Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena ridhonya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah Psikologi“PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”
yang telah disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan karakteristik profesi
keperawatan.
Makalah ini ditulis dengan menggunakan bahasa yang sederhana, komunikatif, dan
interaktif.Psikologi diberikan kepada Mahasiswa D3 Keperawatan.
Kami menyadari segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik secara materi
maupun dalam penggunaan tata bahasanya. Meskipun demikian,penulis berharap bahwa
makalah ini dapat memberikan sumbangan dalam mempermudah pelaksanaan kegiatan
proses belajar mengajar di kelas.
Pada kesempatan ini,kami menyampaikan ucapan terimakasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Demi kesempurnaan dan kebaikan
dalam penyusunan makalah ini,kami menerima saran dan kritik,khususnya teman-teman
seprofesi. Semoga Allah SWT berkenan membalasnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
1.3 Manfaat ...................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
2.1 Tahap perkembangan kepribadian ............................................................. 3
2.2 Objek perkembangan kepribadian ............................................................. 5
2.3 Perkembangan Kepribadian ..................................................................... 15
2.4 Gangguan fungsi reproduksi.................................................................... 17
2.5 Penyimpangan psikologi ......................................................................... 19
BAB III. PENUTUP ................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
a) Latar belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki
sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau
tidak mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi
dan diarahkan oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan
berkembang proses penyesuaian yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia
aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang
memberi peluang kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya.
Penyesuaian diri adalah suatu proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian
yang sehat mentalnya adalah memiliki kemampuan untuk mengadakan penyesuaian
diri secara harmonis, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya
b) Tujuan
1. Mengidentifikasi tahap perkembangan kepribadian
2. Mengidentifikasi objek perkembangan kepribadian
3. Mengidentifikasi perkembangan kepribadian
4. Mengidentifikasi ruang lingkup seks dan gangguan fungsi reproduksi
5. Mengidentifikasi penyimpangan psikologis yang meliputi
pobhia,kecemasan,dan sizophrin.
c) Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang perkembangan kepribadian
2. Meningkatkan pemahaman tentang tahap perkembangan kepribadian

1
3. Meningkatkan pemahaman tentang objek perkembangan kepribadian
4. Meningkatkan pemahaman tentang ruang lingkup seks dan gangguan fungsi
reproduksi
5. Meningkatkan pemahaman tentang penyimpangan psikologis yang meliputi
pobhia,kecemasan,dan sizophrin.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 fase yang paling dominan dalam membentuk kepribadian dan bakat pada seseorang
Tahap tahap perkembangan secara umum bisa dilihat sebagai berikut:
1. Fase Pertama
Diutarakan oleh Charles H. Cooley (1864- 1929) bahwa tahap perkembangan
kepribadian yang pertama dimulai sejak usia dini yaitu pada usia satu sampai dua
tahun. Pada usia ini anak sudah mulai mengenali dirinya sendiri. Pada fase pertama
ini kepribadian orang dibedakan menjadi dua bagian. Unsur dasar yang dimaksud
adalah unsur dasar kepribadian (basic personality structure) dan capital personality.
Kedua unsur dasar ini merupakan sifat dasar manusia yang berasal dari biologis
secara turun temurun.
2. Fase Kedua
Fase kedua merupakan. Fase ini ada pada usia dua sampai tiga tahun. Fase ini
adalah fase perkembangan potensi yang memang sudah dimiliki oleh anak.
Perkembangan karakter yang terjadi sesuai dengan lingkungan tempat tinggal dan
tipe pergaulannya, struktur budaya dan nilai pada masyarakat sosialnya.
Pada fase ini anak bisa sudah memahami pandangan orang lain terhadap dirinya,
misalnya manis, cantik, bodoh, pinter, atau lainnya. Penilaian bisa terjadi secara
positif atau negatif. Apabila anak mendapatkan penilaian positif maka anak akan
merasakan rasa bahagia, senang. Sebaliknya apabila anak mendapatkan penilaian
negatif, maka anak akan merasa sedih, frustasi. Dengan begitu anak akan berusaha
untuk merubah dirinya dengan kepribadian yang baik agar mendapatkan perhatian
positif dari orang orang disekitarnya.
Fase ini berlangsung cukup panjang sampai menjelang dewasa dan mulai tampak
perilaku perilaku khas yang menandakan karakter unik seseorang tersebut. Tipe
perilaku yang khas tampak dalam beberapa hal berikut:

1
 Dorongan- dorongan (drives)
Unsur ini merupakan pusat dari keinginannya manusia untuk melakukan suatu
aktivitas dan membentuk motif tertentu dalam mewujudkannya menjadi nyata.
Drives ini dibedakan menjadi kehendak dan nafsu. Kehendak merupakan dorongan
dorongan yang bersifal budaya artinya sesuai dengan lingkungan, peradapan, dan
tingkan perekonomian. Sedangkan nafsu merupakan kehendak yang didorong oleh
kebutuhan biologis misalnya nafsu makan, minum, dan lainnya.
 Naluri (instinct)
Naluri adalah dorongan yang bersifat alamia tau kodrati dan melekat pada manusia
atau makhluk hidup. Misalnya naluri seorang ibu yang ingin melindungi anaknya.
Namuli dimiliki oleh semua makhluk hidup yang memiliki pikiran dan didapatkan
tidak dari pembelajaran namun menyatu dengan hakekat makhluk hidup tersebut.
 Getaran hati (emosi)
Emosi adalah perasaan yang abstrak berasal dari hati dan distimulus oleh suatu
kondisi atau situasi. Emosi menjadi pengukur kondisi kejiwaan seseorang dan
mempengaruhi perilaku, misalnya senang, sedih, marah, empati, dan lain
sebagainya. Meskipun pengungkapan ekspresi atau emosinya sama, namun setiap
individu memiliki ciri khas cara mengekspresikan emosi tersebut dengan gerakan
yang berbeda.
 Perangai
Peringai merupakan perwujudan dari hati dan pikiran manusia dan tampak dari
tampilan fisik seperti raut muka, perilaku, gerak gerik. Peringai merupakan unsur
kepribadian yang mulai nyata, dapat dilihat, dan terindentifikasi. Tipe kepribadian
tercermin dari setiap perilaku individu.
 Intelegensi (IQ)
Intelegensi disebut juga tingkat kecerdasan yang ada pada setiap orang. Kemampuan
berpikir yang dimiliki setiap orang ini berbeda beda. Intelegensi didalamnya terkait
dengan IQ, ingatan, pengetahuan, pengalaman yang pernah diperoleh oleh seseorang

2
dari interaksi sosialnya. Intelegensi juga bersifat genetik atau diturunkan, sehingga
keluarga yang cenderung cerdas akan memiliki keturunan yang cerdas pula.
 Bakat (talent)
Bakat merupakan sesuatu yang sifatnya abstrak dan merupakan bawaan bersifat
genetik dari orang tua. Misalnya bakat bernyanyi, bakat menari, bakat seni, dan
lainnya. Bakat merupakan dasar dari pengembangan ketrampilan seseorang yang
lebih baik lagi. Bakat bisa di asah terus menerus untuk menjadi profesional dalam
bidang tertentu. Melalui pengarahan dan pengembangan bakat yang baik, akan
mengembangkan potensi anak dengan sangat baik pula.
3. Fase Ketiga
Fase ketiga ini merupakan proses perkembangan kepribadian seseorang yang mulai
luas. Fase ini merupakan fase terakhir. Fase ini ditandai dengan semakin stabilnya
karakter seseorang dengan perilaku khasnya. Pada fase ini perkembangan
kepribadian cenderung menetap secara permanen yaitu dengan terbentuknya
perilaku yang khas dan perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak sebelumnya.
Fase ketiga ini bisa terbentuk sampai usia dewasa yaitu sampai usia 25-28 tahun.
Setelah kepribadian ketiga terbentuk, maka diklasifikasikan menjadi tiga tipe
kepribadian yaitu:
 Kepribadian normatif (normative man)
Tipe kepribadian ini merupakan yang ideal. Seseorang dengan tipe kepribadian ini
memiliki prinsip prinsip yan gkuat dalam menerapkan nilai sentral yang ada dalam
dirinya. Prinsip prinsip yang diterapkan merupakan hasil dari sosialisasi pada masa
sebelumnya. Tipe kepribadian normatif ini bisa didapatkan apabila seseorang
mendapatkan perlakuan terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai
dengan tata nilai pada suatu kelompok sosial lingkungannya. Tipe ini dapat
menyesuaikan diri dalam kelompok sosial dan memiliki kemampuan untuk
menampung aspirasi orang lain. Tipe kepribadian normatif mampu bersifat netral
dan tidak mendominasi dalam suatu kelompok.

3
 Kepribadian otoriter (otoriter man)
Tipe ini dibentuk dari proses interaksi dengan lingkungan sosial yang menghasilkan
individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan
kepentingan orang lain. Tipe ini biasa terjadi pada anak tunggal.Anak tunggal sudah
terbiasa mendapatkan kasih sayang dan semuanya hanya untuk dirinya sendiri. Anak
tunggal terbiasa mendapatkan perlindungan dan dukungan dari orang sekitarnya
sejak kecil, serta biasa memimpin kelompoknya. Kepribadian otoriter pada individu
menjadikannya tipe orang yang berfokus pada diri nya sendiri dan mengendalikan
sekitarnya sesuai keinginannya.
 Kepribadian perbatasan (marginal man)
Tipe kepribadian ini relatif stabil dan memiliki ciri khas dan prinsip tertentu yan
gditunjuukkan dengan perilaku tertentu dan sering kali mengalami perubahan.
Sehingga orang dengan tipe ini memiliki lebih dari satu karakter kepribadian. Orang
bisa memiliki tipe kepribadian perbatasan apabila dirinya hidup dalam lingkungan
dua budaya, misalnya dengan latar belakang orang tua yang berbeda negara dan
beda budaya dan harus belajar dua struktur budaya yang berbeda. Anak yang
tumbuh dalam dua budaya yang berasal dari orang tuanya, akan memiliki
kepribadian yang cukup unik. Kepribadian anak berasal dari kebiasaan yang
bercampur antar budaya yang diterapkan dalam lingkungan rumahnya.
https://dosenpsikologi.com/tahap-perkembangan-kepribadian

4
2.2 Objek Perkembangan Kepribadian
1. Perkembangan anatomis
Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan adanya perubahan kuantitatif pada
struktur tulang belulang. Indeks tinggi dan berat badan, proporsi tinggi kepala
dengan tinggi garis keajegan badan badan secara keseluruhan.
2. Perkembangan fisiologi
Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya perubahan-perubahan secara
kuantitatif, kualitatif dan fungsional dari sistem-sistem kerja hayati seperti
konstraksi otot, peredaran darah dan pernafasan, persyaratan, sekresi kelenjcar dan
pencernaan.
Aspek fisiologi yang sangat penting bagi kehidupan manusia adalah otak (brain).
Otak dapat dikatakan sebagai pusat atau sentral perkembangan dan fungsi
kemanusiaan. Otak ini terdiri atas 100 miliar sel syaraf (neuron), dan setiap sel
syaraf tersebut, rata-rata memiliki sekitar 3000 koneksi (hubungan) dengan sel-sel
syaraf yang lainnya. Neuron ini terdiri dari inti sel (nucleus) dan sel body yang
berfungsi sebagai penyalur aktivitas dari sel syaraf yang satu ke sel yang lainnya.
3. Perkembangan perilaku psikomotorik
Loree (1970 : 75) menyatakan bahwa ada dua macam perilaku psikomotorik utama
yang bersifat universal harus di kuasai oleh setiap individu pada masa bayi atau
awal masa kanak-kanaknya ialah berjalan (walking) dan memegang benda
(prehension). Kedua jenis keterampilan psikomotorik ini merupakan basis bagi
perkembangan keterampilan yang lebih kompleks seperti yang kita kenal dengan
sebutan bermain (playing) dan bekerja (working).
Dua prinsip perkembangan utama yang tampak dalam semua bentuk perilaku
psikomotorik ialah (1) bahwa perkembangan itu berlangsung dan yang sederhana
kepada yang kompleks, dan (2) dan yang kasar dan global (gross bodily movements)
kepada yang halus dan spesifik tetapi terkoordinasikan (finely coordinated
movements).

5
 Berjalan dan Memegang Benda
Keterampilan berjalan diawali dengan gerakan-gerakan psikomotor dasar
(locomotion) yang harus dikuasainya selama tahun pertama dari kehidupannya.
Perkembangan psikomotorik dasar itu berlangsung secara sekuensial, sebagai
berikut: (1) keterampilan bergulir (roil over) dan telentang menjadi telungkup (5
: 8 bulan), (2) gerak duduk (sit up) yang bebas (8,3 bulan), (3) berdiri bebas (9,0
bulan) berjalan dengan bebas (13,8 bulan) (Lorre, 1970: 75).
 Bermain dan Bekerja
Mulai usia 4-5 tahun bermain konstruksi yang fantastik itu dapat beralih kepada
berbagai bentuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat
dengan aturan-aturan tertentu yang ketat.
 Proses Perkembangan Motorik
Di samping faktor-faktor hereditas, faktor-faktor lingkungan alamiah, sosial,
kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan latihan merupakan hal-hal yang
sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik? dan
perilaku psikomotorik.
4. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitis
 Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan,
lukisan, dan mimik muka.
Dalam berbahasa, anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas
pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Apabila anak berhasil
menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-
tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut:

6
1. Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain. Bayi
memahami bahasa orang lain, bukan memahami kata-kata yang diucapkannya,
tetapi dengan memahami kegiatan /gerakan atau gesturenya (bahasa tubuhnya).
2. Pengembangan Perbendaharaan kata-kata anak berkembang dimulai secara
lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat
pada usia pra-sekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
3. Penyusunan Kata-kata menjadt kalimat, kemampuan menyusun kata-kata
menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk
kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai:
“gesture” untuk melengkapi cara benpikirnya.
4. Ucapan. Kemampuan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dan orang lain (terutama
orangtuanya). Pada usia bayi, antara 11-18 bulan, pada umumnya mereka belum
dapat berbicara atau mengucapkan kata-kata secara jelas, sehingga sering tidak
dimengerti maksudnya. Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga
tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak
mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu.
Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1) Eqocentric Speech
2) Socialized Speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak
dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke
dalam lima bentuk:
a. adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya
tujuan bersama yang dicari
b. critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah
laku orang lain
c. command (perintah), request (permintaan) dan threat (ancaman)
d. questions (pertanyaan)
e. answers (jawaban).

7
Berbicara monolog (egocentric speech) berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir anak yang pada umumnya di lakukan oleh anak berusia 2-3
tahun; sementara yang “sociaized speech” mengembangkan kemampuan
penyesuaian sosial (social adjustment).
5. Perkembangan Bahasa dan Perilaku Kognitif
Istilah “cognitive” berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan,
dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Dalam perkembangan selanjutnya,
istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu domain atau wilayah/ranah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan
pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesengajaan, dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga
berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian
dengan ranah rasa (Chaplin, 1972).
Terdapat hubungan yang amat erat antara perkembangan bahasa dan perilaku
kognitif. Taraf-taraf penguasaan keterampilan berbahasa dipengaruhi, bahkan
bergantung pada tingkat-tingkat kematangan dalam kemampuan intelektual.
Sebaliknya, bahasa merupakan sarana dan alat yang strategis bagi 1ajunya
perkembangan perilaku kognitif.
Perkembangan fungsi-fungsi dan perilaku kognitif itu menurut Loree.(1970:77),
dapat dideskripsikan dengan dua cara dua ialah secara kualitatif dan secara
kuantitatif.
1. Perkembangan Fungsi-Fungsi Kognitif secara Kuantitatif perkembangan
fungsi-fungsi kognitif secara kuantitatif dapat dikembangkan berdasarkan basil
laporan berbagai studi pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi sebagai
alat ukurnya, yang dilakukan secara longitudinal terhadap sekelompok subjek
dan sampai ke tingkatan usia tertentu (3-5 tahun sampai usia 30-35 tahun,
misalnya) secara test-retest yang alat ukurnya disusun secara sekuensial
(Standford Revision Binet Test). Dengan menggunakan hasil pengukuran tes
yang rnencakup General Information and Verbal Analogies, Jones and Conrad

8
(Loree, 1970:78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan
inteligensi, yang dapat ditafsirkan antara lain sebagai berikut.
 Laju perkembangan inteligensi berlangsung sangat pesat sampai ,masa remaja
awal, setelah itu kepesatan nya berangsur menurun.
 Puncak perkembangan pada umumnya dicapai di penghujung masa remaja akhir
(sekitar usia dua puluhan); perubahan-perubahan yang amat tipis sampai usia 50
tahun, setelah itu terjadi plateau (mapan) sampai usia 60 tahun, untuk
selanjutnya berangsur menurun (deklinasi).
 Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis
kecakapan khusus tertentu.
2. Perkembangan Perilaku Kognitif secara Kualitatif
Piaget membagi proses perkembangan fungsi dan peri itu ke dalam empat
tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan menunjukkan karakteristik
yang berbeda-beda.
 Sensorimotor period (0,0 – 2,0). Periode ini ditandai penggunaan
sensorimotorik (dalam pengamatan penginderaan) yang intensif terhadap
dunia sekitar. Prestasi intelektual yang dicapai dalam periode ini ialah
perkembangan bahasa, hubungan tentang obyek kontrol skema, kerangka
berpikir, pembentukan pengertian, pengenalan hubungan sebab-akibat.
Perilaku kognitif tampak antara lain:
1. menyadari dirinya berbeda dan benda-befl sekitarnya;
2. sensitive terhadap rangsangan suara dan cahaya;
3. mencoba bertahan pada pengalaman-pengalaman yang menarik;
4. mendefinisikan objek/benda dengan manipulasinya;
5. mulai memahami ketetapan makna suatu objek meskipun lokasi dan
posisinya berubah.
 Preoperational. period (2,0 – 7,0). Periode ini terbagi ke dalam dua tahapan
ialah preconceptual (2,0-4,0) dan intuitive (4,0 – 7,0). Periode preconceptual
ditandai dengan cara berpikir yang bersifat transduktif (menarik konklusi

9
tentang sesuatu yang khusus; sapi disebut juga kerbau). Periode intuitif
ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egocentric (belum
memahami cara orang lain memandang objek yang sama), seperti searah
(selancar). Perilaku kognitif yang tampak antara lain:
1. self-centered dalam memandang dunianya;
2. dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciri tertentu yang
memiliki ciri yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal
yang lainnya;
3. dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau kriteria
tertentu;
4. dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dan
dua benda yang tidak her sentuhan meskipun terdapat dalam susunan
yang sama.
 Concrete erational (7,0 – 11 or 12,0)
Tiga kemampuan dan kecakapan yang baru yang menandai periode ini, ialah:
rnengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Dalam periode mi anak mulai
pula mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif yang tampak pada
periode ini ialah kemampuannya dalam proses berpikir untuk mengoperasikan
kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat dengan objek-objek yang bersifat
konkret.
 Formal operational period (11,0 or 12,0 – 14,0 or 15,0)
Periode ini ditandai dengan kernampuan untuk mengoperasikan kaidah-kaidah
logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit. Pen
laku kognitif yang tampak pada kita antara lain:
1) kemampuan berpikir hipotetis-deduktif (hypothetico-deductive thinking);
2) kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan yang ada (a combinational analysis);
3) kemampuan mengembangkan suatu proporsi atau dasar proporsi-proporsi
yang diketahui (proportional thinking);

10
4) kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dan berbagai kategori objek
yang beragam.
Tokoh lain yang melakukan studi terhadap masalah ini secara mendalam ialah Jerome
Bruner (1966) ia membagi proses perkembangan perilaku kognitif ke dalam tiga periode
ialah:
1) enactive stage, merupakan suatu masa ketika individu berusaha memahami
lingkungannya. tahap mi mirip dengan sensorimotor period dan Piaget;
2) iconic stage, yang mendekati kepada preoperational period dan Piaget; dan
3) symbolic stage, yang juga mendekati ciri-ciri formal operational peniode dan
Piaget.
Dari telaahan kita terhadap perkembangan bahasa dan perilaku serta fungsi-fungsi
kognitif itu, jelaslah mempunyai implikasi yang sangat penting bagi pengernbangan
sistem dan praktik pendidikan seperti yang disarankan oleh Gage & Berliner
(1975:375-378), antara lain para pendidik seyogianya mampu untuk melaksanakan hal-
hal berikut:
 intellectual empathy;
 using concrete objects;
 using inductive approach;
 sequencing instruction;
 taking amount of fit of new experience;
 applying student self-regulation principles;
 developing cognitive values of interaction.
3. Perkembangan Perilaku Sosial, Moralitas dan Keagamaan
a. Perkembangan Perilaku social
Secara potensial (fitriah) manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial (zoon
politicon), kata Plato.
Namun, untuk mewujudkan potensi tersebut ia harus berada dalam interaksi
dengan lingkungan manusia-manusia lain (ingat kisah Singh Zingh di India dan

11
Itard di Perancis, bayi yang disusui dan dibesarkan binatang tidak dapat dididik
kembali untuk menjadi manusia biasa).
 Proses sosialisasi dan perkembangan sosial
Secepat individu menyadari bahwa di luar dirinya itu ada orang lain, maka mulailah
pula menyadari bahwa ia harus belajar apa yang seyogianya ia perbuat seperti yang
diharapkan orang lain. Proses belajar untuk menjadi makhluk sosial ini disebut
sosialisasi.
Loree (1970:86) dengan menyitir pendapat English & English (1958) menjelaskan
lebih lanjut bahwa sosialisasi itu merupakan suatu proses di mana individu
(terutama anak) melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial
terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelornpoknya); belajar bergaul
dengan dan bertingkah laku seperti orang lain, bertingkah laku di dalam lingkungan
sosio-kulturalnya.
 Kecenderungan Pola Orientasi Sosial
Branson (Loree, 1970:87-89) mengidentifikasi berdasarkan hasil studi
longitudinalnya terhadap anak usia 5-16 tahun bahwa ada tiga pola kecenderungan
sosial pada anak, ialah (1) withdrawal-expansive, (2) reactivity-placidity dan
passivity-dominance. Kalau seseorang telah memperhatikan orientasinya pada salah
satu pola tersebut, maka cenderung diikutinya sampai dewasa.
b. Perkembangan Moralitas
 Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat
peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan
kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral itu, seperti (a) seruan untuk berbuat baik kepada orang lain,
memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak
orang lain, dan (b) larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum minuman
keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tingi kelompok sosialnya.

12
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan Anak
memperoleh nilai-nilai moral dan lingkungannya dan orangtuanya. Dia belajar untuk
mengenal nilai-nilai sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Dalam mengembangkan moral
anak, peranan orangtua sangatlah penting, terutama pada waktu anak masih kecil.
Proses Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut.
 Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau orang dewasa
lainnya. Di samping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral mi, adalah
keteladanan dan orangtua, guru atau orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-
nilai moral
 Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orangtua, guru, kiai,
artis atau orang dewasa lainnya).
 Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku
moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan
akan terus .di kembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman
atau celaan akan dihentikannya.
c. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Sejalan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan
keagarnaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual di samping
emosional dan volisional (konatifl, mengalami perkembangan. Para ahli umumnya
(Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya
per kembangan penghayatan keagamaan itu dapat dibagi dalam tiga tahapan yang
secara kualitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda.

13
6. Perkembangan Perilaku Afektif, Konatif dan Kepribadian
 Perkembangan Fungsi-Fungsi Konatif dan Hubungannya dengan Pembentukan
Fungsi konatif atau motivasi itu merupakan faktor penggerak perilaku manusia
yang bersumber terutama pada kebutuhan-kebutuhan dasarnya (basic needs).
Jenis-jenis kebutuhan manusia itu berkembang mulai dari sifat yang alami
(misalnya, kebutuhan dasar biologis) sampai kepada yang bersifat dipelajari
sebagai pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
Di dalam kenyataan yang berkembang itu bukanlah jenis motif atau kebutuhan,
melainkan beberapa sifatnya, misalnya objek dan caranya, itensitasnya, dan
sebagainya.
 Perkembangan Emosional dan Perilaku Afektif
Emosi itu dapat didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks ( a complex
feeling state) dan getaran jiwa (a strid up state) yang menyertai atau muncul
sebelum /sesudah terjadinya perilaku.
Aspek emosional dari suatu perilaku, pada umumnya, selalu melibatkan tiga
variabel, yaitu rangsangan yang menimbulkan emosi (the stimulus variable),
perubahan-perubahan fisiologis, yang terjadi bila mengalami emosi (the
organismic variable), dan pola sambutan ekspresi atau terjadinya pengalaman
emosional itu (the response variable).
Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
1. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan
dan berpikir.
2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi
kejiwaan (psikis).
 Emosi sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dan luar terhadap
tubuh, seperti: rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang, dan lapar.

14
 Emosi psikis, di antaranya adalah:
1. Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup
kebenaran.
2. Perasaan Sosial, yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan orang lain,
baik bersifat perorangan maupun kelompok.
3. Perasaan Susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai balk dan
buruk atau etika moral.
4. Perasaan Keindahan (estetis), yaitu perasaan yang berkaitan erat dengan
keindahan dan sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian.
5. Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk Tuhan,
dianugerahi fitrah (kemampuan atau perasaan) untuk mengenal Tuhannya.
Perkembangan Kepribadian?
2.3 Perkembangan Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian dapat juga diartikan sebagai “kualitas perilaku individu yang tamj
alamrnelakukan penyesuaian dirinya terhadap ling \kungan secara unik” Keunikan
penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri,
yaitu meliputi hal-hal berikut.
 Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika pen laku, konsisten
atau teguh tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
 Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang, atau cepat/lambatnya mereaksi
terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan
 Sikap terhadap objek (orang, benda, peristiwa, norma dan sebagainya) yang
bersifat positif, negatif atau ambivalen (ragu-ragu).
 Stabilitas emosi, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan
dan lingkungan. Seperti: mudah tidaknya tersinggung marah, sedih atau putus
asa.

15
 Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima risiko dan
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima risiko secara
wajar, cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
 Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Disposisi ini seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup
atau terbuka; dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

16
2.4 Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
Penyimpangan seksual atau abnnormalitas seksual atau ketidakwajaran seksual atau
kejahatan seksual adalah bentuk dorongan dan kepuasan seksual yang diperoleh atau
ditunjukkan kepada objek seksual secara tidak lazim. Disebut tidak lazim karena
perilaku menyimpang seksual diikuti oleh fantasi seksual yang diorientasikan pada
pencapaian orgasme melalui hubungan diluar hubungan kelamin heteroseksual
dengan jenis kelamin yang sama atau partner seks dibawah umur atau hubungan
seksual yang ecara normatif bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual
yang diakui masyarakat secara umum(Junaedi,2010).
TABEL 1
MACAM-MACAM PENYIMPANGAN SEKSUAL
NO MACAM KETERANGAN
PENYIMPANGAN
SEKSUAL

Perilaku seks menyimpang dimana kepuasan seksnya diperoleh dengan


1 Fetishisme cara onami atau msturbasi dengan benda mati seperti celana
dalam,BH,gaun,dll

Kelainan dimana seseorang menyukai hubungan seksual dengan sesama


2 Homo seksual
jenis.

Penyimpangan seksual dimana sesorang merasakan memperoleh


3 Sadomasokisme
kenikmatan seksual setelah menyaikiti pasangannya

Kelainan seks dimana seks dimana seseorang setelah terlebih dulu disiksa
4 Masokisme
oleh pasangannya

Orang dewasa yang menyukai berhubungan seksual dengan anak dibawah


5 Pedofilia
umur

17
Perilaku menyimpang seksual dimana seseorang memperoleh kepuasan
6 Voyeurisme seksual setelah mengintip orang lain yang sedang melakukan hubungan
seksual,sedang telanjang,sedang mandi,dll

Kelainan seksual dimana seeorang menyukai bebrhubunugan seksual


7 Bestially
dengan binatang

8 Incest Seseorang yang berhubungan seks dengan sesama anggota keluarga

Kelainan seksual dimana seseorang menyukai hubungan seksual dengan


9 Necrophilia
mayat

Kelainan seksual dimana seseorang merasa terangsang setelah melihat


10 Zophilia
binatang yang berhubungan seks

Kelainan seksual dimana seorang laki-laki menyukai hubungan seks


11 Sodomi
melalui dubur pasangannya

Kelainan seksual dimana seseorang laki-laki merasa memperoleh


12 Frotteurisme kepuasan seksual dengna jalan menggesek-gesekkan alat kelaminnya
ketubuh perempuan di tempat umum.

1. Gangguan Menstruasi. Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan menjadi 2


jenis, yaitu Amenore Primer dan Amenore Sekunder. Amenore Primer
adalah tidak terjadinya menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder. Sedangkan amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih pada orang yang telah
mengalami siklus menstruasi.

18
Kamu sudah sering mendengar nama penyakit Kanker Serviks? Kanker
Serviks adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan
epitel serviks. Penanganannya bisa dilakukan dengan mengangkat uterus,
oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas vagina, dan kelenjar limpa panggul.
Selain kanker serviks, ada juga yang namanya Kanker Ovarium. Gejala kanker
ovarium dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran
pencernaan, atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat
dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
2. Endometriosis. Pada penderita Endometriosis, jaringan endometrium terdapat
di luar uterus. Jaringan endometrium dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk,
atau jauh di luar uterus. Gejalanya antara lain nyeri perut, pinggang terasa sakit,
dan nyeri pada masa menstruasi. Selain Endometriosis, Infeksi vagina juga
termasuk ke dalam gangguan sistem reproduksi wanita. Gejala awal infeksi
vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Penyebabnya antara lain infeksi,
jamur, atau bakteri.
2.5 Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
1. Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan testosteron.
Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-
tanda kepriaan. Penanganan penderita penyakit ini dapat dilakukan dengan
terapi hormon.
2. Kriptorkidisme merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun
dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Hal tersebut dapat
ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk
merangsang testosteron.
3. Uretritis merupakan peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada alat
kelamin pria dan ingin sering buang air kecil. Uretritis disebabkan oleh
organisme Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau virus
herpes. Nah, walaupun namanya hampir mirip, tapi kamu jangan sampai
tertukar dengan Prostatitis, ya. Yang dimaksud dengan Prostatitis adalah

19
peradangan pada bagian prostat. Biasanya disebabkan oleh bakteri,
misalnya E.Coli. Gangguan sistem reproduksi pria yang terakhir
adalah Epididimitis, yaitu infeksi yang terjadi pada saluran reproduksi pria.

20
A. PENYIMPANGAN PSIKOLOGI
Prilaku menyimpang atau melanggar hukum, dalam ruang lingkup studi psikologi
khusus merupakan bagian psikologi abnormal, dan didalam berbagai jenis prilaku
abnormal terdapat prilaku yang menyimpang yang merupakan pelanggaran norma
atau kaedah hukum. Diantara prilaku menyimpang , ada yang tercetus karena
kondisi kejiwaan yang menderitas kelainan, penyakit jiwa, dan lainnya dimana
secara lahiriah nampak sehat.
Tapi terkadang ada juga karena dorongan kejiwaan dapat juga mlakukan
penyimpangan terhadap kaedah hukum seperti : leptomani, sex-maniacdan
lainnya.diamping itu pila ada prilaku menyimpang yang didasarkan atas tumbuhnya
keputusan untuk melakukan pelanggaran hukum sekalipun ia tidak menderita
kelainan jiwa dan hal ini sangat erat hubungannya dengna aspek-aspek sosiso
psikologisnya (lingkungannya) yang disebut dengan kejahatan.
a. TEORI-TEORI TENTANG PENYIMPANGAN / MELANGGAR HUKUM
1. Teori individual Motivastion dari Brendal Russel

Dalam bukunya yng berjudul “ political Ideals” mengemukakan mengenai


dorongan-dorongan yang terdapat dalam diti indiividu dihubungkan dengan benda-
benda yang ada di sekelilingnya, bahwa ada dua mcam dorongan yaitu
1. Dorongan Posesip yaitu yang mengarah untuk memperoleh dan
mempertahankan benda-benda pribadi yang tidak dapat dauibagikan pada orang
lain dan ini bersumber pada pada dorongan untuk memiliki, menguasai dan yang
serupa.
2. Dorongan kreatif atau konstruktif yaitu yang mengarah pad pembawaan atau
penyidiaan kepada dunia, atau menyediakan untuk menyediakan untuk
digunakan macam-maccam benda dalam mana tidak terdapat sifat yang melekat
secara pribadi dan posesip.

21
2. Teori Dffrental Associaltion dari E. H Sutherland.
Inti pokok dari teori ini adalah
1. perbedaan asosiasi cenderung membentuk perbedaan kepribadian manusia dalam
pergaulan kelompoknya. Dengan kata lain bahwa asosisi yang tertib akan
mewarnai kepribadian individunya untuk mentaati hukum, sebalikya assosiasi
yang tidak tertib akan berpengaruh terhadap kepribadian individunya untuk
menyetujui pelanggaran atau menyimpang dari undng-undang.
2. Seseorang melakukan pelanggaran hukum karena pergaulan kelompoknya
individu lebih menyetujui pelanggaran hukum daripada perbuatan mentaati
hukum.
3. Sikap menyetujui atau memilih salah satu pola prilaku tertentu dalam assosiasi
yang berbeda adalah melalui proses belajar pada pergaulannya yang paling
intim, malalui komunikasi langsung, yang berubungan dengan sering lama mesra
dan prioritas pada pola prilaku kelompok atau individu yang diidentifisir
menjadi prilaku miliknya.
3. Teori Social alienation dari C.R. Jeffery.

Teori ini memadukan konsep psikologi dengan sosiologi , diman latar belakang dari
penjahat yang demikian akan sesalu mempunyai cirri sebagai berikut :
1. Secara emosional selalu merasa emosional dan terasing.
2. Tidak mempunyai pengakuan sebagai anggota dalam kelompok primer.
3. Merasa tidak aman, punya sikap bermusuhan dan agresif.
4. Tidak ada perasaan kasih, tidak perlu atau tidak peduli.
5. Tidak memiliki perasaan yang tepat.
Selanjutnya Jeffrery membedakan tiga tipe social alienation yaitu :
1. Individual alienation, yaitu keterasingan seseorang dari hubungan antar
manusia.
2. Group alienation yaitu kelompok dimana sesorang menjadi anggota, terisolasi
dari lingkungan yang lebih luas.
3. Legal Alienation yaitu pembedaan yang diadakan oleh hukum.

22
Selanjutnya Sorjono Soekanto menyatakan bahw a Jeffery dapat mengungkapkan
dalam teorinya tersebut dalam hal-hal sebagai berikut:
1. dapat mengungkapkan sebab seseorang dalam hidup dalam lingkungan penjahat.
2. seseorang mungkin menjadi penjahat walaupun latar belakangnya bersih.
3. pola prilaku jahat pertama muncul dari lingkungan-lingkungan yang ditandai
dengan hubungan-hubungan impersonal.
1. c

c. Deviasi Sosial, yaitu prikelakuan seksual yang meniyimpang yang dilakukan oleh
orng-orng tertentu.
d. Addiction, merupakan psikologis bagi merukayang tergantung dengan alcohol dan
obat-obatan.
c. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANGAN/
MELANGGAR HUKUM
Prilaku menyimpang yang merupakan pelanggaran terhadap norma atau kaedah hukum
dapat terjadi karena factor kelainan jiwa ataupun bukan karena sakit jiwa tetapi juga
karena adanya pilhan dengan kesadaran untuk melanggar hukum
Disamping hal itu ada beberapa fakto lain yaitu :
1. Derajat usia kecerdasan atau Test IQ dima IQ dapat digunakan sarana mempelajari
prilaku menyimpang.
2. Usia seseorang dan hubugannya dengan perbuatan mekanggar hukum yang
memanfaatkan psikologi perkembangan.
3. Jenis kelamin dan hubungannya dengan prilaku melanggar hukum.
4. Keterlambatan pertumbuhan dewasa
5. dan factor psikologis yang dapat digunakan untuk mengkaji sejauh mana terjalin
korelasi antara factor osikologis dengan prilaku pelanggar hukum.
Dalam proses menciptakan, memlihara dan mempertahankan ketertiban dan
ketentraman, ada beberapa hal yang berpengaruh dan menentukan taraf ketaatan atau
penyimpanganterhadap kaedah hukum. Unsur-unsur tersebut adalah :

23
1. Masalah normal dan Abnormal.
Pengertian atau pandangan normal dan abnormal pada umumnya ada 4 hal yaitu :

–dipandang dari segi pathologis, bahwa seseorang tersebut normal apabila


terbebas dari gejal kepenyakitan.

–Dipandang dari segi statistic yaitu apabila dibawah atau diatas rata-rata dianggap
tidak nomar
1. Masalah penyesuaian diri
2. Msalah kesehatan Mental.
https://lawyersinbali.wordpress.com/2012/01/11/penyimpanganmelanggar-hukum-teori-
aspek-sosio-psikologis-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/
B. PHOBIA
Fobia Sosial adalah suatu kondisi yang ditandai dengan ketakutan yang ditandai
dan terus-menerus terhadap situasi sosial atau kinerja dimana rasa malu dapat
terjadi. Paparan situasi sosial atau kinerja hampir selalu menimbulkan respons
kecemasan segera. Meskipun remaja dan orang dewasa dengan kelainan ini
menyadari bahwa ketakutan mereka berlebihan atau tidak masuk akal, ini mungkin
tidak terjadi pada anak-anak. Paling sering, situasi sosial atau kinerja dihindari,
meski kadang kala mengalami ketakutan. Pada individu yang berusia di bawah 18
tahun, gejala pasti bertahan paling lama 6 bulan sebelum gangguan didiagnosis.
Diagnosis ini seharusnya tidak diberikan jika rasa takut itu masuk akal mengingat
konteks rangsangan (mis., Takut dipanggil di kelas saat tidak siap). Gangguan
tersebut harus menyebabkan gangguan atau penurunan signifikan secara klinis di
area kerja sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya. Kelainan ini bukan karena
kondisi medis, obat-obatan, atau zat yang disalahgunakan. Hal ini tidak
diperhitungkan dengan gangguan mental lain.
https://www.downloadjurnal.com/contoh-jurnal-psikologi-tentang-phobia-pdf/
C. KECEMASAN

24
Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety”
berasal dari Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang
berarti mencekik.
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah
fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu
bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi
sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada
kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya
itu akan meningkat sampai ego dikalahkan.
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang
tidak menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti
gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala
psikologis (seperti panik,tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan
sebagainya).Perbedaan intensitas kecemasan tergantung pada keseriusan
ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi keamanan yang dimiliki seseorang.
Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak berdaya akan muncul
apabila orang tidak siap menghadapi ancaman.
a. Kecemasan Merupakan Pengalaman Emosional
Reaksi emosional/cemas terhadap situasi yang menekan merupakan bagian dari
pengalaman manusia sehari-hari. Kecemasan memiliki tingkatan tertentu yaitu
kecemasan yang wajar atau tidak. Kecemasan yang wajar tidak akan
mengganggu kehidupan manusia sehari-hari, dan akan mendorong individu
untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi
yang mengancam (Barstein, 1994).Kecemasan dapat timbul ketika individu
menghadapi pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai
pekerjaan baru atau melahirkan bayi (Stuart & Sundeen,
1993). Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar. Hal ini
ditunjukkan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif

25
terhadap tuntutan lingkungan (Mischel, 1991). Individu akan belajar dari
pengalaman kegagalan memenuhi tuntutan lingkungan yang mengancam.
Individu yang merasa terancam akan menimbulkan
kecemasan. Kecemasan sebagai sesuatu emosi yang muncul dari pengalaman
subyektif individu biasanya tidak dapat dikenali secara nyata. Hal ini
berdasarkan pernyataan bahwa ”Emosi yang tidak disertai dengan obyek yang
spesifik biasanya dibangkitkan oleh sesuatu yang tidak dikenal.”(Stuart &
Sundeen, 1993).
Kecemasan merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu.Hal ini
disebabkan oleh situasi-situasi yang mengancam sehingga menyebabkan
ketidakberdayaan individu (Freud, 1954). Kecemasan pada tingkat tertentu dapat
dianggap sebagai bagian dari respon normal untuk mengatasi masalah sehari-
hari. Kecemasan merupakan suatu penyerta
normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman sesuatu yang baru dan belum
dicoba serta penemuan identitas diri dan juga menemukan arti hidup. (Kaplan,
dkk, 1996). Whitehead, (1985) juga mengemukakan kecemasan sebagai
pengalaman individu yang timbul karena menghadapi konflik, ketegangan,
ancaman kegagalan, maupun perasaan tidak aman. Individu yang mengetahui
penyebab sumber kecemasannya merupakan suatu pertanda bahwa kecemasan
tersebut adalah suatu emosi yang wajar.
b. Kecemasan Merupakan Hasil dari Situasi yang Mengancam
Published in http://psikologi.or.id 3
Kecemasan ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut. Segala
bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menyebabkan
kecemasan (Atkinson, 1996). Situasi yang mengancam meliputi ancaman fisik,
ancaman terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar
kemampuan juga dapat menyebabkan kecemasan. Kecemasan merupakan akibat
dari suatu konflik, ketegangan, ancaman kegagalan maupun perasaan tidak aman
(Whitehead, 1985).

26
Individu yang merasa berada pada suatu kondisi yang tidak jelas akan
menimbulkan kecemasan, contohnya: khawatir akan kehilangan orang yang kita
cintai, perasaan-perasaan bersalah dan berdosa yang bertentangan dengan hati
nurani, dan sebagainya (Kartono, 1981).
Hal ini juga dinyatakan Branca (1946), bahwa kecemasan merupakan perasaan
yang tidak menyenangkan karena individu mengalami frustasi dan
ketidakpastian tentang apa yang terjadi dimasa yang akan datang, juga adanya
suatu ancaman tentang kegagalan dan rasa sakit yang akan dialaminya.
Kecemasan merupakan bagian dari kondisi manusia yang dianggap mengancam
keberadaan individu. Hal ini dinyatakan (May, 1950) cemas merupakan afek
atau perasaan yang tidak menyenangkan dan dapat berupa ketegangan, rasa tidak
aman dan kekhawatiran yang timbul akibat sesuatu yang mengecewakan serta
ancaman terhadap keinginan pribadi.Kecemasan sebagai suatu tanda bahaya
yang membuat orang bersangkutan waspada dan bersiap diri melakukan upaya
untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal, dan tidak jelas. Kecemasan
merupakan pengantisipasian terhadap bahaya. Menurut Davidoff, (1987)
kecemasan adalah emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan
pengantisipasian terhadap bahaya. Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan
individu yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya (Hurlock, 1978).
Kecemasan digunakan untuk menggambarkan respon seseorang yang berada
dalam bahaya. Sumber bahaya tersebut tidak bisa diidentifikasi dengan jelas
(Chruden & Sherman, 1972).
Published in http://psikologi.or.id 4
Kecemasan merupakan implementasi rasa aman dari situasi yang mengancam.
Hal ini berdasarkan Kartono, (1992) yang menyatakan bahwa situasi kecemasan
seperti ini biasanya dialami saat seorang wanita menjalani kehamilan dan
persalinan. Kebutuhan rasa aman ini menyangkut kegelisahan dan ketakutan
yang dialami oleh ibu hamil.
c. Gejala Fisik, Psikologis, Sosial dari Kecemasan

27
Adanya gejala-gejala fisik maupun psikologis yang menyertai kecemasan dapat
dijelaskan sebagai berikut: gejala fisik meliputi telapak tangan basah, tekanan
darah meninggi, badan gemetar, denyut jantung meningkat dan keluarnya
keringat dingin. Hal ini berdasarkan (Maramis, 1980; Sulistyaningsih, 2000)
bahwa gejala-gejala fisik yang menyertai kecemasan adalah palpitasi, keringat
dingin, telapak tangan basah, denyut jantung meningkat, serta keluarnya keringat
dingin Perubahan fisik yang dialami ibu hamil yang lain adalah perubahan pada
kulit. Perubahan tersebut adalah munculnya melasma, jerawat, varises, dan noda
peregangan kulit. Melasma adalah pigmentasi kulit yang menjadi lebih gelap di
sekitar mata, pipi, dan kadang
di atas bibir. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengarih melanophore stimulating
hormone yang meningkat (Sarwono, 1976). Varises, spider veins yang lebih
dikenal dengan pecahnya pembuluh darah halus. Hal ini disebabkan volume
darah bertambah seiring dengan tekanan yang dilakukan oleh calon bayi pada
pembuluh darah. Varises ini biasanya akan hilang setelah melahirkan, tetapi
tidak jarang juga masih ada setelah melahirkan. Noda peregangan merupakan
masalah yang paling umum dialami wanita hamil. Saat kulit meregang, muncul
bintik kemerahan dan gatal. Kulit yang kemerahan akan menjadi gelap sehingga
bagian di sekitarnya akan tampak lebih terang. Hal ini dapat dihilangkan dengan
mengoleskan Vitamin E atau Minyak Zaitun.Kecemasan merupakan respon
terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa konflik, baik yang
datang dari luar maupun dalam diri sendiri. Hal ini akan menimbulkan respon
dari sistem syaraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan
hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung,
jantung, pembuluh darah maupun alat-alat gerak. Selain itu juga dapat memicu
Sistem Simpatis sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini menutup
arteri-arteri yang mengalir ke organ-organ yang tidak esensial untuk pertahanan.
Sistem simpatis ini mempersiapkan tubuh untuk menghadapi kondisi darurat dan
bahaya (Mongan, 2005:55) Individu yang mengalami ancaman akan
mengakibatkan perubahan-perubahan fisiologik dari sistem endokrin. Hal ini

28
akan menyebabkan peningkatan kerja dari simpatik dan parasimpatik susunan
syaraf otonom. Gangguan hormonal inilah yang akan menyebabkan terjadinya
perubahan aktivitas metabolik di dalam tubuh (Simandjuntak, dkk, 1984)
Kecemasan akan melibatkan komponen kejiwaan maupun fisik. Hal tersebut
pada tiap individu bentuknya berbeda-beda. Gejala-gejala tersebut merupakan
akibat dari rangsangan
sistem syaraf otonom maupun viceral. Individu akan mengeluh sering kencing
atau susah kencing, mulas, mencret, kembung, perih di lambung, keringat
dingin, berdebar-debar, darah tinggi, sakit kepala, dan sesak nafas. Ada faktor-
faktor yang dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan. Faktor-faktor
tersebut adalah keadaan biologis, kemampuan beradaptasi/ mempertahankan diri
terhadap lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalaman, serta
adaptasi terhadap rangsangan, situasi atau stressor yang dihadapi. Sumber
stressor/situasi yang dapat
menyebabkan kecemasan didapatkan dari lingkungan sosial. Lingkungan sosial
mempunyai aturan-aturan, kebiasaan, hukum-hukum yang berlaku di daerah
tertentu. Hal inilah yang menyebabkan individu harus dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosial yang ada. Individu yang tidak dapat menyesuikan diri
dengan norma/aturan dalam masyarakat akan
menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri dan sosialnya, sehingga dapat
menimbulkan kecemasn (Simandjuntak, dkk, 1984).

29

Anda mungkin juga menyukai