Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

“Strategi Pelaksanaan Gangguan Konsep Diri”

Dosen : Akde Triyoga, S.Kep.,Ns.,MM

OLEH :

ADELINE BESTARIAN SECIA SASONGKO

NIM : 01.2.18.00635

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS BAPTIS KEDIRI

Program Studi Keperawatan Program Sarjana

TAHUN AKADEMIK 2020


STRATEGI PELAKSANAAN KLIEN DENGAN

GANGGUAN KONSEP DIRI

Kasus : Seorang klien laki-laki usia 24 tahun tinggal bersama kedua orang
tuanya dan memiliki satu orang adik.. Satu bulan yang lalu klien mengalami
kecelakaan yang mengharuskan tangan kirinya diamputasi. Saat bertemu perawat
A, klien mengatakan sudah tidak berguna lagi dan merasa tubuhnya tidak
sempurna lagi seperti orang lain. Dia merasa serba kekurangan, teman-teman
kuliahnya tidak mau bermain dengan dia dan dia dijauhi oleh mereka. Saat
dirumah klien menunjukan perasaan malu dan enggan berinteraksi dengan orang
lain. Klien sulit untuk menenangkan diri, ia tampak kecewa dan marah dengan
semua ini. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan tekana darah klien
130/100 mmHg, nadi 100x/menit, pernapasan 26x/menit.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

Pertemuan Hari Pertama

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tampak malu, kecewa, marah dan mengatakan sudah tidak berguna
lagi dan merasa tubuhnya tidak sempurna lagi seperti orang lain Klien
enggan berinteraksi dengan orang lain karena kondisinya saat ini. Hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital menunjukan tekana darah klien 130/100
mmHg, nadi 100x/menit, pernapasan 26x/menit.

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah


3. Tujuan khusus

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan


klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan
perawat
b. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Klien merasa lebih percaya diri
d. Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaanya
e. Klien mampu menerapkan kegiatan secara positif

4. Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara


mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat
sambil berjabat tangan dengan klien
b. Dorong klien melakukan kegiatan yang bertujuan meningkatkan
interaksi dengan orang lain
c. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
e. Dorong klien untuk melakukan kegiatan yang positif melalui hobi
atau tindakan lainnya

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi

a. Salam Terapeutik

Perawat : “Selamat pagi. Perkenalkan saya perawat Adeline,


disini saya bertugas untuk visit ke rumah anda untuk
mengobservasi kondisi anda dari jam 8 pagi-10 pagi ”
Pasien : “Iya sus. Selamat Pagi.” (tampak sedih)
Perawat : “Sebelumnya nama anda siapa ?”
Pasien : “Stefanus Aperyan” (tampak sedih)
Perawat : “Anda senang dipanggil siapa ?”
Pasien : “Ryan”

b. Evaluasi validasi

Perawat : “Bagaimana keadaan anda hari ini ?”

Pasien : “Baik” (menjawab dengan nada rendah)

Perawat : “Baik, kalau saya perhatikan anda tampak sedih apakah


benar seperti itu ?”

Pasien : “Iya sus.” (tampak sedih)

Perawat : “Baiklah, kalau boleh saya tau apa yang mas Ryan
rasakan?”

Pasien : “Saya malu dan sedih sus dengan kondisi saya yang
seperti ini.”

c. Kontrak Kerja

Perawat : “Baiklah, bagaimana kalau sekarang kita berbicara


mengenai kemampuan dan kegiatan yang anda lakukan
biasanya ?”

Pasien : “Boleh sus.” (menjawab dengan nada rendah )

Perawat : “Nah, setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat anda lakukan dan kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih. Bagaimana apakah anda keberatan ?

Pasien : “Baik sus.”

Perawat : “Mungkin kita bisa bicara sekitar 10-15 menit, apakah


keberatan?”

Pasien : “Tidak sus.”


Perawat : “Baiklah, anda ingin mengobrol dimana ?”

Pasien : “Di sini saja sus.”

Perawat : “Baiklah kita akan berbincang-bincang selama 15 menit ke


depan disini ya.”

2. Fase Kerja

Perawat : “Bagaimana kalau sebelum kita berbincang-bincang, saya


mengukur tanda-tanda vital terlebih dahulu ya”

Pasien : “Iya sus.”

Perawat : “Baik saya siapkan alatnya terlebih dahulu ya.”

Pasien : “Iya sus.”

Perawat : “Baik.TTD bapak cukup tinggi ya 130/100mmHg”

Pasien :”Iya sus.”

Perawat : “Baik coba mas Ryan ceritakan kepada saya apa yang membuat
anda malu, sedih dan kecewa?”

Pasien : “Saya dulu kecelakaan sus tangan saya harus diamputasi


sekarang saya malu sus dengan kondisi saya, saya tidak
sempurna seperti orang lain.”

Perawat : “Seperti yang anda katakan tadi malu dan merasa tidak
sempurna, apa yang membuat anda bisa berfikir seperti itu?”

Pasien : “Saya sekarang dijauhi teman kuliah saya sus, setiap kali saya
melakukan sesuatu saya selalu dibantu orang lain, saya seperti
orang tidak sempurna dan tidak berguna sus”

Perawat : “Baik, Kalau boleh saya tau kemampuan yang mas Ryan miliki
seperti apa ?”
Pasien : “Saya memiliki kemampuan bermain keyboard, menulis puisi
dan menyanyi sus.”

Perawat : “ Baik, dari ketiga kemampuan yang anda miliki, kemampuan


mana yang mas Ryan dulu sering lakukan?”

Pasien : “Saya suka sekali menulis puisi sus.”

Perawat : “Baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita melakukan kegiatan


menulis puisi?”

Pasien : “Iya sus.”

Perawat : “Baik, coba mas Ryan lakukan bagaimana anda menulis puisi
dan tema seperti apa yang anda suka.”

Pasien : (menulis puisi)

Perawat : “Baiklah boleh saya lihat puisi yang mas Ryan buat.”

Pasien : “Boleh sus.”

Perawat : “Wah bagus sekali puisi yang mas Ryan buat. Coba mas Ryan
baca contoh puisi yang anda buat.”

Pasien : “Iya sus.” (membaca puisi)

Perawat : “Wah hebat ya mas Ryan, memilik bakat menulis sekaligus


membaca puisi. Bakat yang mas Ryan miliki ini bisa anda
kembangkan loh.

Pasien : “Iya sus.”

Perawat : :”Baik, dari kegiatan yan kita lakukan hari ini, mas Ryan bisa
menuliskan di jadwal kegiatan. Jika mas Ryan dapat
melakukan secara mandi bisa menulis M, jika mas Ryan
dibantu bisa menulis B, dan jika mas Ryan tidak melakukan
bisa menulis T. Apakah mas Ryan mengerti?.”

Pasien : “Iya sus.”


3. Fase Terminasi

a. Evaluasi (Subjektif)

Perawat : “Bagaimana perasaan mas Ryan setelah kita berbicara dan


mencoba melatih kemampuan yang anda miliki?”
Pasien : “Saya merasa senang dan mulai percaya diri sus.”

b. Evaluasi (objektif)

Perawat : “Iyaaa ternyata masih banyak kemampuan yang anda bisa


lakukan ya, seperti menulis puisi dan membaca puisi ya.
Nah,
jadi kegiatan ini bisa anda kembangkan setiap harinya agar
bakat mas Ryan semakin berkembang. Apakah mas Ryan
mengerti?””
Pasien : “Iya saya mengerti sus dan saya akan kembangkan bakat
saya.”
Perawat : “Iya betul sekali.”

c. Kontrak yang akan dating

Perawat : “ Baiklah mas, karena sudah 15 menit kita berdiskusi,


saya
akhiri diskusi kali ini ya pak, besok pagi saya akan
kembali ke ruangan bapak untuk mendiskusikan
tindakan yang lain ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : “Dimana kita bisa melakukan diskusi ?”

Pasien : “Disini saja sus.”

Perawat : “Baiklah kita berdiskusi disini saja ya. Apakah 20


menit cukup ?”
Pasien : “Iya cukup sus.”
Perawat : “Baiklah kalau begitu, besok kita akan berdiskusi selama
20 menit disini ya.”
Pasien : “Iya sus.”
Perawat : Baiklah, sekarang saya pamit dulu ya, selamat pagi.”

Anda mungkin juga menyukai