Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Gagal ginjal kronik atau penmerupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner dan suddarth, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangaan gagal ginjal yang
progresif dan lambat, biasanya berlangsung berapa tahun. Ginjal kehilangan
kemampuan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai
macam penyakit merusak nefron ginjal. (Price, Sylvia Anderson, 2004).
Gagal ginjal kronik (CKD) adalah suatu sindrom klinis yang
disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung
progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 ml/menit. (Suyono, Slamet, 2001).
1.1.2 Etiologi
1. Infeksi saluran kemih (ISK)
ISK dibagi dalam dua subkatagori yaitu ISK bagian bawah
(pielonefritis akut). Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal yang
progresif berupa kelainan ginjal disebabkan oleh infeksi yang berulang
dan menetap pada ginjal, yang menyebabkan kelainan anatomi pada
ginjal dan saluran kemih seperti refluks vesikoureter, obstruksi,
kalkuli atau kandung kemih neurogenik. Kerusakan ginjal pada
pielonefritis akut / kronik atau disebut juga nefropati refluks diakibatkan
refluks urin yang terinfeksi ke uretra dan masuk kedalam parinkim
ginjal. (refluks internal). Piolonefritis kronik yang disertai refluks
vesikoureter merupakan penyebab utama gagal ginjal pada anak-anak.
2. Nefrosklerosis Hipertensif
Hipertensi dan gagal ginjal kronik memiliki kaitan yang erat.
Hipertensi mungkin merupakan penyakit primer atau penyakit ginjal
kronik merupakan pemicu hipertensi melalui mekanisme retensi Na dan
air, pengaruh vaso presor dari system renin- angiotensin mungkin juga
melalui defisiensi prostaglandin. Nefrosklerosis menunjukan adanya
perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat
hipertensi. Keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama gagal
ginjal kronik, terutama pada populasi yang bukan orang kulit putih.
3. Glomerulonefritis
Glomerulonepritis merupakan penyakit peradangan ginjal
bilateral. Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi
sebagai proteinuria dan atau hemoturia. Meskipun lesi terutama pada
glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami
kerusakan, mengakibatkan gagal ginjal kronik.
4. Penyakit ginjal kronik
Penyakit ginjal polikistik dintandai dengan kista-kista multiple
bilateral yang mengadakan ekspansi dan lambat laun mengganggu dan
menghancurkan parenkim ginjal normal akibat penekanan.ginjal dapat
membesar dan terisi oleh klompok- klompok kista yang menyarupai
anggur. Perjalanan penyakit progresif cepat dan mengakibatkan
kematian sebelum mencapai usia 2 tahun. Tanda dan gejala yang
sering tampak adalah rasa sakit didaerah pinggang, hematuria,
poliuria, proteinuria dan ginjal membesar teraba dari luar.
Komplikasi yang sering terjadi adalah hipertansi dan infeksi saluran
kemih. Penyakit ginjal polikistik merupakan penyebab ketiga tersering
gagal ginjal stadium akhir.
5. Gout
Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperurisemia (peningkattan kadar asam urat plasma). Lesi utama
pada gout terutama berupa endapan dan kristalisasi urat dan dalam
cairan tubuh.
Pada gout kronik endapan kristal urat dalam interstisium ginjal
dapat menyebabkan nefritis interstisial, nefrosklerosis dan gagal ginjal
yang berjalan progresif lambat.
6. Diabetes mellitus
Nefropati diabetika merupakan penyebab kematian dan
kecacatan yang umum pada penderita diabetes militus. Lesi
ginjal yang sering dijumpai adalah nefrosklerosis akibat lesi pada
arteriola, pielonefritis dan nekrosis papila ginjal dan glomerulus
sklerosis. Lesi tersebut disebabkan oleh peningkatan endapan
matriks mesingeal. Membrane basalis perifer juga lebih menebal. Mula-
mula lumen kapiler masih utuh tetapi lambat laun mengalami obliterasi
bersamaan dengan berlanjutnya penyakit.
7. Hiperparatirodisme
Hiperparatiroidisme primer akibat hipersekresi hormone paratiroid
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan nefrokalasinosis dan
selanjutnya dapat menyebutkan gagal ginjal. Penyebab yang paling
sering adalah adenoma kelenjar paratiroid.
8. Nefropati toksik
Ginjal rentan terhadap efek toksik, karena ginjal menerima
25 % dari curah jantung dan ginjal merupakan jalur ekskresi obligatorik
untuk kebanyakan obat. Sehingga insufiensi ginjal mengakibatkan
peninbunan obat dan meningkatkan konsentrasi dalam cairan tubulus.
1.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan test clearents creatinins dan dapat diklasifikasikan
menjadi 4, yaitu :
1. 100 – 76 ml/mnt disebut ginjal berkurang
2. 75 – 26 ml/mnt disebut insufisiensi ginjal kronik
3. 25 – 5 ml/mnt disebut gagal ginjal kronik
4. < 5 ml/mnt disebut gagal ginjal terminal
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium berdasarkan nilai
GFR (Glomerular filtration rate):
a. Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan
pada ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada
stadium pertama penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk
memperlambat perkembangan CKD dan mengurangi resiko penyakit
jantung dan pembuluh darah.
b. Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89).
Saat fungsi ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan
perkembangan CKD kita dan meneruskan pengobatan untuk
mengurangi resiko masalah kesehatan lain.
c. Stadium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut
pada stadium ini, anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum.
Kita sebaiknya bekerja dengan dokter untuk mencegah atau
mengobati masalah ini.

d. Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan
untuk komplikasi CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai
pengobatan untuk kegagalan ginjal. Masing-masing pengobatan
membutuhkan persiapan. Bila kita memilih hemodialisis, kita akan
membutuhkan tindakan untuk memperbesar dan memperkuat
pembuluh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan
jarum secara sering. Untuk dialisis peritonea, sebuah kateter harus
ditanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta anggota
keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
e. Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak
bekerja cukup untuk menahan kehidupan kita, kita akan
membutuhkan dialysis atau pencangkokan ginjal.
1.1.4 Patofisiologi
Penurunan fungsi nefron

Mekanisme kompesasi dan adaptasi asimtomatik

Peningkatan BUN + Creat, retensi natrium

Penumpukan toksi uremic


Penumpukan cairan
GGK kronik asimtomatik
Risiko kelebihan
volume cairan
Haematologis Gangguan Restlessleg
metabolisme protein , sindrome Hipertensi
peningkatan ureum

trombositopenia Cegukan gastritis Miopati Peningkatan renin,


agiotensin, aldosteron

Penurunan fungsi Mual Perubahan Arteriosklerosis dini


lekosit proses pikir
Penurunan curah
Muntah jantung
Penurunan
eritropoetin Resiko cidera
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Defisiensi besi Sesak
tubuh

Perubahan
Haemolisis
peristaltik usus Ketidakefektifan
pola nafas
Kelemahan otot
Konstipasi

Resiko cidera
1.1.5 Manifestasi Klinis
1. Sistem gastrointestinal
a. Anoreksia, nausea, vomitus yang berhubungan dengan
gangguan metabolisme protein.
b. Foter uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
diubah oleh bakteri di mulut menjadi amonia sehingga nafas berbau
amonia.
2. Kulit
a. Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokrom. Gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksik
uremik dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b. Ekimosis akibat gangguan hematologis.
c. Urea frost akibat kristalisasi urea yang ada pada keringat
3. Sistem hematologi
a. Berkurangnya produksi eritropoitin, sehingga rangsangan eritropoisis
pada sumsum tulsng menurun.
b. Hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritroosit dalam
suasana uremia toksik.
c. Difisiensi besi, asam folat akibat nafsu makan yang kurang.
d. Perdarahan pada saluran cerna dan kulit
e. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidismesekunder
f. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia akibat agregasi
dan adhesi trombosit yang berkurang serta menurunnya faktor
trombosit III dan adenosis difosfat.
4. Sistem saraf dan otot
a. Resties leg syndrome: Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakkan.
b. Burning feet syndrome: Rasa semutan dan seperti terbakar
terutama ditelapak kaki.
c. Ensefalopati metabolik: Lemah tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi tremor, miokionus dan kejang.
d. Miopati: Kelemahan dan hipotropi otot-otot terutama otot-otot
ekstremitas proksimal.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam atau peningkatan
aktifitas system renin-angiotensin-aldosteron.
b. Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial,
penyakit jantung koroner akibat arterosklerosis dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
6. Sistem endokrin
a. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun akibat
penurunan sekresi testosterone dan spermatogenesis.
b. Gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin dan sekresi dan
insulin.
c. Gangguan metabolisme.
d. Gangguan metabolisme vitamin D.
7. Gangguan system lain
a. Tulang: osteodistrofi renal yaitu osteomalasia, osteofibfosa,
osteoskerosis dan kalsifikasi metastatik.
b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai
hasil metabolisme
c. Elektrolit: hiperfosfatemia, hiperkalsemia, hipokalsemia.
1.1.6 Komplikasi
1. Jantung: edema paru, aritmia, efusi pericardium, tamponade jantung
2. Gangguan elekrolit: hiponatremia, asidosis, hiperkalemia (akibat
penuruan ekskresi, asidosis mertabolik, katabolisme dan masukan diet
yang berubah)
3. Neurology: iritabilitas, neuromuscular, flap, tremor, koma, gangguan
kesadaran, kejang
4. Gastrointestinal: nausea, muntah, gastritis, ulkus peptikum,
pendarahan gastrointestinal
5. Hematologi: anemia (akibat penurunan eritropeitin penurunan tentang
usia sel darah merah, perdarahan gastrom testinal akibat iritasi diet
toxin, dan kehilangan darah selama hemodialisis), diatesis, hemoragik
6. Infeksi: pneumonia, septicemia, infeksi nosokomial
7. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin – angiotensin – aldosteron.
8. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat refensi fosfat, kadar
kalsium peningkatan kadar aluminium
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody
(kehilangan protein dan immunoglobulin).
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT2.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
5. Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
1.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal kronik meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila
terjadi anemia.
3. Dialisis
4. Haemodialisa
5. Transplantasi ginjal. (Reeves, Roux, Lockhart, 2001)

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer (Selalu menggunakan pendekatan ABCDE)
a. Airway
1. Yakinkan kepatenan jalan napas
2. Berikan alat bantu napas jika perlu
3. Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli
anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU
b. Breathing
1. Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan.
2. Kaji saturasi oksigen
3. Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
4. Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5. Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6. Periksa foto thorak
c. Circulation
1. Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan
2. Monitoring tekanan darah
3. Periksa waktu pengisian kapiler
4. Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
5. Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
6. Pasang kateter
7. Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8. Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature
kurang dari 360C
9. Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
10. Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
d. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien Septik
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
kesadaran dengan menggunakan AVPU.
e. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2. Pengkajian Sekunder
a. Breathing
Tachipnea, dispnea, peninggkatan frekuensi dan kedalaman
pernafasan (kussmaul), nafas amonia, batuk produktif dengan sputum
kental merah muda (edema paru)
b. Blood
Hipotensi/hipertensi, disritmia jantung, nadi lemah/halus, hipotensi
orthostatik (hipovolemia), hipervolemia (nadi kuat), oedema jaringgan
umum, pucat, kecenderungan perdarahan
c. Brain
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, gangguan status
mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilanggan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbanggan elektrolit/asam/basa), kejang, aktivitas kejang

d. Bladder
Perubahan warna urine menjadi lebih pekat/gelap, merah, coklat,
berawan, Oliguria ( bisanya 12-21 hari); poliuria (2-6 l/hari),
Perubahan pola kemih : peninggkatan frekuensi, poliuria (kegagalan
dini) atau penurunan frekuensi/oliguria (fase akhir), disuria, ragu-ragu
berkemih, dorongan kurang, kemih tidak lampias, retensi
(inflamasi/obstruksi, infeksi),
e. Bowel
Adanya keluhan dari pasien mengenai mual, muntah, anoreksia,
abdomen kembung, diare atau konstipasi

f. Bone
Kulit berwarna pucat, Ekimosis, Urea frost, Bekas-bekas guratan
karena gatal

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

1.2.3 Intervensi Keperawatan

NANDA (00032)
Ketidakefektifan pola napas

Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.

Batasan karakteristik Faktor yang Berhubungan

 Bradipnea  Ansietas
 Dispnea  Cedera medulla spinalis
 Fase ekspirasi memanjang  Deformitas dinding dada
 Ortopnea  Deformitas tulang
 Pengguanaan otot bantu pernafasan  Disfungsi neuromuscular
 Penggunaan posisi tiga-titik  Gangguan musculoskeletal
 Peningkatan diameter anterior-  Gangguan neurologis (missal,
posterior elektroensefalogram[EEG]
 Penurunan kapasitas vital positif, trauma kepala, gangguan
 Penurunan tekanan ekspirasi kejang)
 Penurunan tekanan inspirasi  Hiperventilasi
 Penurunan ventilasi semenit  Imaturitas neurologis
 Pernapasan bibir  Keletihan
 Pernapasan cuping hidung  Keletigan otot pernapasan
 Perubahan ekskursi dada  Nyeri
 Pola napas abnormal (missal,  Obesitas
irama, frekuensi, kedalaman)  Posisi tubuh yang menghambat
 Takipnea ekspansi paru
 Sindrom hipovemtilasi

NOC

Status pernapasan : Ventilasi ( 0403 )


Definisi :Masuknya udara dari dan ke dalam paru

Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke…..

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
040301 Frekuensi 1 2 3 4 5 NA
pernapasan

040302 Irama pernapasan 1 2 3 4 5 NA


040303 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
Inspirasi
040318 Suara perkusi 1 2 3 4 5 NA
nafas
040324 Volume Tidal 1 2 3 4 5 NA
040325 Kapasitas vital 1 2 3 4 5 NA
040326 Hasil rontgen 1 2 3 4 5 NA
dada
040327 Tes faal paru 1 2 3 4 5 NA
040309 Penggunaan otot 1 2 3 4 5 NA
bantu nafas
040310 Suara nafas 1 2 3 4 5 NA
tambahan
040311 Retraksi didnding 1 2 3 4 5 NA
dada
040312 Pernapasan 1 2 3 4 5 NA
dengan bibir
mengerucut
040313 Dispnea saat 1 2 3 4 5 NA
istirahat
040314 Dispnea saat 1 2 3 4 5 NA
latihan
040315 Ortopnea 1 2 3 4 5 NA

040317 Taktil fremitus 1 2 3 4 5 NA

040329 Pengembangan 1 2 3 4 5 NA
dinding dada
tidak simetris
040330 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
vokalisasi
040331 Akumulasi 1 2 3 4 5 NA
sputum
040332 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
ekspirasi
040333 Gangguan Suara 1 2 3 4 5 NA
saat auskultasi
040334 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA

NOC

Respon Penyapihan Ventilasi mekanik: Dewasa ( 0412 )


Definisi :Penyesuaian pernapasan dan pskologis untuk pengangkatan ventilasi
mekanik progesif
Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke…..

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
041202 Tingkat 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
spontan

041203 Irama pernapasan 1 2 3 4 5 NA


spontan
041204 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
spontan
041205 Apikal denyut 1 2 3 4 5 NA
jantung apikal
041208 PPaCO2 (tekanan 1 2 3 4 5 NA
persial oksigen
dalam darah
arteri
041209 PPaCO2 (tekanan 1 2 3 4 5 NA
persial oksigen
dalam darah
arteri
041210 Arteri ph 1 2 3 4 5 NA
041211 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
041212 Kapasitas vital 1 2 3 4 5 NA
041213 Volume tidal 1 2 3 4 5 NA
041214 Volume ventilasi 1 2 3 4 5 NA
< 10 ltr/M
041215 Tekanan 1 2 3 4 5 NA
ekspirasi positif
(PEEP)
041219 Hasil sinar x-ray 1 2 3 4 5 NA
pada dada
041220 Keseimbangan 1 2 3 4 5 NA
ventilasi perfusi
041223 Kesulitan 1 2 3 4 5 NA
bernapas sendiri
041224 Sekresi 1 2 3 4 5 NA
Pernapasan
041225 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA

041226 Takut 1 2 3 4 5 NA

041227 Gangguan reflex 1 2 3 4 5 NA


muntah
041228 Gangguan reflex 1 2 3 4 5 NA
batuk
041229 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
041230 Suara nafas 1 2 3 4 5 NA
tambahan
041231 Gerakkan 1 2 3 4 5 NA
dinding dada
simetris
041232 Pembesaran 1 2 3 4 5 NA
dinding dada
simetris
041233 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA

041234 Ketidaknyamana 1 2 3 4 5 NA
n
041235 Kurang istirhat 1 2 3 4 5 NA

041236 Kesulitan 1 2 3 4 5 NA
menggutarakan
kebutuhan
NOC

Status Pernapasan ( 0415 )


Definisi :Proses keluar masuknya udara ke paru-paru serta pertukaran
karbondioksida dan oksigen di alveoli

Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke…..

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
041501 Frekuensi 1 2 3 4 5 NA
pernapasan
041502 Irama pernapasan 1 2 3 4 5 NA
041503 Kedalaman 1 2 3 4 5 NA
Inspirasi
041504 Suara auskultasi 1 2 3 4 5 NA
nafas
041532 Kepatenan jalan 1 2 3 4 5 NA
nafas
041505 Volume Tidal 1 2 3 4 5 NA
041506 Pencapaian 1 2 3 4 5 NA
tingkat intensif
spirometri
041507 Kapasitas Vital 1 2 3 4 5 NA
041508 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
041509 Test faal paru 1 2 3 4 5 NA
041510 Penggunaan obat 1 2 3 4 5 NA
bantu nafas
041511 Retraksi dinding 1 2 3 4 5 NA
dada
041512 Pernapasan bibir 1 2 3 4 5 NA
dengan mulut
menegrucut
041513 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
041514 Dispneu saat 1 2 3 4 5 NA
istirahat
041515 Dispneu dengan 1 2 3 4 5 NA
aktivitas ringan
041516 Perasaan kurang 1 2 3 4 5 NA
istirahat
041517 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA

041518 Diaforesis 1 2 3 4 5 NA

041519 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
Kesadaran
041520 Akumulasi 1 2 3 4 5 NA
Sputum
041521 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA

041522 Suara Nafas 1 2 3 4 5 NA


tambahan
041523 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
ekspirasi
041524 mendesah 1 2 3 4 5 NA

041525 Respirasi agonal 1 2 3 4 5 NA

041526 Mendengkur 1 2 3 4 5 NA

041527 Jari tabuh 1 2 3 4 5 NA


/Clubbing fingers
041528 Pernapasan 1 2 3 4 5 NA
cuping hidung
041529 Perasaan kurang 1 2 3 4 5 NA
istirahat
041530 Demam 1 2 3 4 5 NA

041531 Batuk 1 2 3 4 5 NA
NIC

Manajemen jalan nafas (3140)


Definisi : Fasilitas Kepatenan jalan nafas

Aktivitas-aktivitas  Kelola pemberian bronkodilator,


 Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift sebagaimana mestinya
atau jaw thrust, sebagai mana mestinya  Ajarkan pasien bagaiman menggunakan
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan inhaler sesuai resep sebagaimana
ventilasi mestinya
 Identifikas kebutuhan aktual/potensial  Kelola pengobatan aerosol, sebagimana
pasien untuk memasukkan alat mestinya
membuka jalan nafas  Kelola nebulizer ultrasonic, sebagaimana
 Masukkan alat nasopharyngnegeal mestinya
airway (NPA) Atau oropharyngeal airway  Kelola udara atau oksigen yang
(OPA), Sebagaimana mestinya dilembabkan sebagaimana mestinya
 Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana  Ambol benda asing dengan foserp
mestinya McGill, sebagaimana mestinya
 Buang secret dengan memotivasi pasien  Regulasi asupan cairan untuk
untuk melakukan batuk atau menyedot mengoptimalkan keseimbangan cairan
lender  Posisikan untuk meringankan sesak
 Instruksikan bagaimana agar bisa nafas
melakukan batuk efektif  Monitor status pernafasan dan
 Bantu dengan dorongan spirometer, oksigenasi, sebagaimana mestinya
sebagaimana mestinya  Motivasi pasien untuk bernafas pelan,
 Auskultasi suara nafas, catat area yang dalam, berputar dan batuk
ventilasinya menurun atau tidak adanya  Gunakan tehnik yang menyenangkan
suara nafas tambahan untuk memotivasi bernafas dalam
 Lakukan penyedotan melalui endotrakea kepada anak-anak (missal :meniup
atau nasotrakea, sebagaimana mestinya gelembung, meniup kincir,peluit,
harmonica,balon, meniup layaknya pesta
:buat lomba meniup dengan bola ping
pong, meniup bulu)
NIC

Manajemen Asma (3120)


Definisi : Mengidentifikasi, menangani dan mencegah reaksi inflamasi/Konstriksi di
jalan nafas

Aktivitas-aktivitas  Didik pasien untuk menggunakan PERF


 Tentukan dasar status pernapasan meter dirumah
sebagai titik pembanding  Monitor reaksi asma
 Dokumentasikan pengukuran dasar  Tentukan reaksi asma
dalam catatan klinik  Tentukan pemahaman klien/Keluarga
 Bandingkan status saat ini dengan status mengenai pengobatan antiflamasi dan
sebelumnya untuk mendeteksi bronkodilator dan penggunaan nya
perubahan dalam status pernapasan dengan tepat
 Dapatkan pengukuran sporometri ( rasio  Ajarkan tehnik yang tepat untuk
FEVI,FVC, FEV1/FVC) sebelum dan menggunakan pengobatan dan alat
setelah penggunaan bronkodilato (misalnya, Inhaler, nebulizer, peak flow
dengan efek yang cepat (Short-acting meter)
bronchodilator)  Informasikan orangtua/pengasuh kapan
 Monitor puncak dari jumlah aliran anak membutuhkan pengobatan PRN
pernapasan (PERF), Dengan tepat disekolah, dengan tepat.
 tentukan kepatuhan dengan  Rujuk pada pengkajian medis dengan
penggunaan yang diresepkan tepat
 Dorong (klien) untuk memverbalisasikan  Tetapkan jadwal perawatan teratur
perasaan mngenai diagnosis, lanjutan
penangganan, dan dampak pada gaya  Instruksikan dan monitor staf disekolah
hidup terkait dengan procedure emergensi
 Identifikasi pemicu yang diketahui dan  Resepkan dan /atau perbarui
reaksi yang biasanya terjadi pengobatan asma, dengan tepat
 Catat kapan terjadinya, kareteristik dan  Ajarkan klien untuk mengidentifikasi dan
durasi dari batuk menghindari pemicu, sebisa mungkin
 Amati pergerakkan dada termasuk juga  Dapatkan rencana terulis dengan klien
simetris atau tidak, penggunaan otot untuk mengatasi kekambuhan
bantu pernapasan dan retraksi otot  Bantu untuk mengenal tanda dan gejala
supravaskular dan intercostal auskultasi sebelum terjadi reaksi asma dan
suara nafas, catat area adanya implementasi dari respon tindakan yang
penurunan atau hilangnya suara tepat
ventilasi dan suara adventitious  Monitor kecepatan, irama, kedalaman,
 Berikan penngobatan dengan tepat dan dan usaha pernapasan
atau sesuai kebijakan dan petuunjuk  Ajarkan tehnik bernapas/relaksasi
procedure  Gunakan pendekatan yang kalem dan
 Auskultasi suara paru setelah dilakukan memberikan jaminan selama serangan
penanganan untuk menetukan hasilnya asma
 Tawarkan minuman hangat untuk  Informasikan klie/keluarga mengenai
minum, dengan tepat kebijakan dan procedure untuk
membawa dan memberikan pengobatan
asma disekolah

NIC

Monitor pernapasan (3350)


Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan
jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas

Aktivitas-aktivitas  Auskultasi Suara nafas, catat area


 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dimana terjadi penurunan atau tidak
dan kesulitan bernapas adanya ventilasi dan keberadaan suara
 Catart pergerakkan dada, catat nafas tambahan
ketidaksemestrian, penggunaan otot-  Kaji perlunya penyedotan pada jalan
otot bantu nafas, dan retraksi pada otot nafas dengan auskultasi suara nafas
Supraclaviculas dan interkosta setelah tindakan, untuk dicatat
 Monitor suara nafas tambahan seperti  Monitor nilai fungsi Paru, terutama
ngorok atau mengi kapasitas vital paru volume inspirasi
 Monitor pola napas (Misalnya, maksimal, volume ekspirasi maksimal
bradipneu, takipneu, hiperventilasi, selama 1 detik ( FEV1/FVC sesuai dengan
pernapasan kusmaul, pernapasan 1:1 data yang tersedia
apneustik, respirasi biot dan pola ataxic)  Monitor hasil pemeriksaan ventilasi
 Monitor Saturasi oksigen pada pasien mekanik, catat peningkatan tekanan
yang tersedasi (seperti inspirasi dan penurunan volume tidal
SaO2,SvO2,SpO2) Sesuai dengan  Monitor peningkatan kelelahan,
protocol yang ada kecemasan dan kekurangan udara pada
 Pasang sensor pemantauan oksigen non- pasien
invasive (Misalnya, pasien yang obesitas  Catat perubahan pada saturasi O2,
Melaporkan pernah mengalami apnea Volume tidal akhir CO2, dan perubahan
saat tidur , mempunyai riwayat penyakit nilai analisa gas darah dengan tepat
denagn terapi oksigen menetap usia  Monitor kemampuan batuk efektif
ekstrim) sesuai dengan procedure tetap pasien
yang ada  Catat onset, Karateristik, dan lamanya
 Palpasi kesimetrian ekpansi paru batuk
 Perkusi Torak anterior san posterior,  Monitor sekresi pernapasan pasien
dari apeks ke basis paru kanan dan kiri  Monitor secara ketat pasien-pasien yang
 Catat lokasi trakea beresiko tinggi mengalami gangguan
 Monitor kelelahan otot-otot diafragma respirai (Misalnya, pasien dengan terapi
dengan pergerakkan parasoksikal opiod, bayi baru lahir, pasien dengan
 Monitor keluhan sesak nafas pasien, ventilasi mekanik, pasien dengan luka
termasuk kegiatan yang meningkatkan bakar di wajah dan dada, gangguan
atau memeperburukk sesak nafas neuromuscular)
tersebut 
 Monitor suara serak dan perubahan 
suara tersebut setiap jam pada pasien 
luka bakar 
 Monitor suara krepitasi pada pasien 
 Monitor hasil foto toraks  Buka jalan nafas dengan menggunakan
 Berikan bantuan resuitasi jika diperlukan manever chin lift atau jaw thrust dengan
 Berikan bantuan terapi nafas jika tepat
diperlukan (misalnya, nebulizer)  Posisikan pasien miring ke samping
sesuai indikasi untuk mencegah aspirasi,
lakukan tehnik log roll, jika pasien diduga
mengalami cedera leher
2.NANDA (00029)
Penurunan curah jantung (00029)
Definisi : ketidakadekatuan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metobolik tubuh.
Batasan karakteristik
Perubahan Frekuensi/Irama Jantung
 Bradikardi  Perubahan elektrokardiogram
 Palpitasi jantung (EKG) (mis., aritmia,
abnormalitas konduksi, iskemia)
 Takikardia

Perubahan Preload
 Disptensi vena julgular  Peningkatan CVP
 Edema  Peningkatan PAWP
 Keletihan  Penurunan pulmonary artery
 Murmur jantung wedge pressure (PAWP)
 Peningkatan berat badan  Penurunan ekanan vena sentral
(Central Venous Pressure, CVP)
Perubahan Afterload
 Dispnea  Penurunan resistansi vaskuler
 Kulit lembab paru (pulmonary vascular
 Oliguria resistence, PVR)
 Pengisian kapiler memanjang  Penurunan resitansi vaskuler
 Peningkatan PVR sistemik (Systemic Vascular
 Peningkatan SVR Resistance, CVR)
 Penurunan nadi perifer  Perubahan tekanan darah
 Perubahan warna kulit (mis.,
pucat, abu-abu, sianosis)

Perubahan Kontraktilitas
 Batuk  Penurunan fraksi ejeksi
 Bunyi nafas tambahan  Penurunan indek jantung
 Bunyi S3  Penurunan left ventricular
 Bunyi S4 stroke work index ( LVSWI)
 Dispnea paroksimal noktural  Penurunan stroke volume index
 Ortopnea (SVI)

Perilaku/ emosi
 Ansaietas
 Gelisah

Faktor yang berhubungan


 Perubahan afterload  Perubahan kontraktilitas
 Perubahan frekuensi jantung  Perubahan preload
 Perubahan irama jantung  Perubahan volume sekuncup

NOC
Ketidakefektifan Pompa Jantung (0400)
Definisi :kecukupan volume darah yang dipompakan dari ventrikel kiri untuk
mendukung tekanan perfusi sistemik

Skala target Outcome :Dipertahankanpada…… ditingkatkanke…..

Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak


berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran besar kisaran kisaran dari
normal dari nornal normal kisaran
kisaran normal
normal
SKALA OUTOUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
040001 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
sistol
040019 Tekanna darah 1 2 3 4 5 NA
diastol
040002 Denyut jangtung 1 2 3 4 5 NA
apikal
040003 Indeks jantung 1 2 3 4 5 NA
040004 Fraksi ajeksi 1 2 3 4 5 NA
040006 Denyut naddi 1 2 3 4 5 NA
perifer
040007 Ukuran jantung 1 2 3 4 5 NA
040020 Urin output 1 2 3 4 5 NA
040022 Keseimbangan 1 2 3 4 5 NA
intake dan output
dalam 24 jam
040025 Teknanan vena 1 2 3 4 5 NA
sentral
Berat Cukup sedang ringan Tidak
berat ada
040009 Distensi vena 1 2 3 4 5 NA
leher
040010 Disritmia 1 2 3 4 5 NA
040011 Suara jantung 1 2 3 4 5 NA
abnormal
040012 Angina 1 2 3 4 5 NA
040013 Edema perifer 1 2 3 4 5 NA
040014 Edema paru 1 2 3 4 5 NA
040015 Diaforesia 1 2 3 4 5 NA
040016 Mual 1 2 3 4 5 NA
040017 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040023 Dyspnea pada 1 2 3 4 5 NA
saat istirahat
040026 Dyspnea dengan 1 2 3 4 5 NA
aktivitas ringan
040024 Peningkatan berat 1 2 3 4 5 NA
badan
040027 Asites 1 2 3 4 5 NA
040028 Hepatomegali 1 2 3 4 5 NA
040029 Gangguan kognisi 1 2 3 4 5 NA
040030 Intoleransi 1 2 3 4 5 NA
aktivitas
040031 Pucat 1 2 3 4 5 NA
040032 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
040033 Wajah kemerahan 1 2 3 4 5 NA
NOC
Status Sirkulasi (0401)
Definisi :aliran darah yang searah dan tidak terhambat dengan aliran yang tepat
melalui pembuluh darah besar sirkuit sitemik dan paru.

Skala target Outcome :Dipertahankanpada…… ditingkatkanke…..

Deviasi Deviasi Deviasi Deviasi Tidak


berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran besar kisaran kisaran dari
normal dari nornal normal kisaran
kisaran normal
normal
SKALA OUTOUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
040101 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
sistol
040102 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
diastol
040103 Tekanan nadi 1 2 3 4 5 NA
040104 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
rata-rata
040105 Tekanan vena 1 2 3 4 5 NA
sentral
040106 Tekanan baji paru 1 2 3 4 5 NA
040141 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
karotis kanan
040142 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
karotis kiri
040143 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
brakialis kanan
040144 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
brakialis kiri
040145 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
radialis kanan
040146 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
radialais kiri
040147 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
fermoralis kanan
040148 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
fermoralis kiri
040149 Kekauatan nadi 1 2 3 4 5 NA
dorsalis pedis
kanan
040150 Kekuatan nadi 1 2 3 4 5 NA
dorsalis pedis kiri
040135 PaO2 (Tekananan 1 2 3 4 5 NA
parsial oksigen
dalam darah
arteri)
040136 PaCO2 1 2 3 4 5 NA
(Tekananan
parsial
karbondioksida
dalam darah
arteri)
040137 Saturasi oksigen 1 2 3 4 5 NA
040112 Perbedaan 1 2 3 4 5 NA
oksigen arteri-
vena
040140 Urin output 1 2 3 4 5 NA
040151 Capillary refill 1 2 3 4 5 NA
Berat Cukup sedang ringan Tidak
berat ada
040107 Hipotennsi 1 2 3 4 5 NA
ortostatik
040113 Suara nafas 1 2 3 4 5 NA
tambahan
040118 Bising pembuluh 1 2 3 4 5 NA
darah besar
040119 Distensi vena 1 2 3 4 5 NA
leher
040120 Edema perifer 1 2 3 4 5 NA
040121 Asites 1 2 3 4 5 NA
040123 Kelelahan 1 2 3 4 5 NA
040152 Peningkatan berat 1 2 3 4 5 NA
badan
040153 Gangguan kognisi 1 2 3 4 5 NA
040154 Wajah pucat 1 2 3 4 5 NA
040155 Kemerahan pada 1 2 3 4 5 NA
kaki akibat posisi
kaki
tergantung/depen
dent rubor
040156 Klaudikasi 1 2 3 4 5 NA
intermiten
040157 Penurunan suhu 1 2 3 4 5 NA
kulit
040158 Parethesia 1 2 3 4 5 NA
040159 Pingsan 1 2 3 4 5 NA
040160 Pitting edema 1 2 3 4 5 NA
040161 Luka ektremitas 1 2 3 4 5 NA
bawah
040162 Mati rasa 1 2 3 4 5 NA

NIC

Perawatan Jantung (4040)


Definisi :keterbatasan dari komplikasi sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara
suplai oksigen pada otot jantung dan kebutuhan seorang pasien yang memiliki gejala
gangguan fungsi jantung.
Aktivitas-aktivitas
 Secara rutin mengecek pasien baik  Monitor nilai laboratoriun yang tepat
secara fisik dan fisiologis sesuai dengan (enzim jantung dan nilai elektrolit)
kebijakan tiap agen atau penyedia  Monitor pungsi facemaker sebagaimana
layanan. mestinya
 Pastikan tingkat aktivitas pasien yang  Evaluasi perubahan tekanan darah
tidak membahayakan curah jantung atau  Evaluasi respon pasien terhadap ektopi
memprovokasi serangan jantung dan disritmia
 Dorong adanya peningkatan aktivitas  Lakukan terapi relaksasi sebagaimana
bertahap ketika kondisi pasien sudah mestinya
stabil (mis., drong aktivitas yang lebih  Kenali efek psikologis dari kondisi yangg
ringan atau waktu yang lebih singkat mendasari (penyakit)
dengan waktu istirahat yang sering  Lindungi pasien dari kecemasan dan
dalam melakukan aktivitas) depesi
 Instruksikan pasien tentang pentingnya  Dorong aktivitas yang tidak bersaing atau
untuk segera melaporkan bila merasakan kompetitif pada pasien dengan risiko
nyeri dada gangguan fungsi jantung
 Evaluasi episode nyeri dada (intensitas,  Diskusikan modifikasi pada aktivitas
lokasi, radiasi, durasi, dan faktor yang seksual dengan pasien dan pasangan
memicu serta meringankan nyeri dada)  Instruksikan pasien dan keluarga
 Monitor EKG, adakah perubahan mengenai tujuan perawatan dan
segmen ST, sebagaimana mestinya bagaimana kemajuannya akan diukur
 Lakukan penilaian komprehensif pada  Yakinkan semua staf untuk menyadari
sirkulasi perifer (mis., cek nadi perifer, tujuan dan bekerjasama dalam
edema, pengisian ulang kapilar, warna menyediakan perawatan yang konsisten
dan suhu ektremitas) secara rutin sesuai  Rujuk ke program gagal jantung untuk
kebijakan agen. dapat mengikuti program edukasi pada
 Monitor tanda-tanda vital secara rutin rehabilitasi jantung, evaluasi dan
 Minitor disritmia jantung termasuk dukungan yang sesuai pandagan untuk
gangguan ritma dan konduksi jantung meningkatkan aktivitas dan membangun
 Dokumentasikan disritmia jantung hidup kembali, sebagaimana mestinya
 Catat tanda dan gejal penurunan curah  Tawarakan dukungan spiritual kepada
jangtung pasien dan keluarga, (misalnya.,
 Monitor status pernapasan terkait dengan menghubungi anggota kependetaan)
adanya gejala gagal jangtung sebagaiman mestinya
 Monitor abdomen jika terdapat indikasi
penurunan perfusi
 Monitor keseimbangan cairan (masukkan
dan keluaran berat badan harian)
NIC

Perawatan Jantung Akut(4044)


Definisi: keterbatasan terkait dengan komplikasi pada pasien yang baru saja
mengalami episode ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otot jantung dan
kebutuhannya sehingga menyebabkan terjadinya gangguan fungsi jantung.
Aktivitas-aktivitas
 Evaluasi nyeri dada (intensitas,  Tahan diri untuk melakukan
lokasi, radiasi, durasi, faktor pemeriksaan melalui rektal atau
pemicu da yang mengurangi) vagina
 Instruksikan pasien akan  Tunda memandikan jika
pentingnya melaporkan segera memungkinkan
jika merasakan  Instruksikan pasien untuk
ketidaknyamanan di bagian dada menghindari aktivitas yang
 Sediakan alat yang segeera dan menyebabkan valsava manaver
secara kontinu dapat memanggil (misalnya., mengejan saat buang
perawat dan bisa memberitahu air besar)
pasien dan keluarga bahwa  Kelola obat yang mencegah
panggilan akan dijawab dengan episode valsava manuver (laksatif,
segera anti mual), sebagaimana mestinya
 Monitor EKG sebagaimana  Cegah pembentukan trombus
mestinya, apakah terdapat perifer (perubahan posisi tiap 2
perubahan segmen ST jam dan kelola antikoagulan dosis
 Lakukan penilaian secara ringan)
komprehensif terhadap status  Kenali adanya frustasi dan
jantung termasuk didalamnya ketakutan karena ketidakmampuan
adalah sirkulasi perifer berkomunikasi dan adanya
 Monitor irrama jantung dan paparan mesin/alat dan lingkungan
kecepatan denyut jantung yang asing
 Auskultasi suara jantung  Auskultasi paru-paru, adkah
 Monitor fungsi hati dengan cara ronkhi attau suara tambahan lain
yang tepat  Monitor efektivitas terapi oksigen,
 Monitor nilai laboratorium sebagaimana mestinya
elektrolit yang dapat  Monitor penentu pengantaran
meningkatkan risiko disritmia oksigen (PaO2, kadar Hb, dan
(kalium dan magnesium), curah jantung), sebagaimana
sebagaimana mestinya mestinya
 Dapatkan foto thoraks,  Monitor cairan masuk dan keluar,
sebagaimana mestinya urin output, timbang berat badan
 Monitor kecenderungan tekanan harian, sebagaimana mestinya
darah dan parameter  Pilih lead EKG yang terbaik dalam
hemodinamik, jika tersedia rangka untuk memonitor secara
(tekanna vena sentral, tekanan terus menerus, sebagaimana
paru kapiler, tekanan irisan mestinya
arteri)  Rekam EKG 12 lead, sebagaimana
 Sediakan makan yang sedikit- mestinya
sedikit tapi sering  Tuliskan nilai SK, LDH, dan AST
 Sediakan diet jantung yang tepat serum, sebagaimana mestinya
(batasi masukan kafein, natrium,  Monitor fungsi ginjal (nilai BUN
kolestrol dan makanan dan kreatinin), sebagaiman
berlemak) mestinya
 Tahan diri untuk memberikan  Kelola obat-obatan untuk
stiimulan mulut membebaskan atau mencegah
 Ganti dengan garam buatan, jika nyeri dan iskemia, sesuai dengan
tepat kebutuhan
 Batasi stimulus lingkungan  Monitor keefektifan pengobatan
 Pertahankan lingkungan yang  Instruksikan pasien dan keluarga
kondusif untuk istirahat dan tentang tujuan perawatan dan
penyembuhan bagaimana perkembangan yang
 Tahan diri untuk berbeda bisa diukur
pendapat  Yakinkan semua staf menyadari
 Cegah pasien untuk mengambil tujuan tersebut dan bekerjasama
keputusan jika dalam keadaan dalam menyediakan perawatan
stres berat yang konsisten
 Hindari pasien terlalu kepanasan  Tawarkan dukungan spiritual
atau kedinginan kepada pasien (misalnya.,
 Tahan diri untuk memasukkan menghubungi anggota
selang rektal kependetaan), sebagaimana
 Tahan diri untuk mengukur suhu mestinya
rektal  Hindari memicu situasi emosional
 Identifikasi cara pasien
menghadapi stres dukung teknik
efektif untuk mengurangi stres
 Lakukan terapi relaksasi dengan
tepat
NIC

Pengaturan Hemodinamik(4150)
Definisi: optimalisasi denyut jantung, preload dan afterload serta kontraktilitas [jantung]
Aktivitas-aktivitas
 Lakukan penilaian komprehensif  Monitor adanya tanda dan gejala
terhadap status hemodinamik masalah pada status perfusi (misalnya,
(yaitu, memeriksa tekanan darah, hipotensi simpomatik, dingin di ujung
denyut jantung, denyut nadi, kaki dan tangan, termasuk lengan dan
tekanan vena jugularis, tekanan kaki; mental abtundation atau
vena sentral, atrium kiri dan mengantuk terus; elevasi di tingkat
kanan, tekanan ventrikel dan serum kreatinin dan BUN,
tekanan arteri pulmonalis), hiponatremia; tekanan nadi sempit,
dengan tepat dan tekaan nadi proporsional 25% atau
 Gunakan beberapa parameter kurang)
untuk menentukan status klinis  Lakuakan auskultasi pada paru untuk
pasien (yaitu, tekanan nadi mencari tahu apa ada bunyi atau suara
proporsional dianggap sebagai tambahan lainnya
parameter definitif)  Ingat bahwa suara paru tambahan
 Monitor dan dokumentasikan bukan satu-satunya indikator masalah
tekanan nadi proporsional (yaitu, hemodinamik
tekanan darah sistolik dikurangi  Lakukan auskultasi pada jantung
tekanan darah diastolik dibagi  Monitor dan catat tekanan darah,
dengan tekanan darah sistolik, denyut jantung, irama, dan denyut nadi
sehingga menghasilkan  Monitor apakah alat pacu jantung
presentase yang proporsional) berfungsi
 Berikan pemeriksaan fisik  Monitor resistensi sistemik pembuluh
berkala pada populasi berisiko darah dan paru
(misalnya., pasien gagal jantung)  Monitor curah jantung, indeks kardiak
 Kurangi kecemasan dengan dan indeks kerja stroke ventrikuler,
memberikan informasi yang yang sesuai
akurat dan perbaiki setiap  Berikan obat-obatan inotropik positif
kesalahpahaman dan obat obat kontraktilitas
 Arahkan pasien dan keluarga  Berikan obat antiaritmia
mengenai pemantauan  Monitor efek obat
hemodinamik (misalnya., obat-  Monitor denyut nadi perifer,
obatan, terapi, tujuan peralatan) pengisisan kapiler, suhu dan warna
 Jelaskan tujuan perawatan dan ekstremitas
bagaimana kemajuan akan  Tinggikan kepala tempat tidur
diukur  Tinggikan kaki tempat tidur
 Identifikasi adanya tanda dan  Monitor apa ada edema perifer;
gejala peringatan dini sistem distensi warna jugularis; bunyi jantung
hemodinamik yang S3 dan S4; dyspnea; penambahan berat
dikompromikan (misalnya., badan; dan distensi organ, terutama
dyspnea, penurunan kemampuan diparu-paru dan jantung
untuk olahraga, ortopnea, sangat  Monitor kapiler paaru, tekanan arteri
kelelahan, pusing, melamun, sekitar, tekanan vena sentral dan
edema, palpitasi, dyspnea atrium kanan
paroksismal noktural, perubahan  Monitor kadar elektrolit
berat badan tiba-tiba)  Jaga keseimbangan cairan dengan
 Pertimbangakan status volume pemberian cairan IV atau diuretik
(yaitu, apakah pasien  Berikan obat vasodilator dan
hipervolemi, hipovolemi atau vasokonstriktor
berada pada rentang cairan yang
 Monitor asupan dan pengeluaran,
seimabang?)
output urin, dan berat badan pasien
 Monitor adanya tanda gejala
 Evaluasi efek dari terapi cairan
masalah status volume
 Pasang kateter urin
(misalnya., distensi vena,
 Minimalkan stres lingkungan
peningkatan tekanan di vena
 Berkolaborasi dengan dokter, sesuai
jugularis interna kanan, refleks
indikasi
vena jugularisposistif pada
abdomen, edema, asites,
crackles, dyspnea, ortopnea,
dyspnea paroxysmal noctural)
 Tentukan status perfusi (yaitu,
apakah pasien terasa dingin,
suam-suam kuku, atau hangat?)
NIC

Monitor hemodinamikinvasif (4210)


Definisi : pengukuran dan interpretasi dari parameter hemodinamik invasive untuk
menentukan fungsi kardiovaskuler dan mengatur terapi dengan tepat
Aktivitas-aktivitas:
 Bantu dengan mamasukkan dan  Monitor untuk kemajuan lebih
melepaskan selang invasive lanjut dari kateter pulmonary jika
hemodinamik terjadi perpisahan spontan dan
 Bantu dengan tesallen untuk beritahukan pada dokter jika terjadi
mengetahui evaluasi sirkulasi  Tahan darimen gelembungkan
collateral ulnar sebelum kanulasi arteri bahan lebih sering dari setiap 1
radial jika tepat sampai 2 jam
 Bantuk dengan pemeriksaan x-ray  Monitor pecahnya balon dan kaji
dada setelah memasukkan kateter resistensi saat gelembung balon dan
pulmonar mengijinkan balon untuk secara
 Monitor denyut jantung dan ritme pasif mengempis setelah
 Kalibrasi alat keangkanolsetia 4-12 mendapatkan tekanan pulmonal
jam dengan tepat dengan transducer  Cegah terjadinya emboli udara (
setingkat atrium kanan mis., membuang udara dari selang
 Monitor tekanan darah (sistolik, jika balon diperkirakan pecah,
diastolic dan rata-ata) tahan dari usaha untuk
 Tekanan vena sentra/atrium kanan, menggelembungkan balon dan
tekanan arteri pulmonal sistol diastol, clamp balon)
rata rata) dan pulmonary  Jaga sterilitas area
capillary/arteri wedge pressure  Jaga system tekanan penutup kesisi
 Monitor gelombang hemodinamik tempat masuk jaringan dengan tepat
untuk perubahan fungsi kardiovaskuler  Lakukan ganti balutan steril dan
 Bandingkan parameter hemodinamik perawatan area dengan tepat
dengan tanda dan gejala klinis biasa  Inspeksi insersi area untuk adanya
 Gunakan closed sistem cardiac output tanda pendarahan atau nfeksi
setup  Ganti cairan iv selang selama setiap
 Dapatkan cardiac output dengan 24 sampai 72 jam sesuai protokol
memebrikan injeksi cardiac output  Monitor hasil laboratorium untuk
dalam 4 detik dan rata rata tiga injeksi mendeteksi kemungkinan infeksi
yang kuarng dari 1l setiap satu dengan pada kateter
yang lainnya  Berikan cairan dan volume
 Monitor arteri pulmonal dan expanders untuk memelihara
gelombang siste arterial jika terjadi parameter hematodinamik dalam
kelembaban cek sambungan aspirasi rentang spesifik
kuandari ujung kateter dengan pelan  Berikan farmakologi untuk
menyiram system ataau bantu memelihara [erame terhemat
memposisikan kateter kembali dynamic dalam rentang spsifik
 Dokumentasikanateri pulmonary dan  Instruksikan pasiendan keluarga
gelombang sistemik arterial akan pengunaan terapeutik dari
 Monitor perfusiperifer distal untuk faktor monitor hemodinamik
area inserasi kateter sitiap 4 tepat di  Isntruksikan pasien akan patasan
sesuaikan dengan tepat aktivitas saat kateter berada di
tempatnya
 Monitor untuk dyspnea kelelahan
takipnea dan orthopnea

1.2.3 Evaluasi
1. Pasien tidak merasa sesak
2. Pasien tidak merasa nyeri dada
3. Warna kulit normal
4. Pasien tidak edema
5. Berat badan normal
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.

Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku

Patofisiologi, Jakarta:EGC

Doenges, Marilynn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi: 3, Jakarta:

EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 2.

Jakarta:Mediaesculapius

Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta:EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.Smeltzer,

Suzanne C,

2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2

Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suyono, Salmet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi III. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai