PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Agar kita lebih memahami tentang karakteristik dan perkembangan manusia dan peserta
didik serta faktor apa saja yang mempengaruhi proses perkembangan manusia dan peserta
didik sehingga mengakibatkan karakter yang berbeda-beda pada setiap individu.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia adalah mahluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut. Sejak ratusan
tahun sebelum Isa, manusia telah menjadi salah satu objek filsafat, baik objek formal yang
mempersoalkan hakikat manusia maupun objek teril yang mempersoalkan manusia sebagai
apa adanya manusia dan dengan berbagai kondisinya. Sifat-sifat dan ciri-ciri merupakan hal
yang secara mutlak disandang oleh manusia sehingga setiap manusia pada dasarnya sebagai
pribadi atau individu yang utuh. Individu berarti tidak dapat dibagi dan tidak dapat
dipisahkan, keberadaannya sebagai mahluk yang pilah, tunggal dan khas. Seseorang berbeda
dengan orang lain karena ciri-ciri yang khusus tersebut (Webster’s: 743). Menurut kamus
Echols & Shandly, individu adalah kata benda dari individual yang berarti orang,
perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dibentuk suatu lingkungan untuk anak yang
dapat meransang perkembangan pontensi-pontensi yang dimilikinya dan akan membawa
perubahan-perubahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikapnya. Sejak
lahir, bahkan sejak masi di dalam kandungan ibunya, manusia merupakan kesatuan psikofisis
atau psikomatis yang terus mengalmi pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan
perkembangan tersebut merupakan sifat dan kodrat manusia yang harus mendapat perhatian
secara saksama. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, manusia mempunyai kebutuhan-
kebutuhan. Pada awal kehidupan, seorang bayi mementingkan kebutuhan jasmaninya, ia
belum peduli dengan apa yang terjadi di luar dirinya. Ia sudah merasa senang apa bila
kebutuhan fisiknya seperti makan, minum, dan kehangatan tubuhnya terpenuhi. Akan tetapi,
dalam perkembangannya lebih luas. Kebutuhan kian bertambah dan suatu saat ia
membutuhkan fungsi alat berkomunikasi (bahasa) yang semakin penting. Ia membutuhkan
teman, keamanan, dan seterusnya. Semakin besar anak, kebutuhan nonfisiknya juga semakin
banyak.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karateristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karateristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu terdapat keyakinan serta kepribadian terbawa
pembawaan (heredity) dan lingkungan. Hal tersebut merupakan dua faktor yang terbentuk
karena faktor terpisah, masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu
bawaan dan lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Akan tetapi, makin disadari bahwa
apa yang dirasakan seorang anak, remaja atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan antara
apa yang ada diantara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.
2
Natur & nature merupakan istilah yang bisa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik- karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat
perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga yaitu
garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau konsepsi
kehidupan yang baru tersebut, secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak dan
bermacam-macam faktor lingkungan yang meransang. Masing-masing peransang tersebut,
baik secara terpisah maupun terpadu dengan ransangan yang lain, semuanya membantu
perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya tingkah laku manusia yang dibawa
sejak lahir. Hal tersebut akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah laku yang dapat
mewujudkan seorang sebagai individu yang berkarateristik berbeda dengan individu-individu
lain.
Pertumbuhan dan perkembangan dalam kehidupan manusia merupakan dua sisi mata
uang yang menunjukkan gambaran berbeda, tetapi merupakan dua hal yang tak terpisahkan,
bahkan kadang dikacaukan pengertiannya. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan
dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat progresif dan terus menerus. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah besar, serta
luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis.
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlansung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu, hasil
pertumbuhan berupaya bertambahnya ukuran kuantitatif dari fisik anak seperti tinggi dan
berat badan, kekuatan, ataupun proporsi sehingga secara ringkas pertumbuhan adalah proses
perubahan dan kematangan secara fisik yang menyangkut perubahan ukuran atau
perbandingan.
Perkembangan adalah poses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi
organ-organ jasmaniah dan bukan pada organ jasmani tersebut, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologi yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis. Proses perkembangan akan berlansung sepanjang kehidupan
manusia, sedangkan proses pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seorang telah mencapai
kematangan fisik.
1. Penampilan diri
3
Perubahan yang dapat meningkatkan tampilan diri akan cenderung diterima dan diulangi
lagi, sedangkan perubahan-perubahan yang dapat mengurangi penampilan akan ditolak
atau berusaha ditutupi.
2. Perilaku
Perubahan perilaku memalukan seperti yang terjadi pada masa pubertas dan usia lanjut
akan berpengaruh pada perkembangan perilaku selanjutnya.
3. Stereotip budaya
Dari berbagai media, orang mempelajari stereotip budaya yang seringkali dikaitkan
dengan ciri khas manusia pada tahap perkembangan tertentu. Stereotip budaya tersebut
dipakai untuk menilai orang lain dalam usia tertentu atau pada tahapan perkembangan
tertentu.
4. Nilai-nilai budaya
Setiap budaya memiliki nilai yang dikaitkan dengan usia-usia yang berbeda. Hal
terseebut akan mempengaruhi penyikapan masyarakat terhadap kelompok usia tertentu
lebih menyenangkan atau meremehkan di bandingkan sikap terhadapp usia lainnya.
5. Perbuhan peranan
Sikap terhadap dari berbagai usia di pengaruhi oleh peran yang mereka mainkan.
Adakalanya berupa sikap yang lebih baik atau sebaliknya, misalnya sikap terhadap lanjut
usia yang memasuki masa pensiun.
6. Pengalaman pribadi
Pengalamn pribadi mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap individu dalam
menghadapi parubahan dalam perkembangan kewenangan dan kewibawaan dapat di
pertajam dari pengalaman yang di peroleh. Oleh karena itu, orang akan cenderung
meninggalkan pengalaman yang menyebabkan mereka menjadi diremehkan.
5
Walaupun pola perkembangan bergerak normal, selalu perlu diwaspadai adanya gangguan,
baik yang berasal dari dirinya sendiri ataupun lingkungan. Gangguan akan dapat
mempengaruhi penyesuaian fisik, psikologis, maupun sosial. Akibatnya, secara tidak
sengaja memungkinkan anak mengubah pola perkembangan sehingga menghasilkan
daerah mendatar atau bahkan menurun pada grafik perkembangan anak. Jika tidak
diwaspadai, hal tersebut akan merugikan keseluruhan perkembangan anak.
9. Kebahagiaan bervariasi pada berbagai fase perkembangan
Kebahagian merupakan pengalaman subjektif yang tidak mungkin digambarkan dengan
ukuran dan prosedur objektif. Subjektif rasa bahagia tersebut menyangkut perbedaan
individual yang berbeda antara satu dengan yang lain, juga menyangkut subjektivitas pada
setiap tahapan perkembangan. Sesuatu yang menimbulkan kebahagian akan bergeser pada
setiap tahapan perkembangan. Hal yang membahagiakan pada tahap perkembangan
tertentu mungkin bukan lagi merupakan penyebab kebahagiaan pada periode-periode
perkembangan selanjutnya.
6
pembelahan sel-sel otak yang pesat setelah itu pertumbuhan masi berjalan secara lebih lambat
sampai anak mencapai umur 2 tahun. Chase (1971) menyebutkan bahwa lebih kurang 75% sel
otak sudah terbentuk pada saat kelahiran. Otak mengalami masa pesat tumbuh dua kali, yaitu
pada masa kehamilan minggu ke 15 sampai 20 dan minggu kedua umur kehamilan 30 minggu
sampai akhir tahun pertama setelah kelahiran. Masa pertumbuhan jaringan otak adalah rawan.
Setiap gangguan pada masa tersebut akan mengakibatkan gangguan pada masa pertumbuhan
berikutnya. Beberapa macam zat atau keadaan seperti kekurangan oksigen, kekurangan nutrsi,
dan keracunan obat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak sehingga
fungsinya juga terpengaruh.
3. Perkembangan psikomotorik
Perkembangan psikomotorik atau motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-
gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat,
syaraf, dan otot. Proses tersebut dimulai dengan gerakan-gerakan kasar (gross movement)
yang melibatkan bagian-bagian besar-besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, berlari,
meloncat, dan lain-lain. Kemudian, dilanjutkan dengan koordinasi halus (finer coordination)
yang melibatkan kelompok otot-otot halus dalam funsih meraih, memegang, melempar,
menulis, menggambar, mewarna, dan lain-lain yang kedua-keduanya diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut mengarah pada
pembentukan keterampilan (skill). Keterampilan motorik memiliki struktur yang kompleks
dan berbeda-beda. Terdapat lima prinsip perkembangan motorik, yaitu perkembangan motor
merupakan fungsi dari pematangan susunan syraf dan otot, gerakan motorik tidak akan terjadi
sampai anak memiliki kesiapan motor dan syaraf untuk gerakkan tersebut.
4. Perkembangan kognitif
Keat (1985) melihat secara umum perkembangan mental atau perkembangan kognitif
sebagai proses-prosep mental yang mencakup pemahaman tentang dunia, penemuan
pengetahuan, pembuatan perbandingan, berpikir, dan mengerti. Ia selanjutnya juga
menjelaskan bahwa perkembangan kognitif tdak lain adalah proses pengolahan informasi
yang menjangkau kegiatan kognisi, intelegensia, belajar, pemecahan masalah, dan
pembentukan konsep. Secara lebih luas menjangkau kretivitas, imajinasi dan ingatan.
5. Perkembangan sosial
Perkembanga sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan untuk
berperilaku sesuai dengan harapan sosial yang ada. Hurlock menyatakan indikator dari
perilaku sosial uang sukses adalah kerja sama, persaingan sehat, kemauan berbagi (sharing),
minat untuk diterima, simpati, empati, ketergantungan, persahabatan, keinginan bermanfaat,
imitasi, dan perilaku lekat. Perkembangan emosi merupakan proses perkembangan
kemampuan untuk tanggap secara emosional, terkait dengan perkembangan sosial anak.
Respon yang nyaman menimbulkan penerimaan sosial yang baik.
6. Perkembanga emosi
Rasa dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia.
Dalam hidup atau proses perkembangan manusia, banyak hal yang dibutuhkan, jika
kebutuhan tersebut terpenuhi, akan timbul rasa senang atau puas. Akan tetapi, jika kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi, akan timbul rasa kecewa. Kecewa, senang, dan puas merupakan
gejala yang mengandung unsur senang atau tidak senang. Emosi merupakan gejala perasaan
7
disertai dengan perubahan atau perilaku fisik seperti marah yang ditunjukkan dengan suara
keras atau tingkah laku yang lain. Begitu pula sebaliknya, yang gembira akan melonjak
kegirangan. Menurut Patty F (1992), emosi merupakan reaksi individu terhadap suatu
perubahan pada situasi yang sekonyong-konyong sehingga tidak dapat bertindak dengan suatu
tujuan tertentu. Reaksi tersebut berupa terkejut, takut, sedih, marah, atau gembira terhadap
kejadian orang atau objek di luar individu. Gejala emosi yang lain adalah rasa takut, cinta,
sedih daan duka cita, ingin tahu, dan penasaran.
8
berhenti, dan kemudian cepat seperti dipacu. Sebagai contoh, pada suatu saat dalam
perkembangannya kecepatan belajar bahasa anak ditunjukkan dengan banyaknya kata-kata
baru yang dikuasai. Akan tetapi, jika kemudian tidak ada lagi, tetapi kemudian tanpak giat
lagi seperti dipacu untuk belajar dengan cept sehingga melalui anak yang lain.
3. Hukum rekapitulasi.
Hukum rekapitulasi berpendapat bahwa perkembangan psikis individu akan
pengulanngan urutan tingkah laku dengan perkembangan nenek moyang suatu bangsa. Oleh
karena itu, sesuai dengan hukum rekapitulasi, ada semacam perilaku kolektif atau ketidak
sadaran. Hukum rekapitulasi pertama kali dikemukakan oleh Hackel (Jerman) yang dalam
laporan biologinya disebut hukum biogenetis, dia mengatakan bahwa ontogenese merupakan
rekapitulasi dari philogeneses, yang berarti perkembanagan suatu mahluk adalah rekapitulasi
dari perkembangan seluruh jenis. Claparede menolak uratan yang digambarkan sebelumnya,
akan tetapi ia menerima anggapan bahwa dalam perkembangan individu mengalami situasi
yang merip dengan suatu masa dalam perkembangan kebudayaan umat manusia.
Berdasarkan hukum rekapitulasi tersebut, perkembangan individu dapat digolongkan
ke dalam beberapa fase atau masa yang dalam bentuk riilnya dapat dilihat dari permainan
mereka. Adapun fase-fase perkembangan tersebut adalah:
1. Masa berburu dan menyamun (sampai dengan 8 tahun)
Ciri-ciri yang menonjol pada masa ini adalah bahwa anak-anak dalam permainannya
menunjukkan kesenangan menangkapp binatang, bermain dengan panah-panahan,
membuat rumah-rumahan, saling mengintai, saling memata-matai, saling menyelinap
untuk menangkap musuh, dan sebagainya.
2. Masa beternak (8-10 tahun)
Masa ini juga disebut juga masa menggembala. Cara yang menonjol pada masa ini adalah
anak senang sekali memelihara binatang. Misalnya, memelihara ayam, merpati, kucing,
kambing dan sebagainya.
3. Masa bertani atau bercocok tanam (10-12 tahun)
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah anak gemar memelihara tanaman. Misalnya,
tanaman bungan, tanaman pot bunga, atau tanaman dihalaman rumah.
4. Masa berdagang (12-14 tahun)
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah perhatian anak terutama tertuju kepada hal-hal
yang mirip dengan perdagangan. Misalnya, bermain jual beli dengan uang dari kertas atau
daun, tukar-menukar perangko bekas, pengumpulan bungkus rokok dan sebagainya.
5. Masa industri (15 tahun ke atas)
Ciri yang menonjol pada masa ini adalah anak gemar membuat permainannya sendiri
dengan bahan-bahan yang ada disekelilingnya. Misalnya, membuat layang-layang,
membuat seruling bambu, katapel, gasing dan sebagainya.
4. Hukum masa peka
Orang yang pertama kali mengemukakan adanya masa peka dan mengembangkan
hukum masa peka adalah M.Montessori dari italia. Menurutnya dalam perkembangan anak
terdapat suatu saat yang sangat tepat bagi suatu fungsi untuk dapat berkembang dengan baik
sekali atau sangat sensitif dan sangat dengan mudah untuk merespon stimulus yang datang
kepada dirinya. Pada masa ini, anak mempunyai kesiapan terbaik untuk melaksanakan tugas
9
perkembangannya dalam fungsi tertentu. Apa bila masa peka tersebut telah diketahui, layanan
pendidikan atau bbantuan lain dari orang dewasa akan mudah mencapai hasil yang maksimal.
Misalnya, masa peka untuk berjalan adalah pada tahun kedua, masa peka untuk mengingat
atau menghafal sesuatu adalah pada tahun ketiga dan keempat, masa peka untuk belajar
menggambarkan sesuatu adalah pada tahun kelima; masa peka untuk perkembangan ingatan
logis pada tahun kedua belas dan ketiga belas, dan sebagainya. Atas dasar hukum masa peka
ini M.Montessori mendirikan dan mengemangkan sistem pendidikan dalam sebuah taman
kana-kanak yang dipimpinnya yang bernama Case de Bambini.
5. Hukum Trotzalte (masa menentang)
Hukum trotzalte berpandang bahwa perkembangan individu tidak selalu berlansung
dengan tenang dan teratur, tetapi pada masa-masa tertentu terjadi data guncangan yang
membawa perubahan secara radikal. Masa mengalami guncangan semacam itu biasanya
terjadi pada dua kali periode. Periode guncangan pertama terjadi ketika individu berada pada
usia 3-4 tahun. Periode guncangan kedua terjadi ketika individu berada pada usia sekitar 14-
17 tahun. Pada periode usia itu, anak mengalami perubahan mencolok dalam dirinya baik
aspek maupun psikis sehingga menimbulkan reaksi emosional dan perilaku radikal. Wujud
nyata perilaku yang sering kali ditunjukkan adalah adanya sikap mampu berdiri sendiri,
mampu mengerjakan sesuatu secara sendiri, dan merasa tidak terlalu perlu bantuan orang lain
sehingga seringkali timbul sikap menentang ketika ada stimulus dari oang lain yang dirasa
kurang sesuai. Karena sering menunjukkan sikap menentang tersebut, kemudian masa ini
disebut juga masa menentang.
6. Hukum masa eksploratif
Sesuai dengan istilahnya, yang ekploratif yang berarti penjelajahan, hukum masa
eksploratif yang dipelopori oleh seorang ahli dari Belanda yang bernama Langeveld
berpandangan bahwa perkembangan individu merupakan suatu proses yang berlansung
sebagai suatu penjelajahan dan penemuan pada individu yang bersangkutan. Individu yang
lahir merupakan warga baru yang belum mengenal dunia sekelilingmya. Oleh karena itu,
perlu dikenal dan dipelajari tentang segala sesuatu yang ada di dunia sekelilingnya, dia perlu
melakukan penjelajahan agar kemudian menemukan bermacam-macam kehidupan duniawi
dan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui proses penjelajahan dan penemua-penemuan dunianya
itulah individu mengalami perkembangan.
7. Hukum pertahanan diri
Pertahanan diri yang dimaksudkan adalah suatu respons dalam bentuk sikap atau
perilaku individu yang dimunculkan ketika dirinya merasa mendapatkan stimulus yang tidak
sesuai atau menyenangkan. Pertahanan diri tersebut ada pada setiap individu. Bentuk
pertahanan diri ini berbeda-beda antara individu satu dengan yang lainnya. Contoh bentuk
bertahan diri yang sederhana adalah pada saat anak merasa lapar, haus, takut, sakit, dan
sebagainya kemudian anak akan menangis. Dengan menangis, sebenarnya terkandung maksud
agar orang lain segera datang untuk memenuhi kebutuhannya. Tangisan anak merupakan
wujud nyata dari perbuatan yang didorong oleh keinginan untuk mempertahankan diri dari
rasa lapar, haus, takut, atau sakit. Dengan bertambahnya usia, pertahanan diri individu
menjadi semakin bervariasi dan tidak bersifat implusif naluriah. Ketika individu sudah
semakin remaja atau dewasa , pertahanan diri terhadap rasa lapar, haus, takut, dan sakit tidak
10
lagi berupa tangisan, tetapi kegiatan lain ,misalnya mencari makanan dan minuman di lemari
atau lari mencari perlindungan pertahanan diri yang ada pada setiap individu dapat
menjadikan sistem keseimbangan untuk perkembangan kehidupannya.
8. Hukum pengembangan diri
Hukum ini berpandangan bahwa sesungguhnya setiap individu memiliki dorongan
alamiah untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Keberhasilan individu dalam
mempertahankan diri memerlukan usaha aktif dan kreatif. Sifat kreatif ini menimbulkan
berfungsinya dorongan untuk mengembangkan diri berupa kegiatan untuk mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Dorongan untuk mengembangkan diri wujudnya berlainan
antara individu satu dengan individu lainnya. Misalnya, pada remaja ada rasa ingin selalu
bersaing dengan orang lain, perasaan kurang puas terhadap hasil yang telah dicapai, keinginan
untuk mengetahui segala sesuatu, semua ini merupakan dorongan untuk mengembangkan diri.
11
keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan kebingungan
dalam diri remaja itu sendiri maupun pada orang lain.
3. Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya biaya yang banyak, padahal
kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka
lalu mengkhayal mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalnya melalui dunian fantasi.
Khayalnya remaja lebih mengkhayalkan romantis hidup. Khayal ini tidak selamnya bersifat
negatif, khayal tersebut kadang-kadang menghasilkan sesuatu yang bersifat konstruktif,
misalnya timbul ide-ide tertentu yang dapat direlisasikan.
4. Aktivitas kelompok
Berbagai macam keinginan remaja sering kali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-
macam kendala. Hal yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-
macam larangan dari orang tua sering kali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat
para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka
berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan
suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama
(Singgih DS.,1980)
5. Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umunya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high cutiosty). Karena
didorong oleh rasa ngin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah
segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang beum perna dialaminya. Selain itu, didorong
juga keinginan seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingiin mencoba melakukan apa
yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya, tidak jarang secara sembunyi-sembunyi,
remaja pria mencoba merokok karena sering melihat orang dewasa melakukannya. Seolah-
olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan kalau sebenarnya dirinya
mampu berbuat seperti orang dewasa. Remaja putri sering kali mencoba memakai kosmetik
baru, meskipun sekolah melarang. Oleh karena itu, yang amat penting bagi remaja adalah
memberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatan-
kegiatan yang positif, kreatif, dan produktif, misalnya ingin menjelajah alam sekitar untuk
kepentingan penyelidikan atau ekspedisi.
12
berfungsinya hormon-hormon sekunder. Pada permulaan masa remaja, pertumbuhan fisik
yang sudah menyerupai manusia dewasa ini tidak diikuti dengan perkembangan psikis yang
sangat pesatnya. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju
kehidupan orang dewasa tersebut merupakan masa yang sulit dan penuh gejolak sehngga
sering disebut sebagai masa badai dan topan, masa pancaroba, dan berbagai sebutan lainnya
yang menggambarkan banyaknya kesulitan yang dialami anak pada masa perubahan tersebut.
Pertumbuhan yang pesat dan muncuulnya berbagai perubahan fisik yang terjadi merupakan
gejala primer yang menandakan awal masa remaja. Perubahan tersebut meliputi ukuran
pertumbuhan tubuh, perubahan proporsi, dan munculnya ciri kelamin utama (primer) dan
sekuder karena mulai berfungsinya hormon-hormon sekunder, khususnya hormon reproduksi.
Perubahan tersebut berbeda bagi remaja pria dengan remaja perempuan. Pada remaja putri,
terdapat perasaan seolah-olah belum dapat menerima kenyataan bahwa tanpa dibayangkan
sebelumnya kini buah dadanya membesar. Oleh karena itu, sering kali gerak-gerik remaja
serba canggung dan tidak bebas. Gangguan dalam bergerak yang disebakan oleh pesatnya
pertumbuhan fisik pada remaja seperti ini dikenal dengan istila gangguan regulasi. Pada
remaja pria, pertumbuhan lekum menyebabkan suara remaja menjadi parau untuk beberapa
waktu dan akhirnya turun satu oktaf. Pertumbuhan kelenjar endokrin yang telah mencapai
taraf kematangan sehingga mulai berproduksi menghasilkan hormon yang bermanfaat bagi
tubuh. Akibatnya remaja mulai tertarik pada lawan jenisnya.
13
tubuh ini karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki memang berbeda dari anak
perempuan.
5. Status sosial ekonomi
Meskipun tidak dapat dijelaskan secara lansung, tetapi kenyataan menunujukkan bahwa
anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah, secara umum
cenderung lebih kecil daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang status
ekonominya menengah apa lagi mereka yang berada dalam status sosial yang ekonomi
yang tinggi.
6. Kesehatan
Status kesehatan anak juga banyak mempengaruhi pertumbuhan remaja. Anak-anak yang
sehat dan jarang sakit, biasanya akan memilih tubuh yang lebih berat daripada anak yang
sering sakit.
7. Bentuk tubuh
Kecenderungan bentuk tubuh, apakah masuk dalam klasifikasi eksmorf, mesomorf, atau
endomorph, akan mempengaruhi besar kecilnya tubuh remaja. Misalnya, anak yang bentuk
tubuhnya mesomorf akan tumbuh lebih besar daripada anak yang endomorph atau
ektomorph karena memang lebih gemuk dan berat.
14
Perlu dicatat bahwa dalam kenyataan karena adanya berbagai sebab maka tidak semua
orang dapat mencapai kematangan emosional tersebut secara sempurna, juga perlu dipahami
bahwa kematangan dan kondisi emosi manusia bukan merupakan kondisi yang bersifat
menetap. Tetapi merupakan proses panjang dan melalui irama yang sering naik turun dari
waktu ke waktu.
2. Perkembangan moral
Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan yang berhubungan dengan masalah
benar dan salah oleh msyarakat tertentu, dapat pula di artikan sebagai perilaku yang sesuai
dengan norma benar salah tersebut. Pengertian moral dalam kaitannya dengan perkembangan
remaja adalah kesadaran remaja untuk mematuhi secara sukarela standar moral sebagai
pedoman perilakunya. Tahap-tahap perkembangan moral pada remaja telah mencapai pada
tahap moralitas hasil interaksi seimbang yaitu secara bertahap anak mengadakan internalisasi
nilai moral dari orang tuanya dan orang-orang dewasa disekitarnya, ketika anak mulai mampu
berpikir abstrak seperti pada remaja anak mulai memahami alasan berbuat baik dan buruk
tersebut dan mampu berbuat moralistic secara mandiri. Pada akhir masa remaja terdapat lima
perubahan yang dapt dilukiskan sebagai berikut:
1. Pandangan moral remaja muli menjadi abstrak, manifestasi dari ciri ani adalah perilaku
remaja yang suka saling menasihati sesama teman dan kesukaannya pada kata-kata
mutiara.
2. Pandangan moral remaja sering terpusat pada apa yang benar dan apa yang salah. Keadilan
pada masa ini sering muncul sebagai kekuatan moral yang dominant. Sehingga remaja
sangat antusias pada usaha-usaha reformasi sosial.
3. Penilain moral pada remaja semakin mendasarkan diri pada pertimbangan kognitif, yang
mendorong remaja mulai menganalisis etika sosial dan mengambil keputusan kritis
terhadap berbagai masalah moral yang di hadapinya.
4. Penilain moral yang dilakukan remaja menunukkan perubahan yang bergerak dari sifat
yang egosentris menjadi sosiosentris, sehingga remaja senang sekali bila dilibatkan dalam
kegiatan memperjuangkan nasib sesama, kesetiakawanan kelompok yang kadang-kadang
untuk ini remaja bersedia berkorban fisik.
5. Penilaian moral secara psikis juga berkembang menjadi lebih mendalam yang dapat
merupakan sumber emosi dan menimbulkan ketegangan-ketegangan psikologis. Sehingga
pada akhir masa remaja moral yang dianutnya diharapkan menjadi “kenyataan hidup” dan
menjadi barang yang berharga dalam hidupnya.
Pada akhir masa remaja perkembangan moral anak telah memasuki tahapan yang ke tiga
adalah tingkat pasca-Konvensional. Sering pula disebut sebagai tingkat “otonom” atau tingkat
berprinsip (prisiples level), dimana pada tingkat ini kehidupan dan perilaku moral dipandang
sebagai penerimaan tanggung jawab pribadi atas dasar prinsip yang dianut.
15
kelamin, ras/suku, pengetahuan, agama/ kepercayaan dan sebagainya. Masa remaja
merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa, dan
merupakan masa transisi (dari masa anak ke masa dewasa) yang diarrahkan kepada
perkembangan masa dewasa yang sehat (Konopoka dalam Piknus, 1976; Kaczman dan Riva,
1996). Ditilik dari segi usia, siswa SLTP (SMP dan MTs) dan SLTA (SMA, MA, dan SMK)
termasuk fase atau masa remaja. Fase remaja merupakan salah satu periode dalam rentang
kehidupan siswa . menurut Konopka (Pikunas, 1976) fase ini meliputi:
1. Remaja awal: 12-15 tahun
2. Remaja madya: 15-18 tahun
3. Remaja akhir: 19-22 tahun
Untuk memahami lebih lanjut tentang remaja, pada uraian berikut dipaparkan mengenai
karakteristik aspek-aspek perkembangannya.
1. Aspek fisik
Secara fisik, masa remaja ditandai dengan matang-nya organ-oragan seksual. Remaja
pria mengalami pertumbuhan pada organ testis, penis, pembuluh mani, dan kelenjar prostat.
Matangnya organ-organ ini memungkinkan remaja pria mengalami mimpi basah. Sementara
remaja wanita ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Ovarium
menghasilkan ova (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk
kehamilan, dan perkembangan seks sekunder. Matangnya organ-organ seksual ini
memungkinkan remaja wanita mengalami manarche (menstruasi/haid pertama). Perubahan
fisik yang lainnya menandai
Dalam budaya Amerika, periode ini dipandang sebagai masa strom & stress, frustasi
dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan
perasaan teralineasi dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Pikunas, 1976)
4. Aspek Sosial
Pada masa ini perkembangan social cognition, yaitu kemampuan memahami orang lain.
Kemampuan ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial dengan teman sebaya.
17
Masa ini juga ditandai dengan berkembang-nya sikap conformity (konformitas), yaitu
kecenderung-an untuk meniru, mengikuti, opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran
(hobby), atau keinginan orang lain. Perkembangan konformitas ini dapat berdampak positif
atau negatif bagi remaja sendiri, tergantung kepada siapa atau kelompok mana dia melakukan
konformitasnya.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan remaja yang nakal, menjadi pecandu
Napza, meminum minuman keras, free sex, atau berperilaku kriminal, atau berperilaku sadis
(seperti gang motor), karena mereka meniru atau mengikuti perilaku teman sepergaulannya.
Seiring dengan semakin bertambah usianya, kecenderung-an dalam melakukan konformitas
ini semakin berkurang, karena berkembangnya kemampuan berfikir yang lebih matang,
sehingga untuk melakukan sesuatu senantiasa diperhitungkan untung-rugi-nya/masalah
madlaratnya.
5. Aspek Kepribadian
Masa remaja merupakan saat berkembangnya self-identity (kesadaran akan identitas
atau jati dirinya).Remaja dihadapkan kepada berbagai pertanyaan : “who am i,man ana, siapa
saya”? (keberadaan dirinya ); “akan menjadi apa saya”? (masa depan); “apa peran saya”?
(kehidupan sosial); dan ”mengapa saya harus beragama”? (kehidupan beragama).Apabila
remaja berhasil memahami diri-nya, peran-perannya dalamkehidupan sosial, dan memahami
makna hidup beragama, maka dia akan menemukan jati dirinya, dalam arti dia akan memiliki
kepribadian yang sehat. Sebalinkya apabila gagal, maka dia akan mengalami kebingungan
atau kekacauan (confusion), sehingga dia cenderung memiliki kepribadian yang tidak sehat
(maladjustment).
Terkait dengan paparan diatas, Erikson (Adams & Gullota, 1983:36-37; Conger,
1977:92-93) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembang nya identity. Identity
merupakan vokal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang
sebelumnya telah memberikan konstribusi kepada perkembangan identitas ini. Erikson
memandang pengalaman hidup remaja berada dalam keadaan moratorium, yaitu suatu periode
saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan dirinya untuk masa depan, dan mampu
menjawab pertanyaan siapa saya? (who am i?) dia mengingatkan bahwa kegagalan remaja
untuk mengisi atau menuntaskan tugas ini akan berdampak tidak baik bagi perkembangan
dirinya.
Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan
kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya mereka mungkin akan
mengembangkan perilaku yang menyimpang(deliquent), melakukan kriminalitas, atau
menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat.
18
Anita E.Woolfok mengartikan identity,sebagai “suatu pengorganisasian dorongan-
dorongan (drives), kemampuan-kemampuan (abilities), keyakinan-keyakinan (beliefs), dan
pengalaman siswa kedalam citra diri (image of self) yang konsisten”. Upaya pengorganisasian
ini melibatkan kemampuan untuk memilih, dan mengambil keputusan, terutama yang
menyangkut pekerjaan, orientasi sekolah, dan falsafah kehidupan. Kegagalan
mengintegrasikan semua aspek ini, atau kesulitan untuk melakukan pilihan, maka remaja akan
mengalami kecenderungan peran (role cofusion).
Menurut Salzman (Pikunas: 1976) masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya
sikap tergantung (dependence) kepada orangtua kearah kemandirian / kebebasan
(independence), (2) minat seksualitas, dan (3) kecenderungan untuk merenung atau
memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai estetika, dan isu-isu moral.
Remaja yang gagal dalam menemukan identitas dirinya akan menampilkan corak
perilaku yang menyimpang (nakal) atau aneh-aneh (karena proses peniruan atau dorongan
independent / kebebasan yang kebablasan, tanpa pertimbangan baik buruknya), seperti remaja
pria rambutnya dicat;memakai anting, gelang, dan kalung; pakaian compang-camping;
ngomongnya kasar; bertato; senang meneggak minuman keras; merokok; kadang-kadang
berperilaku sadis; dan tidak memperdulikan nilai-nilai agama.Hidup mereka tidak produktif
(seperti malas belajar atau tidak mau sekolah,tidak mau membantu pekerjaan orangtua di
rumah, sehari-hari nongkrong di jalanan atau di tempat-tempat tertentu), bahkan menjadi”
sampah masyarakat”, karena mengganggu ketentraman dan kenyamanan hidup
bermasyarakat. Mereka itu mungkin saja berasal dari latar belakang sosial-ekonomi keluarga
yang beragam.
Perilaku nakal dan aneh-aneh itu berkembang karena dipicu pleh beberapa faktor ,
diantaranya:
6. kesadaran beragama
Pikunas (1976), mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas utama
perkembangan remaja adalah memperoleh kematangan sistem moral untuk membimbing
perilakuny. Kematangan remaja berjumlah sempurna jika tidak memiliki kode moral yang
dapat diterima secara universal. Pendapat ini menunjukkan tentang pentingnya remaja
memiliki landasan hidup yang kokoh, yaitu nilai-nilai moral, terutama yang bersumber dari
agama. Terkait dengan kehidupan beragama remaja, ternyata mengalami proses yang cukup
panjang untuk mencapai kesadaran agama yang diharapkan. Kualitas kesadaran beragama
remaja sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan atau pengalaman keagamaan yang
diterimanya sejak usia dini, terutama di lingkungan keluarga. Proses kesadaran beragama
remaja ini di paparkan pada uraian berikut.
19
a. Masa remaja awal (usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, yaitu dengan mulai tumbuhnya-
tumbuhnya ciri-ciri keremajaan yang terkait dengan matangnya orang-orang seks, yaitu: ciri
primer (menstruasi pada wanita, dan mimpi pertama pada remaja pria), dan ciri sekunder
(tumbuhnya kumis, jakun, dan bulu-bulu di sekitar kemaluan pada remaja pria; dan
membesarnya buah dada/payudara, membesarnya pinggul, dan tumbuhnya bulu-bulu di
sekitar kemaluan pada remaja wanita).
Pertumbuhan fisik yang terkait dengan seksual ini mengakibatkanterjadinya
kegoncangan emosi, kecemasan, dan kekhwatiran pada remaja. Bahkan lebih jauhnya kondisi
ini dapat mempengaruhi kesadaran beragamanya, apa lagi jika remaja kurang mendapatkan
pengalaman atau pendidikan sebelumnya. Penghayatan rihaninya cenderung skeptis (acuh tak
acuh, cuek atau was-was) sehingga muncul keengganan atau kemalasan untuk melakukan
berbagai ibadah ritual, seperti shalat.
Kegoncangan dalam keagamaan ini mungkin muncul, karena disebabkan faktor internal dan
faktor eksternal.
1. Faktor internal, terkait dengan (1) matangnya organ-organ seks yang mendorong remaja
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, namun disisi lain di sisi lain dia tahu bahwa
perbuatan itu dilarang oleh agama. Kondisi ini menimbulkan konflik pada diri remaja,
yang apa bila tidak secepatnya terselesaikan (menghadapinya dengan bersabar) maka
mungkin remaja akan terjerumus ke dalam perilaku yang nista; dan (2) berkembangnya
sikap independen, keinginan untuk hidup bebas, tidak mau terkait dengan norma-norma
keluarga, sekolah, atau agama. Apa bila orang tua atau guru-guru kurang memahami dan
mendekatinya secara bijak, bahkan justru dengan sikap otoriter/keras, maka sikap atau
perlakuan itu akan berdamoak negatif terhadap pribadi remaja, seperti berkembangnya
tingkah laku negatif (negativisme) membandel, menentang, menyendiri, acuh tak acuh.
2. Faktor eksternal,terkait dengan aspek-aspek (1) perkembangan kehidupan sosial budaya
dalam masyarakat yang tidak jarang bertentangan dengan nilai-nilai agama, namun sangat
menarik minat remaja untuk mencobanya, seperti: beredarnya film-film,VCD-VCD atau
foto-foto porno; penjualan minuman keras dan alat-alat kontrasepsi yang bebas; semakin
maraknya peredaran narkoba dan obat-obat terlarang lain-nya; dan (2) perilaku orang
dewasa, orangtua sendiri, para pejabat, dan warga masyarakat yang gaya hidupnya (life
style) kurang memperdulikan agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral
lainnya.
20
untuktidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama, namun tidak
melaksanakan ajaran agama, atau perilakunya bertentangan dengan nilai agama. Remaja dapat
menilai bahwa bukan ajaran agamanya yang salah, tetapi orangnya yang salah.
Dalam mewujudkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa itu, maka
remaja seharusnya mengamalkan nilai-nilai akidah, ibadah, dan ahlak karimah. Secara lenh
terinci mengenai nilai-nilai tterrsebut dapat disimak dalam tabel:
21
2. Tuntutan masayarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, belajar berhitung, dan
belajar berorganisasi.
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita siswa itu sendiri, misalnya memiliki pekerjaan dan
memilih teman hidup.
4. Tuntutan norma agama,misalnya beribadah kepada Allah SWT, dan berbuat baik kepada
sesama manusia.
Tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah sebagai berikut:
1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya (seperti kecantikan,
keberfungsian dan ketuhan)
2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas
(mengembangkan sikap respek terhadap orang tua dan orang lain)
3. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal (lisan dan tulisan)
4. Mampu bergaul dengan teman sebaya atau orang lain secara wajar
5. Menemukan manusia model yang dijadikan pusan identifikasinya
6. Menerima dirinya sendiri, dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
7. Memperoleh self-control (kemampuan mengendalikan diri sendiri) atas dasar skala nilai,
prinsip-prinsip atau falsafah hidup
8. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuain diri (sikap dan perilaku) yang kekanak-
kanakan
9. Bertingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
10. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga
negara
11. Memilih dan mempersiapkan karir (pekerjaan)
12. Memiliki sikap positif terhadap pernikahan dan hidup berkeluarga (meyakini bahwa
pernikahan merupakan satu-satunya jalan yang menghalalkan hubungan seksual pria-
wanitaMengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
BAB III
22
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karateristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan
karateristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis
maupun faktor sosial psikologis. Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan dapat
diartikan sebagai perubahan yang bersifat progresif dan terus menerus. Pertumbuhan
berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif, yang mengacu pada jumlah besar, serta
luas yang bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis. Faktor-
faktor yang mempengaruhi sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap perubahan dalam
perkembangan adalah, Penampilan diri, Perilaku, Stereotip budaya, Nilai-nilai budaya,
Perbuhan peranan, dan Pengalaman pribadi. Perkembangan terbagi beberapa aspek yaitu,
Pertumbuhan fisik, Pertumbuhan otak, Perkembangan psikomotorik, Perkembangan kognitif,
Perkembangan sosial, dan Perkembanga emosi. Terdapat delapan hukum dalam
perkembangan remaja yaitu, Hukum tempo perkembangan, Hukum irama perkembangan,
Hukum rekapitulasi, Hukum masa peka, Hukum Trotzalte (masa menentang), Hukum masa
eksploratif, Hukum pertahanan diri dan Hukum pengembangan diri. Faktor-faktor yang
ditengarai dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja dapat berasal dari berbagai sumber
yaitu, keluarga, gizi, gangguan emosional, Jenis kelamin, Status sosial ekonomi, Kesehatan,
dan Bentuk tubuh.
3.2 Saran
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
23