Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap individu memiliki kepribadian sebagai hasil sosialisasi sejak ia dilahirkan. Kepribadian
menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan,
khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Untuk
itulah, pembahasan kepribadian sangat menarik dan penting dalam sosiologi. Hal ini disebabkan
menyangkut karakteristik dari tingkah laku sosial seseorang dan erat kaitannya dengan proses
sosialisasi.
Kepribadian sesungguhnya merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk
berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku sosial tertentu. Dengan demikian, kepribadian
memberi watak yang khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah
perilaku, namun kepribadianlah yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari
cara berpikir, berbicara, atau berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa)
seseorang yang diperlihatkan melalui perilaku.
Pembentukan kepribadian adalah pembentukan karakteristik perilaku individu, karena setiap
individu memiliki kepribadian unik yang dapat dibedakan dari individu lain.
Proses sosialisasi tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia (sejak lahir sampai tua) mulai
lingkungan keluarga, kelompok, sampai kehidupan masyarakat yang lebih luas. Melalui
serangkaian proses yang panjang inilah, tiap individu belajar menghayati, meresapi, kemudian
menginternalisasi berbagai nilai, norma, pola-pola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya. Dari
berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki kecenderungan untuk berperilaku
menurut pola-pola tertentu yang memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan
terbentuklah kepribadian
Kelompok masyarakat tempat mereka tinggal, secara sengaja atau tidak, selalu berusaha untuk
mengarahkan dan mempengaruhi anggota-anggotanya untuk selalu mematuhi nilai, norma,
kebiasaankebiasaan sehingga individu-individu tersebut bertingkah laku sesuai dengan harapan
kelompoknya. Jadi, sesungguhnya sosialisasi itu merupakan aktivitas dua pihak, yaitu pihak
yang mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Dari proses tersebut, terbentuklah kepribadian
yang berbeda antara masyarakat yang satu dan masyarakat lainnya. Misalnya, kepribadian orang
Sunda berbeda dengan orang Batak.
Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa saja berbeda. Kepribadian
yang tumbuh pada masing-masing individu tidak akan mungkin sepenuhnya sama. Oleh karena
itu, seseorang dapat melihat keragaman kepribadian yang ditampilkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, ada pribadi-pribadi yang mempuyai sifat penyabar, ramah, pemarah,
egois, atau rendah diri. Semuanya itu bergantung pada penyerapan dan pemahaman serta
penghayatan nilai dan norma yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya.

1.2 Masalah
1. Apa itu daerah miskin?
2. Bagaimana proses pembentukan kepribadian di daerah miskin?
3. Contoh kepribadian masyarakat daerah miskin?

1
4. Bagaimana cara pembentukan kepribadian yang baik di daerah miskin?
5. Bagaimana cara menanggulangi kepribadian negatif akibat pengaruh lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan kepribadian di daerah miskin
2. Untuk mengetahui berbagai macam kepribadian masyarakat di daerah miskin
3. Mengetahui cara menanggulangi kepribadian negatif akibat pengaruh lingkungan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori
1. Pengertian Kepribadian
Konsep kepribadian merupakan konsep yang luas, tetapi secara sederhana istilah kepribadian
mencakup karakteristik perilaku individu. Setiap individu memiliki kepribadian unik yang dapat
dibedakan dari individu lain. Hal yang tidak mungkin apabila seseorang dapat memiliki banyak
kepribadian.
Agar lebih memahami konsep dan pengertian tentang kepribadian yang luas tersebut, marilah
kita simak batasan yang telah diberikan oleh beberapa ahli berikut.
Theodore R. Newcombe, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisasi sikap-sikap
(predispositions) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
Roucek dan Warren, menjelaskan bahwa kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.
Yinger, berpendapat bahwa kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu
dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
Koentjaraningrat, berpandangan bahwa kepribadian adalah ciriciri watak yang diperlihatkan
secara konsisten dan konsekuen sehingga seorang individu memiliki suatu identitas yang khas
dan berbeda dari individu-individu lainnya.
Robert Sutherland (dkk), menganggap bahwa kepribadian merupakan abstraksi individu dan
kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian
kepribadian digambarkan sebagai hubungan saling mempengaruhi antara tiga aspek tersebut.
Kesimpulan dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepribadian sesungguhnya
merupakan integrasi dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan
berperilaku sosial tertentu. Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang khas bagi
individu dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah perilaku, namun kepribadianlah
yang membentuk perilaku manusia, sehingga dapat dilihat dari cara berpikir, berbicara, atau
berperilaku. Kepribadian lebih berada dalam alam psikis (jiwa) seseorang yang diperlihatkan
melalui perilaku. Contohnya, jika seseorang harus menyelesaikan perselisihan yang terjadi
antara dua orang. Keinginannya untuk menyelesaikan perselisihan merupakan kepribadiannya.
Adapun tindakannya untuk mewujudkan keinginan tersebut merupakan perilakunya.
Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan sifat seseorang yang khas dan berkembang apabila
berhubungan dengan orang lain.
Ada kalanya seseorang melihat perilaku yang membabi buta, yakni perilaku manusia yang
didasarkan pada naluri, dorongan-dorongan, refleks, atau kelakuan manusia yang tidak lagi
dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya. Unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan
perbedaan perilaku setiap individu merupakan susunan kepribadian yang meliputi sebagai
berikut.
a. Pengetahuan
Pengetahuan individu terisi dengan fantasi, pemahaman, dan konsep yang lahir dari pengamatan
dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu
tersebut. Semua itu direkam dalam otak dan diungkapkan dalam bentuk perilaku.

3
b. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif
atau negatif terhadap sesuatu. Bentuk penilaiannya selalu bersifat subjektif karena lebih
didasarkan pada pertimbangan manusiawi daripada rasional. Perasaan mengisi penuh kesadaran
manusia tiap saat dalam hidupnya.
c. Dorongan Naluri
Dorongan Naluri adalah kemauan yang sudah merupakan naluri pada setiap manusia.
Sedikitnya ada enam macam dorongan naluri, yaitu:
dorongan mempertahankan hidup;
dorongan untuk berinteraksi;
dorongan untuk meniru;
dorongan untuk berbakti;
dorongan seksual;
dorongan akan keindahan.
2. Proses Pembentukan Kepribadian
Setelah Anda mengetahui tentang adanya perbedaan kepribadian antar individu manusia,
mungkin muncul persoalan tentang apakah perbedaan kepribadian tersebut merupakan
pembawaan sejak lahir yang diwariskan secara genetik? Untuk memastikan jawabannya, simak
dalam penjelasan tentang bagaimana proses pembentukan kepribadian.
Pada uraian sebelumnya, dikatakan bahwa kepribadian merupakan hasil sosialisasi. Proses
pembentukan kepribadian melalui sosialisasi dapat dibedakan sebagai berikut.
Sosialisasi yang dilakukan dengan sengaja melalui proses pendidikan dan pengajaran.
Sosialisasi yang dilakukan tanpa sengaja melalui proses interaksi sosial sehari-hari dalam
lingkungan masyarakatnya.
Proses sosialisasi tersebut berlangsung sepanjang hidup manusia (sejak lahir sampai tua) mulai
lingkungan keluarga, kelompok, sampai kehidupan masyarakat yang lebih luas. Melalui
serangkaian proses yang panjang inilah, tiap individu belajar menghayati, meresapi, kemudian
menginternalisasi berbagai nilai, norma, pola-pola tingkah laku sosial ke dalam mentalnya. Dari
berbagai hal yang diinternalisasi itulah seseorang memiliki kecenderungan untuk berperilaku
menurut pola-pola tertentu yang memberi ciri watak yang khas sebagai identitas diri dan
terbentuklah kepribadian.
Kelompok masyarakat tempat mereka tinggal, secara sengaja atau tidak, selalu berusaha untuk
mengarahkan dan mempengaruhi anggota-anggotanya untuk selalu mematuhi nilai, norma,
kebiasaankebiasaan sehingga individu-individu tersebut bertingkah laku sesuai dengan harapan
kelompoknya. Jadi, sesungguhnya sosialisasi itu merupakan aktivitas dua pihak, yaitu pihak
yang mensosialisasi dan pihak yang disosialisasi. Dari proses tersebut, terbentuklah kepribadian
yang berbeda antara masyarakat yang satu dan masyarakat lainnya. Misalnya, kepribadian orang
Sunda berbeda dengan orang Batak.
Pengalaman sosialisasi yang dilakukan masing-masing individu bisa saja berbeda. Kepribadian
yang tumbuh pada masing-masing individu tidak akan mungkin sepenuhnya sama. Oleh karena
itu, seseorang dapat melihat keragaman kepribadian yang ditampilkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya, ada pribadi-pribadi yang mempuyai sifat penyabar, ramah, pemarah,
egois, atau rendah diri. Semuanya itu bergantung pada penyerapan dan pemahaman serta
penghayatan nilai dan norma yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakatnya.

4
3. Faktor-Faktor Pembentuk Kepribadian
Adanya perbedaan kepribadian setiap individu sangatlah bergantung pada faktor-faktor yang
memengaruhinya. Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses
sosialisasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
a. Faktor Biologis
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bawaan biologis berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian. Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,
seperti memiliki dua tangan, panca indera, kelenjar seksual, dan otak yang rumit. Persamaan
biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semua
orang. Namun setiap warisan biologis seseorang bersifat unik. Artinya, tidak seorang pun yang
mempunyai karakteristik fisik yang sama, seperti ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan.
Bahkan, anak kembar sekali pun pasti ada perbedaan itu. Perhatikan teman di sekelilingmu,
adakah di antara mereka yang memiliki kesamaan karakteristik fisik?
Faktor biologis yang paling berpengaruh dalam pembentukan kepribadian adalah jika terdapat
karakteristik fisik unik yang dimiliki oleh seseorang. Contohnya, kalau orang bertubuh tegap
diharapkan untuk selalu memimpin dan dibenarkan kalau bersikap seperti pemimpin, tidak aneh
jika orang tersebut akan selalu bertindak seperti pemimpin. Jadi, orang menanggapi harapan
perilaku dari orang lain dan cenderung menjadi berperilaku seperti yang diharapkan oleh orang
lain itu. Ini berarti tidak semua faktor karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang.
Sama halnya dengan anggapan orang gemuk adalah periang, orang yang keningnya lebar
berpikir cerdas, orang yang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang yang cacat
fisik mempunyai sifat rendah diri. Anggapan seperti itu lebih banyak disebabkan apriori
masyarakat yang dilatarbelakangi kondisi budaya setempat.
Perlu dipahami bahwa faktor biologis yang dimaksudkan dapat membentuk kepribadian
seseorang adalah faktor fisiknya dan bukan warisan genetik. Kepribadian seorang anak bisa saja
berbeda dengan orangtua kandungnya bergantung pada pengalaman sosialisasinya. Contohnya,
seorang bapak yang dihormati di masyarakat karena kebaikannya, sebaliknya bisa saja
mempunyai anak yang justru meresahkan masyarakat akibat salah pergaulan. Akan tetapi,
seorang yang cacat tubuh banyak yang berhasil dalam hidupnya dibandingkan orang normal
karena memiliki semangat dan kemauan yang keras. Dari contoh tersebut dapat berarti bahwa
kepribadian tidak diturunkan secara genetik, tetapi melalui proses sosialisasi yang panjang.
Salah apabila banyak pendapat yang mengatakan bahwa faktor genetik sangat menentukan
pembentukan kepribadian.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mengatakan bahwa karakteristik fisik tertentu menjadi suatu
faktor dalam perkembangan kepribadian sesuai dengan bagaimana ia didefinisikan dan
diperlakukan dalam masyarakat dan oleh kelompok acuan seseorang.
b. Faktor Geografis
Faktor lingkungan menjadi sangat dominan dalam mempengaruhi kepribadian seseorang.
Faktor geografis yang dimaksud adalah keadaan lingkungan fisik (iklim, topografi, sumberdaya
alam) dan lingkungan sosialnya. Keadaan lingkungan fisik atau lingkungan sosial tertentu
memengaruhi kepribadian individu atau kelompok karena manusia harus menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Contohnya, orang-orang Aborigin harus berjuang lebih gigih untuk
dapat bertahan hidup karena kondisi alamnya yang kering dan tandus, sementara, bangsa
Indonesia hanya memerlukan sedikit waktunya untuk mendapatkan makanan yang akan mereka
makan sehari-hari karena tanahnya yang subur. Suku Ik di Uganda mengalami kelaparan
berkepanjangan. karena lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang
rusak. Mereka menjadi orang-orang yang paling tamak, rakus, dan perkelahian antara mereka
sering terjadi semata-mata memperebutkan makanan untuk sekadar mempertahankan hidup.
Contoh lain, orang-orang yang tinggal di daerah pantai memiliki kepribadian yang lebih keras

5
dan kuat jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pegunungan. Masyarakat di pedesaan
penuh dengan kesederhanaan dibandingkan masyarakat kota.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa faktor geografis sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, tetapi banyak pula ahli yang tidak menganggap hal ini sebagai faktor
yang cukup penting dibandingkan dengan unsur-unsur lainnya.
c. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian seseorang, terutama
unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi individu. Kebudayaan dapat
menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh
karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu
agar menjadi bagian dari dirinya dan ia dapat bertahan hidup. Proses mempelajari unsur-unsur
kebudayaan sudah dimulai sejak kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang
berbeda antar individu ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya. Contohnya,
orang Bugis memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan. Budaya ini telah membuat
orang-orang Bugis menjadi keras dan pemberani.
Walaupun perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang, para sosiolog ada yang menyarankan untuk tidak terlalu membesar-besarkannya
karena kepribadian individu bisa saja berbeda dengan kepribadian kelompok kebudayaannya.
Misalnya, kebudayaan petani, kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan
corak kepribadian yang berbeda-beda. Memang terdapat karakteristik kepribadian umum dari
suatu masyarakat. Sejalan dengan itu, ketika membahas bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas
sosial, dan kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, ataupun kelompok sosial
lainnya, terdapat kepribadian umum yang merupakan serangkaian ciri kepribadian yang dimiliki
oleh sebagian besar anggota kelompok sosial bersangkutan. Namun, tidak berarti bahwa semua
anggota termasuk di dalamnya. Artinya, kepribadian individu bisa saja berbeda dengan
kepribadian masyarakatnya.
Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Kebudayaan masyarakat tertentu
mencerminkan karakteristik kepribadian masyarakatnya.
d. Faktor Pengalaman Kelompok
Pengalaman kelompok yang dilalui seseorang dalam sosialisasi cukup penting perannya dalam
mengembangkan kepribadian. Kelompok yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
kepribadian seseorang dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1) Kelompok Acuan (Kelompok Referensi)
Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model yang penting bagi
gagasan atau norma-norma perilaku. Dalam hal ini, pembentukan kepribadian seseorang sangat
ditentukan oleh pola hubungan dengan kelompok referensinya. Pada mulanya, keluarga adalah
kelompok yang dijadikan acuan seorang bayi selama masa-masa yang paling peka. Setelah
keluarga, kelompok referensi lainnya adalah teman-teman sebaya. Peran kelompok sepermainan
ini dalam perkembangan kepribadian seorang anak akan semakin berkurang dengan semakin
terpencar nya mereka setelah menamatkan sekolah dan memasuki kelompok lain yang lebih
majemuk (kompleks).
2) Kelompok Majemuk
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Dengan
kata lain, masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan budaya dan ukuran moral
yang berbeda-beda. Dalam keadaan seperti ini, hendaknya seseorang berusaha dengan keras
mempertahankan haknya untuk menentukan sendiri hal yang dianggapnya baik dan bermanfaat
bagi diri dan kepribadiannya sehingga tidak hanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok

6
majemuk tempatnya berada. Artinya, dari pengalaman ini seseorang harus mau dan mampu
untuk memilah-milahkannya.
e. Faktor Pengalaman Unik
Pengalaman unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian itu berbeda-beda
antara satu dan lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak seorang
pun mengalami serangkaian pengalaman yang persis sama. Sekalipun dalam lingkungan
keluarga yang sama, tetapi tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama, karena
meskipun berada dalam satu, setiap individu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang
sama. Begitu juga dengan pengalaman yang dialami oleh orang yang lahir kembar, tidak akan
sama. Sebagai mana menurut Paul B. Horton, kepribadian tidak dibangun dengan menyusun
peristiwa di atas peristiwa lainnya. Arti dan pengaruh suatu pengalaman bergantung pada
pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya.
Tentang hubungan kepribadian dengan kebudayaan, sebagaimana menurut Ralph Linton bahwa
kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku. Adapun kepribadian
menurut Yinger adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem
kecenderungan tertentu. Dengan demikian, antara kepribadian dan kebudayaan terdapat
hubungan sebagai hasil dari suatu proses sosial yang panjang. Dalam proses yang disebut
sosialisasi itu, kepribadian atau watak tiap-tiap individu pasti mempunyai pengaruh terhadap
per kembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-gagasan, tingkah laku, atau
tindakan manusia itu ditata, dikendalikan, dan dimantapkan pola-polanya oleh berbagai sistem
nilai dan norma yang hidup di masyarakatnya.
Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut memberikan sumbangan pada pembentukan
kepribadian seseorang. Kepribadian suatu individu dalam suatu masyarakat walaupun berbeda-
beda satu sama lain, dirangsang dan dipengaruhi oleh nilai dan norma dalam sistem budaya dan
juga oleh sistem sosial yang telah diinternalisasi melalui proses sosialisasi dan proses
pembudayaan selama hidup, sejak masa kecilnya.
Havilland (1988) mengatakan bahwa praktik pendidikan anak bersumber dalam adat kebiasaan
pokok masyarakat yang berhubungan dengan pangan, tempat berteduh dan perlindungan, dan
bahwa praktik pendidikan anak pada gilirannya menghasilkan kepribadian tertentu pada masa
dewasa. Dari pernyataan tersebut, terlihat bagaimana kebudayaan yang hidup dalam suatu
masyarakat memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anggota masyarakatnya.
Selain kebudayaan sendiri menanamkan pengaruhnya terhadap individu, di sisi lain individu
juga mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya terhadap adat istiadat, sistem
norma, dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam lingkungan budayanya, yang dinamakan
enkulturasi. Contohnya seorang anak menyesuaikan diri dengan waktu makan dan tidur secara
teratur sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya.
Sebagai hasil mempelajari dan menyesuaikan pola pikirnya dengan unsur-unsur budaya secara
berkelanjutan, terbentuklah kepribadian individu yang sesuai dengan lingkungan budayanya.
Semua individu yang hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu mengalami pengaruh
lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan. Oleh karena itu, individu-individu
tersebut akan menampilkan suatu watak atau kepribadian yang seragam atau dinamakan juga
dengan kepribadian umum.
Dalam studi Abraham Kardinar tentang hubungan kepribadian umum dengan kebudayaan,
mengutarakan bahwa, semua warga dari suatu masyarakat memiliki struktur kepribadian dasar
yang sama. Alasannya, karena warga masyarakat dari suatu lingkungan tertentu cenderung
menjalani latihan bersama mengenai cara buang air kecil/besar, menjalani cara menertibkan
yang sama dalam masa kanak-kanak, cara menyapih yang sama, dan sebagainya. Sebagai orang
dewasa, mereka cenderung mempunyai unsur-unsur kepribadian tertentu yang sama.

7
Dari konsep kepribadian umum, makin dipertajam lagi dalam antropologi sehingga melahirkan
konsep baru yang dinamakan basic personality structure atau kepribadian dasar, yaitu semua
unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Misalnya,
kepribadian Barat memiliki ciri individualis, adapun kepribadian Timur lebih bersifat
gotong royong.
Soerjono Soekanto (1977) mencoba melihat adanya keterkaitan antara kebudayaan dan
kepribadian dalam ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu kebudayaan khusus (sub culture).
Menurutnya, ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi kepribadian sebagai
berikut.
Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Contohnya, jiwa berdagang identik dengan
ciri khusus orang Minangkabau, berlaut merupakan ciri orang Bugis.
ara hidup di kota dan di desa yang berbeda. Contohnya, masyarakat kota cenderung
individualistis dibandingkan masyarakat desa yang kekeluargaan dan gotong royong.
Kebudayaan khusus kelas sosial. Contohnya, cara berpakaian orang kaya berbeda dengan orang
miskin.
Kebudayaan khusus atas dasar agama. Contohnya, adanya berbagai mazhab melahirkan
kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
Kebudayaan khusus berdasarkan profesi. Contohnya, kepribadian seorang guru sangat berbeda
dengan politikus.
2.2 Bahasan
Berdasarkan teori yang telah kami ulas di atas, ada beberapa masalah yang menjadi topik pada
makalah ini. Diantaranya adalah; Apa itu daerah miskin; Bagaimana proses pembentukan
kepribadian di daerah miskin; Contoh kepribadian masyarakat daerah miskin; Bagaimana cara
pembentukan kepribadian yang baik di daerah miskin; Bagaimana cara menanggulangi
kepribadian negatif akibat pengaruh lingkungan.
Apa Itu Daerah Miskin
Di kota-kota besar di Negara-negara Dunia biasa ditemukan adanya daerah kumuh atau
pemukiman miskin. Adanya daerah kumuh ini merupakan pertanda kuatnya gejala kemiskinan,
yang antara lain disebabkan oleh adanya urbanisasi berlebih, di kota-kota tersebut. Secara
umum, daerah kumuh (slum area) diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman atau pun bukan
kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya
berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan
yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh
penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap diokupasi untuk dijadikan tempat
tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik
atau pusat kota, dan di bawah jembatan. Beberapa ciri-ciri daerah kumuh ini antara lain: Dihuni
oleh penduduk yang padat dan berjubel, baik karena pertumbuhan penduduk akibat kelahiran
mapun karena adanya urbanisasi. Dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah dan tidak
tetap, atau berproduksi subsisten yang hidup di bawah garis kemiskinan. Rumah-rumah yang
ada di daerah ini merupakan rumah darurat yang terbuat dari bahan-bahan bekas dan tidak layak.
Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, biasanya ditandai oleh lingkungan fisik yang jorok
dan mudahnya tersebar penyakit menular. Langkanya pelayanan kota seperti air bersih, fasilitas
MCK, listrik, dsb. Pertumbuhannya yang tidak terencana sehingga penampilan fisiknya pun
tidak teratur dan tidak terurus; jalan yang sempit, halaman tidak ada, dsb. Kuatnya gaya hidup
pedesaan yang masih tradisional. Secara sosial terisolasi dari pemukiman lapisan masyarakat
lainnya. Ditempati secara ilegal atau status hukum tanah yang tidak jelas ( bermasalah ).
Biasanya ditandai oleh banyaknya perilaku menyimpang dan tindak kriminal.

8
Proses Pembentukan kepribadian di daerah miskin
Proses pembentukan kepribadian dilakukan sepanjag hidup. Baik dalam lingkungan pendidikan
maupun lingkungan rumah. Pada bahasan kali ini, kami mengambil salah satu daerah di
Tapos,Depok Jawa barat. Adapun tempat yang kami ambil adalah Kampung kebayunan.
Dimanapernah dilakukan oleh salah satu teman kami pada tahun 2011.
Dari yang pernah kami amati pembentukan kepribadian di daerah ini lebih berpengarh
besar pada lingkungan rumah dan tempat gaul atau dalam artian tempat nongkrong.
Mengapa demikian? Dari yang telah diamati sebelumnya bahwa di daerah ini jarang sekali
adanya sekolah. Sekolah yang ada pun hanya sebatas sekolah singgah yang tak semua anak
dapat sekolah. Hal ini dikarenakan kebanyakan dari mereka harus berkerja membantu keluarga
mereka.
Untuk anak seusia kira- kira 3 sampai 5 tahun, mereka masih berada dalam pengawasan orang
tua. Pemebentukan kepribadian di umuran ini hanya yang berpengaruh pada agen keluarga dan
lingkungan tempat mereka tinggal. Dimana banyak sekali anak bermain di lingkungan tersebut.
Dari yang telah diamati, anak-anak dapat melihat serta mendengar apa yang ada di lingkungan
tersebut. Sang anak pun mengolah nilai nilai kebiasaaan dan budaya yang ada di lingkungan,
sehingga tertanamlah nilai dalam diri anak tersebut yang terakumulasi sehingga terbentuk
kepribadian yang tumbuh dalam diri anak tersebut.
Pembentukan kepribadian tak selamanya dari kecil. Ada pula pembentukan kepribadian ketika
menginjak remaja. Dari pengamatan yang telah dilakukan, ketika anak menginjak remaja disaat
itulah sang anak mencari jati diri. Di saat inilah anak harus menemukan teman yang dapat
memberikan pengaruh positif. Dari daerah yang telah diamati, ada seorang kawan yang ia
awalnya merupakan anak yang baik, namun setelah ia berteman dengan teman yang sangat suka
nongkrong, dalam waktu kurun 3bulan, sikap nya pun berubah. Dari hal itu kami dapat
menyimpulkan bahwa teman sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian. Terutama
dimasa-masa remaja ,dimana disaat itu orang orang sedang mencari jati diri. Nilai-nilai yang
didapat akan dapat cepat masuk dan ditangkap oleh diri ketika seseorang di masa ini.
Contoh kepribadian masyarakat daerah miskin
Adapun yang telah kami amati anak-anak di daerah ini memiliki banyak kepribadian:
1. Pemarah. Pada daerah ini,dari yang kami amati anak-anaknya mudah sekali marah dan keras.
Hal ini bisa saja dikarenakan kehidupan mereka yang keras dan lingkungan mereka yang kurang
mendukung. Kemudian perlakuan orang tua yan terlalu menekankan anak harus begini dan
begitu juga dapat membentuk kepribadian pemarah seperti ini.
2. Suka berkata kotor
Dari yang telah diamati,anak-anak,remaja hingga orang tua di daerah ini sering sekali berkata
kotor. Hal ini dikarenakan nilai-nilai berkata kotor yang telah membudaya, ditambah dengan
kehidupan mereka yang keras. Sehingga sangat mendukung sekali dalam pembentukan
kepriadian.
3. Pekerja keras
Kehidupan yang dibilang kurang, membuat mereka harus berfikir dan berkerja setiap harinya
agar tetap hidup. Mulai dari anak kecil, hingga orang tua di daerah ini memiliki sifat pekerja
keras. Sifat ini merupakan sifat positif yang dapat diambil ketika dilakukan pengamatan ke
daerah ini.
Bagaimana cara pembentukan kepribadian yang baik di daerah miskin
Bagaimana membentuk kepribadian positif di daerah miskin? Dari yang telah diamati, ada
banyak agen membentuk kepribadian positif. Pembekalan ilmu batiniah atau agama dan nilai-

9
nilai positif sangat penting sejak dini. Pembekalan itu setidaknya dapat berfungsi sebagai
tameng dan memperkaya diri akan nilai positif. Lingkungan sekolah dapat pula dijadikan
sebagai agen positifndalam pembentukan kepribadian,lingkungan pengajian,dan lingkungan
rumah yang baik. Perlu adanya kepedulian sesama untuk membentuk lingkungan yang baik dan
kondusif dalam pembentukan kepribadian. Sikap orang tua juga sangat menentukan dalam
pembentukan kepribadain anak.
Orang tua dalam mendidik anak diusahakan jangan terlalu keras dan terlalu lembut. Perlu
adanya tarik ulur dalam mendidik anak. Didikan yang terlalu keras dapat membentuk
kepribadian anaka yang keras pula. Anak yang seharus nya dapat berkembang lebih auh, namun
karena orang tua yang mengekangg dan terlalu keras dapat menjadikan anak pemarah, takut
dalam bertindak, malu, dan tidak percaya diri. Sedangkan hal ini dapat dibilang sangat buruk
apabila hal ini tertanam dalam diri seorang anak. Jadi orang tua jangan selalu mengekan anak.
Perlu adanya mengekang apabila hal itu salah, namun apabila hal itu benar dan dapat
memberikan anak pengalaman, biarlah anak berkembang dan mengembangkan dir nya dan
memperkaya diri dengan pengalaman yang akan dibutuhkan.
Selain orang tua,lingkungan juga perlu mendukung. Lingkungan yang memiliki nilai nilai
negatif dapat berdampak buruk pada pembentukan kepribadian seseorang. Lingkungan dapat
dibilang sebagai pembentuk kepribadian ke 2 setelah keluarga. Karena di lingkungan inilah
kepribadian yang lebih luas akan terbentuk. Karena itu, kita harus memilih lingkungan yang
baik. Dan lingkungan juga harus mendukung dalam upaya penanaman kepribadian yang baik
seperti budaya gotomg royong,saling mengasihi, toleransi,dan komunikasi yang baik. Karena
hal tersebut dapat membentuk kepribadian seseorangg lebih berjiwa besar,suka membantu dan
berani.
Dalam berteman kita juga harus memilih. Bukan dalam artian membatasi, tetapi kita harus
memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk dari pertemanan. Karena teman
sangat berpengaruh dalam penentuan kepribadian kita. Dalam berteman kita perlu mencari
teman yang dapat memberika pengeruh-pengaruh positif dan mengajak kita ke hal-hal yang
positif.
Bagaimana cara menanggulangi kepribadian negatif akibat pengaruh lingkungan
Bagaimana cara menanggulangi menanggulangi kepribadian negatif akibat pengaruh
lingkungan? Yang pertama, kita harus menyuplai nilai-nilai possitif ke dalam diri kita dengan
mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengmbalikan diri kita kepada Tuhan sangatlah berpengaruh
baik pada diri kita. Kemudian kita harus terbuka dan mencoba pergi ke suatu lingkungan yang
memiliki nilai-nilai yang baik

10
BAB III
PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan ulasan yang telah diulas, kami menyimpulkan bahwa ada banyak agen-agen
pembentukan kepribadian seperti keluarga, teman,sekolah,dan lingkungan rumah. Pembentukan
kepribadian tak selamanya sejak kecil. Prmbentukan kepribadian dapat terjadi kapan saja hingga
kita tua. Pemilihan lingkungan dan teman sangat penting. Karena ke-2 komponen itu dapat
berpengaruh kepada kepribadian kita

11
Daftar Pustaka

1. http://kaluargi.blogspot.com/2012/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
2. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/05/pengertian-sosialisasi-dan-pembentukan-
kepribadian.html
3. http://www.fuze-
road40.xyz/tdownload.php?version=1.1.5.26&campid=15047&prefix=Sosialisasi-dan-
Pembentukan-
Kepribadian.pdf&ti1=6wv_V1XeNNOpRIa_NVqeE_u6Kfn32UIT9S_Al3J_BgcyI9NLM
MJCJdexi8aQkXoJt4yhSeAxiQI-4-
ObmBqfGvUKSj5PyoE6PNasPCHFgS6MlVGwaUnN&instid[appname]=Sosialisasi-dan-
Pembentukan-
Kepribadian.pdf&s1=8fda21db2aee866b014fcb6acfef3f34d84f6381&t1=1441785691
4. http://ukhuwahislah.blogspot.com/2013/06/makalah-sosialisasi-dan-
pembentukan_9704.html
5. http://pinterdw.blogspot.co.id/2012/03/permukiman-kumuh-pengertian-dan-ciri.html

12

Anda mungkin juga menyukai