Anda di halaman 1dari 15

Mata Kuliah.

: Komunikasi
Dosen Pembimbing : Sartika, S. Kep, Ns. M.Kes

PENERAPAN KOMUNIKASI PADA PASIEN


DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Tenri Wulan
Makmur Said
Syayyidah Fatimah Azzahrah

Akademi Keperawatan Syekh Yusuf Gowa

Semester II/X/2020/20201
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Komunikasi dengan judul
“PENERAPAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru
Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Sungguminasa, 3 JUNI 2021

Penyusun

Kelompok 5

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................i
Daftar isi...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2
Konsep gangguan komunikasi pada anak kebutuhan khusus..............2
Karakteristik anak dengan kebutuhan khusus.......................................3
Macam-macam gangguan komunikasi pada anak dengan kebutuhan
khusus...................................................................................................7
Teknik dan strategi komunikasi pada anak dengan kebutuhan khusus
(gangguan perilaku hiperaktif)...............................................................9
Menerapkan komunikasi pada pasien dengan kebutuhan khusus......10
BAB III....................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................11
Saran...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Pasien berkebutuhan khusus adalah seseorang dengan karakteristik


khusus yang berbeda dengan orang pada umumnya tanpa selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Istilah lain bagi pasien
berkebutuhan khusus adalah orang luar biasa dan orang cacat . Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki,mereka memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Karena
dari sanalah segala informasi berasal. Komunikasi yang terganggu secara
otomatis juga akan menganggu arus informasi.

B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan konsep gangguan komunikasi pada anak dengan kebutuhan khusus


2. Mengidentifikasi karakteristik pasien anak dengan kebutuhan khusus
3. Mengidentifikasi macam-macam gangguan komunikasi pada anak dengan
kebutuhan khusus
4. Teknik dan strategi komunikasi pada anak dengan kebutuhan khusus (gangguan
perilaku: hiperaktif)
5. Menerapkan komunikasi pada pasien dengan kebutuhan khusus

C. Tujuan Penulisan
 Mengetahui gangguan komunikasi pada anak dengan kebutuhan khusus
 Mengetahui karakteristik anak dengan kebutuhan khusus
 Mengetahui macam-macam gangguan komunikasi dan teknik serta strategi pada
anak dengan kebutuhan khusus

BAB II
PEMBAHASAN
1
Konsep gangguan komunikasi pada anak kebutuhan khusus
Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua
kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra (temporer)
dan anak berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent).

1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah


anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan
disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang
mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperekosa
sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu
bersifat sementra tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi
yang tepat boleh jadi akan menjadi permanent. Anak seperti ini
memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan
yang disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini
tidak perlu dilayani di sekolah khusus.

Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan


khusus yang berssifat temporer, dan oleh karena itu mereka
memerlukan pendidikan yang disesuiakan yang disebut pendidikan
kebutuhan khusus. Contoh lain, anak baru masuk Kls I Sekolah Dasar
yang mengalami kehidupan dua bahasa. Di rumah anak berkomunikasi
dalam bahasa ibunya (contoh bahasa: Sunda, Jawa, Bali atau Madura
dsb), akan tetapi ketika belajar di sekolah terutama ketika belajar
membaca permulaan, mengunakan bahasa Indonesia.

Kondisi seperti ini dapat menyebabkan munculnya kesulitan dalam


belajar membaca permulaan dalam bahasa Indonesia. Anak seperti ini
pun dapat dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus sementra
(temporer), dan oleh karena itu ia memerlukan layanan pendidikan
yang disesuikan (pendidikan kebutuhan khusus). Apabila hambatan
belajar membaca seeperti itu tidak mendapatkan intervensi yang tepat
boleh jadi anak ini akan menjadi anak berkebutuhan khusus
permanent.

2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah


anak-anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi
kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan,
2
pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi,
gannguan gerak (motorik), gannguan iteraksi-komunikasi, gannguan
emosi, social dan tingkah laku. Dengan kata lain anak berkebutuhan
khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.

Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan


atau kata lain dari anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan
khusus mencakup spektrum yang luas yaitu meliputi anak
berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan khusus
permanent (penyandang cacat). Oleh karena itu apabila menyebut
anak berkebutuhan khusus selalu harus diikuti ungkapan termasuk
anak penyandang cacat. Jadi anak penyandang cacat merupakan
bagian atau anggota dari anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu
konsekuensi logisnya adalah lingkup garapan pendidikan kebutuhan
khusus menjadi sangat luas, berbeda dengan lingkup garapan
Pendidikan Luar Biasa yang hanya menyangkut anak penyandang
cacat.

Karakteristik anak dengan kebutuhan khusus

Seringkali kita mendengar istilah “ABK” atau “Anak berkebutuhan khusus”.


Dimana anak tersebut dikategorikan sebagai anak-anak istimewa yang berbeda
dengan anak pada umumnya. Menurut Mulyono (ahli anak) ia menyatakan bahwa
anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah seorang anak yang masuk dan tergolong
cacat atau yang menyandang ketunaan. Dalam perkembangannya sekarang ini
anak ketunaan berubah menjadi bekelainan luar biasa atau berkebutuhan khusus.
Namun dalam golongannya, ada beberapa tingkatan yang bisa anda mengerti.

1. Sulit Komunikasi

Ketika ada anak mengalami maka perilaku beradaptasi akan mengalami


gangguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK seringkali
memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah
dewasa. Ucapan dan pilihan kata mereka pun yang sering didengar saja
bukan dan bukan menggunakan kata yang tepat. Komunikasi memang
masalah banyak orang, bahkan ketika manusia mendapatkan masalah maka
komunkasi adalah hal pertama yang mudah terganggu. Untuk itu komunikasi
bisa jadi alt jitu mendeteksi apakah anak anda ABK atau tidak.

2. Kesulitan Belajar

Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gangguan


pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Tak hanya itu biasanya

3
gelombang otaknya juga terganggu sehingga menyebabkan anak tersebut
mengalami IQ yang hanya rata-rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Biasanya
ABK dikategorikan sedang, berat atau ringan dari IQ yang dimilikinya.

3. Kelainan Fisik

Secara fisik dan medis, umunya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang
sangat berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami
kebutuhan khusus maka ia akan mengalami komplikasi dengan bagian organ
tubuh lainnya. Hal ini seringkali terjadi, mengingat anak-anak tersebut sering
terjadi karena kurang sempurnya pembelahan ketika kehamilan. Kelainan fisik
bisa cacat fisik bisa juga sakit dalam bentuk komplikasi.

4. Bersikap membangkang

Jangan heran jika anak-anak berkebutuhan khusus sering membangkang.


Cara Menghilangkan Sifat Egois pada anak saja sulit apalagi pada anak-anak
berkebutuhan khusus yang sulit membedakan bahaya atau tidak, salah atau
tidak dan lain sebagainya. Penyebab Kenakalan Anak sangat banyak terjadi,
namun untuk anak ABK itu sudah menjadi ciri khasnya.

5. Emosional

Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah


melainkan terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali
terperosok dalam kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus
asa, merasa sendiri dan kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya
sedang buruk. Disinilah peran keluarga dan orang tua untuk bisa
mengendalikannya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak yang
berkebutuhan khusus harus lebih ekstra lagi.

6. Sulit Menulis atau Membaca

Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran
mereka dengan tulisan dan tidak bisa membaca. Sulit memegang bolpoin
ataupun pensil yang digunakan dengan benar. Caranya memegang alat tulis
seringkali terlalu dekat bahkan hampir menempel dengan kertas dan
seringkali mengalami masalah ketika membaca buku atau tulisan, ini
merupakan contoh anak yang berkebutuhan khusus dengan Ciri-Ciri
Disleksia.

7. Tidak Mengerti Arah

anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang


mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu ataupun arah. Si anak

4
seringkali bingung saat ditanya jam berapa sekarang, kemungkinan ia hanya
mengingat bahasa yang diajarkan seperti pukul 6 petang ia sebut petang atau

sore, namun pukul 4 ketika matahari terbenam ia tidak akan menyebut pukul
4 melainkan tetap sore. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta
atau petunjuk arah dengan baik.

8. Bersikap Sesuai Kebiasaan

Anak ABK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan
atau rutinitasataupun kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka berubah
misalnya setelah makan menjadi mandi atau dibalik setelah makan ia harus
berolahraga dulu baru mandi, maka ia akan menjadi gelisah, cemas jika
rutinitas tersebut berubah atau terganggu. Anak autis merasa ada yang salah
dalam hal tersebut dan seringkali itu tidak disukai mereka.

9. Senang Meniru

Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik


ABK. Psikologi Abnormal menjelaskan bahwa banyak sekali ciri yang bisa
dimengerti atau dipahami oleh orang tua untuk bisa menilai apakah anaknya
mengalami ABK atau tidak. Salah satunya adalah meniru. Semua anak
memang senang meniru, namun ada beberapa anak ABK yang bila senang
meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti
artinya. Ia tidak tahu apa yang dinyanyikan atau dibicarakan selama ia suka
dan ingat maka ia akan terus melakukannya.

10. Berbicara Tanpa Henti

Beberapa anak ABK senang mengoceh tanpa arti berulang-ulang. Akan


bahaya jadinya jika pembicaraan ini termasuk kedalam bahasa yang tidak
boleh diucapkan atau dilarang. Karena anak-anak seperti ini seringkali
membantah dan tidak mau menuruti perintah larangan. Ada juga yang
menggunakan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain. Bicara tidak
dipakai untuk alat berkomunikasi namun untuk kepuasan mereka.

11. Bertindak Gugup

Ketika anak berkebutuhan khusus merasa cemas maka ia akan melakukan


perbuatan-perbuatan aneh, sama halnya seperti orang normal hanya saja
mereka lebih random. Seperti gerakan pada mulut seperti meyedot jari dan
juga gigit jari dan menjulurkan lidah. Gerakan aneh disekitaran hidung, seperti
mencukil hidung, mengusap-usap atau menghisutkan hidung yang sering
menyebabkan rasa gugup mereka dianggap bisa hilang. Tak jarang menjadi
gerakan yang agak anarkis seperti gerakan sekitar jari seperti mencukil kuku,
melilit-lilit tangan atau mengepalkan jari layaknya orang marah. Gerakan
5
sekitar rambut seperti, mengusap-usap rambut, mencabuti atau mencakar
rambut tanpa mereka sadari.

12. Iri pada Orang Lain

Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak


balita. Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain
senang atau mendapatkan sesuatu yang menguntungkan. Terutama jika hal
tersebut adalah hal yang ia sukai, maka anda sebagai orang lainnya akan
dikejar olehnya tanpa ampun. ABK membutuhkan segala sesuatu yang
benar-benar spesifik dan juga jelas. Cobalah untuk membahas topik yang
spesifik dengan mereka dan jangan mengambang karena mereka tidak bisa
mengerti dan anda tidak bisa menggali cara komunikasi mereka dengan baik.
Seperti contoh, jika kamu ingin berbincang mengenai film maka fokus saja
pada film judul apa ceritanya seperti apa jangan menyatukan keduanya.

13. Sensitifitas Tinggi

Mereka memang tidak mengerti apa yang anda bicarakan atau perintah
umum yang tidak bisa mereka jalankan. Namun ABK bisa menjadi sangat
sensitif atau tidak sensitif terhadap hal-hal yang merangsang seperti
sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, tidak menyukai suara keras atau
hanya merespons ketika suara yang sangat keras, disebut juga gangguan
integrasi sensorik). Ada juga bahkan yang merasa terganggu jika temannya
hanya tepuk tangan, itu karena sensitifitas yang tinggi.

14. Trigered Tanpa Alasan

Menangis,marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau


pada waktu yang salah merupakan langgananan anak-anak berkebutuhan
khusus. Mereka sulit mengendalikan emosi sehingga mengeluarkan begitu
saja ekspresi yang seharusnya tidak digunakan seperti halnya marah tanpa
alasan, tidak jelas, mood yang buruk yang akhirnya mempengaruhi semua
dan lainnya.

15. Introvert

Ketika lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan didapatkan oleh


anak ABK, yang ada mereka akan merasa nyaman dan tidak berkembang
dengan baik. Mereka dapat terpengaruh sehingga terjadi ketidakmampuan
dalam penyesuaian mental dan emosi. Selain itu ada beberapa anak
berkebutuhan khusus yang memang menunjukan kondisi yang lebih neurotik,
misalnya saja ia mengalami masalah ketika berada di lingkungan ramai atau
banyak orang asing dan bisa jadi ia menjadi orang dengan sifat introvert.

6
Macam-macam gangguan komunikasi pada anak dengan kebutuhan
khusus

Komunikasi adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Karena dari
sanalah segala informasi berasal. Komunikasi yang terganggu secara otomatis
juga akan menganggu arus informasi. Anak berkebutuhan khusus merupakan
tipe anak yang memiliki kriteria khusus yang tidak dimiliki oleh anak lain pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus biasa juga disebut dengan sebutan Anak
Luar Biasa. Dan karena kriterianya inilah kemudian terdapat beberapa gangguan
komunikasi yang dihadapi orang sekitar pada saat berkomunikasi dengannya.
Dan berikut adalah gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan khusus:

a. Gangguan Bahasa

Gangguan bahasa dalam komunikasi merupakan gangguan yang


paling umum terjadi. Hal ini karena komunikan tidak mengerti bahasa
yang digunakan oleh komunikator dalam berkomunikasi sehingga
informasi tidak tersampaikan dengan baik. Dalam dunia bisnis,
gangguan bahasa merupakan jenis hambatan komunikasi bisnis yang
dapat berdampak pada lesunya sebuah bisnis. Diluar dari itu, anak
kebutuhan khusus ternyata merupakan pihak yang akan kesulitan
dalam berinteraksi jika terdapat gangguan bahasa ini. Oleh karena itu,
jika anda ingin berinteraksi dengan anak berkebutuhan khusus,
gunakanlah bahasa yang baik dan benar. Hal ini penting untuk
dilakukan karena daya tangkap anak berkebutuhan khusus berbeda
dengan anak pada umumnya.

b. Gangguan Bicara

Gangguan bicara ini adalah jenis gangguan yang masih berhubungan


erat dengan gangguan bahasa karena anak berkebutuhan khusus
memiliki keterbatasan dalam berbicara. Gangguan biacara adalah
salah satu jenis gangguan yang dapat menyebabkan gangguan lain.
Yaitu gangguan emosional dalam berkomunikasi. Anak berkebutuhan
khusus yang memiliki gangguan emosional dalam beraktifias ini akan
sulit untuk diajak berinteraksi oleh lingkungan sekitarnya

c. Gangguan Suara

7
Suara merupakan faktor penyebab gangguan komunikasi yang cukup
umum dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Salah satu contoh
ganguan suara tersebut adalah suara bising yang ada disekitarnya dan
menyebabkan dia sulit berkosentrasi terhadap orang yang sedang
berinteraksi dengannya. Tidak hanya itu, terkadang anak berkebutuhan
khusus juga memiliki kendala dalam mengatur tinggi rendahnya suara
ataupun kosakata yang digunakan untuk berkomunikasi. Selain itu,
gangguan suara merupakan faktor penyebab distorsi dalam
komunikasi yang paling umum terjadi. tulah kenapa anak berkebutuhan
khusus harus mendapatkan pelajaran khusus tentang bagaimana
seharusnya berbicara.

d. Gangguan Irama

Tidak hanya bagi anak berkebutuhan khusus, irama atau intonasi


terkadang menjadi hambatan komunikasi antar pribadi yang cukup
umum terjadi. Tidak jarang, karena intonasi yang tidak sesuai banyak
orang yang merasa tersinggung dengan ucapan temannya hingga
terjadi perselisihan diantara keduanya atau bahkan konflik yang lebih
besar lagi. Jika mengalami hambatan-hambatan komunikasi yang
disebabkan oleh irama saat sedang berinteraksi dengan anak
berkebutuhan khusus, segaralah mengganti irama bahasa anda
sehingga emosi dia kembali stabil dan bisa diajak berkomunikasi lagi.
Secara umum, gangguan irama terdiri dari Stuttering dan Cluttering.
Stuttering merupakan gangguan irama yang terjadi karena tidak
lancarnya dalam pengucapan kata, pengulangan kalimat, ataupun
pengulangan bunyi. Stuttering biasa dikenal dengan sebutan gagap.
Berbeda dengan Cluttering dimana merupakan salah satu jenis
gangguan dimana anak tidak bisa berbicara secara perlahan. Anak
yang mengalami Cluttering biasanya akan berbicara dengan sangat
cepat yang mengakibatkan artikulasi dari kata yang diucapkan menjadi
tidak jelas dan sulit dimengerti.

e. Gangguan Lingkungan

Selain gangguan yang berasal dari diri masing-masing orang yang


sedang berkomunikasi, gangguan komunikasi pada anak
berkebutuhan khusus juga bisa berasal dari lingkungan. Gangguan
seperti kemanan diri yang terancam atau suara bising menjadikan
anak mengalami gangguan makna dalam komunikasi. Gangguan
makna menjadikan anak tidak mengerti apa yang anda bicarakan
karena kosentrasinya teralihkan oleh keadaan lingkungan sekitar

f. Gangguan Persepsi
8
Poin-poin yang sudah dijelaskan diatas merupakan faktor-faktor
penghambat komunikasi dan contohnya adalah gangguan persepsi.
Tidak hanya dialami oleh anak berkebutuhan khusus karena pada
umumnya semua orang juga bisa mengalami gangguan ini. Hanya saja
anak berkebutuhan khusus lebih sering mengalaminya. Untuk
menghindari masalah ini, jika anda ingin berkomunikasi dengan anak
berkebutuhan khusus, usahakan berkomunikasi dengan artikulasi yang
jelas, tenang, dan tidak terburu-buru agar persepsi yang diterima oleh
anak merupakan persepsi yang sama dengan orang yang
berkomunikasi dengannya.

g. Gangguan Kultur

Gangguan kultur merupakan hambatan komunikasi lintas budaya yang


cukup sering terjadi. Hal ini bisa terjadi karena masing-masing orang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan orang lainnya.
Hal serupa juga dialami oleh anak berkebutuhan khusus dimana
komunikasi yang dilakukannya terkadang sedikit berbeda dari anak
lainnya.

Teknik dan strategi komunikasi pada anak dengan kebutuhan khusus


(gangguan perilaku hiperaktif)

Adanya gangguan spesifik pada kemampuan interaksi dan komunikasi pada


anak autis atau hiperatif memerlukan kemampuan perawat untuk memilih dan
menggunakan strategi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan anak dengan
kebutuhan khusus (autis atau hiperatif). Perawat, orang tua, atau orang dewasa lain
harus menunjukkan kesabaran yang tinggi waktu berkomunikasi dan berinteraksi.
Teknik komunikasi terapeutik apa sajakah yang efektif digunakan pada anak dengan
kebutuhan khusus karena autis atau hiperaktif? Komunikasi dengan anak yang
mengalami kerusakan hubungan sosial atau kerusakan komunikasi verbal karena
autis atau hiperatif perlu selektif dalam memilih teknik karena ada hal-hal yang tidak
disenangi anak. Komunikasi bisa dilakukan secara verbal ataupun nonverbal. Pada
prinsipnya, komunikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertahankan
kenyamanan dan keselamatan klien serta menjaga interaksi dan memperbaiki
kerusakan komunikasi.

 Komunikasi nonverbal (bahasa tubuh) dan sikap

1. Menerima anak secara utuh.

2. Menjaga kontak mata dan menjaga jarak fisik.

3. Tetap rileks jangan panik dan selalu tersenyum. Jangan marahi anak.

9
4. Gunakan nada suara lembut, terutama jika klien menunjukkan emosi yang
tinggi.

5. Peluk anak walaupun dia menolak dan tidak memaksakan pelukan jika
anak menolak.

6. Hindari bahasa tubuh tidak sabar seperti rolling mata, kaki penyadapan,
atau mendesah.

7. Memberi contoh perilaku yang tepat.

8. Tetap rileks, tenang, sabar, dan ikhlas.

9. Bantu kesulitan anak.

10. Upayakan anak akan aman dari bahaya fisik.

11. Membantu meningkatkan adaptasi dan mekanisme koping anak.

 Komunikasi verbal dan teknik komunikasi yang digunakan

1. Pertanyaan sederhana atau tertutup karena anak/klien sangat tidak


koorperatif.

2. Mengulang pembicaraan yang kurang jelas.

3. Memperjelas ungkap verbal anak.

4. Jangan berbicara sambil berjalan.

5. Bicara singkat dan jelas sesuai kemampuan menerima anak.

6. Memfokuskan dan lain-lain yang sesuai dengan kondisi anak.

Menerapkan komunikasi pada pasien dengan kebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi.


Gangguan komunikasi pada anak berkebutuhan khusus bisa meliputi bahasa,
percakapan, interaksi, dsb. Di dalam konsep komunikasi terdapat pengirim pesan –
interpreter – decoder – encoder– penerima pesan. Komunikasi antara pengirim dan
penerima pesan selalu terdapat feedback. Selain itu komunikasi mempunyai 2 faktor
yaitu faktor intern (power) dan ekstern (sinyal).

Dalam komunikasi pada anak berkebutuhan khusus harus disesuaikan


dengan diagnosa, kelebihan si anak, dan gunakan alat-alat pendukung seperti

10
Augmentative and Alternative Communication (AAC) merupakan cara berinteraksi
yang dapat dijadikan pilihan untuk berkomunikasi, ketika komunikasi dengan lisan
mengalami hambatan. Jenis-jenis AAC meliputi kalkulator, laptop, handphone, dsb.
Dan juga alat PECS atau COMPIC yang dapat diakses di Google Apps dan Apple.

Komunikasi dengan anak berkebutuhan khusus yang pertama identifikasi


yaitu dengan menyamakan persepsi dan kedua membuat perintah sederhana.
Salahsatu mengaplikasikan dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan
khusus membuat jadwal rutinitas. Dalam membuat jadwal rutinitas buatlah bersama
si anak susunlah jadwal kegiatan dari pagi hingga malam.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Istilah anak berkebutuhan khusus bukan kata lain dari istilah anak
penyandang cacat tetapi istilah yang lebih luas untuk menggambarkan keadaan
anak yang mengalami hambatan perkembangan dan hambatan belajar termasuk
anak-anak penyandang cacat. Akibat dari itu mereka memerlukan layanan khusus
dalam pendidikan.
Anak berkebutuhan khusus meliputi dua kelompok yaitu anak berkebutuhan
khusus yang bersifat temporer dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat
permanen. Dilihat dari sebab-musabab munculnya kebutuhan khusus dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu karena faktor internal, faktor eksternal dan
kombinasi antara faktor ekternal dan internal.
Anak-anak yang memiliki hambatan belajar dan hambatan perkembangan
(termasuk anak-anak penyandang cacat) dipandang sebagai anak yang memerlukan
layanan khusus dalam pendidikan (children with speciaional educational needs).
Oleh karaena itu layanan pendidikan anak anak seperti itu tidak harus selalau di
sekolah khusus, tetapi dapat dilayani di sekolah biasa sepanjang hambatan
belajarnya dan kebutuhannya dapat dilayani.

11
Saran

Alangkah baiknya jika seluruh pihak yang terlibat dapat merubah cara pandang serta
meningkatkan pengembangan Pendidikan kebutuhan khusus bagi Anak
Berkebutuhan Khusus. Dari penjelasan tentang anak berkebutuhan khusus (abk)
diatas tadi, setidaknya kita sudah mengetahui sedikit tentang keadaan anak
berkebutuhan khusus (abk) itu. Semoga dengan sedikit pengetahuan tentang
konsep ABK ini kita bisa merubah cara pandang kita yang kurang baik 

DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus
"Painting A Better Future, Karya Lukis Luar Biasa Anak-Anak Berkebutuhan
Khusus"
Asrorul, Asroru. Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK): Buku
Referensi untuk Guru, Mahasiswa dan Umum. ISBN 9786027275423.

12

Anda mungkin juga menyukai