Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Perkembangan Emosi

Dosen Pengampu : Desi Natalia T.I,S.Kep.,Ns, M.Kep

Disusun Oleh :

Catherine Yemima Ristyawati 01.2.16.00526

Dianita Anggraini 01.2.16.00533

Dwi Chrismon Petter 01.2.16.00535

Kezia 01.2.16.00.544

Lolita Fabiola Rohani 01.2.16.00546

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah “PERKEMBANGAN EMOSI” ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimaksih atas masukan dan sumber
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi dengan baik.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca,karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami,kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih pada Dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama kami
mengikuti mata kuliah tersebut.

Kediri.18 September 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan
kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati, (the progressive and
continous change in the organism from birth to death. Perkembangan merupakan
proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ
jasmaniah, bukan organ jasmaniahnya itu sendiri atau penekanan arti
perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang
oleh organ fisik yang akan terus berlanjut hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Sementara itu pertumbuhan hanya terjadi sampai manusia mencapai tingkat
kematangan.
Dengan demikian istilah pertumbuhan lebih cenderung merajuk pada
kemajuan fisik atau pertumbuhan tubuh yang melaju sampai pada suatu titik
optimum dan kemudian menurun menuju keruntuhannya. Sedangkan istilah
perkembangan lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani
yang melaju terus menerus sampai akhir hayat.
Seseorang manusia dalam menanggapi sesuatu lebih banyak diarahkan
oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Tetapi pada saat tertentu,
dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-
pemikiran dan tingkah lakunya. Oleh sebab itu, untuk memahami emosional
peserta didik, guru memang perlu mengetahui apa yang dia pikirkan dan dia
lakukan. Yang lebih penting lagi adalah mengetahui apa yang mereka rasakan.
Gejala-gejala emosional seperti marah, takut, malu, cinta, benci, dan lainnya perlu
dicermati dan dipahami dengan baik.
1.2 Rumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas dapat diambil beberapa masalah yang
akan dibahasa dalam makalah ini :
1. Bagiamana konsep Perkembangan ?
2. Bagiamana konsep emosi ?
3. Bagaimana perkembangan emosi ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui konsep perkembangan
1.3.2 Untuk mengetahui konsep emosi.
1.3.3 Untuk mengetahui perkembangan emosi sesuai tahapan usia.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Perkembangan


2.1.1 Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam strutur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebgai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya
proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem
organ yang berkembangan sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada
masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa inin perkembangan kemampuan
berbahasa, kreativitas, kedaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia
berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan
dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal
bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai
tahap perkembangan. Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang
oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju
kedewasaan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak
menuju dewasa. Perkembangan menandai maturitas dari organ-organ dan sistem-
sistem, perolehan keterampilan, kemampuan yang lebih siap untuk beradaptasi
terhadap stress dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab maksimal dan
memperoleh kebebasan dalam mengekspresikan kreativitas.
Sedangkan pengertian lain, perkembangan dapat diartikan sebagai
“perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri
perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaan
2.1.2 Prinsip Perkembangan
1. Peerkembangan tidak terbatas dalam arti tumbuh menjadi besar tetapi
mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progresif, teratur,
koheren dan berkesinambungan. Jadi antara satu tahap perkembangan
dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri-
sendiri.
2. Perkembangan dimulai dari respons-respons yang bersifatnya umum
menuju ke yang khusus. Contohnya, seorang bayi mula-mula akan
bereaksi tersenyum bila melihat setiap wajah manusia. Dengan
bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah
tertentu.
3. Manusia merupakan totalitas )kesatuan), sehingga akan ditemui kaitan
erat antara perkembangan aspek fisik-motorik, mental, emosi dan
sosial. Perhatian yang berlebihan atau satu segi akan menmpengaruhi
segi lain. Dimisalkan orang tua yang terlalu mengutamakan segi
mental (misalnya kecerdasan) menyebabkan anak dibesarkan dalam
suasana yang penuh dengann aturan-aturan, tuntutan-tuntutan atau
kegiatan-kegiatan yang semuannya ditunjukan untuk menunjang
keberhasilan di bidang intelektual. Anak mungkin akan berhasil
menajdi “bintang pelajar”, tetapi apakah pernah ditelaah bagaimana
kondisi fisiknya, bagaimana kehidupan emosi dan sosialnya? Apakah
anak ini lincah, ceria dan bahagia seperti anak lain seusianya?.
4. Setiap orang akan mengalami tahap perkembangan yang berlangsung
secara berantai. Meskipun tidak ada garis pemisah yang jelas antara
satu fase dengan fase lainnya, tahapan perkembangan ini sifatnya
universal. Dalam perkembangan bicara misalnya, sebelum seorang
anak fasih berkata-kata terlebih dahulu ia akan mengoceh.
5. Setiap fase perkembangan memiliki ciri dan sifat yang khas sehingga
ada tingkah laku yang dianggap sebagai tingkah laku buruk atau
kurang sesuai yang sebenarnya merupakan tingkah laki yang masih
wajar untuk fase tertentu itu. Setelah seorang anak melewati masa bayi
di mana ia mula-mula tidak berdaya, dengan di kuasi dan diperolehnya
kemampuan baru menyebabkan bayi ini menjadi lebih ingin mandiri.
Ia tidak lagi mau digendong dan diberi dot seperti pada waktu usia dini
tetapi berusaha lari kesana kemari dan menolak makanan yang tidak
disukainya. Para orang tua sering mengomentari perubahan ini sebagai
“dulu ia manis, patuh, sekarang jadi keras kepala dan bandel”. Para
ahli mengemukkan bahwa a tara masa terang bahwa antara masa
tenang atau equilibrium (di mana mudah diatur, penurut) dan masa
disequilibrium atau tidak tenang.
6. Karena pola perkembagan mengikuti pola yang pasti, maka
perkembangan seseorang dapat diperkirakan. Seorang anak dilahirkan
dengan faktor bawaan yang kurang dari anak lain, dalam
perkembangan selanjutnya akan berdampak suatu kecenderungan
perkembangan yang relative lebih lambat dari anak seusianya.
7. Perkembangan terjadi karena faktor kematangan dan belajar dan
perkembangan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan) dan
faktor luar (lingkungan, pengalaman, pegashan). Jadi sekalipun sorang
anank mengikuti pola perkembangan yang kurang lebih sama,
kecepatan perkembangan pada suatu aspek setiap orang berbeda-beda
misalnya anak-anak dengan umur yang sama tidak selalu mencapai
titik atau tingkat perkembangan fisik, mental, sosial, emosi yang sama.
Variasi dakam perkembangan ini banyak hubungannya dengan faktor
kematangan, belajar atau pengalaman, bawaan dan faktor lingkungan.
8. Setiap individu itu berbeda, dengan lain perkembangan setiap orang itu
khas tidak ada dua orang yang tepat sama meskipun berasal dari
orangtua yang sama.

2.2 Konsep Emosi


2.2.1 Pengertian Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan pada diri ogansime ataupun individu
pada suatu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi afektif mulai dari
tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam), seperti tidak
terlalu kecewa atau sangat kecewa.
Berbagai emosi dapat muncul dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa
benci, cinta, marah. Sebutan yang diberikan pada emosi tersebut akan
mempengaruhi bagaiman anak berpikir dan bertindak mengenai perasaan tersebut.
Sejak kecil ia telah mulai membedakan antara perasaan yang satu dan yang lain,
karena perbedaan tanggapan yang diberikan orang tua terhadap berbagai perasaan
dan tingkah lakunya. Dapatlah dikatakan bahwa berkembangnya emosi anak tidak
terlepas dari hubungan sosial sesamanya. Kemampuan untuk membedakan emosi
seseorang tidak hanya berkembang sejalan dengan bertambahnya usia, tetapi juga
bagaimana emosi orang-orang disekitarnya.
Emosi pada umumnya berlangsung dalam waktu yang relative singkat,
sehingga emosi berbeda dengan mood. Mood atau suasana hati umumnya
berlangsung dalam waktu yang relatiif lebih lama daripada emosi, tetapi
intensitasnya kurang apabila dibandingkan dengan emosi. Apabila seseorang
mengalami marah (emosi), maka kemarahan ini tidak segera hilang begitu saja,
tetapi masih terus berlangsung dalam jiwa seseorang (ini yang dimaksud dengann
mood) yang akan berperan dalam diri prang yang bersangkutan. Namun demikian,
ini juga perlu dibedakann dengan tempramen. Tempramen adalah keadaan psikis
seseorang yang lebih permanen daripada mood, karena itu tempramen lebih
merupakan presdisposisi yang ada pada diri seseorang, dan karena itu tempramen
lebih merupakan aspek kepribadian seseorang apabila dibandingkan dengan mood.
Kalau keadaan perasaan telah begitu kuat, hingga hinggahubungan dengan
sekitar terganggu, hal ini telah menyangkut masalah emosi. Dalam keadaan emosi,
pribadi seseorang telah dipengaruhi sedemikian rupa hingga pada umumnya
individu kurang dapat menguasai diri lagi. Perilaku pada umunya tidak lagi
memerhatikan suatu norma yang ada dalam hidup bersama, tetapi telah
memperhatikan adanya hambatan dalam diri individu.
Sesorang yang mengalami emosi pada umunya tidak lagi memperhatikan
keadaan sekitarnya. Suatu aktivitas tidak dilakukan oleh seseorang dallam
keadaann normal, tetapi adanya kemungkinan dikerjakan oleh yang bersangkutan
apabla sedang mengalami emosi. Oleh karena itu, sering dikemukakan bahwa
emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu (khusus), dan
emosi cenderung terjadi dalam kaitanya dengan perilaku yang mengarah
(approach) atau menyikiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut
pada umunya disertai adanya ekspresi bahwa seseorang sedang mengalami emosi.
Namun demikian, kadang-kadang orang masih dapat mengontrol keadaan
dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau
tanda-tanda kejasmanian tersebut. Masking adalah keadaan yang dapat
menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.
2.2.2 Pengelompokan Emosi
Emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian,yaitu emosi sensori
dan emosi kejiwaan ( psikis ).
a. Emosi sensoris,yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar
terhadap tubuh,seperti: rasa dingin,manis,sakit, Lelah,kenyang ,dan lapar.
b. Emosi psikis,yaitu emosi yang mempunyai alas an-alasan kejiwaan.
Yang temasuk emosi ini, di antaranya adalah :
1. Perasaan intelektual,yaitu yang mempunyai sangkut paut degan ruang
lingkup kebenaran. Perasaan ini diwujudkan dalam betuk :
(a) rasa yakin dan tidak yakin tehadap suatu hasil karya ilmiah,
(b) rasa gembira karena mendapat suatu kebenaran,
(c) rasa puas karena dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ilmiah
yang harus dipercahkan.
2. Perasaan sosaia,yaitu perasaan yang menyangkut hubungan dengan
orang lain,baik bersifat perorangan maupun kelompok .wujud
perasaan ini seperti
(a) rasa solidritas,
(b) persaudaraan (ukhuwah),
(c) simpati
(d) kasih sayang dan sebagainya.
3. Perasaan Susila ,yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai
baik dan buruk atau etika (moral). Contohnya :
(a) rasa tanggung jawab (responsibility),
(b) rasa bersalah apabila melanggar norma
(c) rasa tenteram dalam menaati norma.
4. Perasaan Keindahan (estetis),yaitu perasaan yang berkaitan erat
dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun
kerohanian.
5. Perasaan Ketuhanan. Salah satu kelebihan manusia sebagai makhluk
Tuhan,dianugerahi fitrah (kemampuan atau persaan) untuk mengenal
Tuhannya. Dengan kata lain ,manusia dikaruniai insting religious
(nalura beragama). Karena memiliki fitrah ini,kemudian manusia
dijuluki sebagai “Homo Divinans”dan “Homo Religius”,yaitu sebagai
makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama.

2.2.3 Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu


Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu
diantaranya :
a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas
hasil yang telah dicapai.
b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan
dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa
(frustasi).
c. Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup
(nervous) dan gagap dalam berbicara.
d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri
hati.
e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa
kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain
Tabel 2.1 Jenis – jenis emosi dan dampaknya pada perubahan fisik

Jenis emosi Perubahan fisik


1. Terpesona 1. Reaksi elektris pada kulit
2. Marah 2. Peredaran darah bbertambah cepat
3. Terkejut 3. Denyut jantung bertambah cepat
4. Kecewa 4. Bernapas Panjang
5. Sakit 5. Pupil mata membesar
6. Marah 6. Air liur megering
7. Takut/tegang 7. Berdiri bulu roma
8. Takut 8. Terganggu percernaan,otot- otot
menegang atau bergetar (tremor )

2.2.4 Ciri-ciri emosi


Emosi memiliki beberapa citi yaitu :
1. Lebih bersifat subjektif seperti pengamatan dan berpikir
2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
3. Banyak bersangkut puat dengan peristiwa pengenalan pancaidra

Emosi Anak/Remaja Emosi orang dewasa


1. Berlangsung sangat singakat 1. Berlangsung lebih lama dan
dan berakir tiba-tiba berakhir lambat
2. Terlihat lebih hebat/kuat Tidak terlihat hebat/ kuat
3. Bersifat sementar atau Lebih mendalam dan lama
dangkal
4. Lebih sering terjadi Jarang terjadi
5. Dapat diketahui dengan jelas Sulit diketahui karena lebih pandai
dari tingkah lakunya menyembunyikannya.
2.2.5 Mekanisme Emosi

Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose
Blum ada 4 tahapan yaitu :

a. Elicitors yaitu adanya dorongan peristiwa yang terjadi contoh :


Peristiwa banjir, gempa bumi maka timbulah perasaan emosi
seseorang.
b. Receptors yaitu kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf contoh :
Akibat peristiwa banjir tersebut maka berfungsi sebagai indera
penerima.
c. State yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi
contoh : Gerakan reflex atau terkejut pada sesuatu yang terjadi.
d. Experission yaitu terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh :
Tubuh tegang pada saat tatap muka.
2.2.6 Tingkat Perkembangan Emosi

Tiga reaksi emosi yang paling kuat adalah rasa marah, kaku, dan takut,
yang terjadi akibat dari peristiwa – peristiwa eksternal maupun proses tak
langsung. Reaksi tersebut dapat tercermin dalam individu yang meningkatkan
aktivitas kelenjar tertentu dan mengubah temperature tubuh. Reaksi umumnya
berkurang sesuai proporsi kematangan individu. Hal ini disebabkan oleh pebedaan
jenis reaksi emosi, misalnya dengan penyebab ketakutan pada diri seseorang anak
mungkin disebabkan oleh jenis emosi yang berbeda sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Tingkat perkembangan emosi tidak terlepas dari tingkat
kestabilan emosi seseorang yang meliputi :

a. Emosi stabil
Pada seseorang yang mempunyai emosi stabil mempunyai kecenderungan
percaya diri, cermat, kukuh. Mereka selalu menjaga pikiran walaupun dalam
keadaan kritis, sedangkan orang-orang di sekitarnya kehilangan kendali.
b. Emosi stabil rata-rata
Seseorang yang mempunyai derajat rata-rata tingkat emosional mempunyai
kecenderungan emosi keseimbangan yang baik, sabar, tak memihak,
berkepala dingin. Mereka tidak kebal atas rasa khawatir dan terkadang
menunjukkan emosi yang aneh, namun ini adalah pengecualian daripada
kebiasaan.
c. Emosi labil
Seseorang yang mempunyai emosi yang labil, tergesa-gesa, bernafsu,
sentimental, mudah tergugah, khawatir dan bimbang. Mereka mungkin
agaknya tertekan oleh kehidupan, hal ini membuat mereka mudah terkena
hal-hal negatif dan positif, sekaligus kerap dipengaruhi oleh tragedi dan
kesenangan serta tiak ada upaya untuk bereaksi mengatasi peristiwa-
peristiwa tersebut dalam hidup (Wijaya, 2004).

2.2.7 Teori-teori Emosi

Canon Bard, menyatakan bahwa emsoi pada situasi dapat mnimbulkan


rangkaian pada proses saraf. Suatu situasi yang saling mempegaruhi antara
thalamus (pusat penghubung bagian bawah otak dengan susunan saraf di satu
pihak dan alat keseimbangan) atau cerebellum dengan cereblal cortex (bagian otak
yang terletak di dekat permukaan sebelah dalam dari tulang tengkorak) suatu
bagian yang berhubungan dengan proses kerjanya pada jiwa taraf tinggi, seperti
berpikir.

James dan Lange, menyatakan bahwa emosi itu timbul karena pengaruh
perubahan jasmaniah atau kegiatan individu.

Lindsley, mengemukakan teori yang disebut “activation theory” (teori


penggerakan), menurut teooori ini emosi disebebkan oleh pekerjaan yang
terlampau keras dari susunann saraf terutama otak.

Jhon B, Waston, menyatakan bahwa ada tiga pola emosi yaitu takut (fear),
marah (anger), cinta (love). Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons
tertenti pada stimulus tertentu pula, tetapi kemungkinan terjadi pula modivikasi.
2.3 Perkembangan emosi tahapan usia
2.3.1 Perkembangan pada anak
Perkembangan emosi pada anak melalui beberapa fase yaitu :
a. Pada bayi hingga 18 bulan

1) Pada fase ini, bayi butuh belajar dan mengetahui bahwa lingkungan
di sekitarnya aman dan familier. Perlakuan yang diterima pada fase
ini berperan dalam membentuk rasa percaya diri, cara pandangnya
terhadap orang lain serta interaksi dengan orang lain. Contoh ibu
yang memberikan ASI secara teratur memberikan rasa aman pada
bayi.

2) Pada minggu ketiga atau keempat bayi mulai tersenyum jika ia


merasa nyaman dan tenang. Minggu ke delapan ia mulai tersenyum
jika melihat wajah dan suara orang di sekitarnya.

3) Pada bulan keempat sampai kedelapan bayi mulai belajar


mengekspresikan emosi seperti gembira, terkejut, marah dan takut.
Pada bulan ke-12 sampai 15, ketergantungan bayi pada orang yang
merawatnya akan semakin besar. Ia akan gelisah jika ia dihampiri
orang asing yang belum dikenalnya. Pada umur 18 bulan bayi mulai
mengamati dan meniru reaksi emosi yang di tunjukan orangorang
yang berada di sekitar dalam merespon kejadian tertentu.

b. 18 bulan sampai 3 tahun

1) Pada fase ini, anak mulai mencari-cari aturan dan batasan yang
berlaku di lingkungannya. Ia mulai melihat akibat perilaku dan
perbuatannya yang akan banyak mempengaruhi perasaan dalam
menyikapi posisinya di lingkungan. Fase ini anak belajar
membedakan cara benar dan salah dalam mewujudkan keinginannya.

2) Pada anak usia dua tahun belum mampu menggunakan banyak kata
untuk mengekspresikan emosinya. Namun ia akan memahami
keterkaitan ekspresi wajah dengan emosi dan perasaan. Pada fase ini
orang tua dapat membantu anak mengekspresikan emosi dengan
bahasa verbal. Caranya orang tua menerjemahkan mimik dan
ekspresi wajah dengan bahasa verbal.

3) Pada usia antara 2 sampai 3 tahun anak mulai mampu


mengekspresikan emosinya dengan bahasa verbal. Anak mulai
beradaptasi dengan kegagalan, anak mulai mengendalikan prilaku
dan menguasai diri.

c. Usia antara 3 sampai 5 tahun

1) Pada fase ini anak mulai mempelajari kemampuan untuk


mengambil inisiatif sendiri. Anak mulai belajar dan menjalin
hubungan pertemanan yang baik dengan anak lain, bergurau dan
melucu serta mulai mampu merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain.

2) Pada fase ini untuk pertama kali anak mampu memahami bahwa
satu peristiwa bisa menimbulkan reaksi emosional yang berbeda
pada beberapa orang. Misalnya suatu pertandingan akan membuat
pemenang merasa senang, sementara yang kalah akan sedih.

d. Usia antara 5 sampai 12 tahun

1) Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang
berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak
mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang
menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasi-
informasi secara.

2) Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah
menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat
menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin
bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan
orang lain.
3) Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam
situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang
terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif
seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya
sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi
tersebut dapat dikontrol (Suriadi & Yuliani, 2006).

4) Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk,


tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak
sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami
bahwa penilaian baik-buruk atau aturan-aturan dapat diubah
tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.
Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

2.3.2 Perkembangan emosi pada remaja


a. Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-15 tahun:
1) Pada usia ini seorang anak cenderung banyak murung dan tidak
dapat diterga. Sebagai kemurungan sebagai akibat dari perubahan-
perubahan biologis dalam hubungannya dengan kematangan
seksual dan sebagian karena kebingungannya dalam menghadapi
apakah ia masih sebagai anak-anak atau sebagai seorang dewasa.
2) Mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam
hal rasa percaya diri.
3) Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini
seringkali terjadi akibat dari kombinasi ketegangan psikologis,
ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras
atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4) Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan
membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kuranganya
rasa percaya diri. Mereka mempunyai pendapat bahwa ada
jawaban-jawaban absolut dan bahwa mereka mengetahuinya.
5) Siswa-siswa di SMP mulai mengamati orang tua guru-guru mereka
secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka
ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu (maha tahu).
b. Ciri-ciri emosi remaja usia 15-18 tahun:
1) “Pemberontakan” remaja merupakan pernyataan
pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari masa
kanak-kanak kedewasa.
2) Karena bertambahnya kebebasan mereka, banyak remaja yang
mengalami konfilik dengan orang tua mereka. Meraka mungkin
mengharapkan simpati dan nasihat orang tua atau guru.
3) Pada usia ini seringkali melamun, memikiran masa depan mereka.
Banyak di antara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan
mereka sendiri dan merasa berpeluang besar untuk memasuki
pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
2.3.3 Perkembangan emosi pada dewasa
Perkembangan emosi pada orang dewasa dapat diklasifikasikan
menjadi 3 golongan,yaitu perkembangan emosi pada kelompok dewasa dini,
kelompok dewasa madya, dan juga kelompok dewasa lanjut. Perkembangan emosi
pada kelompok dewasa dini sekitar (18-40 tahun) terutama pada orang-orang yang
baru memasuki fase ini (18-25 tahun) dimana mereka baru saja beranjak dari masa
remaja mereka, tentu saja perkembangan emosi mereka pun masih terbawa dari
fase remaja mereka yang dikenal memiliki emosi yang tidak stabil. Pada beberapa
orang,ada mampu menyusuikan diri dengan cepat, sehingga pada fase awal
dewasa ini mereka telah mampu menguasai stabilits emosi mereka. Namun ada
pula beberapa dari mereka yang tidak mampu menyusuaikan emosi mereka,
sehingga pada pertengahan masa dewasa ini sekitar (30 tahun) masih ada beberapa
diantara mereka yang memiliki ketidak stabilan emosi, terutama dalam menjalani
masalah-masalah hidup yang mereka sulit untuk dipecahkan.
Terdapat keterkaitan antara perkembangan emosi pada saat mereka
kanak-kanak, remaja dengan perkembangan emosi mereka pada saat telah dewasa.
Orang tua yang tidak membiaskan sejak dini anaknya untuk berusaha
menyelesaikan masalahnya sendiri dan terlalu memanjakkannya. Tentu saja akan
membawa dampak terhadap perkembangan emosi orang-orang ini pada saat
dewasa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan emosional adalah proses perubahan dari potensi yang
dimiliki oleh individu yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah
(dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
Emosi sebagai perasaan bergejolak di dalam individu disertai dengan
perubahan perubahan fisiologis tubuh, misalnya: kontraksi-kontraksi otot,
sekresi kelenjar-kelenjar tertentu, peredaran darah cepat, denyut nadi. Lain
dari itu emosi dapat diklasifikasi dengan mempergunakan tiga dimensi
perasaan menurut Wundt sebagai berikut: Emosi takut, terkejut, marah,
gembira, benci, asmara, sedih nestapa, kecewa, rasa lega, dan murung, Emosi
dapat, mempengaruhi tingkah laku, misalnya rasa marah atau rasa takut dapat
menyebabkan seorang gemetar, dalam ketakutannya, mulut menjadi kering
detak jantung mulai cepat, system pencernaan berubah selama selama
pemunculan emosi ini.
Dalam sebuah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor tersebut
memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain dan akan mempengaruhi
perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan
berpikir kritis, mengingat, menghapal, dan reaktif terhadap rangsangan.
Fase-fase perkembangan emosi peserta didik dapat dilihat dari
perkembanagan peserta didik dari usia pra sekolah, sekolah dasar dan di usia
remaja. Masa remaja di anggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu
masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik
dan kelenjar. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya
gangguan kecemasan, rasa takut dan factor-faktor eksternal yang seringkali
tidak dikenal sebelumnya oleh anak yang sedang tumbuh.

3.2 Saran
Melakukan hal-hal positif lebih bermanfaat dalam membentuk
sebuah perkembangan emosi yang baik. Karena itu bangunlah sebuah pondasi
yang baik terutama dilingkungan internal agar kelak anak mempunyai jiwa yang
kuat, percaya diri tinggi dengan kemampuan yang ia miliki.
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf H Syamsu.2011.psikologi perkembangan anak dan remaja.Bandung: PT


remaja rosdakarya

Baswardono, dkk. Perkembangan Kecerdasan Emosi Anak. Majalah. Seri


Ayah Bunda. Jakarta:PT. Dian Rakyat.1997.

Mazajiah siti.2015.file:///C:/Users/DELL/Downloads/320347298-
Perkembangan Emosi-pdf.pdf.

Anda mungkin juga menyukai