat dari adanya rangsangan, baik itu dari
dalam diri seseorang ataupun dari luar.
Tanpa adanya emosi, maka kehidupan seorang individu
akan terasa hambar, dikarenakan manusia selalu hidup dengan
cara berfikir serta merasa. Emosi juga identik dengan suatu
perasaan yang kuat.
2. Sikap
Sikap seorang individu adalah bagian dari karakter dirinya,
bahkan sikap seseorang dapat dianggap sebagai cerminan
karakter orang tersebut. Dalam hal ini, sikap seorang individu
pada suatu yang ada di hadapannya, akan menunjukan
bagaimana bentuk atau wujud karakter yang dimiliki oleh orang
tersebut.
Jadi, apabila ada seorang yang memiliki sikap baik pada
orang lain, maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut juga
memiliki karakter yang baik pula. Begitu pula sebaliknya,
ketika seseorang memiliki sikap buruk, maka dapat dikatakan
bahwa orang tersebut memiliki karakter yang buruk pula.
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu komponen kognitif yang dimiliki
oleh seorang individu dari faktor sosiologis psikologisnya.
Kepercayaan bahwa ada suatu hal yang benar ataupun salah
atas dasar sugesti otoritas, bukti, pengalaman serta intuisi
sangat penting dalam pembangunan karakter atau waktu
seorang individu.
Sehingga, kepercayaan yang dimiliki oleh seorang individu
akan memperkukuh individu tersebut dalam hal eksistensi diri
serta memperkukuh hubungan dirinya dengan orang lain.
4. Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan adalah suatu aspek perilaku manusia yang
menetap, berlangsung dengan otomatis untuk waktu yang lama.
Kebiasaan seorang individu tidak terencana dan diulangi terus
menerus, berkali-kali.
Sementara itu, kemauan adalah suatu kondisi yang sangat
mencerminkan karakter seseorang dikarenakan kemauan
tersebut berkaitan erat dengan tindakan yang dapat
mencerminkan perilaku dari orang tersebut.
5. Konsepsi Diri atau Self Conception
Unsur kelima dari karakter adalah konsepsi diri atau self
conception. Konsepsi diri adalah suatu proses totalitas yang
dilakukan baik secara sadar atau tidak sadar mengenai
bagaimana karakter serta diri seorang individu dibentuk.
Sehingga, konsepsi diri merupakan bagaimana cara seorang
individu membangun diri serta apa yang diinginkan oleh
individu tersebut dan bagaimana individu tersebut menempatkan
dirinya dalam kehidupan.
Proses Terbentuk dan Pembentukan Karakter
Karakter seseorang tidak lahir dari orang tersebut, melainkan
terbentuk oleh beberapa faktor. Pembentukan karakter seorang
individu perlu melalui suatu proses pembelajaran yang panjang
di dalam hidup orang tersebut.
Karakter seseorang akan mulai terbentuk melalui
lingkungannya, keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar.
Beberapa pihak memiliki peranan penting dalam pembentukan
karakter seorang individu, pihak-pihak tersebut di antaranya
adalah orang tua, saudara, teman sebaya, guru dan orang lainnya
yang berada di sekitar individu tersebut.
Mengapa karakter seseorang harus dibentuk? Tujuan dari
pembentukan karakter pada dasarnya adalah untuk mendorong
kembali lahirnya anak-anak dengan sifat atau karakter yang
baik. Dengan tumbuh kembang karakter baik, maka akan
mendorong anak-anak untuk tumbuh dengan kapasitas
komitmen agar mampu melakukan berbagai macam hal yang
terbaik bagi dirinya serta dapat melakukan segala sesuai dengan
benar.
Anak-anak dengan karakter baik juga akan memiliki tujuan
hidup. Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter seorang anak, melalui orang tua dan lingkungannya.
Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Disamping itu
kepribadian sering diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol
pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan
atribut “berkepribadian pemalu”. Berdasarkan psikologi, Gordon
Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi
(berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur
dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang
dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan,
kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-
aspek kepribadian, yang di dalamnya mencakup:
1. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat.
2. Temperamen yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat
lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang
datang dari lingkungan.
3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif
atau ambivalen.
4. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional
terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
4. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional
terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya
tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
5. Responsibilitas (tanggung jawab) adalah kesiapan untuk
menerima risiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan.
Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari risiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau
tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Karakter Sebagai Pembentuk Kepribadian
Istilah karakter erat kaitanya dengan personality
(kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang
berkarakter (a person of character) apabila perilakunya
sesuai dengan kaidah moral. Kepribadian atau dalam bahasa
Inggris disebut sebagai personality, berasal dari bahasa
Yunani Kuno yaitu prosopon yang artinya topeng. Topeng
disini dimaksudkan sebagai bagaimana individu
menampilkan diri sehingga membentuk kesan mengenai diri
yang diinginkan untuk dapat ditangkap oleh lingkungan
sosial.
Penggunaan kata kepribadian seringkali disamaartikan
dengan beberapa kata lain, seperti watak, karakter, atau
temperamen. Jadi dapat disimpulkan bahwa, kepribadian adalah
keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi
dengan individu lain. Sementara itu, karakter atau watak adalah
sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi
pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup
lainnya.
Menurut Syamsuddin (2003) salah satu aspek kepribadian
adalah karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika
perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau
pendapat. Dengan demikian karakter dapat membentuk
kepribadian seseorang.
c. Proses Pembentukan Karakter
Suatu sikap atau prilaku dapat menjadi karakter melalui
proses berikut:
1. Mengenal
Pembentukan karakter dimulai dari fase ini yaitu
kesadaran dalam bidang kognitif. Untuk seorang anak, dia
mulai mengenal berbagai karakter baik dari lingkungan
keluarganya. Misalnya, pada keluarga yang suka memberi,
bersedekah dan berbagi. Dia kenal bahwa ada sikap yang
dianut oleh seluruh anggota keluarganya, yakni suka
memberi.
2. Menghayati
Setelah seseorang mengenal suatu karakter baik, dengan
melihat berulang-ulang, akan timbul pertanyaan mengapa
begitu? Dia bertanya, kenapa kita harus memberi orang yang
minta sedekah? Ibunya tentu akan menjelaskan dengan bahasa
yang sederhana. Kemudian dia sendiri juga merasakan betapa
senangnya ketika kakaknya juga mau berbagi dengannya. Dia
kemudian membayangkan betapa senangnya si peminta-minta
jika dia diberi uang atau makanan. Pada tahap ini, si anak mulai
paham jawaban atas pertanyaan ”mengapa”.
3. Melaksanakan
Jika kedua aspek di atas sudah terlaksana maka akan mudah
seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Didasari oleh
pemahaman yang diperolehnya, kemudian si anak ikut
menerapkannya. Pada tahapan awal, dia mungkin sekedar ikut-
ikutan, sekedar meniru saja. Mungkin saja dia hanya melakukan
itu jika berada dalam lingkungan keluarga saja, di luar dia tidak
menerapkannya. Seorang yang sampai pada tahapan ini mungkin
melakukan sesuatu atau memberi sedekah itu tanpa didorong
oleh motivasi yang kuat dari dalam dirinya. Seandainya dia
kemudian keluar dari lingkungan tersebut, perbuatan baik itu
bisa jadi tidak berlanjut
4. Membiasakan
Membiasakan menjadi karakter yang baik Tingkatan
berikutnya, adalah terjadinya internalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam suatu sikap atau perbuatan di dalam jiwa
seseorang. Sumber motivasi melakukan suatu respon adalah dari
dasar nurani. Disinilah sikap, prilaku yang diepresikan seseorang
berubah menjadi karakter. Seorang anak yang dibesarkan dalam
keluarga yang suka berbagi, kemudian tinggal dalam masyarakat
yang suka bergotong royong, suka saling memberi, serta
memiliki keyakinan ideologis bahwa setiap pemberian yang dia
lakukan akan mendapatkan pahala, maka suka memberi ini akan
menjadi karakternya.
c. Pengkondisian dan
Keteladanan
Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk menata
lingkungan fisik maupun nonfisik demi terciptanya suasana
mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Sedangkan
keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap
menjadi contoh merupakan perilaku dan sikap tenaga
kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh
melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik atau warga belajar lain.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai