Anda di halaman 1dari 3

KETAHANAN NASIONAL INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Globalisasi Sebagai Tantangan

Globalisasi adalah gejala menyatunya kehidupan manusia di dunia tanpa mengenal batas batas fisik
geografik dan sosial. Dia dipicu oleh kemajuan pesat dalam bidang teknologi yang dikenal dengan
Tripel T Revolution yaitu perkembangan kemajuan di sekstor teknologi informasi, transportasi dan
trade (liberlaisasi Perdangangan)

Terdapat empat jenuis proses yang menyatukan kehidupan manusia, yaitu citra global, mal global,
tempat kerja global dan keuangan global.

Globalisasi merupakan tantangan dan menurut Champy, lingkungan yang mampu menghadapi
tantangan masa depan itu yaitu lingkungan yang merangsang pikiran majemuk. Lingkungan ini tidak
mungkin ditentukan oleh produsen, tetapi oleh tim yang sadar akan tujuan yang dicapai dan peka
terhadap keinginan konsumen. Untukk memenuhi selera pasar konsumen diperlukan manusia-
manusia yang menguasi ilmu dan ketrampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan
penuh tanggung jawab.

Masyarakat masa depan merupakan masyarakat yang meritokrasi yaitu masyarakat yang
menghormati prestasi daripada stastusnya dalam organisasi. Selain itu, lingkungan yang
menghormati seseorang yang dapat menuntaskan pekerjaannya dan bukan berdasarkan
kedudukannya di dalam organisasi.

Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yang telah menyatukan kehidupan manusia maka timbul
kesadaran yang lebih intern terhadap hak-hak dan kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu,
kehidupan demokrasi semakin marak dan manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk
penindasan, kesengsaraan, diktator dan perang. Oleh karena itu liberalisasi dalam bidang ekonomi ini
menuntut liberalisasi dalam bidang politik, di mana keduanya harus berjalan seiring dan saling
menunjang.

Di satu pihak, ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi di pihak lain terjadi trend politik lahirnya
ratusan negara baru. Dalam kaitan ini, apakah globalisasi ini akan menghilangkan nation staste dan
identitas bangsa. Apa yang dikemukakan terutama dalam bisnis komunikasi dan informasi memang
akan menebus batas-batas nation, tetapi tidak dengan sendirinya menghilangkan identitas suatu
bangsa.

Apabila kita mengenal bentuk-bentuk budaya yang terikat pada waktu dan pada tempat yang
beraneka ragam dengan kekhasannya kini dlam proses globalisasi menjadi ancaman. Kontak budaya,
tidak terelakkan akibat komunikasi yang semakin lancar. Terjadilah relativisasi nilai budaya dan
memungkinkan munculnya sinkretisme budaya yang sifatnya transnasional.

Kita melihat akibat dari ekploitasi sumber daya, gaya hidup yang konsumerisme, urbanisasi dan
pembangunan yang ekstensif dan intensif dengan segala eksesnya menjadi bencana bagi umat
manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi. Di sisi lain, kitamelihat keterbatasan daya
dukung planet bumi kerena terbatasnya sumber daya alam dan jumlah penduduk yang terus
bertambah serta perusakan bumi oleh manusia itu sendiri. Melhat hal ini, kita bisa berpandangan
pesimis, namun ada juga yang berpandangan optimis karena pada dasarnya manusia dapat
memecahkan masalahnya sendiri akibat dari kemampuan teknologi yang diciptakan.

Dalam kondisi ini muncul gagasan yang optimis, yaitu hendaknya umat manusia membuat satu
kampung global temapt hidup manusia bersama-sama memecahkan masalahnya mengenai dunia
yang makmur, damai, dan sejahtera. Sejalan dengan itu, gagasan pemerintahan global diutarakan
karena kekhawatiran umat manusia atas bumi yang memerlukan pemeliharaan agar pembangunan
dapat berkesinambungan.

Globalisasi dan Nasionalisme

Globalisasi yang dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media masaa melalui media
telekomunikasi dianggap akan menghilagkan batas geografi suatu negara. Akibatnya, nasionalisme
akan kehilangan wujud aslinya dan berganti menjadi universalisme atau globalisme dimana
orangakan menjadi warga dunia, bukan warga suatu yang batas-batas geografinya sudah jelas.

Menurut Kenichi Ohmae yang memunculkan Pemikiran Dunia Tanpa Batas, bahwa apa yang
diutarakan terutama dalam bidang bisnis, telekomunikasi, informasi maupun transportasi akan
menmbus batas-batas negara, tetapi tidak dengans endirinya akan menghilangkan negara, bangsa
dan identitas suatu bangsa. Nasionalisme tetap ada dan relevan dibicarakan mengingat:

 Manusia bukanlah sekedar mass product, tetapi makhluk yang berakal perasaan dan
berbudaya.
 Fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang bergolong-golong (primordial)
 Proses globalisasi tidak akan berjalan secara mekanistik dan pada akhirnya proses tersebut
diciptakan dan dikendalikan oleh manusia.

Ancaman nasionalisme bukanlah dari globalisai (eksternal) melainkan banyak ditentukan dari
masalah-masalah internal yaitu dari situasi ekonomi, sosial, politik, dan keamanan di dalam negeri.
Nasionalisme dewasa ini mempunyai objek yang berbeda jika dibandingkan dengan nasionalisme di
masa penjajahan. Di masa penjajahan objek nasionalisme adalah penjajah yang diwujudkan dalam
kesediaan untuk ikut berjuang melawan penjajah. Sedangkan nasionalisme dewasa ini berkembang
dari persepsi individu warga negara terhadap negaranya karena penjajah sudah pergi.

Tantangan utama dalam mempertahankan nasionalisme tidak ditentukan semata-mata oleh


tantangan dari luar, melainkan tantangan tersebut dapat berwujud upaya untuk mejaga citra dan
bangsa agar selalu positif dan dengan demikian menjadi kebanggaan bagi seluruh warga negara.
Sementara itu, dalam era globalisasi ini dimana derasnya isu demokratisai, hak asasi manusia dan
lingkungan hidup yang melanda dunia. Sebagai bangsa Indonesia, kita dapat menerima dan metode
berpikir Pancasila.

Meningkatkan Ketahanan Nasional Indonesi dalam Menghadapai Era Globalisasi

Kelemahan dan Kekuatan Indonesia dalam Menghadapai era Globalisasi:

1. Geografi
2. Sumber Daya Alam
3. Demografi
4. Ideologi
5. Politik
6. Ekonomi
7. Sosial Budaya
8. Pertahanan dan Keamanan

Tannas yang diharapkan di era globalisasi:


Tannas Indonesia harus mampu memberikan jaminan terhadap: identitas dan integritas nasional,
eksistensi bangsa Indoesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tercapainya tujuan dan
cita-cita nasional.

Penerapan pendekatan Tannas dalam pembangunan nasional sejalan dengan kelemahan dan
kekuatan yang kita miliki maka diperlukan pengaturan dalam segenap aspek kehidupan bangsa.

Dalam aspek Trigatra yang perlu mendapat perhatian:

1. Pengaturan tata ruang wilayah nasional yang serasi antara kepentingan kesejahteraan dan
kepentingan keamanan.
2. Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya sain, dan
lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. Pembinaan kependudukan.

Aspek pancagatra yang perlu diperhatikan:

1. Pemahaman penghayatan dan pengamalan pancasila (ideologi)


2. Penghayatan budaya pancasila
3. Mewujudkan perekonomian yang efisien, pemerataan dan pertumbuhan yang tinggi.
4. Memantapkan identitas nasional Bhineka Tunggal Ika
5. Memantapkan kesadaran bela negara

Anda mungkin juga menyukai