A. Latar Belakang
Kepribadian merupakan sesuatu hal yang tersurat dan tersirat pada diri seorang manusia.
Kepribadian seorang manusia dipengaruhi oleh banyak aspek. Kepribadian seorang manusia juga
memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan dan kebahagiaan seseorang.
Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda meskipun, terkadang memiliki
kemiripan ataupun kesamaan. Ada beberapa manusia yang memiliki kepribadian baik adapula
yang kurang baik. Seperti yang saya sampaikan tadi, bahwasanya kepribadian manusia beragam
disebabkan oleh banyak aspek.
Kepribadian yang cenderung baik ataupun kurang baik tersebut sebenarnya memiliki
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Melihat banyaknya potensi yang dimiliki oleh
manusia terutama akal, seharusnya manusia mampu mengurangi kekurangan dan memupuk
kelebihan yang ada pada dirinya.
Pendidikan merupakan bagian yang memiliki porsi cukup banyak terhadap terbentuknya
kepribadian manusia. Pendidikan meliputi pendidikan dalam kandungan, pendidikan orang tua
dan pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan yang tepat akan mewujudkan manusia yang
memiliki kepribadian yang baik.
Pada masa sekarang sering kali ditemukan manusia yang memiliki kepribadian yang
kurang baik sehingga menimbulkan permasalahan pada dirinya sendiri ataupun makhluk
disekitarnya. Padahal sudah dijelaskan didalam al-Qur’an bahwasanya manusia memiliki tugas
sebagai khalifah dibumi. Bagaimana jika makhluk yang dijadikan khalifah tersebut ternyata
memiliki kepribadian yang kurang baik?.
Memang pengetahuan mengenai kepribadian manusia yang paling valid hanya Tuhan dan
dirinyalah yang mengetahui, namun setidaknya kita memanfaatkan akal yang telah
dianugerahkan Tuhan kepada kita untuk menyelidiki, mengarahkan dan mewujudkan
kepribadian manusia yang seutuhnya. Terlebih posisi kita sebagai seorang praktisi pendidikan,
seharusnya kita mengetahui apa itu kepribadian dan segala macam pengetahuan mengenai hal
tersebut agar kita mampu memberikan upaya yang tepat untuk menciptakan generasi bangsa
yang memiliki kepribadian yang baik untuk kemajuan bangsa.
Atas dasar itulah, penulis berargumen bahwa kita sebagai praktisi pendidikan perlu untuk
mengetahui segala informasi mengenai proses perkembangan kepribadian manusia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
a Tahap Oral
Tahap oral dimulai dari 0-1 tahun. Pada tahap ini, anak menjadikan mulut sebagai sumber
kenikmatan. Perbuatan seperti menghisap dan menelan merupakan metode utama untuk
mendapatkan kepuasan. Misalnya seorang anak memasukan jari kedalam mulutnya.
b Tahap Anal
Tahap ini dimulai dari 1-3 tahun. Anus menjadi sumber kenikmatan pada masa ini.
misalnya yaitu dengan BAB. Pada masa ini, orang tua harus memulai untuk melatih kebersihan
pada anak.
c Tahap Phalllik
Tahap ini terjadi pada usia 4-5 tahun. Anak mulai memperhatikan alat kemaluannya.
Pada masa ini terjadi perkembangan psikologis, terutama terkait dengan kehidupan psikososial
keluarga atau perilakunya terhadap anak. Anak mulai berperilaku mementingkan dirinya sendiri
dan berorientasi pada dirinya sendiri.
d Tahap Latensi
Tahap ini dimulai pada usia 6-12 tahun. Tahap ini merupakan tahap tenang dimana segala
sesuatu yang berhubungan dengan seks dihambat dan ditekan. Pada tahap ini anak
mengembangkan kemampuan mengalihkan dorongan yang tidak sesuai dengan sesuatu yang
lebih baik. misalnya dengan mengerjakan tugas sekolah dan olahraga.
Anak sudah mulai mengembangkan relasi sosial melalui perhatian dan pertemanan
meskipun hanya terbatas pada teman yang memiliki jenis kelamin sama. Proses identifikasi juga
engalami perluasan yang tidak hanya terbatas pada orang tuanya namun semua orang yang ada
disekitarnya.
e Tahap Genital
Tahap ini kisaran umur 12 atau 13 tahun. Pada tahap ini, seorang anak mulai masuk pada
masa remaja yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi. Anak sudah mulai mencintai
orang lain dan memiliki motif altruis (memperhatikan orang lain).
Pada masa ini anak terdorong untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan kelompok dan
perhatiannya sudah tidak pada kenikmatan dirinya sendiri akan tetapi pada kehidupan sosial yang
nyata.[4]
2. Pembagian Kepribadian
Pada dasarnya setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda satu sama lainnya,
penelitian mengenai kepribadian manusia sudah dilakukan oleh para ahli sejak dulu kala. Seperti
halnya Paul Gunadi membagi tipe kepribadian seseorang menjadi empat jenis, yaitu :
1) Tipe Sanguin
Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa
membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsif,
bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah
sekali dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang
bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam buku milik Tim LaHaye, orang-orang
sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu
memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.
2) Tipe Flegmatik
Tipe ini adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi.
Dia tidak menampakkan emosi misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak
nampak dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan
introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-
masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang
tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil
mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang kurang mau
berkorban bagi yang lain. Maka salah satu hal yang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah
kemurahan hati. Karena dia cenderung menjadi orang yang egois.
3) Tipe Melankolik
Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus,
yang paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasaannya sangat kuat,
sangat sensitif. Kelemahan orang melankolik adalah orang-orang yang mudah sekali dikuasai
oleh perasaan. Perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung.
Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau tertawa terbahak-
bahak.
4) Tipe Kolerik
Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Dia adalah seseorang yang
mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas
dengan setia dan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang kolerik
adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain, belas kasihannya
terhadap penderitaan orang lain juga minim, karena perasaannya kurang bermain.
Lain halnya dengan Paul Gunadi, Eduard Spranger ahli ilmu jiwa dari Jerman, mencoba
mengadakan penyelidikan kepribadian manusia dengan cara lain. Ia mengadakan penggolongan
tipe manusia berdasarkan sikap manusia itu terhadap nilai kebudayaan yang hidup di dalam
masyarakat. Nilai kebudayaan itu di baginya menjadi enam golongan, yaitu : politik, ekonomi,
social, seni, agama, dan teori. Berdasarkan hal tersebut, ia membagi kepribadian manusia
menjadi enam golongan, yaitu :
i. Manusia politik : Orang bertipe politik ini memiliki sifat suka menguasai orang lain.
ii. Manusia ekonomi : Yakni, suka bekerja dan mencari untung merupakan sifat-sifat yang paling
dominan pada tipe oang ini.
iii. Manusia social : Orang bertipe social memiliki sifat-sifat suka mengabdi dan berkorban
untuk orang lain.
iv. Manusia seni. : Jiwa orang yang bertipe ini, selalui dipengaruhi oleh nilai-nilai keindahan.
v. Manusia agama. : Bagi mereka yang lebih penting dalam hidup ialah mengabdi kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
vi. Manusia teori : Sifat-sifat manusia ini antara lain suka berfikir, berfilsafat, dan mengabdi
pada ilmu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, perkembangan dan kepribadian
adalah sesuatu hal yang saling berhubungan didalam diri pribadi masing-masing insan manusia.
Dimana “ Perkembangan menunjuk pada suatu peroses manusia kearah yang lebih baik
atau sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang lagi. Perkembangan menunjuk ada perubahan
yang bersifat stagnan dan tidak dapat diputar kembali. Sedangkan “ Kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya “.
Sedangkan perkembangan sosial merupakan, pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Kemampuan sosial anak merupakan diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul atau bersosial dengan orang dilingkungannya.
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan Kepribadian, Jakarta,
Rineka Cipta
Dede Rahmat Hidayat, 2002 Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling, Bogor:
Ghalia Indonesia
J. Mahari dkk, 2005.Kiat Mengatasi Gangguan Kepribadian,Yogyakarta:Saujana,
Inge Hutagalung,2007. Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif,
Jakarta: Indeks,
Daniel Cervone, Lawrence A. Pervin, 2007. Kepribadian Teori dan Penelitian, terj. Aliya
Tusyani dkk, Jakarta: Salemba Humanika,